Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

Masive Open Online Course (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA
(PPPK)

DI SUSUN OLEH :
Nama : YULI ARISANI, A.md. Keb
NIP : 199007292022212001
Golongan : VII
Jabatan : BIDAN TERAMPIL
Unit Kerja : PUSKESMAS MALUK

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT


TAHUN 2023
AGENDA 1

MODUL I

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

I. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap
sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Terdapat 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara

1. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang BPUPKI
pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische
grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupakan landasan atau
dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan
dasar pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI
pada siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
3. Bhineka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular pada dasarnya adalah
sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan,
sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu. Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17
Oktober diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang Negara.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI
(10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI
seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
(Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

Lambang - Lambang Negara

Adapun atribut negara antara lain.


a. Bendera
b. Bahasa
c. Lambang Negara
d. Lagu Kebangsaan

II. Bela Negara


A. Pengertian Bela Negara
Bela negara adalah tekad, sikap, dan prilaku serta tindakanwarga negara, baik secara perorangan atau
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan nengara kesatuan
republic Indonesia yang berdasarkan pancasiladan undang undang dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan negara dari berbagai ancaman.

B. NILAI – NILAI BELA NEGARA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.

C. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar negara Republik
Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini
dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD
1945, tidak bolehbertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dari sudut hukum,
UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara Pancasila
beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadinorma hukum
yang memberi kerangka dasar hukum sistempenyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya
sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek
sumber daya manusianya.
MODUL II

ANALISIS ISU KONTEMPORER

A. Perubahan Lingkungan Strategis


1. Konsep perubahan
perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan peradaban
manusia. Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang patut menjadi bahan renungan bersama:

Dengan menyimak pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa mulai saat ini kita harus
bergegas menentukan bentuk masa depan, jika tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan
masa depan (bangsa) kita. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja,
namun lebih dari pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik
untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
Mengutip pepetah dari Minahasa “Sitou timou tumou tou” yang secara bebas diartikan “orang baru
bisa dikatakan hidup apabila mampu memuliakan orang lain”. Pada sisi yang lain, muncul satu
pertanyaan bagaimana PNS melakukan hal tersebut

Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu


memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
 Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang- undangan,
 Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
 memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

2. Perubahan Lingkungan Strategis


Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas
masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Ke empat level lingkungan stratejik
tersebut disajikan dalam gambar berikut ini:

Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini,
memaksa semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan
menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah

3. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis


Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia (human
capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal
yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas
kerja.
Ada lima komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Modal Intelektual
b. Modal Emosional
c. Modal Sosial
d. Modal ketabahan (adversity)
e. Modal etika/moral

B. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia
sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai
perubahan lingkungan strategis.
a. Korupsi
Beberapa gejala umum tumbuh suburnya korupsi disebabkan oleh hal-hal berikut:
1) membengkaknya urusan pemerintahan sehingga membuka peluang korupsi dalam skala yang lebih
besar dan lebih tinggi;
2) lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan beberapa diantaranya bersikap masa
bodoh; dan
3) terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik, kekuatan keuangan dan kepentingan bisnis
asing.
b. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan
Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
Kedua istilah tersebut juga biasa disebut narkotika an-sich, dimana dengan penyebutan atau penggunaan
istilah ”narkotika” sudah dianggap mewakili penggunaan istilah narkoba atau napza.
c. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini. Dalam merespon
perkembangan terorisme di berbagai negara, secara internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi
empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu:
1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan memberantas
terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar
pemberantasan terorisme.
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted attempt to change
the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini mengidentikan term radikal dengan nuansa yang
politis, yaitu kehendak untuk mengubah kekuasaan
d. Money Laundring
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata) karena akan
menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti uang tersebut dicuci
karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan
terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak
kejahatan.
e. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara,di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki
tangan.
f. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Bentuk Tindak Kejahatan dalam Komunikasi Massa. Beberapa tipe kejahatan yang Calhoun,
Light, dan Keller (1995) menjelaskan adanya empat tipe kejahatan yang terjadi di masyarakat, yaitu:
1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)
4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)

 Cyber crime
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia
maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet.
 Hate speech
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan
oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan salah satu bentuk
kejahatan dalam komunikasi massa.
 Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau
palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba kelompok-kelompok
yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar.

