Anda di halaman 1dari 4

Learning Journal

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan : CVII (107)
Nama Mata Pelatihan : Sikap Perilaku Bela Negara
Nama Peserta : Moh. Alfan Perdana, S.Agr
Nomor Daftar Hadir : 24
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : BPKSDM Kab. Sigi

A. Pokok Pikiran
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Ada 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara :
a. Pancasila
b. UUD 1945
c. Bhineka Tunggal Ika
d. NKRI
Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa
Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan
melalui pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan
menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Kesadaran bela Negara perlu diaktualisasikan dengan aksi dan tindakan nyata
berupa kemampuan awal bela Negara. Kemampuan awal bela Negara tidak dapat
diartikan secara sempit, namun harus diartikan secara luas. Di lapangan pengabdian
sesuai profesi masing, kompetensi menjadi awal dari terbentuknya kemampuan untuk
membela Negara menghadapi berbagai bentuk ancaman, bahkan sejak ancaman tersebut
masih berupa potensi ancaman.
2. Analisis Isu Kontemporer
Isu Kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang
atau menjadi trending topik pada saat ini jadi solusi penyelesaian nya harus sesuai dengan
masa sekarang yaitu masa modern.
Pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu
strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme,
money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate
Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini:
a. Korupsi
Korupsi adalah tindakan setiap orang yang melawan hukum untuk melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat merugikan Negara
maupun perekonomian Negara.
b. Narkoba
Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia internasional
(UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika yang mengandung arti obat-obatan
jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan
istilah narkotika berarti telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya.
c. Terorisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
d. Money Laundring
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata) karena
akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti
uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian
kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money
laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan
e. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana
negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena
melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan bagian dari modus
perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun
1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara”.
CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki
kesiapsiagaan yang baik, maka CPNS akan mampu mengatasi segala ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun dari luar.

Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di


berbagai lingkungan:

1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan


keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk
menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat
diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesame rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
B. Penerapan
Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pelaksanaan tugas terutama
pelayanan publik, harus didasarkan pada Pancasila, UUD NRI 1945, nilai-nilai dasar
Bela Negara, serta wawasan kebangsaan. Dengan sikap dan pandangan dimaksud, maka
berkumpulnya banyak latar belakang ekonomi, suku, dan agama, namun persatuan dan
kesatuan serta semangat untuk membela Negara dapat terjaga dengan baik. Tantangan
tersebut semakin terasa dengan adanya Pandemi Covid-19, mengingat seluruh ASN
dituntut untuk tetap dapat bekerja dan memberikan pelayanan publik dengan baik
meskipun terdapat banyak keterbatasan. Guna mengantisipasi perubahan spektrum
AGHT, ASN harus terus berupaya melakukan pembinaan dengan mengangkat nilai bela
negara sesuai dengan konsepsi bela negara serta selalu tanggap terhadap perubahan
lingkungan strategis, mendiagnosa berbagai permasalahan, serta mengelola perubahan
Dalam mencapai tujuan negara, sebagai ASN akan terus ikut mewujudkan tujuan
negara terutama dalam lingkungan kerja sekitar baik rekan kerja, atasan maupun
bawahan. Ikut berpartisipasi aktif mewujudkan tujuan negara dengan melaksanakan tugas
sesuai profesi, diharapkan tujuan negara dapat terwujud. Untuk menjaga kualitas
kesiapan dan kesiagaan untuk mendeteksi dan mengantisipasi segala bentuk pontensi
AGHT, diperlukan kewaspadaan yang dimulai dari kewaspadaan diri pribadi, yang
dikembangkan menjadi waspada keluarga, dan waspada lingkungan kerja. Bentuk
kewaspadaan dimulai dari pengawasan terhadap diri pribadi terhadap potensi AGHT
yang dapat timbul dari interaksi sosial. Pengawasan terhadap diri pribadi, yang
dikembangkan pengawasan dan kepedulian terhadap lingkungan keluarga, kerja, dan
lingkungan yang lebih luas diharapkan waspada nasional akan tercapai dan keamanan
nasional dapat terjaga.
Hal yang lebih utama adalah nilai-nilai Pancasila tetap menjadi pedoman bekerja
dan falsafah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Implementasi nilai-
nilai Pancasila, bela Negara, dan cinta tanah air tidak hanya dalam pelaksanaan tugas
namun sebagai pejabat pengawas harus memberikan contoh dan memantau
perkembangan bawahan dan rekan kerja sekitar terhadap penerapan nilai-nilai Pancasila,
UUD 1945, dan wawasan kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai