Anda di halaman 1dari 120

RESUME MODUL MOOC

Disusun oleh :
Endang Murtiningsih, S.Pel., M.P., M.M.
NI PPPK. 19761127 202221 2 007
AHLI PERTAMA – GURU NAUTIKA KAPAL NIAGA

UNIT KERJA SMK NEGERI 2 SANGATTA UTARA KAB. KUTAI TIMUR


PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2022

1
AGENDA 1

AGENDA I:
A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
B. ANALISIS ISU KONTEMPORER
C. KESIAPAN BELA NEGARA

A. MODUL WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA


a. Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat
untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan mengangkat
senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bela
Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan
maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa
dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Sejarah Pergerakan Bangsa Indonesia
1) 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu
mereka sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama
yang menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi
pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan
Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25
Oktober 1908 di Leiden,Belanda
3) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar
Pemuda”, yang kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres
Pemuda I ini dihadiri oleh wakil organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen
Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden
Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum Theosofi juga ikut
dalam kerapatan besar.
4) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada,
pimpinan pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

b. Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
c. 4 (empat) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara

2
1) Pancasila
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai
dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No.
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber
dari segala sumber hukum negara. Artinya,setiap materi muatan kebijakan negara,
termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma
dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
2) UUD 1945
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945
hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum
dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan
untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen
yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945, merupakan tempat dicanangkannya
berbagai norma dasar yang melatarbelakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau
dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat.
Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan
UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea.
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma
dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang

3
memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
3) Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih nyata masa
Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana
mencapai puncak tertinggi perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana
didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat
Buddha. Juga putra mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA
= Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra. Inilah fakta bahwa Singhasari merupaakn
embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerjaan Majapahit. Perumusan
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular pada dasarnya
adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit
kala itu. Di kemudian hari, rumusan tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif
terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil
menumbuhkan rasa dan semangat persatuan masyarakat indonesia. Itulah sebab mengapa
akhirnya Bhinneka Tunggal Ika – Kakawin Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi
semboyan yang diabadikan lambang NKRI Garuda Pancasila
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan BhinnaIka-Tunggal-Ia
berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara
keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara
Republik Indonesia. Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober
diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang Negara. Bahwa usaha bina
negara baik pada masa pemerintahan Majapahit maupun pemerintah NKRI berlandaskan
pada pandangan sama yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai
modal dasar dalam menegakkan negara
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari
persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi
tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia
luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna
sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian
memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18
Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu berupa pemerintah
yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut
sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar
negara dan tujuannya. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya
dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
 Memajukan kesejahteraan umum;
4
 Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi
negara Indonesia.)

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila,
dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata
pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara
Indonesia yang merdeka,bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas
Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi symbol atau lambang negara yang dihormati
dan dibanggakan warga negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang
beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan
cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain yang
cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
5. MANAJEMEN PEMERINTAHAN NEGARA

6. STRUKTUR KELEMBAGAAN NEGARA

5
7. SANKRI

Evaluasi
1. Menurut anda, apakah urgensi ASN harus berwawasan kebangsaan sehingga menjadi bagian
kompetensi ASN ?
Jawab :
 Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) wajib memiliki jiwa patriot yang salah satunya dapat
dipupuk dengan memiliki wawasan penuh dalam berkebangsaan dan memahami dasar-dasar
berkebangsaan sehingga dalam menjalankan tugasnya dengan jiwa cinta tanah air. Setiap ASN
harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat pegawai
negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang atau golongan. Kepentingan bangsa dan Negara harus ditempatkan di atas
kepentingan lainnya. Agar kepentingan bangsa dan Negara dapat selalu ditempatkan di atas
kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit.
 ASN harus berwawasan kebangsaan sebagai bekal dalam mengawali pengabdian kepada
Negara dan bangsa,
2. Uraikan secara singkat sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia !
Jawab :
 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.
 Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden,
Belanda

6
 Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil
organisasi pemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong
Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda Kaum
Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
 Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
 Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
 PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

3. Menurut anda, apakah relevansi 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan


bernegara dalam mewujudkan profesionalitas ASN ?
Jawab :
 Sebagai ASN tentunya mempunyai kesadaran bahwa sebagai pelayan public dan pelaksana
kebijakan public, perekat dan pemersatu bangsa untuk memegang teguh ideologi Pancasila,
setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta pemerintah yang sah, mengabdi kepada negara

b. NILAI-NILAI BELA NEGARA


Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi
RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam pengabdian
sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme
Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional
untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
 cinta tanah air;
 sadar berbangsa dan bernegara;
 setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
 rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
 kemampuan awal Bela Negara.
1. INDIKATOR CINTA TANAH AIR
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruhruang wilayah Indonesia
b. Jiwa dan raganya banggasebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadapbangsa dan negaranya
d. Menjaga nama baik bangsadan negara
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dannegara
f. Bangga menggunakan hasil
g. produk bangsa Indonesia

2. INDIKATOR KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

7
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasikemasyarakatan, profesi maupun politik
b. Menjalankan hak dan kewajibannyasebagai warga Negara sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku
c. Ikut serta dalam pemilihan umum
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang
e. Terbaik bagi bangsa dan negaranya
f. Berpartisipasi menjaga kedaulatan
g. Bangsa dan negara

3. INDIKATOR SETIA PADA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


a. Paham nilai-nilai dalam
b. Pancasila Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupansehari-hari
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsadan negara
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilaiPancasila
e. Yakin dan percaya bahwaPancasila sebagai dasar negara

4. INDIKATOR RELA BERKORBAN UNTUK BANGSA DAN NEGARA


a. Bersedia mengorbankan waktu,tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan
negara
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macamancaman
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat,bangsa dan negara
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalamikesulitan
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dannegaranya tidak sia-sia

5. INDIKATOR KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA


a. Memiliki kecerdasan emosionaldan spiritual serta intelejensia
b. Senantiasa memelihara jiwa danraga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoaatas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan Yang
Maha Esa
d. Gemar berolahraga
e. Senantiasa menjaga kesehatannya

IMPLEMENTASI
1. NILAI DASAR BELA NEGARA
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagaiideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dannegara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.

2. NILAI-NILAI DASAR ASN


a. memegang teguh ideologi Pancasila;
b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;

8
d. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik;
i. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan danprogram pemerintah;
j. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
k. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
n. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yangdemokratis sebagai perangkat sistem
karier.

3. FUNGSI ASN
a. pelaksana kebijakan publik;
b. pelayan publik; dan
c. perekat dan pemersatu bangsa.

EVALUASI
1. Menurut anda, apakah nilai-nilai dasar Bela Negara masih relevan saat ini ?
 Cinta Tanah Air. Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan
kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita
 Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan
sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara
mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak
bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
 Pancasila. Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar
biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan
lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman,
tantangan, dan hambatan.
 Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara. Dalam wujud bela negara tentu saja kita
harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini
yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama
negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk
bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet
saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-
lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung
langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
9
2. Jelaskan menurut pendapat anda, ancaman yang paling mungkin terjadi saat ini dan
mengancam eksistensi NKRI ?
 Bidang Politik Ancaman di bidang politik bersumber dari luar negeri dan dalam negeri.
Ancaman dari luar negeri berupa tekanan politik, intimidasi, provokasi, dan blokade
politik. Sedangkan ancaman dari dalam negeri berupa separatisme. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, separatisme adalah paham atau gerakan untuk memisahkan
diri. Dalam konteks ini, berarti memisahkan diri dari Indonesia. Separatisme bisa juga
dilakukan tanpa perjuangan senjata, dengan cara menarik simpati masyarakat
internasional. Separatisme semacam ini tidak bisa dilawan dengan kekuatan militer.
Hal tersebut membutikkan bahwa separatisme melalui bidang politik memiliki
ancaman yang cukup besar terhadap kedulatan dan keutuhan bangsa.
 Bidang Ideologi Ideologi lain yang cukup mengancam eksistensi idelogi pancasila
adalah idelogi komunis dan liberalisme. Ideologi liberalisme merupakan ancaman yang
paling serius sebab tidak hanya memengaruhi Indonesia, liberalisme juga
memengaruhi hampir semua negara di dunia. Dalam buku Kamus Istilah Pendidikan
Kewarganegaraan (2020) karya Tim Panca Aksara, liberalisme adalah paham yang
menganut kebebasan. Kebebasan pada aspek individual khsususnya. Apalagi saat ini
telah memasuki era globalisasi. Era globalisasi membuat ideologi liberalisme
berkembang secara pesat. Bidang Ekonomi Ancaman di bidang ekonomi yang paling
nyata adalah globalisasi ekonomi. Dampak negatif dari globalisasi ekonomi adalah
Indonesia dibanjiri produk asing, munculnya kesenjangan sosial yang tajam, koperasi
sulit berkembang, cepat atau lambat perkekonomian dalam negeri akan dikuasai oleh
asing. Ancaman di bidang ekonomi semakin seirus karena ada kasus perang dagang
antara Amerika Serikat dan China.
 Bidang sosial budaya Ancaman di bidang sosial di bedakan menjadi dua, yaitu ancaman
dari dalam dan dari luar. Ancaman dari dalam dipicu oleh isu-isu kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu-isu tersebut bisa menjadi titik
utama munculnya berbagai macam permasalahan, seperti separatisme, terorisme,
kekerasan, dan sebagainya. Sedangkan ancaman dari luar disebabkan oleh pengaruh
negatif globalisasi, seperti gaya hidup konsumtif, munculnya sifat hedonisme,
munculnya sikap individualisme, dan munculnya gejala westernisasi. Bidang
pertahanan dan keamanan Ancaman di bidang pertahanan dan keamanan berupa
ancaman militer. Ancaman militer dapat berupa agresi atau invasi, pemberontakan
senjata, spionase, dan aksi teror bersenjata. Contoh ancaman di bidang pertahanan
dan keamanan adalah agresi militer belanda, pemberontakan PKI Madiun, G30S,
pemberontakan DI/TII, dan lain-lain.

c. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


1. Perspektif Sejarah Negara Indonesia
Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan kemudian
ditetapkan berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki
makna pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan Negara. Perspektif
sejarah Negara Indonesia mengantrakan pada pemahaman betapa pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa yang didasarkan pada prinsip-prinsip persatuan dan
kesatuan bangsa dan nasionalisme. Kebijakan publik dalam format keputusan

10
dan/atau tindakan administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu
Pancasila landasan konstitusionil , UUD 1945 sebagai sistem yang mewadahi peran
Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil
Negara.
Pada awal masa kemerdekaan, perubahan sistem administrasi negara di Indonesia
masih dalam keadaan darurat, karena adanya transisi pemerintahan. Sehingga Bangsa
Indonesia berusaha sebisa mungkin untuk membentuk piranti–piranti yang diperlukan
dalam rangka penyelenggaraaan negara sebagai suatu negara yang berdaulat. Pada
saat pertama lahirnya negara Republik Indonesia, suasana masih penuh dengan
kekacauan dan ketegangan, disebabkan oleh berakhirnya Perang Dunia Kedua.. Bangsa
Indonesia baru memulai sejarah sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat,
semenjak dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan. Pelaksanaan UUD 1945 masih
terbatas pada penataan dan pembentukan lembaga –lembaga kenegaraan, k arena
pemerintah Indonesia juga harus menghadapi pergolakan politik dalam negeri.
Hubungan Indonesia-Belanda semakin memburuk setelah agresi kedua tanggal 18
Desember 1948. Atas jasa baik Komisi PBB untuk Indonesia, telah diadakan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag antara Pemerintah Belanda dengan pemerintah. Hasil
KMB tersebut adalah bahwa Kerajaan Belanda harus memulihkan kedaulatan atas
wilayah Indonesia kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan
kekuasaan pemerintahan akan diserahkan pada tanggal 27 Desember 1949 di Jakarta.
Pada tanggal 19 Mei Tahun 1950 telah disepakati bersama untuk mewujudkan kembali
negara kesatuan dengan memberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
1950. pada masa UUDS 1950, administrasi negara tidak dapat tumbuh dalam suatu
wadah yang penyelenggaraan negaranya tidak mengindahkan norma-norma hukum
dan asas-asas hukum yang hidup berdasarkan falsafah hukum atau ideologi, yang
berakar kepada faham demokrasi dan berorientasi kepada penyelenggaraan
kepentingan masyarakat. Puncak kekacauan terjadi pada saat Partai Komunis Indonesia
(PKI) menjalankan dominasi peranannya di bidang pemerintahan yang diakhiri dengan
pengkhianatantotal terhadap falsafah Pancasila dan UUD 1945 pada tanggal 30
September Tahun 1965. Kondisi ini memaksa Presiden RI saat itu yaitu Soekarno untuk
mengeluarkan “Surat Perintah 11 Maret” yang ditujukan kepada Letnan Jenderal.
Soeharto dengan wewenang sangat besar dalam usaha untuk menyelamatkan negara
menuju kestabilan pemerintahan. Peristiwa ini menjadikan tonggak baru bagi sejarah
Indonesia untuk kembali melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen serta
tanda dimulainya jaman orde baru.
2. Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara
Disamping kesatuan psikologis, politis, dan geografis diatas, penyelenggaraan
pembangunan nasional juga harus didukung oleh kesatuan visi. Artinya, ada koherensi
antara tujuan dan cita-cita nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
dengan visi, misi, dan sasaran strategis yang dirumuskan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, hingga Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) baik tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota

11
3. Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Ini berarti
bahwa Organisasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun
dalam penyelenggaraan pemerintahan kemudian terdesentralisasikan.
4. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya. Tahap-tahap
pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut :
1). Perasaan senasib.
2) Kebangkitan Nasional
3) Sumpah Pemuda
4) Proklamasi Kemerdekaan
5. Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
Terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu kita
amalkan:
1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika
2) Prinsip Nasionalisme Indonesia
3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
4) Prinsip Wawasan Nusantara
5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.
6. Nasionalisme
Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and History mendefinisikan
nasionalisme sebagai berikut :Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu
tertinggi harus diserahkan pada negara. Perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap
tanah air sebagai tumpah darah. Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan
negara sendiri
7. Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi
Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU AP”)
yang diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan penting dalam
penyelenggaran birokrasi pemerintahan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;
2) Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;
3) Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan
tugasnya
8. LANDASAN IDIIL : PANCASILA
Kedudukan Pancasila dipertegas dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Artinya,
setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
9. UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI

12
1) Kedudukan UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima
norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
2) Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms) merupakan cita-cita
luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan
bernegaratersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri
dari empat (4) alinea
10. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
EVALUASI

1. Jelaskan kedudukan Pancasila dalam konteks penyelenggaraan negara Indonesia


Jawab :
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam
arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini
dipertegas dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
2. Jelaskan kedudukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam konteks
penyelenggaraan negara Indonesia
Jawab :
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-
norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum SANKRI pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan,
aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
3. Jelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Jawab :
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD
1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar
belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan
dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat.
Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam

13
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada
Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea.
Alinea I
Mengandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan sebagaimana
disebutkan dalam bagian "Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan."
Alinea II
Mengandung cita-cita bangsa Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam bagian
"Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
Alinea III
Mengandung sebuah petunjuk atau tekad dalam pelaksanaannya. Sebagaimana
disebutkan dalam bagian saat menyatakan kemerdekaan "Atas berkat rakhmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur"
Alinea IV
Berisikan tugas negara atau tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk
susunan negara, dan dasar negara Indonesia (Pancasila).
4. Jelaskan kedudukan batang tubuh dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jawab :

Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama
dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta
norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi
norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara
Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,
dan aspek sumber daya manusianya.
Batang Tubuh UUD 1945 hasil Amandemen I-IV pada tahun 2002 terdiri atas 21 bab,
74 pasal, serta tiga pasal aturan peralihan dan dua pasal aturan tambahan. Dalam
UUD 1945 hasil Amandemen 2002 sebagaimana dipraktekkan di berbagai negara
tidak ada lagi Penjelasan Pasal-Pasal. Pasal-pasal UUD 1945 dimaksud merupakan
penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan. Rumusan
pasal tersebut merupakan landasan kebijakan yang paling mendasar bagi
penyelenggaraan pemerintahan negara.
5. Jelaskan kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia.
Jawab :
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan
ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi

14
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

B. MODUL ANALISIS ISU KONTEMPORER

a. Konsep Perubahan Lingkungan Strategis

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor
pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada
perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis meliputi Modal Intelektual,
modal emosional, modal social, modal ketabahan, modal etika/moral, modal kesehatan jasmani
1. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis,
sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan, dan bagaimana konsep
perubahan dimaksud. Untuk mendapatkan sosok PNS ideal dapat diwujudkan dengan
memahami posisi dan perannya serta kesiapannya memberikan hasil yang terbaik
mamanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk bersama-sama melakukan perubahan yang
memberikan manfaat secara luas dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan
pemerintahan
2. Perubahan Lingkungan Strategis
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehid upan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara
3. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan
1) Modal Intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan
mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya.
2) Modal Emosional Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan menentukan
kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan dalam mengelola emosi
tersebut disebut juga sebagai kecerdasan emosi
3) Modal Sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
4) Modal Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi.
5) Modal etika/moral. Ada empat komponen modal moral/etika yakni: Integritas
(integrity), Bertanggung-jawab (responsibility), Penyayang (compassionate) dan Pemaaf
(forgiveness)
6) Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani adalah bagian dari modal manusia agar dia
bisa bekerja dan berpikir secara produktif

b. Isu – isu Strategis Kontemporer

Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus

15
dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu
strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba,terorisme dan radikalisasi, tindak
pencucian uang (moneylaundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk
Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax. Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-
cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga
dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang
matang.
1. Korupsi
Penjelasan korupsi di Indonesia dibagi dalam dua fase, yaitu: fase pra kemerdekaan
(zaman kerajaan dan penjajahan) dan fase kemerdekaan (zaman orde lama, orde baru, dan
orde reformasi hingga saat ini). Pada masa Orde Baru mencoba memperbaiki penangan
korupsi dengan membentuk Tim Pemberantasan Korupsi. Pada masa reformasi, berbagai
lembaga telah dibentuk untuk memberantas korupsi. Korupsi yang pada jaman orde baru
hanya melingkar di pusat kalangan elit kekuasaan, namun dengan adanya kebijakan
desentralisasi maka kasus korupsi merebak kesemua lini pemerintahan hingga ke Daerah dan
menjalar ke setiap bidang kehidupan bangsa. Langkah-langkah hukum untuk menghadapi
masalah korupsi telah dilakukan melalui beberapa masa perubahan perundang-undangan,
dimulai sejak berlakunya kitab undang-undang hukum pidana 1 januari 1918.
Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain Faktor
Individu (Tamak, Moral yang lemah dan gaya hidup konsumtif) dan Faktor Lingkungan
(Lingkungan kerja yang korup akan memarjinalkan orang yang baik). SH Alatas dalam bukunya
“korupsi” menjelaskan mengenai korupsi ditinjau dari segi tipologi, yaitu:
1) Korupsi transaktif;
2) Korupsi yang memeras
3) Korupsi investif
4) Korupsi perkerabatan
5) Korupsi defensif
6) Korupsi dukungan
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lain. Cara yang harus dilakukan untuk
menghindar dari ancaman hukuman akibat menerima gratifikasi adalah; a. Melaporkan setiap
pemberian yang diterima kepada Komisi Pemberantasan Korupsi; b. Tidak menerima semua
pemberian yang dilakukan oleh orang yang patut diduga akan mendapatkan keuntungan,
akibat kedekatannya dengan seorang pejabat; c. Tidak menerima semua pemberian yang
berkaitan dengan jabatan yang sedang diembannya.
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi
masyarakat.
2. Narkoba
Pengertian narkotika adalah zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
membedakan narkotika ke dalam tiga golongan yaitu (RI, 2009): Golongan I, Golongan II,
Golongan III. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
16
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan ke
dalam empat golongan, yaitu (RI, 2009): Golongan I, Golongan II, Golongan II, Golongan IV. Zat
adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika
(Minuman beralkohol, Inhalansia dan solven, Tembakau, dan lain-lain).
Tindak Pidana Narkotika adalah kejahatan induk atau kejahatan permulaan dan tidak
berdiri sendiri, artinya Kejahatan narkotika biasanya diikuti dengan kejahatan lainnya atau
mempunyai kejahatan turunan. Kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan
tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 75 huruf a sampai huruf s Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Bahwa Deputi Bidang Pemberantasan
dipimpin oleh seorang Deputi, dan merupakan unsur pelaksana sebagaian tugas dan fungsi
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia di bidang pemberantasan, yang kedudukannya
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia,
hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia.
Fakta yang terjadi, aksi coba-coba pakai narkoba telah dimulai sejak usia sekolah dan
beranjut terus menjadi teratur pakai hingga kuliah atau memasuki dunia kerja, bila di
lingkungan sekolah dan kampus kewaspadaan narkoba tidak dicanangkan. Seorang penyalah
guna adalah orang sakit (OS) ketergantungan (adiksi) narkoba yang tidak akan sembuh dan
bahkan kambuh kembali jika tidak diputus dari kebiasaan (habit) madat menyalahgunakan
narkoba. Melalui layanan rehabilitasi, hak-hak penyalah guna diberikan dan dilayani sehingga
dengan terapi dan rehabilitasi yang paripurna angka kekambuhan dapat diminimalisir.
Maraknya produksi narkotika, penyelundupan, peredaran gelap dan bisnis ilegal yang
melibatkan masyarakat, semakin memperparah kondisi penanggulangan narkoba. Sisi
Mengurangi Permintaan (Demand Reduction Side). Dalam upaya meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terutama di kalangan masyarakat
rentan/resiko tinggi terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, telah
dilakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) P4GN secara masif ke seluruh Indonesia
melalui penggunaan media cetak, media elektronik, media online, kesenian tradisional, tatap
serta media luar ruang. Sisi Mengurangi Pasokan (Supply Reduction Side). Pemberantasan
peredaran gelap narkotika bertujuan memutus rantai ketersediaan narkoba ilegal dalam
rangka menekan laju pertumbuhan angka prevalensi.
3. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini. Dalam
merespon perkembangan terorisme di berbagai negara. Secara kronologis, penanganan
terorisme di Indonesia diklasifikasi dalam 3 periode, yaitu Orde Lama (1954-1965), Orde Baru
(1966-1998), dan Era Reformasi (1998-sekarang). Terorisme secara kasar merupakan suatu
istilah yang digunakan untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan
untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada perang. Terorisme merupakan
kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena nyawa manusia menjadi korban,
menganggu stabilitas keamanan, menghancurkan tatanan ekonomi dan pembangunan,
sehingga terorisme berdampak negatif terhadap masyarakat.
Dalam rangka memahami tindak pidana terorisme, perlu diawali dengan memahami
karakteristik (karakteristik organisasI, Karakteristik Operasi, Karakteristik sumber daya) dan
motifnya (Motif Terorisme). Sejak serangan terorisme yang tergabung dalam Al Qaeda
pimpinan Osama Bin Laden telah menunjukkan kemampuan serangan yang dahsyat langsung
ke satu-satunya negara adidaya yaitu Amerika Serikat dengan meruntuhkan gedung kembar
World Trade Center (WTC) di New York dan sebagian gedung Pentagon di Washington, D.C.
tanggal 11 September 2001, isu terorisme global menjadi perhatian semua aktor politik dunia

17
baik negara maupun non-negara. Peristiwa ini menandai awal baru dalam kebijakan luar
negeri AS khususnya yang menyangkut keamanan nasional di mana perang melawan
terorisme global menjadi prioritas utama.
Indonesia mempunyai beberapa titik rawan terjadinya ancaman terorisme. Titik rawan
pertama, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga
memicu kelompok radikal untuk menjadikan Indonesia sebagai pintu masuk menuju
penguasaan secara global.
Istilah radikalisme diartikan sebagai tantangan politik yang bersifat mendasar atau ekstrem
terhadap tatanan yang sudah mapan (Adam Kuper, 2000). Penyebaran radikalisme juga telah
menginfiltrasi berbagai institusi sosial seperti rumah ibadah, lembaga pendidikan, lembaga
keagamaan, pendidikan tinggi, serta media massa. Kelompok radikal-teroris di era globalisasi
telah mampu memanfaatkan kekuatan teknologi dan informasi internet khususnya media
sosial sebagai alat propaganda sekaligus rekuritmen keanggotaan.
Ragam Radikalisme:
1) Radikal Gagasan
2) Radikal Milisi
3) Radikal Separatis
4) Radikal Premanisme
5) Lainnya: Kelompok yang menyuarakan kepentingan kelompok politik, sosial, budaya,
ekonomi, dan lain sebagainya
6) Radikal Terorisme
Hubungan Radikalisme dan Terorisme, jika dilihat dari akar perkembangannya sangat
terhubung dengan radikalisme. Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal
mengatasnamakan ajaran agama/ golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan
agama dijadikan senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
Kelompok radikal-teroris sering kali mengklaim mewakili Tuhan untuk menghakimi orang yang
tidak sefaham dengan pemikiranya,”.
Deradikalisasi merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau
ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama,
sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan radikal. Atas dasar
itu, deradikalisasi lebih pada upaya melakukan perubahan kognitif atau memoderasi pemikiran
atau keyakinan seseorang.
Nilai ancaman dan titik rawan atas aksi teror yang cukup tinggi di Indonesia perlu disikapi
dengan langkah-langkah tanggap strategi supaya ancaman teror tidak terjadi, dengan cara
pencegahan, penindakan dan pemulihan.
Upaya menimbulkan peranan aktif individu dan/atau kelompok masyarakat dalam
membangun kesadaran antiterorisme dapat dilakukan seperti: menanamkan pemahaman
bahwa terorisme sangat merugikan, menciptakan kolaborasi antar organisasi
kemasyarakatan dan pemerintah untuk mencegah tersebarnya pemahaman ideologi ekstrim
di lingkungan masyarakat, serta membangun dukungan masyarakat dalam deteksi dini
potensi radikalisasi dan terorisme.
4. Money laundring
Definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil tindak
pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang
sah. Salah satu kisah terkenal dari praktik pencucian uang ini adalah kasus Henry Every. Henry
Every adalah pimpinan bajak laut yang cukup terkenal pada abad ke-17 di daratan Eropa. Dari
kegiatan pembajakan itu, ia dan hasil komplotannya berhasil memperoleh uang yang cukup
banyak. Berdasarkan legenda, Henry Every bergegas pindah ke kota kecil Davonshire, Bideford,

18
yaitu suatu tempat dengan tradisi kelautan yang kental. Hingga Henry Ebery menyerahkan
harta bajakannya kepada pedagang Bideford. Meski Henry Every orang
yang dicari-cari oleh aparat penegak hukum Kerajaan Inggris, perjalanannya ke seluruh dunia
membuatnya sangat terkenal di kampung halamannya. Perjalanan tersebut juga
menjadikannya kaya raya yang nilainya melebihi total kekayaan penduduk di beberapa kota
Inggris. Selain itu ada pula William Kidd (1680-an), Alphonse Capone (1920-an), dan Watergate
(1970-an) yang mempraktikkan money laundry
Di Indonesia, dalam rangka mendukung rezim anti pencucian uang internasional, Indonesia
bergabung dengan Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG) yang merupakan FSRB
yang berada di kawasan Asia dan Pasifik pada tahun 1999. Pemerintah Indonesia mengambil
beberapa langkah strategis diantaranya telah mempersiapkan RUU tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) di bawah koordinasi Departemen Kehakiman dan HAM,
yang kemudian diundangkan dan disahkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada
tanggal 17 April 1462002 melalui UU No. 15 Tahun 2002.
Ada beberapa indikator yang menyebabkan kegiatan money laundering marak terjadi,
diantaranya: kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam satu negara, penegakan
hukum yang tidak efektif, pengawasan yang masih sangat minim, sistem pengawasan yang
tidak efektif, dan kerjasama dengan pihak internasional yang masih terbatas.
Adapun dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam
delapan poin sebagai berikut, yakni: (1) merongrong sektor swasta yang sah; (2) merongrong
integritas pasar-pasar keuangan; (3) hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan
ekonomi; (4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; (5) hilangnya pendapatan negara
dari sumber pembayaran pajak; (6) risiko pemerintah dalam melaksanakan program
privatisasi; (7) merusak reputasi negara; dan (8) menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
Ada banyak cara dalam melakukan proses pencucian yang dan metodenya. Misalnya,
pembelian dan penjualan kembali barang mewah (rumah, mobil, perhiasan atau barang/surat
berharga) sampai membawa uang melewati jaringan bisnis sah internasional yang rumit dan
perusahaan-perusahaan cangkang (shell company), yaitu perusahaan-perusahaan yang ada
hanya sebagai badan hukum yang punya nama tanpa kegiatan perdagangan atktivitas usaha
yang jelas (Buy and sell conversion, offshore conversion dan legitimate business conversion).
Secara umum, ketiga tahapan tipologi pencucian uang adalah: Penempatan (placement),
Pemisahan/pelapisan (layering) dan Penggabungan (integration).
Saat ini pemberantasan pencucian uang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. UU No. 8 Tahun
2010 (UU PP-TPPU) tersebut menggantikan undang-undang sebelumnya yang mengatur tindak
pidana pencucian uang yaitu, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003.
Harta hasil tindak pidana (proceed of crime) dalam pengertian formil merupakan harta
yang dihasilkan atau diperoleh dari suatu perbuatan tindak pidana yang disebutkan sebagai
tindak pidana asal pencucian uang sebagaimana disebut dalam 26 macam jenis tindak pidana
asal di atas. Selain harta hasil tindak pidana asal tersebut, harta lain yang dipersamakan
dengan harta hasil tindak pidana menurut UU PP -TPPU adalah harta yang patut diduga atau
diketahui akan digunakan atau digunakan secara langsung maupun tidak langsung untuk
kegiatan terorisme, organisasi teroris, ataupun terorisme perorangan. Selain tindak pidana
pencucian uang, UU PP-TPPU juga mengatur tindak pidana bagi pelaku yang membocorkan
dokumen dan keterangan yang diterima yang berkaitan dengan pemberantasan pencucian
uang, kecuali dalam rangka pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam UU PP-TPPU
( dikenal dengan istilah anti-tipping-off).

19
Pendekatan yang dibangun dalam memberantas kejahatan dalam rezim anti pencucian
uang tidak hanya mengedapankan follow the suspect yang selama ini dilakukan oleh sebagian
besar aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku kriminal dan memproses perkaranya
saja, melainkan dengan paradigma pendekatan baru yakni follow the money. Tujuan utama
pendekatan follow the money adalah pengejaran aset (asset tracing) dan penyelematan aset
(asset recovery). Keunggulan dari pengungkapan kasus melalui pendekatan paradigma follow
the money, adalah: jangkauan lebih jauh hingga menyentuh aktor intelektualnya; Memiliki
prioritas untuk mengejar hasil kejahatan, bukan langsung menyentuh pelakunya sehingga
dapat dilakukan secara ‘diam-diam’, lebih mudah, dan risiko lebih kecil karena tidak
berhadapan langsung dengan pelakunya yang kerap memiliki potensi kesempatan melakukan
perlawanan; Hasil kejahatan dibawa kedepan proses hukum dan disita untuk negara karena
pelakunya tidak berhak menikmati harta kekayaan yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak
sah, maka dengan disitanya hasil tindak pidana akan membuat motivasi seseorang melakukan
tindak pidana menjadi berkurang; Adanya pengecualian tentang tidak berlakunya ketentuan
rahasia bank dan/atau kerahasiaan lainnya sejak pelaporan transaksi keuangan oleh pihak
pelapor sampai kepada pemeriksaan selanjutnya oleh penegak hukum; dan Harta kekayaan
atau uang merupakan tulang punggung organisasi kejahatan, maka dengan mengejar dan
menyita harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan akan memperlemah mereka
sehingga tidak membahayakan kepentingan umum.
UU PP-TPPU memberi tugas, kewenangan dan mekanisme kerja baru bagi PPATK, Pihak
Pelapor, regulator/Lembaga Pengawas dan Pengatur, lembaga penegak hukum, dan pihak
terkait lainnya termasuk masyarakat, Pihak Pelapor dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Lembaga Pengawas dan Pengatur, Lembaga Penegak Hukum, Lembaga Intelijen Keuangan
Pihak terkait lainnya (Komimte TPPU) yang dalam melaksanakan tugasnya, Komite TPPU
memiliki Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
dan Pendanaan Terorisme (TPPU & TPPT) di Indonesia. Strategi Nasional (stranas) yang
memiliki 7 strategi untuk mencapai penguatan
rezim anti pencucian uang/pencegahan pendanaan terorisme:
1) Strategi I : Menurunkan tingkat tindak pidana Korupsi, Narkotika dan Perbankan
melalui optimalisasi penegakan hukum TPPU
2) Strategi II : Mewujudkan mitigasi risiko yang efektif dalam mencegah terjadinya TPPU
dan TPPT di Indonesia
3) Strategi III : Optimalisasi upaya pencegahan dan pemberantasan TPPT
4) Strategi IV : Menguatkan koordinasi dan kerja sama antar instansi: Pemerintah
dan/atau lembaga swasta
5) Strategi V : Meningkatkan pemanfaatan instrumen kerja sama internasional dalam
rangka optimalisasi asset recovery yang berada di negara lain
6) Strategi VI : Meningkatkan kedudukan dan posisi Indonesia dalam forum
internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan TPPU & TPPT
7) Strategi VII : Penguatan regulasi dan peningkatan pengawasan pembawaan uang
tunai dan instrumen pembayaran lain lintas batas negara sebagai media pendanaan
terorisme
Upaya pengembangan rezim anti pencucian uang di Indonesia tidak akan dapat
dilaksanakan secara maksimal dan efektif serta berhasil guna tanpa adanya orientasi dan
tujuan yang jelas mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh serta pemahaman yang baik
atas masalah-masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama oleh segenap komponen
bangsa Indonesia, tanpa kecuali. Untuk menumpas dan mengakhiri kejahatan dalam perspektif
anti pencucian uang adalah dengan membuat efek jera dan menghilangkan motivasi bagi para
pelaku kriminal melalui pemutusan ‘aliran darah’ tersebut.

