Anda di halaman 1dari 23

Makalah Gigi COME

TEMPOROMANDIBULAR JOINT DISORDER


(TMJ)

Disusun Oleh :

Aryati Ningsih, S. Ked Lia Pertiwi, S.Ked


Aziddin Gani Harahap, S.Ked Majdah Rummi Rosidi, S.Ked
Elmasita, S.Ked Refica DS, S.Ked
Ilham Yasin Siregar, S.Ked Rika Wandari, S.Ked
Indah Sari, S.Ked Shabrina Maharani, S.Ked
Latifah Ramadani, S.Ked Sri Adeyana, S.Ked

Pembimbing:
Dr. drg. Elita Rafni, Sp.Prost
drg. Rita Endriani, M.Kes
drg. Yulia Absaningsih

KEPANITERAAN KLINIK
COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PUSKESMAS MINAS
SIAK
2019
STRUKTUR REKAM MEDIS PASIEN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU / UPTD PUSKESMAS KAMPAR

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 60 tahun
Alamat : Simpang GKPI
Agama : Kristen
No. RM : 0128XXX

II. ANAMNESIS–Alloanamnesis dengan Ibu Pasien (11 April 2019)


1. Keluhan Utama
Nyeri pada depan daun telinga kiri yang memberat ketika
membuka mulut sejak 2 bulan SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


1 tahun yang lalu, pasien sering mengeluhkan nyeri pada depan daun
telinga kiri. Nyeri diperberat bila pasien mengunyah dan membuka mulut,
nyeri tidak berkurang dengan istirahat sehingga pasien merasa tidak
nyaman ketika makan, berbicara, dan kegiatan lainnya yang
menggerakkan mulut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk benda tajam
disertai sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Bunyi klik saat membuka
mulut (+), rasa berdengung pada telinga (+), riwayat trauma (-). Pasien
lebih dominan mengunyah di sebelah kanan karena gigi geraham kiri
bawahnya berlubang. Pasien juga sering tidur pada sisi kanan. Pasien
sudah mendapat terapi dari spesialis postodonsia.
2 bulan SMRS, pasien kembali mengeluhkan nyeri pada depan daun
telinga kiri yang memberat dikarenakan alat terapi dari spesialis
prostodonsia hilang. Pasien kembali merasa tidak nyaman dan sulit
membuka mulut lebar, makan, tertawa, dan gerakan mulut lainnya.

2
3. Riwayat Penyakit Gigi Dahulu
- Riwayat pencabutan gigi tidak ada.
- Riwayat pembersihan karang gigi tiap 6 bulan.
- Riwayat trauma pada gigi tidak ada
- Riwayat gigi hilang (+) 3 tahun lalu pada geraham rahang atas kanan,
geraham rahang bawah kanan,

4. Riwayat Penyakit Dahulu


- Trauma wajah (-)
- Pemasangan kawat gigi (-)
- Hipertensi (+)
- Diabetes mellitus (+)

5. Riwayat Psikososial
- Pasien ibu rumah tangga.
- Pasien teratur menyikat gigi, 2 kali sehari, pagi dan malam hari.
- Pasien rutin membersihkan karang gigi.

6. Riwayat Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang sama.

3
7. Genogram

Tn.S Ny. R Tn. Z Ny. S

Tn. L62 Ny. R60


Ket: Ny.
Y
: Laki-laki

: Perempuan
RH 40 An 36 MI 30 An 28
: Pasien

:Meninggal

III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF (11 April 2019)


1. Status Pasien
A. Keadaan umum : Komposmentis
B. Vital Sign
 Tekanan darah : 140/90 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Nafas : 24 x/menit
 Suhu : 36,80C
C. Berat badan : 86 kg
D. Tinggi badan : 155 cm
E. Status Gizi : 38,2 (obesitas grade II)
2. Ekstra Oral
A. Kepala : Simetris
B. Wajah
Inspeksi : Asimetris pada 1/3 bawah wajah saat
membuka dan menutup mulut, pembengkakan
(-)

4
Palpasi : Nyeri tekan (+), bunyi kliking (+) pada
perabaan TMJ pada kedua sisi
C. Kelenjar lymphonodi : Tidak ada pembesaran KGB regio leher.
3. Intra Oral
A. Inspeksi:
1. Jaringan Lunak
a. Bibir : Warna merah muda dan tidak kering.
b. Mukosa bibir : Warna merah muda, tidak kering, lesi (-),
stomatitis (-)
c. Mukosa pipi : Warna merah muda, lesi (-) stomatitis (-).
d. Gusi : Normal, warna merah muda, kemerahan
(-), bengkak (-), fistula (-).
e. Lidah : Warna merah muda, lesi (-) ukuran normal.
f. Dasar mulut : Lesi (-), torus mandibularis(-).
g. Palatum durum : Torus palatinus (-), lesi (-), kedalaman
normal.
h. Palatum mole : Lesi (-).
i. Tonsil : Ukuran T1-T1.
2. Jaringan keras (gigi)
a. Karies : Gigi 43
b. Diastema/spacing : (-)
c. Radix : Gigi 12
d. Supernumerary teeth: (-)
e. Plak dan kalkulus : Gigi 47, 18, 17, 16, 15, 28, 27, 26, 25
f. Hilang : Gigi 46
B. Palpasi : Kegoyangan (-), pembengkakan gusi (-)
C. Perkusi : Nyeri (+)
D. Tes termal/Suhu : Tidak dilakukan
E. Fungsi : Fungsi mengunyah dan estetika terganggu

