Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

MOOC PPPK

Nama : Agung Ganjar Kurniawan


NIP : 199208272320211001
Jabatan : Dokter Umum
Unit Kerja : RS Khusus Paru Karawang

Pemerintah Kabupaten Karawang


Tahun 2023
AGENDA I

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.

4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara

1. Pancasila

Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan
sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa
Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran
yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang
akan didirikan.

Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa,
Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi
nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa
dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional

2. Undang-Undang Dasar 1945

Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945
oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa
itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana
mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.

3. Bhinneka Tunggal Ika

Mengutip dari Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal


Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga anekaragam agama
dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit. Sementara dalam lambang
NKRI, Garuda Pancasila, pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas dan
diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan keagamaan, melainkan
juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda kepulauan
(antara nusa) dalam kesatuan nusantara raya.
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinna-Ika-
Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu.

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan


dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :

a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;


b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas
sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

5. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol NILAI-NILAI BELA NEGARA.

Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara.

Nilai Dasar Bela Negara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber


Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :

a. cinta tanah air;


b. sadar berbangsa dan bernegara
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
f. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan
2. ANALISIS ISU KONTEMPORER

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

A. Konsep Perubahan

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan
strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan, dan bagaimana
konsep perubahan dimaksud.

Hanya manusia dengan martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan
yang bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan
perbuatan tercela. Mengutip pepetah dari Minahasa “Sitou timou tumou tou” yang secara
bebas diartikan “orang baru bisa dikatakan hidup apabila mampu memuliakan orang lain”.
Pada sisi yang lain, muncul satu pertanyaan bagaimana PNS melakukan hal tersebut?. Dalam
konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik
fungsi dan tugasnya, yaitu:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan erkualitas, serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER

Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran
pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.

Dengan menggunakana logika sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah


penduduk dunia akan mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber
daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut
untuk hidup, agar mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari
bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan bangsa.

Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi
yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu,
kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba
merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan lain
adalah kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang (money laundring). Bentuk
kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi peluang kepada pelaku
kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi identitasnya dan penyebarannya
bersifat masif.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur Negara
dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu
strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan
Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini:

A. Korupsi
Korupsi dalam sejarah dunia sebagaimana yang dikemukakan oleh Hans G. Guterbock,
“Babylonia and Assyria” dalam Encyclopedia Brittanica bahwa dalam catatan kuno telah
diketemukan gambaran fenomena penyuapan para hakim dan perilaku korup lainnya dari
para pejabat pemerintah. Di Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani dan Romawi Kuno korupsi
adalah masalah serius. Pada zaman kekaisaran Romawi, Hammurabi dari Babilonia yang naik
tahta sekitar tahun 1200 SM telah memerintahkan seorang Gubernur provinsi untuk
menyelidiki perkara penyuapan. Shamash, seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 sebelum
Masehi) bahkan tercatat pernah menjatuhkan pidana kepada seorang hakim yang menerima
uang suap.

B. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya,
sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kedua
istilah tersebut juga biasa disebut.

C. Terorisme dan Radikalisme


1. Teroriris
Secara kronologis, penanganan terorisme di Indonesia diklasifikasi dalam 3 periode,
yaitu Orde Lama (1954-1965), Orde Baru (1966-1998), dan Era Reformasi (1998-
sekarang). Pada periode Orde Lama, penanganan secara militer menjadi pilihan. Pada
periode Orde Baru, penyelesaian kasus terorisme dilakukan berbasis intelijen, di
antaranya dengan pembentukan Bakortanas (Badan Koordinasi Pertahanan Nasional).
Sedangkan pada Era Reformasi, penanganan kasus terorisme dilakukan melalui
kombinasi antara aspek penegakan hukum dan pendekatan lunak.

2. Radikal dan Radikalisme


Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted attempt
to hange the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini mengidentikan term radikal
dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak untuk mengubah kekuasaan. Istilah ini
mengandung varian pengertian, bergantung pada perspektif keilmuan yang
menggunakannya. Dalam studi filsafat, istilah radikal berarti “berpikir secara mendalam
hingga ke akar persoalan”. Istilah radikal juga acap kali disinonimkan dengan istilah
fundamental, ekstrem, dan militan. Istilah ini berkonotasi ketidaksesuaian dengan
kelaziman yang berlaku. Istilah radikal ini juga seringkali diidentikkan dengan kelompok-
kelompok keagamaan yang memperjuangkan prinsip-prinsip keagamaan secara
mendasar dengan cara yang ketat, keras, tegas tanpa kompromi.
Adapun istilah radikalisme diartikan sebagai tantangan politik yang bersifat
mendasar atau ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan (Adam Kuper, 2000). Kata
radikalisme ini juga memiliki aneka pengertian. Hanya saja, benang merah dari segenap
pengertian tersebut terkait erat dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai
yang diperjuangkan oleh kelompok tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau
dipandang mapan pada saat itu. Sepintas pengertian ini berkonotasi kekerasan fisik,
padahal radikalisme merupakan pertentangan yang sifatnya ideologis.
D. Money Laundring
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Dengan demikian uang ataupun harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci
tersebut adalah uang/harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga diharapkan
setelah pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak terdeteksi lagi
sebagai uang hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan yang halal
seperti uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih lainnya.

E. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’
atau kaki tangan.

F. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)


Media Massavs Media Sosial Media masa pada berbicara atas nama lembaga tempat
dimana mereka berkomunikasi sehingga pada tingkat tertentu, perkembangan tersebut
dapat berfungsi sebagai fasilitas social yang dapat ikut mendorong komunikator dalam
menyampaikan pesan pesan, sedangkan media social, baik pemberi informasi maupun
penerimanya seperti bisa memiliki media sendiri. Media sosial merupakan situs dimana
setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan kolega atau
publik untuk berbagi informasidan berkomunikasi.

3. Kesiapan Bela Negara


Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang di landasi oleh kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.
Kesiap siagaan belanegara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi
menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman yang pada hakekatnya mendasari proses nation and character building.
Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar
akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, yakni pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi negara.
AGENDA II

KONSEP PELAYANAN PUBLIK

1. Pengertian Pelayanan Publik


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia,
antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui atu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa
publik, dan pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan
Publik). Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan
muara dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang
menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia yang
ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas.
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU layanan Publik adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan
pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa
salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Prinsip pelayanan publik yang baik adalah:


a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan

Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana


perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, dalam menyelenggarakan
pelayanan publik, yaitu:
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang
dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. tidak menyimpang dari prosedur.

KONSEP AKUNTABILITAS

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi


untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah
seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan Core Values ASN BerAKHLAK.

Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:


• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi

Aspek-Aspek Akuntabilitas
• Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
• Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
• Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
• Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Akuntabilitas menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab
menghasilkan konsekuensi.
• Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja
ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:


• Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
• untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
• untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

KONSEP KOMPETEN
Pembahasan keseluruhan dalam modul ini menjelaskan pokok-pokok dan
penerapan perilaku pengembangan kompetensi yaitu: Tantangan Lingkungan
Strategis, Kebijakan Pembangunan Aparatur, Kebijakan dan Program Pengembangan
Kompetensi, dan Perilaku Kompeten. Dengan penguraian keseluruhan aspek tersebut
diharapkan peserta latsar CPNS mendapatkan pemahaman yang sama tentang perlunya
komprehensivitas dalam melakukan pengembangan kompetensi sesuai dengan
dinamika lingkungan internal dan eksternal organisasi.
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi
bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi
pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang
unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan
kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.
Agar pembelajaran ini efektif dalam menguatkan perilaku kompeten, setiap
peserta latsar CPNS agar membuat Rencana Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku
Kompeten di Tempat Kerja, dengan menuangkannya dalam Formulir Agenda Rencana
Tindak Lanjut Mewujudkan Perilaku Kompeten, dalam lampiran modul ini.

HARMONIS

Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga


menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut
mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara
disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang
dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan
perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai


kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang
teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya
kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,

a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;


b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah

Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting


dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi.

Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan


susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan
bekerja dan bermasyarakat.

Loyal dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal”
dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki
dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor
penyebab internal dan eksternal.

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:

1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.

Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:

1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki


2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,


dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya
terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan
bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit,
diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain memantapkan
Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
ADAPTIF

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan
– baik individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan
membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi
VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan
clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon


perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan
dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja.

KOLABORATIF

Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi


kolaborasi dan collaborative governance.

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.

Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process


though which parties with different expertise, who see different aspects of a problem,
can constructively explore differences and find novel solutions to problems that would
have been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).

Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:


Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge
sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk


kolaborasi yaitu:

1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;


2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat


dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :

1) mengidentifikasi permasalahan dan peluang;


2) merencanakan aksi kolaborasi; dan
3) mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
AGENDA III

Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

SMART ASN

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan


kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai.

Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety,
digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.

a. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus


dijalankan, yaitu:
• Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
• Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik
di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
• Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
• Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
• Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
b. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana
menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.
Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia;
dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan
sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
c. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi,
dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.
d. Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.
e. Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan
terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga
perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu:

MANAJEMEN ASN

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian


tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi
dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya
dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang
tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.

Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai


harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai.

Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan


menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai
diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad
performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi
untuk meningkatkan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai