Anda di halaman 1dari 13

DWI NOVITA WAHYUNINGTYAS_198911262022212012_MOOC PPPK 2022

PPPK FORMASI 2021


RESUME AGENDA I – III

AGENDA 1 :
I. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
A. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan
kesadaran terhadap system nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun
1945, NKRI, dan Bhinneka Tungga Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan Negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur,
dan sejahtera.
B. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Indonesia mengalami beberapa titik penting dalam sejarah pergerakan Kebangsaan,
yaitu :
1. Kesepakatan pendirian organisasi pemuda Boedi Oetomo pada tanggal 28 Oktober
1908 oleh para pemuda di aula STOVIA
2. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama
yang menggunakan istilah Indonesia. Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan danR.N.NotoSuroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden, Belanda
3. Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kongres Pemuda I”.
Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil organisasi pemuda Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum
Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4. Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5. Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada,
pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6. PPKI terbentuk pada 7Agustus 1945.
C. 4 KONSENSUS DASAR BERBANGSA DAN BERNEGARA
1. PANCASILA
Berfungsi sebagai landasan/dasar bagi negara, bintang pemandu, ideology
nasional, pandangan hidup bangsa, pemersatu bangsa dan wawasan pokok bangsa
Indonesia.
2. UUD1945
Naskah UUD 1945 dirancang sejak tanggal 29 mei sampai 16 juni 1945 oleh
BPUPKI.
3. BHINEKA TUNGGAL IKA
Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan
PP No.66 th 1951.
4. NKRI
Tujuan NKRI dirumuskan dalam siding BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD
45 alinea empat.
D. BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN
1. BENDERA
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih.
2. BAHASA
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara yang diikrarkan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban Bangsa.
3. LAMBANG NEGARA
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus kesebelah kanan, perisai berupa jantung yang di gantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di
atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
4. LAGU KEBANGSAAN
Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
E. NILAI-NILAI BELA NEGARA
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai olehkecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.
Nilai Bela Negara, meliputi :
a. Cinta tanah air
b. Sadar berbangsa dan bernegara
c. Setia pada pancasila sebagai ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
e. Kemampuan awal Bela Negara

II. ANALISIS ISU KONTEMPORER


A. PENGERTIAN ISU KONTEMPORER
Isu strategis kontemporer adalah pokok - pokok persoalan yang terjadi pada masa
sekarang atau yang sedang menjadi topik pembicaraan (eksis) dan solusi penyelesaiannya
harus mengikuti perkembangan zaman. Memahami isu kritikal dipandang sebagai topik
yang berhubungan dengan masalah–masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan
disertai dengan kesadaran publik.
Macam-Macam Isu Kontemporer :
1. Korupsi
2. Narkoba
3. Terorisme dan Radikalisme
4. Money Laundry (Pencucian Uang)
5. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)
Isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah
sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan
isu tersebut. Isu kritikal saat ini terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue)
3. Isu potensial
B. TEKNIK-TEKNIK ANALISIS ISU
1. Teknik Tapisan Isu
Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya
menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria;
Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan.
2. Teknik Analisis Isu
Alat bantu untuk menganalisis isu antara lain Mind Mapping, Fishbone Diagram,
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Perbandingan kinerja actual dan kinerja potensial atau yang diharapkan.

III.KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


A. Pengertian Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap, dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara :
a. Rasa Cinta Tanah Air
b. Sadar berbangsa dan bernegara
c. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi Negara
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
e. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara
B. Kemampuan awal bela Negara
Kemampuan awal bela negara, meliputi:
1. kesehatan jasmani dan mental, meliputi : a)kesehatan jasmani, b)kebugaran jasmani
dan olah raga : komposisi tubuh, kelenturan/fleksibilitas tubuh, kekuatan otot, daya
tahan jantung dan paru, daya tahan otot, c)pola hidup sehat: makan sehat, aktifitas
sehat, berfikir sehat, lingkungan sehat, istirahat sehat, d)gangguan kesehatan jasmani.
2. Kesehatan mental, meliputi: a)sistem berfikir, b)kesehatan berfikir, c)kendali diri,
d)manajemen sters, e)emosi positif, f)makna hidup.
3. Kesiapsiagaan jasmani dan mental, meliputi: a)kesiapsiagaan jasmani, b)manfaat
kesiapsiagaan jasmani, c)sifat dan sasaran pengembangan kesiapsiagaan jasmani,
d)latihan, bentuk latihan, dan pengukuran kesiapsiagaan jasmani.
C. Aksi Nasional Bela Negara
Aksi Nasional Bela Negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi
segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan
pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan
makmur.

