Dosen Pengampu :
Budi Suharno,S.Kp.,M.Kes
Disusun Oleh :
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada
akhirnya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MAKALAH ATRESIA
ESOPHAGUS” tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing Budi Suharno,S.Kp.,M.Kes
yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya dan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat disusun dengan
baik. Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan saran serta masukan yang membangun dari para pembaca sekalian demi
penyusunan makalah ini yang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………… .i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian………………………………………………………………………………..2
2.2 Tipe Atresia Esofagus…………………………………………………………………..2
2.3 Klasifikasi Atresia Esofagus……………………………………………………………2
2.4 Tanda Dan Gejala………………………………………………………………….3
2.5 Patofisiologis………………………………………………………………………4
2.6 Diferensiasi Diagnosis……………………………………………………………..4
2.7 Komplikasi………………………………………………………………………...5
2.8 Penatalaksanaan Pre Operasi Atresia Esophagus………………………………….6
2.9 Penatalaksanaan medis yang diberikan pada bayi pada saat dilakukan tindakan
medis sebagai berikut……………………………………………………………...6
BAB III
3.1 Kasus semu………………………………………………………………………………7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpuulan…………………………………………………………………………….11
4.2 Saran…………………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..……12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang mengganggu dengan tidak
menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal. Atresia
esofagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus, yaitu kelainan kongenital dimana
terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea. Atresia Esofagus termasuk
kelompok kelainan kongenital gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan
dengan trakhea. Pada 86% kasus terdapat fistula trakhea esofagus di distal, pada 7% kasus
tanpa fistula. Sementara pada 4% kasus terdapat fistula tracheooesophageal tanpa atresia,
terjadi 1 dari 2500 kelahiran hidup.Bayi dengan Atresia Esofagus tidak mampu untuk
mendapatkan saliva dan kejadian sengan jumlah saliva yang sangat banyak dan
membutuhkan suction berulangkali. Angka keselamatan hubungan langsung terutama
dengan badan lahir dan kelainan jantung, angka keselamatan yang bisa berhenti 100%,
sementara jika ditemukan salah satu faktor risiko mengurangi angka keselamatan hingga
80% dan bisa hingga 30-50% jika ada dua faktor risiko. Masalah pada atresia esophagus
adalah ketidakmampuan untuk makan secara normal, bahaya aspirasi termasuk karena air
liur sendiri dan sekresi dari lambung. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin
membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Atresia Esofagus.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan atresia esophagus
2. Untuk mengetahui apa saja tipe dari atresia esophagus
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada atresia esophagus
4. Untuk mengetahui patofisiologis pada atresia esophagus
1
5. Untuk mengetahui diferensial diagnosis pada atresia esophagus
6. Untuk mengetahui komplikasi pada atresia esophagus
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Atresia berarti buntu, atresia esophagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang
atau muara (buntu), pada esophagus. Pada sebagian besar kasus atresia esophagus ujung
esophagus buntu, sedangkan pada 1/4-1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan
fistula).
Atresia esofagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk
mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak
membentuk sambungan dengan trakea (fistula trakeo esopagus) atau atresia esophagus
adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kontinu dari faring ke lambung
selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen
esohagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (congenital) dan tetap sebagai
bagian tipis tanpa lubang saluran.
- Tipe A : (5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan
tanpa hubungan ke trakea
- Tipe B : (jarang) kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke
segmen esophagus bagian atas
- Tipe C : (80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong
buntu, dan segmen distal dihubungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula
pendek pada atau dekat bifurkasi
- Tipe D (jarang) : Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakea
- Tipe E (jarang dibanding A atau C) : Sebaliknya trakea dan esophagus nomal
dihubungkan dengan fistula umum
3
1. Atresia esophagus dengan fistula trakeoesofagus distal, merupakan gambar yang
paling sering pada proksimal esophagus, terjadi dilatasi dan penebalan dinding otot
berujung pada mediastinum superior setinggi vetebra thoracal III/IV. Esofagus distal
(Fistel), yang mana lebih tipis dan sempit, memasuki dinding posterior trakea setinggi
carina atau 1-2 cm diatasnya. Jarak antara esophagus proksimal yang buntu dan fistula
trakheaesofagus distal bervariasi mulai dari bagian yang overlap hingga yang berjarak
jauh.
2. Atresia esophagus terisolasi tanpa fistula, Esofagus distal dan proksimal benar-benar
berakhir tanpa hubungan dengan segmen esophagus proksimal, dilatasi dan dinding
menebal dan biasanya berakhir setinggi mediastinum posterior sekitar vetebra
thorakalis II. Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda diatas
diagframa.
3. Fistula trakeosofagus tanpa atresia, terdapat hubungan seperti fistula antara esophagus
yang secara anatomi cukup intak dengan trachea. Traktus yang seperti fistula ini biasa
sangat tipis dengan diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi pada daerah servikal
paling bawah. Biasanya satu tapi pernah ditemukan dua atau tiga fistula.
4. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal. Gambar kelainan yang
jarang ditemukan namun perlu dibedakan dari jenis terisolasi. Fistula bukan pada
ujung distal esofagus tapi berlokasi 1-2 cm diatas dinding depan esofagus.
5. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal dan proksimal. Pada kebanyakan
bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa) dan diterapi sebagai atresia
proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi.
Tanda dan gejala kelainan ini bervariasi tergantung dari tipe kelainan
trakeoesofagus yang ada. Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis
didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan
kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia
esofagus. Bila pada bayi baru lahir timbul sesak yang disertai dengan air liur yang
meleleh keluar, di curigai terdapat atresia esofagus. Segera setelah di beri minum,
bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
4
Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis.
2.5 Patofisologi
Beberapa teori menjelaskan bahwa masalah pada kelainan ini terletak pada
proses perkembangan esophagus. Trakea dan esophagus berasal dari embrio yang
sama. Selama minggu keempat kehamilan, bagian mesodermal lateral pada esophagus
proksimal berkembang. Pembelahan galur ini pada bagian tengah memisahkan
esophagus dari trakea pada hari ke- 26 masa gestasi.Kelainan notochord,
disinkronisasi mesenkim esophagus dan laju pertumbuhan epitel, keterlibatan sel
neural, serta pemisahan yang tidak sempurna dari septum trakeosofageal dihasilkan
dari gangguan proses apoptosis yang merupakan salah satu teori penyebab
embryogenesis atresia esophagus. Sebagai tambahan bahwa insufisiensi vaskuler,
faktor genetik, defisiensi vitamin, obat-obatan dan penggunaan alkohol serta paparan
virus dan bahan kimia juga berkontribusi pada perkembangan atresia esophagus.
Berdasarkan pada teori-teori tersebut, beberapa fektor muncul menginduksi laju dan
waktu pertumbuhan dan froliferasi sel pada proses embrionik sebelumnya. Kejadian
ini biasa terjadi sebelum 34 hari masa gestasi. Organ lainnya seperti traktus intestinal,
jantung, ginjal, ureter dan sistem musculoskeletal, juga berkembang pada waktu ini,
dan organ-organ tersebut tidak berkembang secara teratur dengan baik.
Akan tetapi untuk penentuan diagnosis yang terbaik akan dijelaskan secara sistematik
sebagai berikut:
5
Memasukkan selang nasogastrik
Rontgen esofagus menunjukkan adanya kantong udara dan adanya udara di
lambung serta usus.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus dan
fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut:
6
Meningkatnya infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah
dengan mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
2.9 Penatalaksanaan medis yang diberikan pada bayi pada saat dilakukan tindakan
medis sebagai berikut :
Pembedahan dapat dilakukan dalam satu tahap atau dua tahap tergantung pada
tipe atresia dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan dengan membuat stoma pada
esophagus proksimal dari gastrotomi. Operasi yang dilakukan yaitu tindakan
thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat
anastomosis esophageal antara kedua ujung proksimal dan distal dan kerongkongan.
Penutupan fistel, anastomosis esophagus, atau interposisi kolon dilakukan kemudian
hari setelah bayi berusia satu tahun.
7
BAB III
PENGUMPULAN DATA
BIODATA
Nama Bayi: Bayi Ny "A"
Umur Bayi: 14 hari
Tgl / Jam lahir: 1 Maret 2019 / 10,00 WIB
Jenis Kelamin: Laki-laki
Berat Badan: 2200 gram
Panjang Badan 47 cm
Orang tua
Nama Ibu : Ny "A" Nama Suami : Tn “N"
Umur : 25 tahun Umur : 29 tahun
Suku : Jawa Suku :Jawa
Bangsa : Indonesia Bangsa :Indonesia
Agama : Islam Agama :Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswata
No. Telp : 0822774567 No. Telp : 08217774567
Alamat : Malang Alamat : Malang
DATA SUBJEKTIF
Data Dicatat pada tanggal / jam: 15 Maret 2019 / jam 13.00 WIB
1. Alasan Masuk: Bidan berkata bayi Ny "A" muntah setelah disusui dan temuan fisik
ditemukan ronki basah kasar pada suara napas. Intubasi menggunakan teknik intubasi
sadar.
