PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada waktu ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Dr.
K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, membuka sidang pada tanggal 29 Mei 1945, mengemukakan
bahwa yang perlu difikirkan oleh para anggota sidang adalah mengenai dasar Indonesia merdeka.
Bung Karno memberikan arti dasar negara yang dimaksud oleh Ketua adalah dasarnya Indonesia
Merdeka, yang dalam bahasa Belanda disebut philosofische grondslag, yaitu dasar filsafat, yang
oleh Bung Karno pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945 disebut Pancasila. Hal ini disampaikan
oleh Bung Karno dalam mengawali pidatonya sebagai berikut:
“Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai mengeluarkan
pen-dapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang
mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan
Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang
mulia minta kepada sidang Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia
Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.
. . . Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam
bahasa Belanda: “Philosofische grondslag” dari pada Indonesia Merdeka. Philosofische
grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal dan abadi.
Saudara-saudara “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya [sic. Kebangsaan
Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan
sosial, dan Ketuhanan yang berkebudayaan, yang berke-adaban]. Inikah Panca Dharma? Bukan!
Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan
dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari
kita lima setangan. Kita mempunyai panca indera. Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang
yang hadir: “Pandawa lima.”) Pendawa-pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip”
kebangsaan, interna-sionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ke-Tuhanan” lima pula bilangannya.
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa, namanya ialah Panca Sila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah
kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.”
1
Dari pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut jelas dapat kita simpulkan bahwa
Pancasila yang diusulkan oleh Bung Karno tersebut dimaksudkan sebagai dasarnya Indonesia
Merdeka.
Agar pemahaman kita mengenai Pancasila sebagai dasar negara lebih mantap perlu difahami : (a)
makna Pancasila sebagai dasar negara, (b) Pancasila tepat sebagai dasar negara NKRI, (c) peran
dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara (d) implementasi Pancasila sebagai dasar negara.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah menetapkan Pancasila sebagai
“Weltan-schauung,” atau dasar negara bagi negara-bangsanya. Hal ini terbukti bahwa sejak saat
itu sila-sila yang terkandung dalam Pancasila selalu tercantum dalam Pembukaan atau
Mukadimah UUD yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
3
Sementara itu Pancasila juga tepat sebagai dasar negara NKRI dengan alasan sebagai berikut:
1. Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia, menjadi common denominator atau
de grootste gemene deeler dan de kleinste gemene veelvoud dari adat dan budaya bangsa
Indonesia. Prinsip dan nilai Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan keseharian tanpa
disadarinya.
2. Pancasila memiliki potensi menampung kondisi dan sifat pluralistik bangsa. Bagi bangsa
Indonesia yang demikian majemuk hanya Pancasila yang mampu mengikat unsur-unsur
bangsa menjadi Negara Kesatuan.
3. Pancasila menjamin kebebasan warga-negara untuk beribadah menurut agama dan keya-
kinannya.
4. potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
5. Pancasila memberikan landasan bagi bangsa Indonesia dalam mengantisipasi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
6. Pancasila memberikan jaminan terseleng-garanya demokrasi dan hak asasi manusia sesuai
dengan adat dan budaya bangsa
7. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera.
Yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa indonesoa dalam mencapai kesejahteraan
lahir dan batin dalam masyarakat yang heterogen (beraneka ragam).
Artinya pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa indonesia dan merupakan ciri
khas bangsa indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapar
membedakan dengan bangsa lain.
3. pejanjian luhur
Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18 Agustus 1945
melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
4
4. Sumber dari segala sumber tertib hukum
Yaitu masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual yang
berdasarkan pancasila.
5
2.5. Sumber yuridis, historis, sosiologi, dan politis tentang pancasila
sebagai dasar negara
2.5.1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945,Peneguhan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat pada
pembukaan, juga dimuat dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998,tentang
Pencabutan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan ketetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara.
Selain itu, juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Perundang-undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara.
6
2.5.3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR periode
2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan kebangsaan-
kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut.
Pertama, nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas
(yang bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental etika
kehidupan bernegara.
Kedua, nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum
alam, dan sifat-sifat sosial (bersifat horizontal) dianggap penting 88 sebagai fundamental
etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia.
Ketiga, nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan
pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia yang lebih
jauh.
Keempat, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta
demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam mewujudkan keadilan
sosial.
7
dalam setiap aktivitas sosial politiknya. Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi
memberikan masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik. Pada gilirannya,
sektor pemerintah akan menghasilkan output politik berupa kebijakan yang memihak
kepentingan rakyat dan diimplementasikan secara bertanggung jawab di bawah kontrol
infrastruktur politik. Dengan demikian, diharapkan akan terwujud clean government dan good
governance demi terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan masyarakat yang
makmur dalam keadilan (meminjam istilah mantan Wapres Umar Wirahadikusumah).
8
B. Perkembangan Pancasila pada Masa Berlakunya UUD 1945 yang Pertama.
Dengan adanya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada saat itulah bangsa
Indonesia resmi merdeka. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1945 BPUPKI mengesahkan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dengan demikian, maka Pancasila yang dalam artian
lima dasar negara resmi menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat, yaitu:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerinta negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
Dalam periode ini pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat ideologis. Selain itu
praktik kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada waktu itu turut serta membentuk
perkembangan pemikiran mengenai Pancasila pada masa itu.
9
D. Perkembangan Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS 1950.
Pemikiran tentang lima dasar megara ada terdapat dalam mukaddimah Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950, namun seperti halnya dengan UUD 1945 maupun Konstitusi RIS,
nama Pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak tercantum. Meskipun demikian, pendapat bahwa
lima dasar negara itu adalah Pancasila dalam periode ini sudah semakin berkembang. Perumusan
mengenai dasar negara tetap mencerminkan pemikiran Ideologi Kebangsaan. Dengan demikian
status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap berkelanjutan.
10
dengan penempatannya sebagai dasar negara dalam satu rangkaian integratif dengan UUD 1945
(Soemantri, 2007:17). Pada saat itu seluruh komponen bangsa harus sepaham dengan Pancasila.
11
Pancasila merupakan nilai luhur, karakter, ruh dan ideologi, yang harus tertanam dalam jiwa raga
bangsa Indonesia.
Di era globalisasi yang seperti ini, banyak hal yang akan berpotensi merusak moral serta nilai-
nilai Pancasila yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia. Dalam menghadapi perkembangan
dunia modern Pak Harto mensinyalir: “Sering timbul kekeliruan penilaian terhadap kepribadian
ini. Orang menyamakan kepribadian bangsa yang berakar dari sejarah dan kebudayaan sendiri
yang tua dengan nilai-nilai tradisionil yang umumnya diangkat sebagai rantai-rantai yang
membelenggu proses pembaharuan dan kemajuan. Memang sulit untuk menyangkal, bahwa tidak
semua nilai-nilai tradisionil itu cocok dengan tuntutan-tuntutan kemajuan, khususnya terhadap
tuntutan hidup berorganisasi modern dan pembangunan ekonomi yang rasionil. Tetapi ini tidak
berarti, bahwa nilai-nilai ‘45 yang merupakan kepribadian bangsa yang berakar pada sejarah dan
kebudayaannya sendiri harus ditinggalkan. Persoalannya terletak pada kemampuan bangsa itu
untuk memelihara nilai-nilai luhur yang menjadi kepribadiannya, meneruskannya dari generasi
yang satu kepada generasi berikutnya dengan segala proses penyesuaian menuju masyarakat
modern. Sekali proses penerusan dan penyesuaian itu terlampaui dengan berhasil, maka
terjaminlah tumbuhnya masyarakat baru yang kuat, bersatu dan dinamis.”
Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu waspada akan perubahan jaman yang terjadi, agar nilai-
nilai luhur yang terdapat dalam pancasila tidaklah mudah luntur. Pancasila haruslah tetap
menjadi sebuah pedoman dan pandangan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan-
tantangan yang ada baik dalam hal politik, ekonomi, agama maupun sosial budaya. Hal tersebut
dimaksudkan agar nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri bangsa Indonesia tidaklah
hilang karena adanya budaya-budaya asing yang masuk.
12
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:
1) Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum Indonesia yang dalam
Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia dijelmakan lebih lanjut ke
dalam empat pokok pikiran.
2) Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.
3) Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis).
4) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5) Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan negara, para
pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami karena semangat tersebut adalah
penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara karena masyarakat senantiasa
tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat
(Kaelan, 2000: 198--199).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai
dasar negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat
Indonesia yang merdeka.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Pandangan
tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh) sehingga merupakan
penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak
azasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan
itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah
manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan dating.
14
DAFTAR PUSTAKA
15