5
FORMULIR PEMERIKSAAN ODONTOGRAM

NAMA LENGKAP : Ny. R JENIS KELAMIN : Perempuan


NO RM : 010XXX Usia : 60 tahun

Keterangan :
: karies M : Mesial
: sisa akar (radiks) O : Oklusal
: hilang D : Distal
SOU : normal V : Vestibular
PRE : partial erupted L : Lingual

11 [51] SOU (Normal) SOU (Normal) 21 [61]


12 [52] RADIX SOU (Normal) 22 [62]
13 [53] SOU (Normal) SOU (Normal) 23 [63]
14 [54] SOU (Normal) SOU (Normal) 24 [64]
15 [55] SOU (Normal) SOU (Normal) 25 [65]
16 SOU (Normal) SOU (Normal) 26
17 SOU (Normal) SOU (Normal) 27
18 SOU (Normal) SOU (Normal) 28

48 SOU (Normal) SOU (Normal) 38


47 SOU (Normal) SOU (Normal) 37
46 Hilang SOU (Normal) 36
45 [85] SOU (Normal) SOU (Normal) 35 [75]
44 [84] SOU (Normal) SOU (Normal) 34 [74]
43 [83] Karies SOU (Normal) 33 [73]
42 [82] SOU (Normal) SOU (Normal) 32 [72]

6
41 [81] SOU (Normal) SOU (Normal) 31 [71]
DIPERIKSA OLEH: TANGGAL TANDA TANGAN
(drg. Yulia Absaningsih) PEMERIKSAAN PEMERIKSA:
(15/5//2019)

Foto Gigi Pasien (Setelah Tindakan)

IV. DIAGNOSIS
Di Puskesmas pasien didiagnosis dengan :
1. TMJ Disorder
2. Radix : Gigi 12
3. Karies : Karies profunda gigi 43

7
4. Gigi hilang : Gigi 46
5. Kalkulus : Gigi 47, 18, 17, 16, 15, 28, 27, 26, 25

V. RENCANA PERAWATAN
1. TMJ Disorder
Direncanakan dirujuk ke dokter gigi spesialis ortodonsia
2. Radiks gigi 12
Radiks gigi direncanakan untuk diekstraksi
3. Karies pada gigi 43 direncanakan untuk ditambal
4. Kalkulus gigi 47, 18, 17, 16, 15, 28, 27, 26, 25 direncanakan scalling
5. Gigi hilang pada gigi 46 direncanakan dirujuk ke dokter gigi spesialis
prostodontis untuk pembuatan prostesa

VI. PENATALAKSANAAN DI PUSKESMAS


1. Pemeriksaan gigi dan konsultasi
2. Edukasi untuk scalling gigi bila TMJ sudah terkontrol
3. Pemberian asam mefenamat 3 x 500 mg
4. Kompres TMJ dengan handuk hangat, latihan membuka dan menutup mulut
dengan kedua pergelangan tangan menekan struktur kedua sisi TMJ setiap
pagi dan malam hari
5. Edukasi pasien untuk menghindari makan makanan yang keras serta tidak
memasukkan makanan ke dalam mulut dalam jumlah atau ukuran yang besar
6. Oral Hygiene Instruction tentang menyikat gigi minimal 2 kali sehari yaitu
sesudah sarapan dan sebelum tidur
7. Rujuk ke dokter gigi spesialis prostodontis

VII. Post rujukan ke spesialis kedokteran gigi


1. Foto rontgen panoramik dan TMJ (27/05/2019)

8
Interpretasi:
Tampak caries gigi 1.8, 4.4
Tampak radix gigi 4.5
Tak tampak periradiculitis
Tampak multipel missing
Sistema tulang yang tervisualisasi intak

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi temporomandibular joint (TMJ)


Temporomandibuler joint (TMJ), juga dikenal sebagai artikulasio
kraniomandibuler, merupakan struktur yang menghubungkan bagian skuamosa tulang
temporal dengan kaput kondilus mandibula. Artikulasio mandibula ditandai sebagai
sendi diartrodial bilateral atau yang dapat berpindah dengan bebas. TMJ juga
merupakan artikulasio yang kompleks dikarenakan terdapat dua sendi sinovial yang
terpisah (kanan dan kiri), di mana terdapat diskus atau meniscus intrakapsuler dan
kedua sendi tersebut memiliki fungsi koordinasi. Komponen dari TMJ yaitu fossa
mandibula atau glenoid, tuberkulum artikulasio, kondilus, diskus yang terpisah,
kapsul fibrosa artikulasio, dan ligament ekstrakapsuler.1
Struktur TMJ lateral diperdarahi oleh cabang temporal superfisial dari arteri
karotis eksterna. Bagian dalam dan ke aspek posterior pada bagian kapsul retrodiskus
diperdarahi oleh cabang aurikula profunda, aurikula posterior, dan maseterika dari
arteri maksilaris interna. Vaskuler foramina memperdarahi otot pterigoid lateral dan
kaput kondilus. TMJ dipersarafi oleh cabang ketiga (nervus mandibula) dari nervus
kranialis V (nervus trigeminal). Tiga cabang dari nervus mandibula berakhir pada
kapsul sendi, yaitu nervus aurikulotemporalis, nervus mareterika, dan cabang dari
nervus temporal profunda posterior.1

Gambar 1 Anatomi TMJ dan struktur lainnya2

10
2.1.1 Fossa glenoid atau fossa mandibula, komponen kranial
Fossa glenoid berbatasan secara anterior terhadap protuberans atau tuberkel
artikularis, struktur ini merupakan penonjolan kecil dari arkus zigomatikum dengan
skuama temporal yang permukaannya lembut dan tulang yang tipis . Fossa glenoid
juga berbatasan secara posterior terhadap tuberkel postglenoid konikal minor, struktur
ini berbatasan dengan basis timpani dari kanal auditorius ekstrena. Fossa glenoid
membentuk celah antara fossa kranial medial dan TMJ pada atapnya. Struktur fossa
ini tidak terdapat vaskular dan dilapisi fibrokartilago.1

1. Protuberans artikularis
2. Tuberkulum postglenoid
3. Fossa glenoid
4. Kanal auditorius eksternal

Gambar 2 komponen kranial pada sistem artikulasio temporomandibula1


2.1.2 Kondilus mandibula
Bagian dari kondilus mandibula yaitu kaput atau prosesus kondilus yang
berbentuk oval dan leher mandibula yang tipis. Bentuk struktur ini melebar secara
lateral dan menyempit secara medial. Kondilus pada umumnya (58%) sedikit konveks
di atas, dengan radius kelengkungannya lebih besar daripada jarak dari medial ke
lateral. 25% dari populasi manusia memiliki kondilus yang datar di atas, 12%
memiliki bentuk kondilus yang tajang dan 3% memiliki bentuk bulat. Dua kondilus
pada pasien dapat asimetris. Strukur ini dilapisi oleh jaringan fibrokartilago, tidak
oleh kartilago hialin seperti sendi lainnya.1

11
Gambar 3 Variasi bentuk dari kaput kondilus mandibula1

2.1.3 Kapsul TMJ


Kapsul TMJ merupakan lapisan tipis dari jaring fibrosa yang melapisi sendi
keseluruhan. Struktur ini berbentuk corong yang bergabung dengan periosteum dari
leher mandibula dan berkembang menjadi meniskus. Kapsul ini menempel di depan
atas terhadap batas anterior dari protuberans artikularis dan menempel di belakang
pada fisura skuamotimpanikum dan pada permukaan prosesus postglenoid dan
dikelilingi oleh permukaan artikulasio kranialis dan di bawah leher kondulus. Di
dalam kapsul jaringan fibrosa terdapat membran sinovial yang licin. 1

2.1.4 Ligamen lateral atau ligamen TMJ


Sturktur ini mengikat kapsul TMJ, memanjang ke bawah dan belakang dari
protuberans artikularis ke leher kondilus sisi luar posterior. Serat posteriornya
bergabung dengan serat kapsul. Ligamen ini terdiri dari serat kolagen yang tidak
bagus untuk diregangkan sehingga dapat menjaga keutuhan dan keterbatasan gerakan
TMJ. Ligamen ini membatasi perpindahan rahang ke anterior dan mencegah dislokasi
posterior, sehingga disebut dengan “check ligament” TMJ. Pada kondisi tertentu, bila
pergerakan sendi melawan fungsi ligamen secara menetap, maka ligamen ini akan
memanjang dan membentuk perubahan biomekanik sendi dan perubahan patologis
tertentu.1

12
Gambar 4 Komponen mandibula pada artikulasio TMJ1

2.1.5 Diskus artikularis atau meniskus artikularis


Meniskus atau diskus intervensi berbentuk bikonkaf pada penampang sagital.
Permukaan superior berbentuk konkaf-konveks menyesuaikan bentuk anatomi fossa
glenoid dan permukaan inferior berbentuk konkaf menyesuaikan bentuk kaput
kondilus. Diskus ini membagi celah artikularis menjadi dua bagian:
1. Kompartemen bawah (kondilodiskus) atau inferior: di antara kondilus dan
diskus
2. Kompartemen atas (temporodiskus) atau superior: di antara diskus dengan
tulang temporal atau fossa glenoid1

Keterangan:
1. Meniskus atau diskus
artikularis
2. Kompartemen
temporodiskus
3. Kompartemen
kondilodiskus
4. Jaringan retrodiskus

L dan M: perlekatan kapsul


secara lateral dan medial
A: Hubungan anterior
B: Zona bilaminer
C: Hubungan intermediet
D: Hubungan posterior
terhadap diskus

Gambar 5 (A) Kompartemen celah artikulasio TMJ dan (B) Perlekatan diskus dengan
kapsul ke kaput kondilus1

13
2.1.6 Otot-otot pada pergerakan TMJ
Otot-otot mastikasi atau pengunyah pada kepala terdiri dari empat otot kuat
pada mandibula, yaitu muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus
pterigoideus lateralis, dan muskulus pterigoideus medialis. Otot-otot leher yang juga
berperan terhadap gerakan pada mandibula yaitu muskulus platisma, muskulus
digastrikus, muskulus milohioideus, dan muskulus geniohioideus. Fungsi otot
mastikasi yaitu untuk elevasi mandibula dan menarik kolum mandibula ke depan,
sedangkan fungsi beberapa otot leher yang disebutkan yaitu untuk depresi
mandibula.2

Gambar 6 TMJ ketika mulut tertutup (A) dan mulut terbuka (B)2

Gambar 7 Otot-otot mastikasi dan otot leher yang melekat pada mandibula2

2.1.7 Kondisi fisiologis TMJ


Pada peregerakan TMJ, mandibula dapat melakukan gerakan depresi, elevasi,
protraksi, atau retraksi.1,2 Depresi mandibula terjadi ketika membuka mulut oleh
kontraksi muskulus digastrikus, geniohioideus dan milohioideus, dan tarikan
muskulus pterigoideus lateral sehingga diskus artikularis tertarik ke depan dan ke atas
tuberkulum artikularis. Gerakan elevasi mandibula diakibatkan oleh kontraksi
muskulus temporalis, muskulus maseter, dan muskulus pterigoideus medialis
14
sehingga kaput mandibula dan diskuks artikularis ditarik ke belakang. Gerakan
protraksi diakibatkan oleh kontraksi muskulus pterigoideus lateralis kedua sisi dan
dibantu oleh kedua muskulus pterigoideus medial sehingga gigi bawah ditarik ke
depan melewati gigi atas. Gerakan retraksi mandibula terjadi akibat kontraksi serabut-
serabut posterior muskulus temporalis sehingga diskus artikularis dan kaput
mandibula tertarik ke belakang ke dalam fossa mandibula.2
Perpindahan lateral atau rotasi juga dapat terjadi ketika mengunyah, gerakan
ini merupakan gerakan bergantian protraksi dan retraksi mandibula masing-masing
sisi. Ketika istirahat gigi rahang atas dan bawah sedikit terpisah, pada gerakan
mengatup rahang atau menutup mulut gigi akan saling bertemu.2

2.2 Gangguan temporomandibuler/temporomandibular disorders (TMD)


TMD didefinisikan sebagai kumpulan gejala akibat kondisi pada artikulasio
atau muskulus mastikasi pada rahang dengan mekanisme penyebab yang bervariasi
dan berbeda. Gejala yang umum dikeluhkan yaitu salah satu atau kombinasi nyeri
pada rahang, wajah, kepala atau telinga, bunyi gerakan sendi (klik, letupan atau
krepitasi), keterbatasan membuka atau menutup rahang, atau rahang terkunci. Gejala
penyerta, tanpa ditemukannya penyebab dan efek, yaitu nyeri kepala generalisata,
nyeri leher, tinitus, rasa telinga penuh atau gangguan pendengaran, dan pusing.3,4
TMD jarang mengancam nyawa, tetapi dapat berdampak berat pada kualitas hidup
seseorang.4
Faktor predisposisi TMD yaitu kondisi anatomi, metabolik, genetik, dan
psikologi. Faktor presipitasi atau inisiasi TMD yaitu trauma langsung (pukulan pada
rahang), trauma tidak langsung (cedera servikal), beban yang berulang seperti
mikrotrauma oleh karena gerakan clenching dan grinding. Faktor agrevasi yang dapat
memperberat TMD yaitu stres, coping skill yang buruk, kebiasaan buruk yang
dilakukan terus menerus (clenching, grinding), postur yang buruk, dan tidur
nonrestoratif.4
TMD diklasifikasi berdasarkan asal kelainan menjadi gangguan intrinsik (intra
artikulasio) dan gangguan ekstrinsik (ekstra artikulasio). Faktor ekstrinsik tidak
berhubungan langsung dengan struktur TMJ, sedangkan faktor intrinsik melibatkan
keterbatasan gerakan kapsul TMJ. Faktor ekstrinsik pada gangguan TMJ yaitu:1
1. Penggunaan splint pelindung otot
2. Spasme otot mastikasi (myofacialpain-dysfunction syndrome)
15
3. Inflamasi otot mastikasi (miositis)
4. Artritis trauma
5. Fraktur
6. Internal disk derangement
7. Miositis dan miospasme
8. Tendonitis
9. Kontraktur otot elevator (kontraktur miofibrotik)1