2. Riwayat penyakit kehamilan:
● Perdarahan: Tidak ada
● Pra-eklamsia: Tidak ada
● Eklamsia: Tidak ada
● DM: Tidak ada
● Penyakit kelamin: Tidak ada
● Anemia: Tidak ada
● Lain-lain: Tidak ada
3. Kebiasaan waktu hamil
● Makanan: Tidak ada
8
● Obat -obatan: Tidak ada
● Merokok: Ada
● Minum Alkohol: Ada
● Lain-lain: Tidak ada
4. Riwayat persalinan sekarang
● Jenis Persalinan: Spontan / Normal
● Masa gestasi: 37 minggu
● Ditolong oleh: Bidan
● Lama persalinan:
1. Kala I: 10 jam
2. Kala II: 4 jam
3. Kala III: 15 menit
4. Kala IV 2 Jam
● Ketuban
1. Warna: Jernih seperti air cucian beras
2. Bau Amis
3. Jumlah: 2300 ml
● Panjang tali pusat: 44 cm
● Plasenta: Lengkap
● Komplikasi
Ibu : Tidak ada
Bayi : Bayi tidak mau menyusu. Sianosis, Hipersaliva, Bayi tersedak saat
berupaya menelan makan, Apnea
● Keadaan bayi : Kurang baik
● Resusitasi : Ada
● Penghisapan lendir: Ada
● Ambu Tidak ada
● Intubasi Endotrakeal : Ada
● Oksigen : Ada
● Therapy :Selama operasi, hemodinamik stabil, maintanance dengan sevofluran
MAC I %. fentanil 4 mg / jam. dan rocuronium 0,5 mg / jam Durasi operasi
adalah sekitar 4 jam
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Suhu :37 "C
Pernafasan 60x/ menit Nadi : 130x/ menit
Bb sekarang :2500 gram
Keadaan umum : kurang baik
Panjang badan : 47 cm
2. Pemeriksaan Fisik
● Kepala simetris tidak ada kelainan pada kepala
● Ubun-ubun : menutup
● Muka :simetris, pucat
9
● Mata :simetris, tidak ikterik
● Hidung :lubang hidung ada, tidak ada keluar setkret dari kedua lubang hidung,
ada pernafasan cuping hidung.
● Mulut :simetris, tidak ada labioschis dan labiospalatoschisis. mengeluarkan
saliva yang berlebihan.
● Leher :tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
● Dada :tidak simetris, adanya ronki pada suara pernafasan. ada retraksi dinding
dada.
● Abdomen perut kembung, tidak ada penonjolan sekitar umbilikal, tidak ada
omfalokel
● Tali pusat : tali pusat sudah puput Punggung simetris, tidak ada penonjolan
spina bifida.
● Ekstremitas : atas dan bawah normal, tidak ada polidaktil, dan refleks kaki
(+)
● Genetalia : bersih, tidak ada kelainan, skrotum dan penis normal, anus :
berlubang, tidak ada kelainan, sudah BAB dan BAK
ANALISA
Diagnosa : Bayi Ny "A" Umur 14 hari berjenis kelamin laki-laki dengan keadaan umum dan
keadaan fisik kurang baik, muntah setelah disusui dan temuan fisik ditemukan ronki basah
kasar pada suara napas, sianosis, hipersaliva, apnea.
PENATALAKSANAAN
a. Tanggal 18 Maret 2019 Pukul 08.00 , Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Suhu :37 "C
Pernafasan 60x/ menit Nadi : 130x/ menit
Bb sekarang :2500 gram
Keadaan umum : kurang baik
Panjang badan : 47 cm
b. Tanggal 19 Maret 2019 Pukul 09.00, dilakukan persiapan operasi, antara lain:
- intravena (mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi)
- Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena
- Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine
dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 450.
- NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin
- Monitor vital signs
c. Tanggal 20 Maret 2019 pukul 08.00, dilakukan tindakan operasi
- Operasi dilaksanakan dalam anestesi endotrakeal umum dengan akses vaskuler
yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga
tidak menybabkan distensi lambung.
- Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan
dada untuk dilaksanakan torakotomi posterolateral.
d. Tindakan Pasca Operasi
10
- Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction dilakukan secara rutin.
Selang kateter untuk suction harus mengatasi agar tidak masuk terlalu dalam
dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan
kerusakan.
- Setelah hari ke-3 bisa mengisi NGT untuk pemberian makanan.
- Pemberian minum baik oral/ enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk
bayi ini. Bayi sebaiknya ditidurkan dengan posisi "prone" / telungkup, dengan
posisi 30 derajat lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lendir secara berkala,
sebaiknya dipasang sonde nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end
pouch. Bila perlu bayi diberi dot agar tidak gelisah atau menangis.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dengan variasi fistula trakeo
esofageal maupun kelainan congenital lainnya atau kegagalan esophagus untuk
membentuk saluran kontinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik.
Atresia esophagus dapat dicurigai sejak kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi
baru lahir. Bahaya utama atresia esophagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu
dilakukan suction berulang. Penatalaksanaan atresia esophagus harus dengan dilakukan
pembedahan karena merupakan kasus kegawatdaruratan. Pembedahan dilakukan
tergantung pada tipe atresia dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan dengan membuat
stoma pada esophagus proksimal dari gastrotomi. Operasi dilakukan thoracotomy,
dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomosis
esophageal antara kedua ujung proksimal dan distal dan kerongkongan. Meskipun sudah
dilakukan pembedahan, namun tidak menutup kemungkinan tetap dapat meninggalkan
komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas esophagus.
4.2 Saran
Bagi pembaca yang merupakan mahasiswa, diharapkan mampu memahami
kelainan pada bayi dan anak terkait dengan atresia esophagus, bagaimana tanda-
tandanya, penatalaksanaan dan bagian-bagiannya serta dapat memperoleh gambaran
bagaimana mengaplikasikan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada kasus atresia
esophagus dan memberikan pertolongan terbaik serta semaksimal mungkin sebagai
bentuk pertolongan pertama yang diberikan setelah bayi lahir sebelum dirujuk.
diharapkan mampu memahami serta.
12
DAFTAR PUSTAKA
13