C. TEKNIK ANALISIS ISU KONTEMPORER


teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning untuk mengetahui sumber informasi terkait
isu tersebut sebagai berikut:
1. Media scanning, yaitu penelusuran sumber-sumber informasi isu dari media seperti surat kabar, majalah,
publikasi, jurnal profesional dan media lainnya yang dapat diakses publik secara luas.
2. Existing data, yaitu dengan menelusuri survei, polling atau dokumen resmi dari lembaga resmi terkait
dengan isu yang sedang dianalisis.
3. Knowledgeable others, seperti profesional, pejabat pemerintah, trendsetter, pemimpin opini dan
sebagainya
4. Public and private organizations, seperti komisi independen, masjid atau gereja, institusi bisnis dan
sebagainya yang terkait dengan isu-isu tertentu
5. Public at large, yaitu masyarakat luas yang menyadari akan satu isu dan secara langsung atau tidak
langsung terdampak dengan keberadaan isu tersebut.
MODUL III

KESIAPAN BELA NEGARA

A. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara


Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa bela negara adalah adalah kebulatan sikap,
tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.

B. Kesiapsiagaan Bela Negara Latsar


kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam
berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental untuk
mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan.

C. Kemampuan Awal Bela Negara


nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik
maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri
yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara
menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri
bangsa yang luhur dan terhormat.
AGENDA II

NILAI-NILAI DASAR ASN


A. Berorientasi Pelayanan

Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi
pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal
dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan
yang dimiliki oleh penyelenggara.

B. Akuntabel

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untukmempertanggungjawabkan segala tindak


dan tanduknya sebagai pelayanpublik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017).

C. Kompeten

1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, sukudan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

D. Harmonis
Harmonis berasal kata harmoni, yakni kerja sama dari berbagai faktor dengan sedemikian rupa
sehingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkansuatu kesatuan yang luhur. Salah satu kunci kesuksesan
kinerja dari suatu organisasi berawal dari suasana lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang sehat akan
berdampak positif bagi karyawan yang berefek domino bagiproduktivitas, hubungan internal, dan kinerja
secara keseluruhan.
E. Loyal
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi
loyalitas.

F. Adaptif

Kata adaptif berasal dari kata Adaptasi, adaptasi merupakan suatu proses yang menempatkan
manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi
sosial yang berubah-ubahagar tetap bertahan (Robbins, 2003).

G. Kolaboratif

Kolaboratif pada pemerintahan adalahsebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor pemerintahan (Irawan, 2017). Kolaborasi pada pemerintahan
mencakupkemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.
AGENDA 3

KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

A. Smart ASN

Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlahsuatu wacana yang


baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret menerapkan
transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di
Indonesia telah dilakukan. Sejalan dengan perkembangan ICT (Information,
Communication and Technology), muncul berbagai model pembelajaran secara daring.
Selanjutnya, muncul pula istilah sekolah berbasis web (web-school) atau sekolah
berbasis internet (cyber- school), yang menggunakan fasilitas internet. Bermula dari
kedua istilah tersebut, muncullah berbagai istilah baru dalam pembelajaran yang
menggunakan internet, seperti online learning, distance learning, web-based learning,
dan e-learning

B. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensipolitik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.

1. Kedudukan, Peran, Hak Dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN

a. Kedudukan ASN
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS).


2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
b. Fungsi, Tugas, dan Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan ASN, maka ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.

Dari peran tersebut maka ASN bertugas:


1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas.

3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


ASN memiliki peran sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan
tugas umum pemerintah dan pembangunan.

c. Hak dan Kewajiban ASN


Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut :
PNS berhak memperoleh: gaji, tunjangan, fasilitas, cuti, jaminan pension, jaminan
hari tua, perlindungan, pengembangan kompetensi. Sedangkan PPPK berhak
memperoleh: gaji, tunjangan, cuti, perlindungan, pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian dan bantuan hukum.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah.

2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang


berwenang.

4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,


kesadaran, dan tanggung jawab.
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan.

7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia


jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia.

d. Kode Etik ASN


Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi.

2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.

3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.

4. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang


Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan.

6. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara.

7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,


efektif, dan efisien.

8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.

9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntunganatau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.

12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin


pegawai.

Fungsi kode etik dan kode perilaku ini sangat penting dalam birokrasi dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Fungsi tersebut, antara lain:
1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewanangan agar tindakannya dinilai baik.
2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik/aparatur
sipil negara dalam menjalankan tugas dan

Anda mungkin juga menyukai