AGENDA 2 :
I. BERORIENTASI PELAYANAN
Definisi Pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
public
Berorientasi pelayanan meliputi: a) Panduan perilaku berorientasi pelayanan :
memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif dan dapat
diandalkan, melakukan perbaikan tiada henti, b) tantangan akualisasi nilai berorientasi
pelayanan.
Prinsip-prinsip dalam pelayanan publik, meliputi: a)partisipatif, b)transparan,
c)responsip, d)tidak diskriminatif, e)mudah dan murah, f)efektif dan efisien, g)aksesibel,
h)akuntabel, i)berkeadilan. Kita dapat mengetahui bahwa terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu: 1)penyelenggaraan pelayanan
publik yaitu ASN/Birokrasi. 2)penerima layanan yaitu masyarakat, atau sektor privat.
3)kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan.

II. AKUNTABEL
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau instansi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas merupakan prinsip
dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/ unit organisasi sebagai suatu kewajiban
jabatan dalam memberikan pertanggung jawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens,2007), yaitu:1. Untuk
menyediakan kontrol demokratis (perandemokrasi); 2. Untuk mencegah korupsi dan
penyalah gunaan kekuasaan (perankonstitusional); 3. Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Tingkatan Akuntabilitas meliputi :
1. Akuntabilitas Personal
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah administrasi sebuah negara (MatsilizadanZonke,2017). Kedua
prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanan kepada masyarakat.

III. KOMPETEN
Faktor volatility dan uncertainty (gejolak dan ketidakpastian) menuntut ecosystem
organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik,
dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan
masa depan pekerjaan. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu,
dengan pemanfaatan teknologi.
Perilaku ASN untuk masing-masing aspek Ber-Akhlak sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efesien.
3. Kompeten:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah
b) Membantu orang lain belajar
c) Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal:
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, insgansi, dan negara.

IV. HARMONIS
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan
bekerjasama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis secara umum menurut Undang-Undang No.5
Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

V. LOYAL
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara,dengan panduan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara.
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme
dan pengabdian,yang dapat disingkat menjadi“KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

VI. ADAPTIF
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuh kembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan
mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individu dan organisasi adaptif
tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, danA mbiguity).
Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan under standing, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan gility. Organisasi adaptif yaitu
organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan
mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan
kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a)
Pengembangan sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c)
Pembaharuan institusional adaptif.
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi,
dan budaya (atausisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

VII. KOLABORATIF
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
publik Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama dimana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi
tanggung jawab dan sumber daya.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah:
a. Trustbuilding: membangun kepercayaan dengan stakehol dermitra kolaborasi.
b. Face toface Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh.
c. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing
ownership dalam proses serta keterbukaan terkait keuntungan Bersama.
d. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama
terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai Bersama.
e. Menetapkan out comeantara.
Faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga
pemerintah adalah:
1. Kepercayaan
2. Pembagian kekuasaan.
3. Gaya kepemimpinan.
4. Strategi manajemen.
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien, efektif antara entitas
public.
Sementara faktor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga
pemerintah yaitu: Ketidak jelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan.

AGENDA 3
I. SMART ASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan
SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan
kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas
mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill,
digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat
dalam menguasai teknologi digital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus
dijalankan,yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital disektor –sektor strategis, baik
dipemerintahan, layanan publik, bantua nsosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema- skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital di lakukan secepat-cepatnya.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitik beratkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses
mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia
& Astuti, 2017).
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari.
Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia
digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan,
menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.
Kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

II. MANAJEMEN ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari
praktik KKN.
 Kewajiban ASN meliputi:
a. Setia dan taat pada Pancasila, UUD1945, NKRI
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran,
dan Tanggung Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan
Tindakan Kepada Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan
Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Di tempatkan DiSeluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Kode Etik dan Kode Perilaku ASN meliputi :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
e. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
f. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan Memberika informas secara
benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan.
g. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karir, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan
perlindungan. Sedangkan manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.

SISTEM MERIT
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas
dan juga keadilan.
Kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada
masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai
visi dan misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus
mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan
pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada
semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali
Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat
pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat di duduki paling
lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina
Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN
melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan
yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai
ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki
tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan
Sistem InformasiASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui
upaya administratif.

Anda mungkin juga menyukai