Anda di halaman 1dari 10

RESUME AGENDA I

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bangsa


1. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (dan kesadaran terhadap sistem nasional
yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman,
adil, makmur, dan sejahtera.
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding fathers)
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan
nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga menghasilkan 4
(empat) konsensus dasar yaitu Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia
sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
1. Pancasila sebagai ideologi nasional dan pandangan hidup bangsa, perekat atau pemersatu bangsa
serta sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita- cita nasional.
2. UUD 1945 memiliki fungsi yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang dan hak – hak warga negara
terlindungi.
3. Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya
satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
4. NKRI bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; dan Ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berasal dari sejarah perjuangan bangsa.
a. Bendera
Bendera Negara Republik Indonesia adalah sang merah putih yang dinyatakan pada Pasal 1 Ayat
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009.
b. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Bahasa Indonesia yang resmi digunakan di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia dinyatakan Pasal 36
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang diikrarkan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
c. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
d. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan
oleh Wage Rudolf Supratman.

2. Nilai – Nilai Bela Negara


Bela Negara merupakan wujud tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun berkelompok dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan dan keselamatan bangsa
dan negara yang yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup Negara
Indonesia dari berbagai ancaman atau hal yang membahayakan negara. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat
(3), nilai dasar Bela Negara sebagai berikut:
1) Cinta tanah air
2) Sadar berbangsa dan bernegara
3) Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5) Kemampuan awal Bela Negara.
Pembinaan kesadaran bela negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Untuk
mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai ASN diserahi tugas untuk
melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas
pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan Pegawai ASN.
Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan
yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka
pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political
development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial (economic and social development) yang
diarahkan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Analisis Isu Kontemporer


Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu
menyertai perjalanan peradaban manusia, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Menhadapi perubahan dilakukan dengna cara membenahi diri dengan segala kemampuan,
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan insani yang merupakan suatu
bentuk modal (modal intelektual, emosional,
sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani) yang tercermin dalam
bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal
ini ditandai dengan masuknya kepentingan global (negara-negara lain) ke dalam negeri dalam aspek
hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang
tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat
dalam memahami pola kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan secara turun
temurun.
Calon PNS diberikan bekal mengenali konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan strategis untuk
membangun kesadaran menyiapkan diri dengan memaksimalkan berbagai potensi modal insani yang
dimiliki. Selanjutnya diberikan penguatan untuk menunjukan kemampuan berpikir kritis dengan
mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu kritikal melalui isu- isu startegis kontemporer yang dapat
menjadi pemicu munculnya perubahan lingkungan strategis dan berdampak terhadap kinerja birokrasi
secara umum dan secara khusus berdampak pada pelaksanaan tugas jabatan sebagai PNS pelayan
masyarakat.
Peristiwa tersebut mendorong untuk memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer
atau yang saat ini terjadi meliputi korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy
war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dll. Berikut beberapa
alat bantu menganalisis isu disajikan:
a. Mind Mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan
prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2009: 153).
b. Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan
menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming, dan akan dipecah menjadi sejumlah
kategori yang berkaitan meliputi manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya.
c. Analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan metode penilaian.

C. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi atau pengembangan nilai - nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, dengan
tujuan menjaga kedaulatan negara, keutuhan dan keselamatan bangsa dari segala ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara harus didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya
nasional yang tinggi serta memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan yakin dengan Pancasila sebagai
idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.
Kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Bela negara dinyatakan dalam
Pasal 27 ayat (3) bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Selanjutnya Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap- tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Berikut manfaat kesiapsiagaan bela negara dilaksanakan
dengan baik:
- Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
- Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
- Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
- Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai kemampuan diri.
- Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
- Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
- Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
- Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
- Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
- Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Kemampuan awal bela negara yaitu :
1. Kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
2. Kesiapsiagaan dan kesiapsiagaan mental adalah memahami kondisi mental, perkembangan
mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan
mental/jiwa (kedewasaan)nya.
3. Etika, etiket, dan moral adalah memandang tingkah laku manusia secara umum. Namun, moral
memandang perilaku manusia secara lokal dan setempat.
Etika : suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara
sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik
serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada
institusi formal maupun informal
Etiket : bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun,
dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yang baik, patut, dan
pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan baik, dan saling
memahami antara satu dengan yang lain.
Moral : perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
4. Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia hidup
dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.
RESUME AGENDA II

1. Berorientasi Pelayanan
Pelayanan publik (dalam UU) merupakan kegiatan pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Asas penyelenggaraan pelayanan
publik tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. Kepentingan umum
b. Kepastian hukum
c. Kesamaan hak
d. Keseimbangan hak dan kewajiban
e. Keprofesionalan
f. Partisipatif
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. Keterbukaan
i. Akuntabilitas
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. Ketepatan waktu; dan
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Prinsip pelayanan publik sebagai berikut:
1) Partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan program.
2) Transparan dengan menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan
3) Responsif yaitu pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan warga negaranya.
4) Tidak diskriminatif dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
membedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan
identitas warga negara.
5) Mudah dan murah yaitu pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai
persyaratan secara masuk akal dan membayar biaya secara terjangkau.
6) Efektif dan efisien yaitu mampu mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dan dilakukan dengan
prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
7) Aksesibel yaitu diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan dalam arti fisik dan non fisik.
8) Akuntabel yaitu pelayanana menggunakan fasilitas dan sumberdaya manusia yang dibiayai oleh
warga negara melalui pajak yang mereka bayar.
9) Berkeadilan dengan tujuan melindungi warga negara dari praktik buruk.
Strategi peningkatan pelayanan publik :
- Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan.
- Melaksanakan survey kepuasan masyarakat minimal 1 kali/setahun.
- Pengelolaan pengaduan masyarakat.
- Menyediakan sarana dan prasarana masyarakat.
- Pengembangan inovasi.
- Replikasi best praktis.
- Pebaikan berkelanjutan.
2. Akuntabel
Kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik.
- Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan yang dimaksud
adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
- Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented) Hasil yang diharapkan dari
akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
- Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan kinerja
adalah perwujudan dari akuntabilitas.
- Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan kinerja
adalah perwujudan dari akuntabilitas.
- Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance) untuk memperbaiki
kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Kompeten
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari International
Labor Organization (ILO). Pengembangan kompetensi dilakukan dengan cara pendidikan dan pelatihan.
Berikut aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi:
a. Kompetensi teknis : yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
b. Kompetensi manajerial : yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
c. Kompetensi sosial kultural : diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

4. Harmonis
Harmonis adalah kerja sama antara berbagai faktor hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur yang dapat menciptakan suasana tenang, saling kolaborasi dan bekerja sama
dan meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Peran ASN Harmonis
yaitu:
- Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak
memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanaknatugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.
- PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
- PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan.
- Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong.
- PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
5. Loyal
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan dengan bentuk
implementasi sebagai berikut:
1) Taat pada peraturan
2) Bekerja dengan integritas
3) Tanggung jawab pada organisasi
4) Kemauan untuk bekerja sama
5) Rasa memiliki yang tinggi
6) Hubungan antar pribadi
7) Kesukaan terhadap pekerjaan
8) Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
9) Menjadi teladan bagi pegawai lain

6. Adaptif
Adaptif merupakan kemampuan mengubah atau menyesuaikan diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Budaya adaptif merupakan budaya dalam organisasi disuatu instansi, untuk memastikan agar organisasi
terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka organisasi dituntut untuk melakukan sebagai
berikut:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal mastery).
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama terhadap suatu
visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision).
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model).
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning).
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo (systems
thinking).

7. Kolaboratif
Proses yang harus dilalui dalam menjalani kolaborasi yaitu:
1) Trust building yaitu dengan membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra
kolaborasi.
2) Face tof face Dialogue dengan melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh.
3) Komitmen terhadap proses adalah pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama.
4) Pemahaman bersama berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama.
5) Menetapkan outcome antara.
Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah adalah ketidakjelasan batasan
masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi dan dasar hukum kolaborasi juga
tidak jelas.
RESUME AGENDA III

1. Smart ASN
Literasi digital merupakan kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi
media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan yaitu:
a. Media digital (digital skills) : mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi digital.
b. Digital culture : membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan
c. Digital ethics : menyadari, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
d. Aman menggunakan media digital (digital safety) : mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital adalah:
1) Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya jumlah dan
aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis.
2) Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital dan
telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi,
hingga berkolaborasi.
3) Intensitas orang berinteraksi dengan gadget semakin tinggi dan melaksanakan segala aktivitasnya,
tanpa batas.
Pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam bertransaksi, karena dapat berdampak negatif
bagi kita ketika melakukan transaksi daring di sosial media. Media sosial memiliki lima karakteristik
yakni (Banyumurti, 2019) terbuka, memiliki halaman profil pengguna, User Generated Content, terdapat
fitur bagi setiap pengguna untuk bisa membuat konten dan menyebarkannya, tanda waktu di setiap
unggahan sehingga bisa diketahui kapan unggahan tersebut dibuat. serta interaksi dengan pengguna lain.

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan
ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah. Manajemen ASN adalah penelolaan pegawai ASN yang
memiliki karakter:
1. Profesional
2. Memiliki nilai dasar
3. Etika profesi
4. Bebas dari intervensi politik
5. Bersih dari praktik KKN
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi
dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan. Manfaat sistem merit
bagi organisasi :
1. Mendukung keberadaan Penerapan Prinsip Akuntabilitas
2. Dapat mengarahkan SDM utuk dapat mempertanggung jawabkan tugas dan fungsinya
3. Instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
Manfaat sistem merit bagi pegawai :
1. Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan dlm perjalanan karir seorang pegawai
2. Memiliki Kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri
Manajemen ASN meliputi :
- Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Sedangkan
manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
perjanjian kerja, dan perlindungan.
- Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi dan kualifikasi yang ditentukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan.
- Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden.
- Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN dan dilakukan pengawasan.
- Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat
Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
- Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia yang
bertujuan menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa.
- Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antarInstansi Pemerintah
- Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative.

Anda mungkin juga menyukai