20
5. Proxy War
Tentunya di era globalisasi saat ini, dimana hanya negara-negara adikuasa yang mampu
menjadi peran utamanya dengan memanfaatkan negara-negara kecil sebagai objek permainan
dunia (proxy war) dengan mengeksploitasi sumber daya alamnya bahkan sampai dengan
Ideologinya dengan menanamkan faham-faham radikalisme, liberalisme, globalisme
dll. Sehingga dapat memicu terjadi gerakan separatis yang dapat memecah belah suatu bangsa
demi tujuan dan kepentingan negara-negara adikuasa.
Saat ini, perang proksi tidak harus dilakukan dengan menggunakan kekuatan militer. Segala
cara lain bisa digunakan untuk melemahkan atau menaklukkan lawan. Dimensi ketahanan
nasional suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh kekuatan militernya, tetapi juga ada
aspek ideologi, politik, ekonomi, dan sosial-budaya, aspek-aspek ini juga bisa dieksploitasi
untuk melemahkan lawan.
Indonesia pernah punya pengalaman pahit dalam perang proxi ini. Dalam kasus lepasnya
provinsi Timor Timur dari Indonesia lewat referendum, Indonesia sebelumnya sudah diserang
secara diplomatik dengan berbagai isu pelanggaran HAM (hak asasi manusia) oleh berbagai
lembaga non-pemerintah internasional, serta sekutu-sekutunya di dalam negeri. Berbagai
pemberitaan media asing sangat memojokkan posisi Indonesia. Isu proxy war berikutnya
adalah Isu pertentangan Sunni versus Syiah di Indonesia, semarak lewat “gerakan anti-Syiah”
di media sosial, hal ini bisa dipandang sebagai wujud perang proxii, antara Arab Saudi yang
Sunni dan Iran yang Syiah. Medan konfliknya bukan di Arab Saudi dan bukan pula di Iran,
tetapi justru di Indonesia. Bahkan saat ini muncul kembali adanya gerakan sparatis Papua
seperti Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang membuat kekacauan karena ada yang
memanfaatkan. Selain itu, masyarakat Papua berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh
gerakan sparatis, seperti KNPB, dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya
pengakuan identitas Papua di NKRI serta tidak di implementasikan program pembangunan di
Papua.
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau
kaki tangan. Ancaman Perang Proksi itu sangat berbahaya karena negara lain yang memiliki
kepentingan tidak langsung berhadapan. Lihat bagaimana kerusakan budaya yang sedang
melanda generasi muda Indonesia saat ini. Munculnya generasi muda yang hedonis, doyan
seks, pornografi, narkoba, mental korup, hipokrit, konsumtif, egois, saling curiga, serta bangga
produk dan budaya asing. Semua sikap dan budaya menyimpang tersebut bertujuan
memuluskan kepentingan asing di Indonesia. Semua pelemahan sikap dan budaya tersebut
sesungguhnya telah dirancang sedemikian rupa oleh negara dalang. Sehingga investasi negara
asing berlangsung mulus dalam sekala luas, sasarannya tentu saja sumberdaya alam yang
mereka butuhkan.
Membangun kesadaran anti-proxy dengan mengedepankan kesadaran bela negara melalui
pengamalan nilai-nilai pancasila. Pengamalan Pancasila sebagai dasar falsafah negara harus
benar-benar direalisasikan, sehingga tertanam nilai-nilai Pancasila dalam rangka mencegah
terjadinya konflik antar suku, agama, dan daerah yang timbul akibat dari proxy war serta
mengantispasi menghindari adanya keinginan pemisahan dari NKRI sesuai dengan symbol
sesanti Bhineka Tunggal Ika pada lambang Negara, Persatuan dan Kesatuan tidak boleh
mematikan keanekaragaman dan kemajemukan sebagaimana kemajemukan tidak boleh
menjadi faktor pemecah belah, tetapi harus menjadi sumber daya yang kaya untuk
memajukan kesatuan dan persatuan itu.
6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (Bittner, 1977). Ciri-ciri pokok komunikasi massa seperti yang dijelaskan

21
oleh Noelle-Neumann (1973) yaitu Tidak langsung (harus melalui media teknis), satu arah
(tidak ada interaksi antar komunikan), terbuka (ditujukan kepada publik yang tidak terbatas
dan anonim) dan publik tersebar secara geografis. Beberapa sifat pelaku dalam komunikasi
massa sebagai berikut (Wright, 1985):

Media massa dalam konteks jurnalistik pada dasarnya terbagi atas tiga jenis media, yaitu:
1). Media cetak, berupa surat kabar, tabloid, majalah, buletin, dan sebagainya
2). Media elektronik, yang terdiri atas radio dan televisi
3). Media online, yaitu media internet seperti website, blog, portal berita, dan media sosial.
Walaupun demikian terdapat beberapa karakteristik yang membedakan media massa dari
media sosial, seperti karakter aktualitas, objektivitas dan periodik. Sedangkan media sosial,
baik pemberi informasi maupun penerimanya seperti bisa memiliki media sendiri. Media sosial
merupakan situs di mana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung
dengan kolega atau publik untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial
memfasilitasi adanya komunikasi dua arah antara pemberi pesan dan penerima pesan dalam
waktu yang cepat dan tak terbatas.
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi massa.
Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan terutama publik
luas sebagai pihak kemungkinan terdampak. Ada empat tipe kejahatan dalam masyarakat:
Kejahatan Kerah Putih, Kejahatan Tanpa Korban, Kejahatan Terorganisir, dan Kejahatan
Korporasi. Keempat tie kejahatan ini dapat terjadi dalam komunikasi massa. Pelaku bisa
memasuki ranah pelanggaran pidana manakala penggunaan media dalam berkomunikasi tidak
sesuai dengan ketentuan norma serta peraturan perundangan yang berlaku. Beberapa pasal
kritikal dalam UU ITE, misalnya, terkait penghinaan, pencemaran nama baik, dan larangan
penyebaran informasi yang menyebarkan kebencian.
Beberapa kasus dapat dilihat sebagai berikut: Pencemaran nama baik, penistaan agama
atau keyakinan tertentu serta penghinaan kepada etnis dan budaya tertentu. Beberapa tips
bagaimana cara untuk memahami peraturan perundangan terkait komunikasi massa: Cermati
dan pilih salah satu dari peraturan perundangan; Lakukan diskusi dan pendalaman dengan
membahas pasal-pasal kritikal terkait kejahatan dalam komunikasi massa; Buatlah poin-poin
penting dan kritis terkait kondisi yang terjadi saat ini. Contoh lainnya dalam pasal 45 dalam UU
ITE juga menegaskan setiap muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan atau
pencemaran nama baik, pemerasan atau pengancaman akan menghadapi ancaman hukuman
pidana penjara dan atau denda sesuai tingkatnya masing-masing.
Nilai positif dari UU ITE sebenarnya sangat membantu masyarakat yang menggunakan
media sosial. Perubahan UU ITE justru memberi kelonggaran kepadamasyarakat dikarenakan
22
dua hal, yaitu, pertama, delik aduan yang semua orang tidak bisa melaporkan dan, kedua,
tidak ada penahanan.
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet.
Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer, algoritma, pemrograman dan
sebagainya, sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem dan mencari celah agar bisa
masuk, merusak atau mencuri data atau aktivitas kejahatan lainnya. Terdapat beberapa jenis
cyber crime yang dapat kita golongkan berdasarkan aktivitas yang dilakukannya: Unauthorized
Access, Illegal Contents, Penyebaran virus, Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion, Carding,
Hacking dan Cracker, Cybersquatting and Typosquatting, dan Cyber Terorism.
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan
salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Sedemikian bahayanya hate speech,
maka perlu dilakukan upaya untuk mengontrol dan mengendalikan potensi hate speech yang
bisa terjadi kapan saja dan melalui media apa saja.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong
atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Dewan Pers menyebutkan ciri-ciri hoax adalah
mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan; sumber berita tidak jelas.
Membangun Kesadaran Positif menggunakan Media Komunikasi. Tips dalam bermedia
sosial (disarikan dari berbagai sumber). Berikut ini beberapa tips dalam menggunakan media
sosial agar terhindar dari risiko pelanggaran hukum:
1) Memahami regulasi yang ada
2) Menegakan etika ber-media sosial
3) Memasang identitas asli diri dengan benar
4) Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke publik
5) Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang bersifat pribadi\
Pengguna internet yang berlatar belakang beragam seperti berasal berbagai bangsa,
suku, agama, golongan, dan strata sosial dengan watak dan karakter yang beraneka
ragam, maka potensi pasar ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Di samping potensi
ekonomi yang sedemikian besar, dalam konteks penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara, seyogyanya potensi pasar ini juga dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh negara melalui pemerintah dalam mengadvokasi nilai-nilai persatuan, kebangsaan
dan kenegaraan.

c. Teknis Analisis Isu-isu Dengan Menggunakan Kemampuan Berpikir Kritis.


1. Memahami Isu Kritikal
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu
a. Isu saat ini (current issue)
b. Isu berkembang (emerging issue), dan
c. Isu potensial.
Masing-masing jenis isu ini memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari perspektif
urgensi atau waktu maupun analisis dan strategi dalam menanganinya. Isu saat ini
(current issue) merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan

23
publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil
keputusan. Adapun isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-
lahan masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu
tersebut. Sedangkan isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di ruang
publik, namun dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah,
analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu
dimaksud di masa depan. Terdapat 3 (tiga) kemampuan yang dapat mempengaruhi
dalam mengidentifikasi dan/atau menetapkan isu, yaitu kemampuan Enviromental
Scanning, Problem Solving, dan berpikir Analysis ketiga kemampuan tersebut akan
dipelajari lebih lanjut pada pembelajaran agenda habituasi materi pokok merancang
aktualisasi.
2. Teknik-teknik Analisis Isu
a) Teknik Tapisan Isu
Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, maka
selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu tersebut
secara utuh dan kemudian dengan menggunakan kemampuan berpikir konseptual
dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu. Untuk itu di dalam proses
penetapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat aktual,
sebaiknya Anda menggunakan kemampuan berpikir kiritis yang ditandai dengan
penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Alat bantu penetapan
kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan
dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut memiliki
dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan,
dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
b) Teknik Analisis Isu
Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya dilakukan
analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria AKPK atau USG atau
teknik tapisan lainnya dengan menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir
kritis, misalnya menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel
24
frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya menerapkan
kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar dari isu
atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang akan
diusulkan.
c) Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis

Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang
diharapkan. Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada
kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan
sebelumnya, misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis atau rencana
tahunan pada masing-masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan juga
mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk mengurangi
kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada masa datang. Selain itu,
analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan

A. MODUL KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman
yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. sebagai wujud bahwa kita
memiliki kemampuan awal bela negara, terdapat tiga aspek penting yang harus dikuasai, yaitu
Kesehatan Jasmani dan Mental; Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental; Etika, Etiket dan Moral; serta
Kearifan Lokal.
1. Kesehatan Jasmani Dan Mental
a. Pengertian Kesehataan Jasmani
Berikut pengertian dari beberapa ahli:
1. Kesehatan jasmani atau kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk
menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan
lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu, dan sebagainya) dan atau kerja fisik yang
cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan (Prof. Soedjatmo Soemowardoyo)
2. Kesehatan jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja
atau aktifitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang
berarti atau berlebihan (Agus Mukholid, 2007).
Maka dapat diartikan bahwa kesehatan jasmani merupakan kemampuan untuk
menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang dengan
kesehatan jasmani yang kurang tidak mampu untuk melaksanakan atau menjalaninya.
Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang, semakin meningkat daya tahan tubuh
sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja yang diberikan. Dengan kata lain dengan
jasmani yang sehat, produktifitas kerja Anda akan semakin tinggi.
Kesehatan jasmani salah satunya dipengaruhi oleh aktifitas fisik. Pada kondisi kurang
gerak, organ tubuh yang biasanya mengalami penurunan aktifitas adalah organorgan vital
seperti jantung, paru-paru dan otot yang amat berperan pada kesehatan jasmani
seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu melakukan berbagai aktifitas fisik.
25
Aktifitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran
kalori)
b. Kebugaran jasmani dan Olahraga
Sebagai ASN tidak hanya membutuhkan jasmani yang sehat tetapi juga
memerlukan jasmani yang bugar. Sumosardjono (1990) mendefinisikan kebugaran sebagai
kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan / tugasnya sehari-hari dengan mudah,
tanpa merasa kelelahan yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga
untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-keperluan yang mendadak. fungsi
kebugaran jasmani adalah untuk mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan
kesanggupan daya kreasi serta daya tahan dari setiap manusia yang berguna untuk
mempertinggi daya kerja dalam pembangunan dan pertahanan bangsa dan negara.
Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen. Komponen kebugaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan dapat diukur adalah:
1) Komposisi tubuh
Komposisi tubuh adalah persentase lemak dari berat badan total dan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Komposisi tubuh ini memberi bentuk tubuh.
2) Kelenturan/ fleksibilitas tubuh
Kelenturan / fleksibilitas tubuh adalah luas bidang gerak yang maksimal pada
persendian tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan. Kelenturan otot ini
dipengaruhi oleh jenis sendi, struktur tulang, dan jaringan sekitar sendi, otot, tendon,
dan ligament.
3) Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan otot, merupakan
kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
4) Daya tahan jantung paru
.Adalah kemampuan jantung, paru, dan pembuluh darah untuk berfungsi
secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil oksigen secara maksimal dan
menyalurkannya ke seluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan
untuk proses metabolisme tubuh.
5) Daya tahan otot
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya
untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu relatif lama dengan beban tertentu.
Untuk mencapai kebugaran dapat dilakukan dengan melakukan olahraga. Olahraga
adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan
tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes,
2002). Salah satu manfaat olahraga yaitu mengurangi resiko berbagai macam penyakit
seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, selain manfaat tersebut
seseorang yang melakukan olahraga maka dalam otaknya akan terjadi perubahan
biokimiawi yang menyebabkan seseorang menjadi gembira dan baik suasana hatinya.
c. Pola Hidup Sehat
hidup sehat sangat mempengaruhi kebugaran jasmani. . Pola hidup sehat yaitu
segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Berikut
kebiasaan baik dalam pola hidup sehat yang bias diterapkan di kehidupan sehari-hari antara
lain:
1) Makan sehat

26
2) Aktifitas sehat
3) Berpikir sehat
4) Lingkungan sehat
5) Istirahat sehat
d. Gangguan Kesehatan Jasmani
Sebelum mengenal gangguan kesehatan jasmani, kita perlu mengenal ciri jasmani sehat.
Berikut ciri jasmani yang sehat:
1) Normalnya fungsi alat-alat tubuh
2) Punya energi yang cukup untuk melakukan tugas harian
3) Kondisi kulit, rambut, kuku sehat
4) Memiliki pemikiran yang tajam
Ciri tersebut dapat didapatkan karena melakukan aktifitas dan pola hidup yang sehat. Jika
pola hidup sehat tidak dilaksanakan maka akan muncul gangguan kesehatan jasmani.
Gangguan jasmani pada tubuh secara tidak langsung akan menghambat produktifitas
kerja.
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan jasmani. Psikosomatis dapat
diartikan sebagai penyakit fisik / jasmani yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Gangguan
kesehatan jasmani lainnya biasa disebut sebagai penyakit orang kantoran. Beberapa
penyakit orang kantoran lainnya adalah : masalah persendian, nyeri leher, pusing, nyeri
kepala, penyakit kulit, dan gangguan ginjal.
3. Kesehatan mental
a. Pengertian Kesehatan Mental
Mental (Mind, Mentis, jiwa) dalam pengertiannya yang luas berkaitan dengan
interaksi antara pikiran dan emosi manusia. Inti dari suatu kesehatan mental
adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu sebabnya, salah satu cara mendapatkan
kendali diri yang baik adalah dengan memelihara kesehatan otak (healthy brain)
lebih dari sekadar kenormalan otak (normal brain). Otak merupakan salah satu
komponen tubuh penting yang harus diberikan perhatian yang serius.
Disinilah letak peranan penting kesehatan jasmani. Kemampuan mengolah stress,
manajemen stress dan kendali diri harus berubah dari sekedar reaktif menjadi
keterampilan aktif (skill). Pada gilirannya, dua ketrampilan utama ini akan
berkontribusi dalam pembentukan karakter dan integritas diri sebagai ASN.
b. Sistem berpikir
Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual, dilakukan secara
neurobiologis oleh 2 (dua) sistem yaitu sistem 1 dan sistem 2. Sistem 1, Jika sistem
1 yang bekerja, maka bagian otak bernama limbik lah yang mendominasi kinerja
otak. Sistem 2 bekerja lambat, penuh usaha, analitis dan rasional.
c. Kesehatan Berpikir
Berpikir yang sehat berkaitan dengan kemampuan seseorang menggunakan logika
dan timbangan-timbangan rasional dalam memahami dan mengatasi berbagai hal
dalam kehidupan. Cara yang paling mudah memahami kesehatan dalam berpikir
adalah dengan memahami kesalahan dalam berpikir. Kesalahan-kesalahan berpikir
bias mempengaruhi kemampuan manusia dalam mengendalikan diri (self control)
dan pengelolaan stress (stress manafement). Kesalahan-kesalahan berpikir itu
antara lain :
a) Berpikir ‘ya’ atau ‘tidak’ sama sekali (Should/must thinking)

27
b) Generalisasi berlebihan (overgeneralization)
c) Magnifikasi-minimisasi
d) Alasan-alasan emosional
e) Memberi label
f) Membaca pikiran
Pikiran-pikiran yang menyimpang di atas menjadi dasar dari lahirnya cara berpikir
yang salah atau kesesatan berpikir (fallacy).
d. Kendali diri (self control atau Self regulation)
Kendali diri adalah tanda kesehatan mental dan kesehatan spiritual yang paling
tinggi. Secara sederhana, kendali diri adalah kemampuan manusia untuk selalu
dapat berpikir sehat dalam kondisi apapun. beberapa contoh yang berkaitan
dengan kendali diri:
1) Makan terlampau banyak
2) Belanja terlampau banyak
3) Marah-marah yang luar biasa
4) Mengambil sesuatu yang bukan hak sendiri.
Kendali diri tidak cukup sebatas pengetahuan. Ia harus menjadi perilaku. Kendali
diri juga harus dilatih agar itu menjadi ketrampilan, bahkan pada tingkat yang
sangat tinggi seseorang bisa menjadi mastery dalam pengendalian diri.
e. Manajemen Stres
Masalah stres banyak terjadi juga di dunia kerja. Seorang ASN sepanjang
menjalankan tugas jabatannya dimungkinkan akan bersinggungan dengan banyak
permasalahan atau stressor yang akan memberi perasaan tidak enak atau tertekan
baik fisik ataupun mental yang mengancam, mengganggu, membebani, atau
membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan
hidupnya.
Dikenal 3 hal fase dari stres berdasarkan hasil penelitian Hans Seyle. Ketiga fase ini
diistilahkan sebagai general adaption syndrome (Greenberg, 2011 :4)
Fase 1: Alarm reaction
Tubuh memberi tanda-tanda (alarm) adanya reaksi stres untuk menunjukkan
adanya sesuatu yang bersifat stressor.
Fase 2: stage of resistance
Tubuh menjadi kebal (resisten) terhadap stressor karena stressor tersebut terjadi
berulang.
Fase 3: stage of exhaustion
Akibat stressor yang sama berulang terus sepanjang waktu maka tubuh mengalami
kelelahan (exhaust).
f. Emosi Positif
Emosi Positif merupakan Manifestasi spiritualitas berupa kemampuan mengelola
pikiran dan perasaan dalam hubungan intrapersonal sehingga seseorang memiliki
nilai-nilai kehidupan yang mendasari kemampuan bersikap dengan tepat. Emosi
positif terdiri dari sejumlah komponen berikut (Pasiak, 2012):
1) Senang terhadap kebahagiaan orang lain.
2) Menikmati dengan kesadaran bahwa segala sesuatu diciptakan atas tujuan
tertentu/mengambil hikmah.
3) Bersikap optimis akan pertolongan Tuhan

28
4) Bisa berdamai dengan keadaan sesulit/separah apapun
5) Mampu mengendalikan diri.
6) Bahagia ketika melakukan kebaikan

g. Makna Hidup
makna hidup dalam kesehatan spiritual merupakan perwujudan dari bakti kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa. Makna hidup terdiri dari sejumlah komponen berikut ini
(Pasiak, 2012):
1) Menolong dengan spontan
2) Memegang teguh janji
3) Memaafkan diri dan orang lain
4) Berperilaku jujur
5) Menjadi teladan bagi orang lain
6) Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan

2. Kesiapsiagaan Jasmani Dan Mental


1. Kesiapsiagan Jasmani
a. Pengertian Kesiapsiagaan Jasmani
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
b. Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani
1) Memiliki postur yang baik, memberikan penampilan yang berwibawa lahiriah
karena mampu melakukan gerak yang efisien.
2) Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat dengan tidak mengalami
kelelahan yang berarti ataupun cedera, sehingga banyak hasil yang dicapai dalam
pekerjaannya.
3) Memiliki ketangkasan yang tinggi, sehingga banyak rintangan pekerjaan yang dapat
diatasi, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan cepat dan tepat untuk
mencapai tujuan.
c. Sifat dan Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Jasmani
Pengembangan kesiapsiagaan jasmani pada prinsipnya adalah dengan rutin melatih
berbagai aktivitas latihan kebugaran dengan cara mengoptimalkan gerak tubuh dan
organ tubuh secara optimal.
d. Latihan, Bentuk Latihan, dan Pengukuran Kesiapsiagaan Jasman
1) Latihan Kesiapsiagaan Jasmani
Tujuannya latihan kesiapsiagaan jasmani adalah untuk meningkatkan volume
oksigen (VO2max) di dalam tubuh agar dapat dimanfaatkan untuk merangsang
kerja jantung dan paru-paru, sehingga kita dapat bekerja lebih efektif dan efisien
2) Bentuk Latihan Kesiapsiagaan Jasmani
a) Lari 12 menit
b) Pull up (pria), dan Chining (perempuan)
c) Sit up
d) Push up
e) Shutle Run (lari membentuk angka 8)
f) Lari 2,4 km atau Cooper test

29
g) Berenang
Ragam latihan kesiapsiagaan lainnya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesegaran jasmani, diantaranya senam, bersepeda, berjalan cepat, dan lari
maraton.
3) Lamanya Latihan
Lamanya waktu latihan sangat tergantung dari instensitas latihan.
4) Tahap-tahap latihan:
a) Warm up selama 5 menit
b) Latihan selama 15-25 menit
c) Coolling down selama 5 menit
e. Pengukuran Kesiapsiagaan Jasmani
Salah satu ukuran yang digunakan untuk mengukur kesiapsiagaan jasmani diantaranya
mengukur daya tahan jantung dan paru paru dengan protokol tes lari 12 menit, metode
ini ditemukan dari hasil penelitiannya Kenneth cooper, seorang flight surgeon yang
disebut dengan metode cooper.
f. Tips Menjaga Kesiapsiagaan Jasmani
a) Makanlah makanan yang bergizi secara teratur dalam porsi yang cukup.
b) Sediakan waktu yang cukup untuk cukup beristirahat Istirahat yang terbaik adalah
tidur
c) Biasakan berolah raga
d) Perbanyaklah mengkonsumsi air putih
e) Buang air segera dan jangan ditunda

2. Kesiapsiagaan Mental
a. Pengertian Kesiapsiagaan Mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi
mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan
dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan
lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.
Berikut beberapa segi gejala yang umum bagi seseorang yang terganggu kesiapsiagaan
mentalnya:
1) Perasaan: merasa terganggu tidak tenang tidak tentram, merasa takut yang tidak
masuk akal (phobia), rasa iri, sedih, sombong dan tidak mau bertanggung jawab.
2) Pikiran: gangguan terhadap kesehatan mental, dapat pula mempengaruhi pikiran,
misalnya menjadi bodoh, pemalas, mudah lupa memengaruhi pikiran baik pada
anak-anak maupun orang dewasa
3) Sikap Perilaku: perilaku yang tidak wajar seperti kenakalan, keras kepala, suka
berdusta, menipu menyeleweng, mencuri dan lain-lain.
4) Kesehatan Jasmani: Kesehatan jasmani dapat terganggu bukan karena adanya
penyakit yang betulbetul mengenai jasmani itu, akan tetapi rasa sakinya dapat
ditimbulkan akibat jiwa yang tidak tenteram, penyakit yang seperti ini disebut
psychosomatic.
Berikut beberapa tips untuk mencapai tingkat kesiapsiagan mental yang baik:
1) Iklas dan bersyukur
2) Berpikir positif dan bersikap sportif

