Anda di halaman 1dari 12

NIP :198802272022211005

NAMA LENGKAP : SUPRIYADI


JABATAN : AHLI PERTAMA – PENJASORKES
INSTANSI : PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG MATERI : ORIENTASI PPPK
(AGENDA 1 - 3)

AGENDA I

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai – Nilai Bela Negara


2. Analisis Isu Kontemporer
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai – Nilai Bela Negara


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa
dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem
nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara :

1. Pancasila.
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang BPUPKI pada
tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag,
suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara
merdeka yang akan didirikan. Takdir kemajemukan bangsa indonesia dan kesamaan pengalaman
sebagai bangsa terjajah menjadi unsur utama yang lain mengapa Pancasial dijadikan sebagai landasan
bersama bagi fondasi dan cita- cita berdirinya negara Indonesia merdeka. Kemajemukan dalam kesamaan
rasa dan pengalaman sebagai anaka jajahan ini menemunkan titik temunya dalam Pancasila, menggantikan
beragam keinginan subyektif beberapa kelompok bangsa Indonesia yang menghendaki dasar negara
berdasarkan paham agama maupun ideologi dan semangat kedaerahan tertentu. Keinginan-keinginan
kelompok tersebut mendapatkan titik teunya pada Pancasila, yang kemudian disepakati sebagai kesepakatan
bersama sebagai titik pertemuan beragam komponen yang ada dalam masyarakat Indonesia.

2. Undang – Undang Dasar 1945.


Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Padamasa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan
dasar pembentukan negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia
BPUPKI pada siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni
1945. Gagasan itu berlanjut dengan dibentuknya Panitia 9 yang anggotanya diambil dari 38 anggota
BPUPKI. Panitia 9 dibentuk pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia 9 mempunyai tugas untuk merancang
sebuah rumusan pembukaan yang disebut Piagam Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah
Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan menjadi Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 oleh PPKI. Dan kalimat Mukadimah adalah rumusan kalimat yang diambil dari Piagam Jakarta,
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan kalimat
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kepustakaan hukum di Indonesia menjelaskan istilah Negara hukum sudah
sangat popular. Pada umumnya istilah tersebut dianggap merupakan terjemahan yang tepat dari dua istilah
yaitu rechtstaat dan the rule of law. IstilahRechstaat (yang dilawankan dengan Matchstaat) memang
muncul di dalam penjelasan UUD1945 yakni sebagai kunci pokok pertama dari system Pemerintahan
Negara yang berbunyi “Indonesia ialah Negara yang berdasaratas hukum (rechstaat) dan bukan berdasar
atas kekuasaan belaka (machtstaat)”. Kalau kita lihat di dalam UUD 1945 BAB I tentang Bentuk dan
Kedaulatan pasal 1 hasil Amandemen yang ketiga tahu 2001, berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”. Dari teori mengenai unsur-unsur Negara hukum, apabila dihubungkan dengan Negara hukum
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Bhinneka Tunggal Ika.


Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih nyata masa Majapahit
sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi
perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di Waleribersifat Siwa
dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja)
ditahbiskan sebagai JINA = Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra. Inilah fakta bahwa Singhasari
merupaakn embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerjaan Majapahit. Perumusan
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa olehMpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah
pernyataan daya kreatif dalam paya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan
dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
dapat diuraikan Bhinna- Ika-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun
secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik
Indonesia.

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari persitiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia
berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah
ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam sejarahnya dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV, meliputi :

5. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia
b) Memajukan kesejahteraan umum;
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaia abadi dan keadilan sosial
(Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

5. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan


Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu,
identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi
kebudayaanyang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan
kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a) cinta tanah air;
b) sadar berbangsa dan bernegara;
c) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d) rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e) kemampuan awal Bela Negara.

B. Analisis Isu Kontenporer


Pemahaman tentang isu kritikal, sebaiknya perlu diawali dengan mengenal pengertian isu. Secara umum
isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah, sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal
usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus. Selanjutnya Kamus “Collins Cobuild
English Language Dictionary” (1987), mengartikan isu sebagai:
(1). “An important subject that people are discussing or arguing about” (2). “When you talk about the
issue, you are referring to the really important part of the thing that you are considering or discussing”.

1. Teknik Analisis Isu


Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan analisis secara
mendalam isu yang telah memenuhi kriteria AKPK atau USG atau teknik tapisan lainnya dengan
menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir kritis, misalnya menggunakan system berpikir mind
mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya- kurangnya
menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab- akibat untuk menggambarkan akar dari isu atau
permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu

C. Kesiapsiagaan Bela negara


Untuk melakukan bela negara, diperlukan suatu kesadaran bela negara.
Dikatakan bahwa kesadaran bela negaraitu pada hakikatnya adalah kesediaan berbakti pada negara
dankesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup didalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaikbagi
bangsa dan negara. Sebagaimana tercantum dalam Modul IPelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan
Kebangsaan dan Nilai- Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan:
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1) Cinta Tanah Air;
2) Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5) Memiliki kemampuan awal bela negara.
6) Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adildan makmur
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di berbagai lingkungan:
1) Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga).
2) Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3) Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk menaati tata tertib
pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4) Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat).
5) Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6) Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7) Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
AGENDA II

1) Berorentasi Pelayanan
2) Akuntabel
3) Kompeten
4) Harmonis
5) Loyal
6) Adaftif

A. Berorentasi Pelayanan
• Memahami dam Memenuhi Kebutuhan Masyarakat.
• Ramah,Cekatan,Solutif dan dapat diandalkan
• Melakukan Perbaikan Tanpa henti
B. Akuntabel
• Melaksanakan tugas dengan jujur,bertanggung jawab,cermat,disiplin dan berintegritas tinggi
• Menggunakan Kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab,efektif,dan
efisien.
• Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan
C. Kompeten
• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah.
• Membantu orang lain untuk belajar
• Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. D. Harmonis.
• Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
• Suka menolong orang lain
• Membangun Lingkungan kerja yang kondusif
E. Loyal
• Memegang teguh Ideologi Pancasila,Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 setia Pada NKRI serta Pemerintah yang Sah.
• Menjaga Nama baik sesama ASN,Pimpinan,Instansi dan Negara.
• Menjaga Rahasia jabatan dan Negara. F. Adaftif
• Cepat menyesuaikan diri untuk menghadapi perubahan
• Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
• Bertindak Proaktif
G. Kolaboratif
• Memberikan kesempatan berbagai pihak untuk berkontribusi
• Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
AGENDA III

1. SMART ASN
2. MANAJEMEN ASN

A. SMART ASN
1. Kegiatan Belajar 1 Literasi Digital
Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa revolusioner
dengan berpindahnya sebagian kehidupan manusia menuju dunia tanpa batas, yakni
dunia digital. Kita dipaksa untuk masuk dan mengikuti segala perkembangan yang
ada di dunia digital atau sering disebut dengan istilah Mendadak Digital. Kondisi
“Mendadak Digital” ini telah mengguncang Ekonomi, Sosial, dan Budaya masyarakat
Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang digital silih berganti menghampiri
seluruh profesi tak terkecuali Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital,
pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Berdasarkan petunjuk
khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa
transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan
mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar,
bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke
daring yang akan dihadapi oleh semua lapisan masyarakat termasuk ASN. Peserta
CPNS memiliki peluang serta tanggungjawab yang sangat besar sebagai aparatur
negara, dimana anak-anak terbaik bangsa inilah yang memiliki peran bukan hanya bagi
instansi namun lebih luas lagi bagi Indonesia. Presiden Jokowi juga telah menekankan
5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani transformasi digital pada masa
pandemi COVID-19. Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki
oleh peserta CPNS dan diharapkan para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi
dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung sangat cepat.

a. Percepatan Transformasi Digital


Di Indonesia, percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh
pemerintah. Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa
masa pemerintahan yang kedua berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu
visi utama. 5 visi Presiden untuk Indonesia:
1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Keterbukaan Investasi
4. Reformasi Birokrasi
5. Penggunaan APBN
Pengertian Literasi Digital
Konsep Literasi Digital Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan
informasi. Keterjangkauan (affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini
mendorong produksi, berbagi, diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara
tekstual (Barton dan Lee, 2013). Affordance berarti alat yang memungkinkan kita
untuk melakukan hal-hal baru, berpikir dengan cara baru, mengekspresikan jenis
makna baru, membangun jenis hubungan baru dan menjadi tipe orang baru.
Affordance dalam literasi digital adalah akses, perangkat, dan platform digital.
Sementara pasangannya yaitu kendala (constraint), mencegah kita dari melakukan
hal-hal lain, berpikir dengan cara lain, memiliki jenis lain dari hubungan. Constraint
dalam literasi digital bisa meliputi kurangnya infrastruktur, akses, dan minimnya
penguatan literasi digital (Jones dan Hafner, 2012). Menurut Jones dan Hafner
(2012), literasi disini bukan sekadar cara untuk membuat makna, tetapi juga cara
berhubungan dengan orang lain dan menunjukkan siapa kita.

b. Kompetensi Literasi Digital


Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak
sebatas mengoperasikan gawai. Secara umum, literasi digital memang sering dianggap
sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali
ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang
paling utama. Padahal, literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan
sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif.

c. Peta Jalan Literasi Digital


Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital.
Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital.
Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan
riset inovasi digital. Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan
terwujudnya Indonesia Digital Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya
yaitu dari ITU, IMD, dan Katadata
d. Lingkup Literasi Digital
Dalam mencapai target program literasi digital, perlu diperhitungkan estimasi
jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses internet berdasarkan data
dari APJII dan BPS. Identifikasi Target User dan Total Serviceable Market penting
untuk menentukan target spesifik program literasi digital. Saat ini, tingkat penetrasi
internet di Indonesia sebesar 73,7%. Sementara itu, persentase masyarakat Indonesia
yang masih belum mendapatkan layanan internet yaitu sebesar
26,3%.

e. Tantangan Kesenjangan
Digital Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital (digital divide)
juga menjadi hal yang perlu dipahami. Kesenjangan digital merupakan konsep yang
telah lama ada. Pada awal mulanya, konsep kesenjangan digital ini berfokus pada
kemampuan memiliki (ekonomi) dan mengoperasikan perangkat digital (komputer)
dan akses (Internet). Namun, konsep ini telah berkembang menjadi beberapa aspek
yang lebih komprehensif. Manfaat dan akses dari dunia informasi digital menjadi
indikasi semua warga negara mendapatkan manfaatnya seperti halnya pada negara-
negara maju.

f. Penguatan Literasi Digital Di Indonesia,


Sejak lama sudah dilakukan upaya penguatan literasi digital. Pada Kurikulum
2006, mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sempat menjadi
bagian penting di bangku sekolah menengah dan atas. Namun dihapus pada
Kurikulum 2013, untuk kemudian direstorasi di Kurikulum 2013 terbaru. Namun,
penguatan literasi digital tidak hanya datang dari Kemendikbud selaku otoritas
pendidikan beberapa lembaga pemerintah, akademisi, dan non pemerintah juga.

g. Implementasi Literasi Digital


Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana
yang baru. Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret
menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat
sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan
pendukung, serta sosialisasi tentang era industry 4.0 belum berhasil membuat
industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga
sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada transformasi digital
pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak
luar biasa dalam aspek ini (Suteki, 2020).

2. Kegiatan Belajar 2: Pilar Literasi Digital


Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet
dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital
adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan Smart ASN
110 proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif. Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya,
keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu
dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan
kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu,
kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
• Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
• Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar Smart
ASN
• Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
• Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce
untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital b. Dalam Etika di
Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
• Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada: berinternet (netiquette)
• Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan
tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
• Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang
sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
• Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. c. Dalam Budaya di Dunia Digital
perlu adanya penguatan pada:
• Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia. Pengetahuan dasar
membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai Pancasila di
mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll. Smart ASN 112
• Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
• Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung,
mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. d. Dalam Aman
Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
• Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
• Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber
yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
• Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan
menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
• Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi
digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
3. Kegiatan Belajar 3: Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi
dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia
hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui
waktu rata- rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya.
Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun
2020. selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih
dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.

B. Manajemen ASN
1. Kegiatan Belajar I : Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari :
a. praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
b. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras
dengan perkembangan jaman
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
 Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
 Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari 17
Manajemen ASN pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik

2. Kegiatan Belajar 3 : Mekanisme Pengelolaan ASN


a) Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b) Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan
c) Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan
perjanjian kerja; dan perlindungan.
d) Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan Manajemen ASN
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam
jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat
Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan
dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
e) Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling
lama 5 (lima) tahun
f) Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
g) Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai
PNS. 69 Manajemen ASN
h) Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan
standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
i) Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan
secara nasional dan terintegrasi antarInstansi Pemerintah
j) Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative.

Anda mungkin juga menyukai