Anda di halaman 1dari 14

MOOC PPPK

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
TAHUN 2023

JURNAL

NAMA : NONI KHAIRANI, S.Pd

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA


TAHUN 2023
RESUME AGENDA 1

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

Modul 1
Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nila Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari
segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.
Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa
hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum kolonial
terus menggunakan politik devide et impera. Walaupun demikian, catatan sejarah
perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan
bangsa Indonesia yang tidak pernah menyerah dalam usaha mengusir penjajah dari
Nusantara.
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “wawasan” dan
“kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara
etimologis istilah “wawasan” berarti: tinjauan atau pandangan, dan dapat juga berarti
sebagai konsepsi cara pandang. Sementara itu, “kebangsaan” berasal dari kata “bangsa”
yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang
bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa,
(2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wawasan kebangsaan
menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio- budaya,
ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin
kepentingan nasional. Selaian itu, wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan
diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa
lain di dunia internasional. Lebih lanjut, wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan
semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan
bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan
masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan, wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan
Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan, wawasan
kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik, dengan wawasan
kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah
berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan dunia. NKRI
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa
yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah
maju.

B. Nilai-Nilai Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara
meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara
Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air Indonesia,
tanah tumpah darah yang menjadi ruang hidup bagi warga Negara Indonesia. Tanah dan
air, merupakan dua kata yang merujuk pada kepulauan Nusantara, rangkaian kepulauan
yang menjadikan air (lautan) bukan sebagai pemisah namun justru sebagai pemersatu
dalam wilayah yurisdiksi nasional. Tanah Air yang kaya akan sumber daya alam, indah dan
membanggakan sehingga patut untuk disyukuri dan dicintai. Dari cinta tanah air-lah
berawal tekad untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai ancaman.
Kesadaran Bela Negara mulai dikembangkan dengan sadar sebagai bagian dari
bangsa dan Negara. Bangsa yang majemuk, bangsa yang mendapatkan kemerdekaannya
bukan karena belas kasihan atau pengakuan dari bangsa-bangsa penjajah, namun direbut
dengan segala pengorbanan seluruh rakyat, mulai dari pengorbanan harta, hingga
pengorbanan jiwa dan raga. Dari kecintaan pada tanah air, dikembangkan keinginan yang
kuat untuk berbuat yang terbaik untuk negeri. Sadar menjadi bagian dari bangsa dan
Negara akan mendorong pada tekad, sikap dan perilaku untuk menjadi warga Negara yang
baik, yang patuh dan taat pada hukum dan norma-norma yang berlaku.

 Sisem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima)
norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang
termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar
hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan 58 pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Modul 2
Analisis Isu Kontemporer

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada
empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global). Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis yaitu Modal
Intelektual, Modal Emosional, Modal Sosial, Modal ketabahan (adversity), Modal etika/moral,
Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani.

 Isu-Isu Strategis Kontemporer


Korupsi, Narkoba, Terorisme dan Radikalisme, Money Laundring, Proxy War,
Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax.

 Teknik Analisis Isu


Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu : Isu saat ini (current issue), Isu berkembang (emerging issue), dan Isu
potensial.
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut: mind mapping, fishbone,
SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya menerapkan
kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar dari isu atau
permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang akan diusulkan.

Modul 3
Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character
building.Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan
bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah
air,kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan Negara. Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki
kemampuan awal bela negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat
ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga
kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika,
etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa
yang luhur dan terhormat.

Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela
negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental
yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati
diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu dalam Bab III ini sebagai wujud bahwa kita,memiliki
kemampuan awal bela negara, maka kita akan membahas tentang Kesehatan Jasmani dan
Mental; Kesiapsiagaan Jasmani danMental; Etika, Etiket dan Moral; serta Kearifan Lokal.

RESUME AGENDA II

NILAI-NILAI DASAR PNS

Pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS),


CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses pelatihan
terintegrasi. Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang
dilakukan secara terintegrasi.

Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap


institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan 12 publik, yang
kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu: kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan
hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan
waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Peraturan Menteri PANRB Nomor 91 Tahun 2021 memaknai inovasi pelayanan


publik sebagai terobosan jenis pelayanan baik yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal
dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi 44 masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, inovasi pelayanan publik tidak harus
berupa suatu penemuan baru (dari tidak ada kemudian muncul gagasan dan praktik inovasi),
tetapi dapat merupakan suatu pendekatan baru yang bersifat kontekstual berupa hasil
perluasan maupun peningkatan kualitas inovasi yang sudah ada. Dalam penyelenggaraan
pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core
Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen
memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.

Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi


Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN branding,
yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak meliputi:

1. Berorientasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelaynan prima demi kepuasaan


masyarakat. Contoh perilaku tersebut meliputi: memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat; ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan; melakukan perbaikan tiada
henti.
2. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan. Contoh perilaku
tersebut meliputi: melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi; dan menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efesien.
3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas. Sebagai contoh :
meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
membantu orang lain belajar; dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan. Contohnya: menghargai setiap
orang apappun latar belakangnya; suka mendorong orang lain; dan membangun lingkungan
kerja yang kondusif.
5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara. Sebagai
contoh: memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah; menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
dan menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta menghadapi
perubahan. Sebagai contoh: cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan; terus
berinovasi dan mengembangakkan kreativitas; dan bertindak proaktif.
7. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergi. Sebagai contoh: memberi
kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi; terbuka dalam bekerja sama untuk
menghasilkanersama nilai tambah; dan menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya
untuk tujuan Bersama.

RESUME AGENDA III

KEDUDUKAN PNS DALAM NKRI

Modul 1
SMART ASN

Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan segala
hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya
perkembangan pesat bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi
menjadi semakin kompleks. Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara bertemu, namun
kini dengan adanya teknologi, tersedia media baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui
jejaring sosial. Jejaring sosial ini membuat manusia terhubung satu sama lain tanpa harus
bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi juga dapat disebarluaskan dengan cepat.

Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan


Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang
akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar,
bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring
yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN.

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Peran dan tanggung jawab para ASN sangatlah besar, sehingga kemampuan
menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan lainnya yakni literasi digital.
Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para ASN yang terdiri dari
etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.

Etika bermedia digital memiliki 4 dasar, yaitu:

1. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette).
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak
sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
3. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai
dalam kaidah etika digital Smart ASN 38 dan peraturan yang berlaku.
4. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital
skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat
dalam menguasai teknologi digital. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.

Modul 2
MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian


dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan
madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi
Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN 68
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam
jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat
jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2
(dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi
hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.

Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan


laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi
dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu
bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan
secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa Pegawai ASN
diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan
banding administratif.

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a)Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).Pegawai ASN berkedudukan sebagai
aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan public;
b) Pelayan public;
c) Perekat pemersau bansa.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN
dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari
sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa
masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi
pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya. Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system pengelolaan
pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit
pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya
yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian
dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan dan tidak lagi memenuhi
syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai