Anda di halaman 1dari 41

KEPEMIMPINAN

BUDI SUHARNO, S.Kp., M.Kes


Pengertian

Tannebaum, Weschler and Nassarix, 1961


Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam
situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.

Shared Goal, Hemhil and Coons, 1957


Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin
pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
Rauch & Behling, 1984
Kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktifitas suatu kelompok yg
diatur untuk mencapai suatu tujuan bersama

Jacobs & Jagques, 1990


Kepemimpinan adalah yg memberi arti (penuh
arti kepemimpinan) pada kerjasama dan
dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin
dalam mencapai tujuan
Swansburg (1995)
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya
mencapai penetapan dan pencapaian tujuan

Menurut George Terry (1986)


Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang
lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai
tujuan kelompok

Sullivan & Decker, 1989


Kepimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang
dlm mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya sesuai dg kemampuan ()
Kesimpulan

Definisi pengertian kepemimpinan diatas maka


kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses
interaktif yang dinamis yang mencakup tiga
dimensi yaitu dimensi pimpinan, bawahan dan
situasi.
Perbedaan Kepemimpinan dan
Manajemen
KEPEMIMPINAN MANAJEMEN
Menekankan pada Pengkoordinasian dan
proses perilaku yang pengintegrasian semua
berfungsi di dalam dan sumber yang ada
di luar sutu organisasi, melalui proses
seorang pemimpin perencanaan,
harus dapat pengorganisasian,
memotivasi dan pengarahan dan
member inspirasi pengawasan dalam
orang lain secara pencapaian tujuan
individu maupun
secara kelompok.
Teori-teori Dalam Studi Kepemimpinan

 Teori Great Man dan Teori Big Bang


 Teori Sifat (Karakteristik) Kepribadian (T
 Teori Perilaku (Behavior Theories)
 Teori Kontingensi atau Teori Situasional
Teori Great Man dan Teori Big Bang
 Kepemimpinan merupakan bakat atau
bawaan sejak seseorang lahir
 Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bhw
teori ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan
diciptakan
 Kekuasaan berada pd sejumlah org tertentu,
yang melalui proses pewarisan memiliki
kemampuan memimpin atau karena
keberuntungan memiliki bakat untuk
menempati posisi sebagai pemimpin
 “Asal Raja Menjadi Raja”
Teori Big Bang
 Suatu peristiwa besar menciptakan
seseorang menjadi pemimpin
 Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut
 Situasi mrpk peristiwa besar seperti revolusi,
kekacauan/kerusuhan, pemberontakan,
reformasi dll
 Pengikut adalah orang yang menokohkan
seseorang dan bersedia patuh dan taat
Teori Sifat (Karakteristik)
Kepribadian (Trait Theories)
 Seseorg dpt menjadi pemimpin apabila memiliki
sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin
 Titik tolak teori :
 Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat kepribadian baik secara fisik
maupun psikologis
 Keefektifan pemimpin ditentukan oleh sifat,
perangai atau ciri kepribadian yang bukan
saja bersumber dari bakat, tapi dari
pengalaman dan hasil belajar
Karakteristik kepribadian (Cheser)

Sifat-sifat Pribadi :
1.Fisik
2.Kecakapan (skill)
3.Teknologi
4.Daya tanggap (perpection)
5.Pengetahuan (knowledge)
6.Daya ingat (memory)
7.Imajinasi (imagination)
Sifat-sifat pribadi yang merupakan watak yang
lebih subyektif, yakni keunggulan seorang
pemimpin dalam keyakinan, ketekunan, daya
tahan, keberanian dll
Karakteristik kepribadian (Davis)

Ada 4 sifat umum yang efektif


1. Kecerdasan
2. Kedewasaan dan keluasan pandangan
sosial
3. Motivasi diri dan dorongan
4. Sikap-sikap hubungan sosial
Karakteristik kepribadian, Collons dalam
A Dale Tempe (1993)
Sifat yg harus dimiliki pemimpin agar dapat
mengefektifkan organisasi adalah:
Kelancaran berbicara
Kemampuan memecahkan masalah
Pandangan ke dalam masalah kelompok (organisasi)
Keluwesan
Kecerdasan
Kesediaan menerima tanggung jawab
Keterampilan sosial
Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya
Karakteristik kepribadian, Yulk dalam
Hersey dan Blanchard (1998)
Karakteristik pemimpin sukses terdiri dari :
 Cerdas
 Terampil secara konseptual
 Kreatif
 Diplomatis dan taktis
 Lancar berbicara
 Memiliki pengetahuan ttg tugas kelompok
 Persuasive
 Memiliki keterampilan sosial
Sedangkan Robins (1996) mengatakan bhw teori ini
adalah teori yang mencari ciri-ciri kepribadian sosial,
fisik atau intelektual yang membedakan pemimpin
dan yang bukan pemimpin
Karakteristik kepribadian, Bennis dalam
Hersey dan Blanchard (1998)

1. Management of Attention
Kemampuan mengkomunikasikan tujuan atau
arah yg dpt menarik perhatian anggota
2. Management of Meaning
Kemampuan menciptakan dan
mengkomunikasikan makna tujuan secara jelas
3. Management of Trust
Kemampuan untuk dipercaya dan konsisten
4. Management of Self
Kemampuan mengendalikan diri dalam batas
kekuatan dan kelemahan
Ringkasan dari Sifat

 Intelegensi (kecerdasan)
 Kematangan dan keluasan pandangan
sosial
 Memiliki motivasi dan keinginan
berprestasi
 Memiliki hubungan manusiawi
Kelemahan Teori Sifat

 Tidak selalu ada relevansi antara sifat-


sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan
 Situasi dan kondisi tertentu yang
ternyata memerlukan sifat tertentu pula
berbeda dari yang lain
Teori Perilaku (Behavior Theories)
1. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung
pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-
fungsi kepemimpinan
2. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari:
a. cara melakukan pengambilan keputusan

b. cara memerintah (instruksi)

c. cara memberikan tugas

d. cara berkomunikasi

e. cara mendorong semangat bawahan

f. cara membimbing dan mengarahkan

g. cara menegakkan disiplin,

h. cara memimpin rapat,

i. cara menegur dan memberikan sanksi


Beberapa Teori Perilaku

 Teori X dan Y
 Studi Kepemimpinan Universitas IOWA
 Studi Kepemimpinan Universitas OHIO
 Studi Kepemimpinan Universitas
Michigan
 Managerial Grid
 Empat Sistem Manajemen Likert
Teori X & Y Douglas McGregor
A. Teori X
 Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari
pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun
menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan
agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
 Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki
pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,
kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas
pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Teori Kontingensi atau
Teori Situasional
 Resistensi atas teori kepemimpinan
sebelumnya yang memberlakukan
asas-asas umum untuk semua situasi
 Teori ini berpendapat bhw tidak ada
satu jalan (kepemimpinan) terbaik untuk
mengelola dan mengurus satu
organisasi
Filosofi Teori
 Contingency Approach
Respon atau reaksi yang timbul berfokus
pada pendapat bahwa dalam menghadapi
situasi yang berbeda diperlukan perilaku
atau gaya kepemimpinan yang berbeda
 Situational Approach
Perilaku atau gaya kepemimpinan harus
sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh
seorang pemimpin
Model Kepemimpinan
Kontingensi atau Situasional
 Model Kepemimpinan Situasional dari
Fiedler
 Model Kepemimpinan Situasional Tiga
Dimensi dari Reddin
 Model Kepemimpinan Situasional dari
Tannenbaum dan Schmidt
 Model Kepemimpinan Situasional dari
Hersey dan Blanchard
Gaya Kepemimpinan Fiedler (Koontz,
et al., 1986)
 Model kontigensi keefektifan
kepemimpinan dikembangkan Fred E.
Fiedler (Fiedler, 1967). Model ini
mendalilkan bahwa prestasi kelompok
tergantung pada interaksi antara gaya
kepemimpinan dengan kadar
menguntungkan tidaknya situasi.
3 faktor situasional yang menentukan apakah
seseorang memiliki peluang menjadi pemimpin
yang efektif, yaitu :

1. Hubungan pemimpin-anggota yang mengacu pada kadar


keyakinan, kepercayaan, rasa hormat para pengikut
terhadap pemimpin yang bersangkutan. Variabel ini
mencerminkan penerimaan pemimpin.

2. Struktur tugas, dimana dimensi ini mencakup komponen


berikut:
• Kejelasan tujuan
• pemecahan masalah
• pembuktian keputusan
• Keterincian keputusan

3. Kekuasaan posisi, yaitu faktor situasi yang dirancang


untuk menentukan berapa banyak kekuasaan yang dimiliki
seseorang yang melakukan suatu pekerjaan tertentu.
Gaya kepemimpinan situational
menurut Fiedler dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Orientasi Pada Tugas


Pemimpin yang berorientasi pada tugas
memperoleh kepuasan dari terlaksananya tugas-
tugas (Koontz, et al., 1986). Pemimpin memotivasi
dengan memenuhi kebutuhan psikologis seperti
rasa percaya diri dan status yang dicapai melalui
penyelesaian tugas-tugas, tidak melalui hubungan
dengan bawahan .Ini tidak berarti pemimpin tidak
bersahabat dan ramah terhadap bawahan, tetapi
jika penyelesaian tugas terancam maka hubungan
interpersonal yang baik tidak lagi menjadi hal yang
penting (lvancevich, et al., 1977).
2. Orientasi Pada Hubungan Antar
Pribadi
 Pemimpin memotivasi dengan cara memenuhi
kebutuhan sosial dan
mengupayakan pencapaian hubungan antar
pribadi yang baik dan pencapaian
kedudukan pribadi yang menonjol (Koontz, et
al., 1986). Jika pemimpin dapat
mencapai tujuan diatas maka seorang
pemimpin dapat mencapai tujuan
sekundernya seperti status dan rasa percaya
diri (Ivancevich, et al., 1977).
Model Kepemimpinan Situasional
Tiga Dimensi dari Fiedler
Teori Tiga Dimensi kontingensi situasional untuk
menentukan efektivitas pemimpin:

