Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fitriani,S.

Sos

NIP NDH : 199804282022212006


Unit Kerja : 40
:SMA Negeri 1 Blanakan
AGENDA I
(Sikap Perilaku bela negara)

Modul 1 : Wawasan kebangsaan dan nilai bela negara


A. Wawasan kebangsaan

a. Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia


Sejarah pergerakan kebangsaan indonesia dimulai dengan didirikannya organisasi Boedi
Oetomo pada tanggal 20 mei 1908. Boedi Oetomo menjadi tonggak pemikiran dari persatuan
indonesia dengan menyatukan para pemuda-pemudi bangsa sehingga pada 28 oktober 1928
lahirlah sunpah pemuda yang dicetuskan oleh Muhammad Yamin pada kongres Pemuda.
Semangat perjuangan para pemuda ini menjadi tonggak awalnya pergerakan-pergerakan yang
selanjutnya. Kemudian banyak bermunculan organisasi-organisasi yang semakin luas
bergerak sampai dengan spesifik untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
b. Pengertian wawasan kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan kesadaran
terhadap sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
c. Empat (4) Konsesus dasar berbangsa dan bernegara
1) Pancasila
2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3) Bhineka Tunggal Ika
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Bendera, bahasa, lambang negara, serta lagu kebangsaan
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya.
B. Nilai-nilai bela Negara

a. Sejarah bela negara


Sejarah bela negara di mulai dari munculnya Agresi Militer Belanda I dan II pada tahun
1945-1948. setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda masih ingin berkuasa dan kembali
melakukan kolonialisme di Indonesia, kedatangan belanda ini kemudian mendapat
perlawanan keras dari masyarakat Indonesia sebagai rakyat merdeka, Hal ini kemudian
memunculkan istilah mengenai Bela negara.
b. Ancaman
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa. Ancaman juga dapat terjadi dikarenakan adanya konflik kepentingan (conflict of
interest), mulai dari kepentingan personal (individu) hingga kepentingan nasional. Potensi
ancaman kerap tidak disadari hingga kemudian menjelma menjadi ancaman. Dalam konteks
inilah, kesadaran bela Negara perlu ditumbuhkembangkan agar potensi ancaman tidak
menjelma menjadi ancaman.
c. Kewasapadaan dini
Kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI
dan keselamatan bangsa.
d. Pengertian bela negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman.
e. Nilai dasar bela negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara; c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara
f. Pembinaan kesadaran bela negara di lingkup pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar
Bela Negara.
g. Indikator nilai dasar bela negara
Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap Memiliki
kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensi.
h. Aktualisasi kesadaran bela negara bagi ASN
Dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan
nasional, dengan sikap dan perilaku meliputi cinta tanah air bagi ASN, Kesadaran berbangsa
dan bernegara bagi ASN, setia kepada pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, rela
berkorban demi bangsa dan negara bagi ASN, dan kemampuan awal bela negara ASN.
C. Sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menurut Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional,
bebas dari intervensi politik, bersih daripraktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Modul 2 : Analisis isu kontemporer


Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih
baik untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
ASN dituntut untuk bersikap kreatif dan melakukan terobosan (inovasi) dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Justru seninya terletak pada dinamika tersebut,
ASN bisa menunjukan perannnya dalam koridor peraturan perudang- undangan, namun
tidak boleh melanggarnya. Sejalan dengan tujuan Reformasi Birokrasi terutama untuk
mengembangkan ASN menjadi pegawai yang transformasional, artinya ASN bersedia
mengembangkan cita-cita dan berperilaku yang bisa diteladani, menggugah semangat serta
mengembangkan makna dan tantangan bagi dirinya, merangsang dan mengeluarkan
kreativitas dan berupaya melakukan inovasi, menunjukkan kepedulian, sikap apresiatif, dan
mau membantu orang lain.
ASN dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama
kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-
fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap ASN mengenal dan memahami secara kritis
terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu
tersebut diantaranya; bahay paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime,
money laundry, korupsi, proxy war. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu
strategis kontemporer.
Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal pengertian
isu. Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai
masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang
dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya; kabar angin; desas desus.
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut Mind Mapping, Fishbone
Diagram, Analisis SWOT, Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis.
Modul 3 : Kesiapsiagaan bela negara
Bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang
dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen penting
dalam kesiapsiagaan jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk dapat
melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik dengan baik dengan
menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan yang berlebihan.
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi
mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan
sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri
maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah,
lingkungan kerja dan masyarakat.
AGENDA II
(Nilai-Nilai Dasar PNS)
Modul 1 : Berorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas
bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik,
yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan
publik.
Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan dengan
memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif. Adapun tugas
pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang
meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sebagaimana kita
ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Pasal 34 UU Pelayanan
Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana perilaku pelaksana pelayanan publik,
termasuk ASN.
Sebagaimana kita ketahui, ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
Kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari yaitu:
1. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
2. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan
3. Melakukan perbaikan tiada henti
Modul 2 : Akuntabel
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki
kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal, dan akuntabilitas
horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat
kepada MPR. Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan "ke
bawah" kepada publik. Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme
akuntabilitas publik yang melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Pentingnya akuntabilitas dan integritas menurut Matsiliza (2013) adalah nilai yang wajib
dimiliki oleh setiap unsur pelayan publik, dalam konteks modul ini adalah PNS. Namun,
secara spesifik, Matsiliza menekankan bahwa nilai integritas adalah nilai yang dapat
mengikat setiap unsur pelayan publik secara moral dalam membentengi institusi, dalam hal
ini lembaga ataupun negara, dari tindakan pelanggaran etik dan koruptif yang berpotensi
merusak kepercayaan masyarakat. Di luar kewajiban negara yang telah membuat kebijakan
yang terkait sistem yang berlandaskan transparansi, akuntabilitas, dan integritas, peran
masing-masing individu dalam mengembangkan pola pikir akuntabel dan berintegritas, atau
sering dibahasakan sebagai pola pikir antikorupsi sangat dibutuhkan.
Modul 3 :Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2)Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau
mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran,
fungsi dan Jabatan.
Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK),
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai berikut:
1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas,
PPPK diberikan kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
2. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi
3. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pengembangan
kompetensi pada Instansi Pemerintah.
4. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi, prioritas
diberikan dengan memper-hatikan hasil penilaian kinerja PPPK yang
bersangkutan.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara
lain, disebutkan bahwa panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu: a. Meningkatkan
kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi; b. Membantu orang lain
belajar; dan c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Perilaku kompeten ini
sebagaiamana dalam poin 5 Surat Edaran Menteri PANRB menjadi bagian dasar penguatan
budaya kerja di instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan
organisasi/instansi.
Modul 4 : Harmonis
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam
lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas
bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Peran ASN dalam menciptakan keharmonisan yaitu sebagai berikut :
1. Posisi ASN sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam
artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti
ASN dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif,
jujur, transparan.
2. ASN juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
3. ASN juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban ASN juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega ASN lainnya yang membutuhkan
pertolongan
5. ASN menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