Gangguan dikarenakan faktor intrinsik yaitu:


1. Trauma: dislokasi, subluksasi, hemartrosis, fraktur intrakapsula atau
ekstrakapsula
2. Internal disk displacement arah anterior dengan reduksi atau tanpa reduksi
3. Artritis: osteoartrosis, artritisrheumatoid, juvenile rheumatoid arthritis, artritis
infeksius
4. Defek perkembangan: agenesis atau aplasia kondilus, kondilus bifid,
hipoplasia atau hiperplasia kondilus
5. Ankilosis
6. Neoplasma1

Dislokasi TMJ dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, maupun parsial
atau komplit. Klasifikasi dislokasi TMJ menurut arah yaitu anterior, superior, lateral,
atau posterior. Dislokasi mandibula anterior, jenis dislokasi yang sering terjadi, dapat
diklasifikasi menjadi dislokasi akut (luksasi komplit), subluksasi kronik
rekurens/habitualis, dan dislokasi kronik menahun.1 Pembagian dislokasi TMJ
menurut pemeriksaan klinis-radiologi oleh Akinbami yaitu:5
1. Tipe I, kaput kondilus langsung berada di bawah dari tepi protuberans
artikulasio
2. Tipe II, kaput kondilus berada di depan dari tepi protuberans artikulasio
3. Tipe III, kaput kondilus berada di atas depan dari basis protuberans5

Klasifikasi gangguan artikulasio TMJ menurut American Academy of


Orofacial Pain’s tahun 2008 yang dimodifikasi terdiri dari:6

16
1. Kongenital, gangguan perkembangan dan gangguan didapat
Gangguan perkembangan pada TMJ yaitu agenesis, aplasia, hipoplasia, dan
hiperplasia. Gangguan yang didapat yaitu neoplasma, sekitar 3% metastasis ke
mandibula bagian korpus atau ramus.6
2, Gangguan susunan diskus
Gangguan susunan diskus merupakan kelainan hubungan anatomi atau
kesalahan letak pada diskus artikularis dan kondilus. Masih diduga bahwa
ligamen diskus kolateral yang teregang atau robek yang menyebabkan
dislokasi diskus.6
b. Dislokasi diskus dengan reduksi (tersering)
c. Dislokasi diskus tanpa reduksi
d. Dislokasi temporomandibuler
3. Gangguan inflamasi
Kondisi ini dapat diakibatkan oleh trauma, infeksi, atau degenerasi kartilago,
atau sekuele dari poliartritis sistemik atau penyakit kolagen seperti artritis
reumatoid, lupus, sindrom Reiter, ditandai dengan nyeri sendi terlokalisir
ketika rahang digerakkan.6
a. Sinovitis dan kapsulitis
b. Poliartritides
4. Osteoartritis (gangguan non inflamasi)
Osteoartritis (OA) adalah kondisi degeneratif non inflamasi pada sendi yang
ditandai dengan kerusakan dan abrasi jaringan artikulasio dan perubahan
bentuk pada tulang subkondral oleh karena beban berlebihan pada mekanisme
remodeling. Pada pasien yang diduga OA terjadi mekanisme beban berlebihan
yang menghasilkan radikal bebas, sitokin, katabolis asam lemak, neuropeptida,
dan enzim penghancur matriks sehingga terjadi degenerasi jaringan.6
a. Aktif
b. Stabil
c. Ankilosis
d. Kondilar fraktur

Klasifikasi gangguan otot mastikasi menurut American Academy of Orofacial


Pain (AAOP) yang dimodifikasi yaitu mialgia lokal, nyeri miofasial, mialgia
termediasi sentral, miospasme, miositis dan tendonitis, kontraktur miofibrotik, dan

17
neoplasia.6 Selain klasifikasi dari AAOP, gangguan TMJ juga diklasifikasi oleh
Diagnostic Criteria for TMD (DC/TMD) untuk klinis atau The Research Diagnostic
Criteria for TMD (RDC/TMD) untuk penelitian TMD. Kedua klasifikasi ini
menggunakan dua aksis, aksis pertama menilai model biopsikososial nyeri
diakibatkan TMD dan aksis kedua untk menilai status psikososial dan gangguan
akibat nyeri. Diagnosis aksis pertama nyeri yang sering disebabkan oleh TMD pada
DC/TMD dibagi menjadi subkelas 4 besar, yaitu:7
1. Mialgia (nyeri miofasial pada RDC/TMD), dibagi menjadi 3 subdivisi
berdasarkan palpasi: mialgia lokal, nyeri miofasial, nyeri miofasial dengan
penjalaran
2. Tendonitis
3. Miositis
4. Spasme7

Diagnosis aksis pertama pada gangguan artikulasio TMJ pada DC/TMD


yaitu:7
1. Disc displascement (DD) pada TMJ dengan reduksi
2. DD dengan reduksi dengan intermittent locking
3. DD pada TMJ tanpa reduksi dengan keterbatasan membuka mulut
4. DD pada TMJ tanpa reduksi tanpa keterbatasan membuka mulut
5. Degenerative joint disease (DJD)
6. Subluksasi7

Diagnosis aksis kedua diperluas dengan instrumen penilaian baru terhadap


sikap nyeri, status psikologis, dan fungsi psikososial. Instrumen skrining yang
disarankan pada aksis kedua yaitu The Patient Health Questionnarie-4 (PHQ-4), The
Graded Chronic Pain Scale (GCPS), gambar lokasi nyeri pada kepala, rahang dan
badan, 8 pertanyaan dari The Jaw Functional Limitation Scale (JFLS), dan The Oral
Behaviors Checklist (OBC).7
Dislokasi akut dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik atau pun faktor
intrinsik. Faktor ekstrinsik dislokasi akut sebagian besar (60%) disebabkan oleh
trauma pada artikulasio, seperti pukulan pada dagu ketika mulut terbuka, penggunaan
mouth gag yang kurang hati-hati ketika anestesi umum, penekanan berlebihan pada
mandibula ketika ekstraksi gigi, atau trauma yang berhubungan dengan gangguan
kejiwaan. Faktor intrinsik menyebabkan dislokasi pada 40% kasus seperti menguap

18
berlebihan, muntah, menyanyi terlalu kuat, memainkan alat musik tiup, tertawa terlalu
kuat atau membuka mulut terlalu lebar ketika makan atau mimik wajah berlebihan
atau dikarenakan serangan bangkitan. Faktor intrinsik berhubungan dengan spasme
otot pterigoid lateral serta spasme otot mengunyah lainnya menyebabkan kaput
kondilus terkunci pada posisi anterior di dalam fossa infratemporal dan tidak dapat
dimanipulasi kembali ke mulut menutup, sehingga tidak dapat dilakukan reduksi
tanpa bantuan.1
Subluksasi atau dislokasi habitual/rekuren kronis merujuk kepada episode
dislokasi berulang di mana terdapat kelainan ekskursi anterior kondilus di bawah
eminens artikulasio tetapi pasien dapat memanipulasi ke posisi normal. Kondisi ini
dikenal dengan trias kekakuan kapsul dan ligamen, erosi dan pendataran eminens,
serta trauma. Faktor presipitasi subluksasi ini yaitu menguap, muntah, dan tertawa.
Subluksasi juga dapat ditemui pada epilepsi berat, miotonika distrofia, dan sindrom
Ehlers-Danlos, pekerja seperti guru, pembicara atau pemusik.
Diagnosis dislokasi TMJ didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Keluhan pasien umumnya berhubungan dengan gangguan gerakan rahang, seperti
membuka dan menutup mulut atau mengunyah, nyeri pada region preaurikuler,
maseter dan temporal, bunyi tambahan pada rahang (bunyi klik, gesek, krepitasi),8
nyeri pada leher, siku atau nyeri punggung.9 Dislokasi TMJ dikatakan kronik bila
keluhan nyeri lebih dari tiga bulan. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaan
inspeksi dan palpasi kepala dan leher, penilaian nervus kranialis, penilaian ortopedi
pada TMJ, servikalis, penilaian otot servikal dan masikasi, dan penilaian intraoral. 6
Gangguan TMJ dapat ditemukan adanya kelainan gerakan mandibula, penurunan
range of motion, nyeri tekan pada otot mengunyah, nyeri ketika digerakkan, tanda
bruxism, dan nyeri tekan pada leher atau bahu.3
Pemeriksan harus menilai adanya maloklusi yang dapat berpengaruh terhadap
gangguan TMJ. Pemeriksaan penunjang pada gangguan TMJ dapat digunakan untuk
mengetahui etiologi dan menentukan struktur yang terganggu.3,6 Pemeriksaan
laboratorium kimia darah digunakan untuk menentukan adanya artritis sistemik.
Radiografi polos (potongan transkranial atau transmaksilaris) atau panoramik dapat
melihat adanya fraktur akut, dislokasi, dan penyakit degeneratif berat. Computed
tomography digunakan pada penilaian morfologi tulang dan magnetic resonance
digunakan untuk penilaian komprehensif pada pasien dengan tanda dan gejala
gangguan TMJ.3
19
Tatalaksana pada dislokasi TMJ bervariasi dari relokasi bimanual pada kaput
kodilus hingga prosedur bedah invasif.1 Sebagian besar keluhan pasien gangguan
TMJ berkurang dengan tatalaksana non invasif konservatif.3,4 Pada penelitian follow-
up jangka waktu lama menunjukkan 85-90% pasien sedikit hingga tidak mengeluhkan
gejala setelah tatalaksana konservatif.3
Tatalaksana pada dislokasi akut TMJ yang dapat dilakukan, tergantung pada
besarnya spasme otot yang terkena dan derajat nyeri, yaitu manipulasi tanpa anestesi
atau manipulasi dengan anestesi lokal/umum. Pasien yang akan dilakukan anestesi
lokal diminta duduk pada kursi dental, dan anestesi diinjeksikan pada fossa glenoid,
sedangkan pasien yang akan dilakukan anestesi umum berbaring pada meja operasi.
Operator berdiri di depan pasien dan memegang mandibula dengan kedua tangan pada
tiap sisi, kedua jari jempol yang dilapisi kain kasa diletak pada permukaan oklusal
rahang bawah dan keempat ujung jari pada bawah dagu. Operator harus menggunakan
tenaga besar menarik rahang ke bawah pada gigi posterior serta menaikkan dagu
secara bersamaan. Gerakan tersebut akan mengatasi spasme otot serta menarik kaput
kondilus ke bawah eminens artikulasio. Kemudian mendorong mandibula ke belakang
untuk meletakkan kaput kondilus kembali ke posisi awal. Setelah tindakan reduksi
pasien diminta untuk menutup mulut dan membatasi membuka mulut, diberi
imobilisasi dengan balutan kassa barrel bandage selama 10-14 hari, pasien disarankan
diet semi padat, pasien diberikan obat anti inflamasi dan analgesik selama 3-5 hari.1
Tatalaksana dislokasi TMJ akut selain manipulasi dapat dilakukan reduksi
dengan merangsang refleks muntah pada palatum durum atau prosedur bedah terbuka
(insisi preaurikuler dan manipulasi langsung). Bila tindakan tersebut tidak berhasil
maka dilakukan eminektomi atau kondilektomi.1
Tatalaksana bedah pada subluksasi sebagian besar dikatakan sulit dilakukan
dan kurang berhasil setelah periode waktu tertentu. Prosedur yang dapat dilakukan
yaitu fiksasi intermaksila atau pembatasan pembukaan oral dengan splint elastis pada
lengkung maksila dan mandibula, menggunakan injeksi larutan sklerosis ke celah
artikulasio.1
Tatalaksana farmakologi digunakan untuk menangani nyeri diakibatkan oleh
gangguan TMJ. Obat yang dapat digunakan yaitu analgesik golongan non opioid
(parasetamol), anti inflamasi non steroid (ibuprofen, naproksen, nabumeton),6
benzodiazepin sebagai obat anti cemas dan diberikan dalam jangka waktu pendek
(alprazolam, lorazepam, diazepam),6 antidepresan golongan trisiklik dosis rendah (10-
20
50 mg) seperti amitriptilin, desipramin, atau nortriptilin,4 antiepilepsi diberikan pada
kondisi nyeri persisten (gabapentin, pregablin),6 dan muscle relaxant (siklobenzaprin,
metaksolon, tizanidin),6 tidak disarankan untuk menggunakan opioid.3 Penggunaan
opioid hanya pada kasus nyeri akut berat dan hanya dapat diberikan pada jangka
waktu pendek dikarenakan opioid menyebaban toleransi dan ketergantungan.6 Opioid
generasi baru seperti tramadol dilaporkan memiliki hasil yang baik.4 Pada kasus
kronis tiga hingga enam bulan dan kasus nyeri sedang-berat yang tidak respon dengan
pengobatan lainnya dapat diberikan sensitasi sentral, obat antidepresan golongan
trisiklik, dan obat antikejang seperti gabapentin. Penggunaan splint oklusal diduga
dapat menangani atau mencegah tekanan degeneratif pada TMJ, diskus artikulasio
dan gigi.3
Edukasi kepada pasien perlu diperhatikan dikarenakan pemahaman pasien
mengenai kondisi gangguan TMJ akan meningkatkan motivasi, kerja sama, dan
kepatuhan terapi. Pada pasien dengan gangguan TMJ ringan diberi nasihat untuk
memberi istirahat pada sistem mastikasi dengan memperhatikan posisi rahang saat
istirahat dengan cara menghindari kontak susunan gigi rahang atas dan bawah kecuali
menelan (menghindari clenching), memperbaiki kebiasaan oral yang tidak baik seperti
menonjolkan rahang, mengempiskan pipi, atau menguatkan lidah, menghindari
mengunyah pada sisi sebelah atau sisi yang terkena, menghindari membuka mulut
yang lama,6 dan menghindari makan makanan yang keras.4 Pasien dapat disarankan
untuk kompres hangat6 selama 20 menit4 atau pijatan ringan untuk mengurangi gejala
nyeri, tetapi pada kasus akut diberikan kompres dingin6 selama kurang dari 72 jam4
dan menghindari posisi kepala yang maju.4

21
BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis TMJ disorder pada pasien didapatkan berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhkan nyeri
pada depan daun telinga kiri yang memberat ketika membuka mulut. Berdasarkan
pemeriksaan fisik ditemukan adanya asimetris pada 1/3 bawah wajah, dominan ke
arah kanan, pada palpasi ditemukan gerakan sendi TMJ kiri dan kanan berkurang baik
membuka mulut maupun menggerakkan rahang ke arah lateral, dan pada auskultasi
adanya kliking saat membuka dan menutup mulut.
Temporomandibular disease adalah suatu keadaan di mana terdapat berbagai
macam keluhan pada rahang, baik rasa nyeri, kaku untuk membuka dan menutup
mulut, deviasi saat membuka mulut, yang disebabkan oleh berbagai macam kondisi.
Rasa sakit ini dicetuskan oleh gerakan sendi, biasanya menimbulkan rasa sakit tak
jelas, unilateral, di sekitar telinga dan samping wajah diasumsikan bahwa hal ini
disebabkan oleh spasme otot-otot pterygoid lateral.
Gangguan temporomandibular joint dapat mengakibatkan nyeri kepala
dikarenakan kontraksi otot yang terus menerus terjadinya serangan yang disebabkan
oleh vasokonstriksi pembuluh darah intrakranial sehingga aliran darah otak menurun
yang dimulai di bagian oksipital dan meluas ke anterior perlahan-lahan, melintasi
korteks serebri dan diikuti oleh vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial dan
menimbulkan migrain. Sedangkan mekanisme terjadinya kliking ini terjadi karena
adanya perubahan letak, bentuk dan fungsi dari komponen sendi temporomandibula.
Bunyi yang dihasilkan dapat bervariasi, mulai dari lemah dan hanya terasa oleh pasien
hingga keras dan tajam. Bunyi ini dapat terjadi di awal, pertengahan dan akhir gerak
buka dan tutup mulut.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Temporomandibular joint: afflictions and management. In: Malik NA. Textbook


of oral and maxillofacial surgery. Fourth edition. New Delhi: Jaypee brothers
medical publishers (P) Ltd; 2016. p. 333-57.
2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.
3. Gauer RL, Semidey MJ. Diagnosis and treatment of temporomandibular disorder.
American Family Physician. March 15,2015;19(6):378-88.
4. Goddard G, Mauro G. Temporomandibular disorders, a review of current
diagnosis and treatment. Dental Cadmos, May 2018;86(5):364-75.
5. Akinbami BO. Evaluation of the mechanism and principles of management of
temporomandibular joint dislocation. Systematic review of literature and a
proposed new classification of temporomandibular joint dislocation. Head&Face
Medicine. 2011;7:10.
6. McNeill C, Rudd PA. Diagnosis and non-surgical management of orofacial pain.
In: Andersson L, Kahnberg K-E, Pogrel MA. Oral and maxillofacial surgery.
Oxford: Wiley-Blackwell; 2010. p. 1175-96.
7. Schiffman E, Ohrbach R, Truelove E, Look J, Anderson G, Goulet J-P, et al.
Diagnostic criteria for temporomandibular disorders (DC/TMD) for clinical and
research applications: recommendations of the international RDC/TMD
consortium network and orofacial pain special interest group. J Oral Facial Pain
Headache. 2014;28(1):6-27.
8. Scrivani SJ, Keith DA, Kaban LB. Temporomandibular disorders. N Engl J Med.
2008;359(25):2693-2705.
9. Cooper BC, Kleinberg I. Examination of a large patient population for the
presence of symptoms and signs of temporomandibular disorders. Cranio.
2007;25(2):114-126.

23

Anda mungkin juga menyukai