1) Kekuasaan posisi : kuat - lemah


2) Struktur tugas : tinggi - rendah
3) Hubungan pemimpin anggota: baik - buruk

Kombinasi dari ketiga faktor tersebut akan dapat


menghasilkan 9 kemungkinan yang dikenal dengan
Model Kepemimpinan Situasional (Contingency Model by
Fiedler).
9 Kemungkinan Fiedler
TEORI KONTINUM – TANNENBAUM
DAN SCHMIDT
 Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa ada
dua bidang pengaruh yang ekstrem , pertama
bidang pengaruh pimpinan kedua bidang pengaruh
kebebasan bawahan. Pada bidang pertama
pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya
kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua
pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
Kedua bidang ini dipengaruhi dalam hubungannya
kalau pemimpin melakukan aktivitas pembuatan
keputusan.
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
1. Pemimpin membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada
bawahannya. Dari model ini terlihat bahwa otoritas yang digunakan
atasan terlalu banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan terlalu
sempit sekali.
2. Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat
banyak menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis
dengan model yang pertama. Bawahan disini belum banyak terlibat
dalam pembuatan keputusan.
3. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan
mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah
menunjukkan kemajuan, karena membatasi penggunaan otoritas dan
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam
pembuatan keputusan.
4. Pemimpin memberikan keputusan bersifat bersifat sementara yang
kemungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam
rangka pembuatan keputusan, sementara otoritas pemimpin sudah
mulai dikurangi penggunaannya,
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
5. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan
membuat keputusan. Disini otoritas pimpinan digunakan sedikit
mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam berpartisipasi
membuat keputusan sudah banyak digunakan.
6. Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok
bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam
kesempatan ini lebih besar dibandingkan kelima model diatas.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya
dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Model
ini terletak pada titik ekstrem penggunaan kebebasan bawahan,
adapun titik ekstrem penggunaan otoritas terdapat pada nomor
satu di atas.
 Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey -
Blanchard (Hersey and Blanchard, 1995)
Mengikut
sertakan,
memberi
semangat, Menjual, Menjelaskan,
kerja sama
Memperjelas, Membujuk
(PARTISIPATI
(SELLING)
NG)

Mendelegasan,
Pengamatan, Memberitahukan,
Mengawasi, Menunjukkan, Memimpin,
Penyelesaian Menetapkan (TELLING)
(DELEGA
TING)

3 2 1
4
Gaya kepemimpinan Hersey-Blanchard
dibagi menjadi 4 yaitu :
 Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin,
Menetapkan (TELLING-DIRECTING-
INSTRUCTION)
 Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk
(SELLING-COACHING)
 Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja
sama (PARTICIPATING-SUPPORTING)
 Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi,
Penyelesaian (DELEGATING)
 gaya kepemimpinan yang
diterapkan seorang pemimpin pada
bawahannya bergantung pada
level kematangan (maturity) dari
bawahannya tersebut.
 Kematangan didefinisikan
sebagai kamampuan dan kemauan
orang-orang untuk memikul
tanggung jawab
untuk mengarahkan perilaku
mereka sendiri.
Tingkat kematangan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

 Tingkat kematangan M1/D1 (Tidak


mampu dan tidak ingin) maka gaya
kepemimpinan yang diterapkan
pemimpin untuk memimpin bawahan
seperti ini adalah Gaya Telling (G1),
yaitu dengan memberitahukan,
menunjukkan, mengistruksikan secara
spesifik. 6
 Tingkatkematangan M2 /D2(tidak
mampu tetapi mau), untuk menghadapi
bawahan seperti ini maka gaya yang
diterapkan adalah Gaya
Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual,
Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk.

6
 Tingkat kematangan M3/D3 (mampu
tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya
pemimpin yang tepat untuk bawahan
seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu
Saling bertukar Ide & beri kesempatan
untuk  mengambil keputusan.

6
Tingkat kematangan M4/D4 (Mampu dan
Mau) maka gaya kepemimpinan yang
tepat adalah Delegating, mendelegasikan
tugas dan wewenang dengan
menerapkan system control yang baik.

6
Kepemimpinan Pancasila
Asas-asas kepemimpinan Pancasila
 Ketuhanan yang maha Esa
 Ing ngarsa sung tulada (di depan memberikan teladan)
 Ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi dan
kemauan)
 Tut wuri handayani (di belakang memberikan kekuatan)
 Waspada Purba Wisesa (Waspada dan berkuasa)
 Ambeg Paramarta (mempunyai sifat-sifat benar yang hakiki)
 Prasaja (Bersifat sederhana)
 Satya (Bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala
ucapannya)
 Gemi nastiti (Hemat, cermat teliti dan hati-hati)
 Terbuka (Komunikatif)
 Legawa (rela dan tulus ikhlas)
 Bersifat kesatria (Berbudi pekerti luhur dan terpuji)

Anda mungkin juga menyukai