Modul 5 : Loyal
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Komitmen, yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau
hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.
2. Dedikasi, yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian
untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang
teguh.
3. Kontribusi, yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam
berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme,
finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang
lebih baik dan efisien.
4. Nasionalisme, yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat
sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Pengabdian, yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan
semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Modul 6 : Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai
tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-
ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003).
Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery); Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama
atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau citacita yang akan dicapai bersama
(shared vision);
2. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model);
3. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning);
4. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).
Ciri-ciri Individu Adaptif
1. Eksperimen orang yang beradaptasi
2. Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
3. Memiliki sumberdaya
4. Selalu berpikir ke depan
5. Tidak mudah mengeluh
6. Tidak menyalahkan Tidak mencari popularitas
7. Memiliki rasa ingin tahu
8. Memperhatikan system
9. Membuka pikiran
10.Memahami apa yang sedang diperjuangkan
Modul 7 : Kolaboratif
Panduan Perilaku Kolaboratif
1. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
2. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
3. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
4. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
5. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
6. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
7. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
8. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
AGENDA III
(Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI)

Modul 1 : Smart ASN


Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa
pemerintahan yang kedua berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. 5
visi Presiden untuk Indonesia:
1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Keterbukaan Investasi
4. Reformasi Birokrasi
5. Penggunaan APBN fokus & tepas sasaran
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan
(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi, diskusi,
dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013). Affordance berarti
alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru, berpikir dengan cara baru,
mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis hubungan baru dan menjadi tipe orang
baru. Affordance dalam literasi digital adalah akses, perangkat, dan platform digital.
Sementara pasangannya yaitu kendala (constraint), mencegah kita dari melakukan hal-hal
lain, berpikir dengan cara lain, memiliki jenis lain dari hubungan. Constraint dalam literasi
digital bisa meliputi kurangnya infrastruktur, akses, dan
minimnya penguatan literasi digital (Jones dan Hafner, 2012). Menurut Jones dan Hafner
(2012), literasi disini bukan sekadar cara untuk membuat makna, tetapi juga cara
berhubungan dengan orang lain dan menunjukkan siapa kita.
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana yang baru.
Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret menerapkan transformasi
digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia telah
dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang
era industri 4.0 belum berhasil membuat industri pendidikan universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, akademi, hingga sekolah dasar dan menengah mencapai progress
signifikan pada transformasi digital pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19
justru memberikan dampak luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020). Sejalan dengan
perkembangan ICT (Information, Communication and Technology), muncul berbagai model
pembelajaran secara daring.
Selanjutnya, muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-school) atau sekolah
berbasis internet (cyber-school), yang menggunakan fasilitas internet. Bermula dari kedua
istilah tersebut, muncullah berbagai istilah baru dalam pembelajaran yang menggunakan
internet, seperti online learning, distance learning, web-based learning, dan elearning
(Kuntarto dan Asyhar, 2016). Gerakan Literasi Nasional dalam Materi Pendukung Literasi
Digital dari Kemendikbud 2017 (Kemendikbud, 2017) juga telah menggariskan beberapa
indikator terkait penguatan literasi digital di basis sekolah, masyarakat dan keluarga.

Modul 2 : Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN
lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Dengan kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak
semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun dapat berstatus
sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu.
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN
bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.
Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warganegara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. ASN berfungsi, bertugas dan berperan
untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN
senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN
senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan
Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN
disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu
diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas
segalanya).
Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa
hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan
ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam
UU ASN sebagai berikut
PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan bahwa
Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1) jaminan kesehatan;
2) jaminan kecelakaan kerja;
3) jaminan kematian; dan
4) bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai
ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
2) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
3) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
4) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
5) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
7) pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
8) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian
kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi
dan misinya.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
2. mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps profesi ASN Republik
Indonesia memiliki fungsi:
1. pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
2. memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalamimasalah
hukum dalam melaksanakan tugas;
3. memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi; dan
4. menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai korps profesi Pegawai ASN diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data Pegawai ASN. Data
Pegawai ASN paling kurang memuat:
1. data riwayat hidup;
2. riwayat pendidikan formal dan non formal;
3. riwayat jabatan dan kepangkatan;
4. riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5. riwayat pengalaman berorganisasi;
6. riwayat gaji;
7. riwayat pendidikan dan latihan;
8. daftar penilaian prestasi kerja;
9. surat keputusan; dan kompetensi.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai