Anda di halaman 1dari 11

RESUME MOOC

INDAH INDRIANI

NIP 199109042022212001

UNIT KERJA UPTD PUSKESMAS GALUR I

DINAS KESEHATAN KULON PROGO

AGENDA I
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri
sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding fathers)
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan
nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat)
konsensus dasar serta Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai
alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara, yaitu :
1. Pancasila
Pancasila dijadikan sebagai landasan bersama bagi fondasi dan cita- cita berdirinya negara Indonesia
merdeka. Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
2. UUD (Undang-undang Dasar) 1945
Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian
rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinna- Ika-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada
hakekatnya satu.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari persitiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia
berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah
ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 mengatur tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

1. Bendera
Bendera Negara yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus
1945 disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.
2. Bahasa
Bahasa Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 36, yang bersumber dari Sumah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan Indonesia.
3. Lambang Negara

Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh
lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman, dan diatur dalam
UUD 1945 pasal 58 ayat 1.

Cita-cita nasional, tujuan nasional, dan tugas negara

1. Cita-cita nasional
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat,adil,dan makmur
2. Tujuan nasional
Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut dalam ketertiban dunia.
3. Tugas negara
Melayani, mengayomi, dan memberdayakan masyarakat.

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan
maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. Nilai bela negara meliputi:
1. cinta tanah air;
2. sadar berbangsa dan bernegara;
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. kemampuan awal Bela Negara

2
Fungsi ASN dalam hal bela negara, meliputi
1. pelaksana kebijakan publik
2. pelayan publik
3. perekat dan pemersatu bangsa

AGENDA I
ANALISIS ISU KONTEMPORER
Kontemporer yang dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan terjadi dan masih
berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini. Dalam praktik nya, diharapkan
setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang- undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan berikut:
1. Mengambil Tanggung Jawab
2. Menunjukkan Sikap Mental Positif
3. Mengutamakan Keprimaan
4. Menunjukkan Kompetensi
5. Memegang Teguh Kode Etik
PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global). Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis.
Korupsi secara substansi Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operan
di tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri sehingga
pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang per orang tetapi juga pada korporasi, dan jenis
penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati,
Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan
suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau
menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas
publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner
dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang
ekstrem. Radikal terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran agama/golongan,
dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain
yang berbeda pandangan. Pencegahan tindak pidana terorisme dapat meliputi kesiapsiagaan nasional,
deradikalisasi, dan kontra radikalisasi.

3
Kejahatan dalam komunikasi massa meliputi cyber crime (pelaku beroperasi di dunia maya menggunakan
komputer, jaringan konputer, dan internet),hate speech (ujaran kebencian/provokasi yang disampaikan individu
di ruang publik), hoaks (pesan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan / bohong/ palsu,baik dari segi sumber
maupun isi). Isu kritikal terbagi dalam 3 kelompok, yaitu isu saat ini (current issue), isu berkembang (emerging
issue), dan isu potensial. Pendekatan lain dalam memahami apakah isu yang dianalisis tergolong isu kritikal
atau tidak adalah dengan melakukan “issue scan”, yaitu teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning
untuk mengetahui sumber informasi terkait isu tersebut sebagai berikut Media scanning, Existing data,
Knowledgeable others, Public and private organizations, dan Public at large. Teknik- teknik analisis isu ada 3,
yaitu teknik tapisan isu, teknik analisis isu, dan Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis.

AGENDA I
Sikap Perilaku Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945, yakni Pasal 27 ayat (3). Ruang
lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik
maupun non fisik, yaitu kesehatan jasmani dan mental, kesiapsiagaan jasmani dan mental, etika, etiket dan
moral, serta kearifan lokal.

AGENDA II
BERORIENTASI PELAYANAN

Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN

4
bertugas untuk:

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;

b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan


c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju
pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-
Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN
BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh
ASN serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas
pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan
bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.

AGENDA II
AKUNTABEL

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan dasar
dari sebuah Administrasi sebuah negara. Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur
pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu

5
sendiri, dan Transparansi. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak
sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas,
Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun
lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

AGENDA II
KOMPETEN

ASN diharapkan memiliki sifat dan kompetensi dasar, utamanya: inovasi, daya saing, berfikir kedepan,
dan adaptif. Sifat dan kompetensi dasar ini krusial untuk mewujudkan instansi pemerintah yang responsif dan
efektif. Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terindikasikan
dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB
Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik
berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi;
dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dan dikembangkan terkait denganpengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
jabatan.

AGENDA II
HARMONIS

Harmonis (Harmonious) diartikan sebagai having a pleasing mixture of notes. Dalam bidang filsafat,
harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut
dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi
berawal dari suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak
positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan internal, dan
kinerja secara keseluruhan. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat
kerja nyaman dan berenergi positif, yaitu membuat tempat kerja yang berenergi, memberikan
keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi, dan berbagi kebahagiaan bersama seluruh
anggota organisasi. etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi
yang adil. moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku
ASN itu, yaitu:

6
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;


d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan.
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya antara lain, harus bersikap netral dan adil, mengayomi
kepentingan kelompok minoritas, harus memiliki sikap toleran atas perbedaan, suka menolong, dan
menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya

AGENDA II
LOYAL

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air

2. Sadar Berbangsa dan Bernegara

3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara

4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara

5. Kemampuan Awal Bela Negara


Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN
memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu
bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari

7
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.

AGENDA II
ADAPTIF

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan, baik individu maupun
organisasi, dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan
organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi
Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan
hadapi ambiguity dengan agility.

Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan karakteristik VUCA, yaitu
Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan seluruh negara di dunia tanpa kecuali
menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras global, dengan perubahan lingkungan yang
berkarakteristik VUCA, yaitu:
1. Volatility

Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak terduga. Tidak ada yang
dapat memprediksi bahwa 2020 akan menjadi tahun paling buruk bagi hampir semua sektor usaha di dunia.
2. Uncertainty

Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalaman masa lalu tidak lagi relevan
memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.
3. Complexity

Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih berlapis, berjalin berkelindan,
dan saling memengaruhi. Situasi eksternal yang dihadapi para pemimpin bisnis semakin rumit.
4. Ambiguity

Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami. Setiap situasi dapat
menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi.

AGENDA II

KOLABORATIF

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya


kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya
WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

8
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan Kewenangan lintas Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang- undangan”
Terkait kerja sama daerah, berdasarkan ketentuan Pasal 363 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat
mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta
saling menguntungkan.

AGENDA III
LITERASI DIGITAL
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi
literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital (digital skills) saja, namun juga
budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman
menggunakan media digital (digital safety).
 digital skills : Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti
lunak TIK serta system operasi digital dalam kehidupan sehari-hari
 digital culture: kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi
kebudayaan melalui pemanfaatan TIK
digital ethics : Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan emngembangkan tata Kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari

 digital safety : Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, dan


meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari
Etika bermedia digital, empat prinsip etika bermedia digital menjadi ujung tombak self-control setiap
individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media
digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif. Kompetensi keamanan digital
merupakan kecakapan individual yang bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum
positif. Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna
media digital, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Tiga tahapan mesin pencari informasi yaitu Penelusuran
(crawling), Pengindeksan (indexing), dan Pemeringkatan (ranking). Etika berinternet, etika merupakan sistem
nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur
tingkah lakunya. Etiket adalah tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat.
etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Sementara etika berlaku
meskipun individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti
tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi). Contoh etika berinternet

9
diantaranya : jangan menggunakan huruf besar/kapital dan memperlakukan email sebagai pesan pribadi.
Contoh etiket berinternet diantaranya : menulis email dengan ejaan yang benar dan kalimat sopan dan
membiasakan menuliskan subjek email untuk mempermudah penerima pesan. Informasi hoaks adalah
informasi bohong. Tips melindungi diri dari hoaks dapat sebagai berikut evaluasi sumber, menjelajah google,
dapatkan berita dari sumber berita, dan mampu membedakan opini dengan fakta. Perundungan di dunia maya
/ Cyberbullying merupakan tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang
lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media digital. Ujaran kebencian / hate
speech adalah ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti
seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi
kepada orang atau kelompok tersebut. Berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital harus
bijak dan waspada karena dapat berdampak negatif bagi kita.

AGENDA III
MANAGEMEN APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan

2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Berikut adalah perbedaan hak
PNS dan PPPK:

Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan. Manfaat sistem merit bagi pegawai adalah
menjamin keadilan dan ruang keterbukaan dalam perjalanan karir seorang pegawai dan memiliki kesempatan

10
yang sama untuk meningkatkan kualitas diri.

11

Anda mungkin juga menyukai