30
3) Percaya diri dan memiliki semangat hidup
4) Siap menghadapi tantangan dan berusaha terus untuk mengatasinya
5) Terbuka, tenang, tidak emosi bila menghadapi masalah
b. Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Mental
Sasaran latihan kesiapsiagaan mental adalah dengan mengembangkan dan/atau
memaksimalkan kekuatan mental dengan memperhatikan modal insani, diantaranya
adalah modal intelektual, modal emosional, modal sosial, modal ketabahan, dan modal
etika/moral.
c. Pengaruh Kesiapsiagaan Mental
Penjelasan tentang pengaruh kesiapsiagaan mental akan diuraikan sebagai berikut:
1) Pengaruh Kesehatan Mental terhadap Perasaan
Pengaruh kesehatan mental terhadap perasaan dapat dilihat dari cara pandang
orang menghadapi kehidupan
2) Pengaruh Kesehatan Mental Pikiran
Pengaruh kesiapsiagaan mental atas pikiran, dapat dilihat berdasarkan gejala yang
bisa diamati yaitu sering lupa, sulit mengkonsentrasikan pikiran kepada sesuatu
yang penting, kemampuan berfikir menurun sehingga merasa seolah-olah tidak lagi
cerdas, lambat bertindak dan lain-lain.
3) Pengaruh Kesiapsiagaan Mental terhadap Sikap Perilaku
Pengaruh kesiapsiagaan mental atas sikap dan perilaku, dapat dikenali dengan
adanya gejala ketidak-tentraman hati.
4) Pengaruh Kesiapsiagaan Mental terhadap Kesehatan Badan
masyarakat maju muncul suatu penyakit yang lebih berbahaya dan sangat
menegangkan yaitu penyakit gelisah, cemas, dan berbagai penyakit yang tidak
dapat diobati oleh ahli pengobatan. Karena penyakit itu timbul bukan karena
kekurangan pemeliharaan kesehatan atau kebersihan akan tetapi karena
hilangannya ketenangan jiwa.
Berdasarkan paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa seseorang yang memiliki
kesiapsiagaan mental, maka orang tersebut mampu melakukan hal-hal berikut:
1) Berperilaku menurut norma-norma sosial yang diakui
2) Mengelola emosi dengan baik;
3) Mengembangkan berbagai potensi yang dimilik secara optimal;
4) Mengenali resiko dari setiap perbuatan
5) Menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan
6) Menjadikan pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru terbaik.
d. Kecerdasan Emosional
Emosi adalah merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individu. Kecerdasan emosi merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh
seseorang dan sangat berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah
kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk
diatasi.
e. Kompetensi kecerdasan Emosional
Keceerdasan emosional dapat dikelompokan ke dalam empat dimensi yaitu:
1) Kesadaran diri sendiri

31
Apabila seseorang telah mengetahui akan dirinya sendiri, maka akan muncul pada
dirinya kesadaran akan emosinya sendiri, penilaian terhadap dirinya secara akurat,
dan percaya akan dirinya sendiri.
2) Pengelolaan diri sendiri
Untuk menciptakan tingkat kompetensi pengelolaan diri sendiri yang tinggi, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pengontrolan terhadap diri sendiri,
transparansi, penyesuaian diri, pencapaian prestasi, inisiatif, dan optimistis
3) Kesadaran Sosial
Semua orang harus memiliki kesadaran sosial, dan apabila seseorang telah
mempunyai kesadaran sosial, maka dalam dirinya akan muncul empati, kesadaran,
dan pelayanan.
f. Manajemen Hubungan Sosial
Dalam rangka memanage hubungan sosial tersebut, seseorang harus memiliki
kemampuan sebagai inspirator, mempengaruhi orang lain, membangun kapasitas,
katalisator perubahan, kemampuan memanage konflik, dan mendorong kerjasama
yang baik dengan orang lain atau masyarakat
g. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Norman Rosenthal, MD, bukunya yang berjudul “The Emotional Revolution”,
menjelaskan cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu:
1) Coba rasakan dan pahami perasaan anda.
2) Jangan menilai atau mengubah perasaan Anda terlalu cepat
3) Lihat bila Anda menemukan hubungan antara perasaan Anda saat ini dengan
perasaan yang sama di masa lalu.
4) Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda
5) Dengarkan tubuh Anda
6) Jika Anda tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah bantuan orang lain
7) Masuk ke alam bawah sadar Anda
8) Tanyakan pada diri Anda: Apa yang saya rasakan saat ini.
9) Tulislah pikiran dan perasaan Anda ketika sedang menurun
10) Tahu kapan waktu untuk kembali melihat keluar

h. Faktor Yang Memengaruhi Kecerdasan Emosional


1) Faktor internail yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi
oleh keadaan otak emosional seseorang
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi
atau mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara
perorangan, secara kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau
sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya
media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa
satelit.
3. Etika, Etiket Dan Moral
1. Etika
Etika dapat disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukan kesediaab dan
kesanggupan seseorang secara sdar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan

32
melalui tutur, sikap dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu
golongan, kelompok, masyarakat serta isntitusi formal maupun informal ( Erawanto, 2003)
2. Etiket
Etiket merupakan bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan
cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi,
hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain
Berikut bentuk-bentuk etiket secara umum:
1) Etiket kerapihan diri dan tata cara berpakaian
2) Etiket berdiri
3) Etiket duduk
4) Etiket berjalan
5) Etiket berkenalan dan bersalaman
6) Eriket berbicara
7) Etiket dalam jamuan
• Etiket Kerapihan Diri dan Tata Cara Berpakaian (Grooming). Ada 4 hal yang perlu
diperhatikan bagi seorang ASN yang profesional yaitu: a) Berpenampilan yang rapi dan
menarik (very good grooming) b) Postur tubuh yang tepat (correct body posture) c)
Kepercayaan diri yang positif (confidence) d) Keterampilan komunikasi yang baik
(communication skills). Adapun hal-hal yang wajib diperhatikan dalam pemilihan dan
penggunaan pakaian adalah sebagai berikut:a) pemilihan pakaian sesuai ukuran tubuh,
tinggi badan, dan bentuk postur b) pilihlah pakaian sesuai dengan jenis acara yang
akan dihadiri c) Selain pakaian seragam, bagian atasan selalu memiliki warna yang
lebih muda daripada bagian bawah yang lebih gelap (celana panjang/rok)d) Pemilihan
bahan pakaian disesuaikan dengan kondisi tempat acara dilaksanakan (seperti katun,
satin, wooven, sutera, wool, dll) karena sangat menentukan kenyamanan berpakaian.e)
Gunakan riasan kosmetik dan pewangi yang tepat dan pas serta tidak berlebihan f)
Gunakan asesoris yang minimalis (bagi pria 3 titik dan wanita berjilbab 5 titik/non
jilbab 7 titik) g) Tinggi hak wanita harian 2 centimeter (cm) dan 3 cm serta untuk acara
tertentu maksimal 5 cm dengan hak bawah yang tebal dan kokoh h) Sepatu buat bagi
pria dan wanita pastikan selalu hitam untuk acara kedinasan i) Sepatu pria dan wanita
harus selalu dalam keadaan bersih dan mengkilat.
• Etiket Berdiri. Bagi seorang pria, cara berdiri yang disarankan adalah berdiri dengan
tegak, posisi kaki terbuka dan sejajar dengan lebar bahu, sedangkan bagi wanita berdiri
dengan posisi badan tegak serta posisi kedua tumit kaki agak dirapatkan. Kedua tangan
sebaiknya tetap bergantungan dengan santai disamping badan kecuali sedang
memegang alat komunikasi maupun benda/alat bantu lainnya.
• Etiket Duduk. Adapun beberapa tata cara yang perlu diperhatikan adalah:a)
Sebaiknya duduk dengan tegak ditempat yang pantas, terutama pada acara resmi; b)
Pada saat duduk, maka sebaiknya kita berdiri apabila ada orang yang lebih tua atau
patut dihormati mendatangi atau mengajak bicara; c) Bagi Pria, sebaiknya duduk
dengan postur tubuh yang tegak dan posisi kaki tidak boleh terbuka lebih lebar
daripada lebar bahu;d) Bagi wanita, selain duduk dengan postur tubuh yang tegak,
posisi kaki ditekuk dengan kedua paha rapat tidak boleh terbuka lebar. Bagi wanita
yang memakai rok pendek, disarnkan untuk duduk dengan posisi kedua kaki agak
diserongkan ke kiri atau kekanan dengan posisi pandangan dan tubuh menghadap

33
kearah lawan bicara;e) Pada saat duduk kita dapat melipat kaki tidak diperkenankan
sama sekali untuk memperlihatkan sol sepatu.
• Etiket Berjalan. Pada saat berjalan, sebaiknya dilakukandengan langkah yang wajar,
posisi badan tegak. Pada saat berjalan melewati kumpulan orang, perhatikan sopan
santun dan adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku di wilayah/daerah setempat.
Dalam cara tertentu, dimana terdapat sekumpulan orang/penonton di hadapan tamu
penting VIP, maka sebaiknya kita berjalan didepan untuk membuka jalan.
• Etiket Berkenalan dan Bersalaman. ketika berkenalan dengan orang lain, perhatikan
hal-hal sebagai berikut: Senyum, Pandai mengendalikan emosi Tingkah laku yang baik
dan Nada suara yang jelas dan enak di dengar. Pada saat berjabat tangan, haruslah
dilakukan dengan penuh kehangatan dan dengan genggaman yang erat dan
bersemangat penuh antusiaisme
• Etiket Berbicara. Pada saat berbicara maupun membuka pembicaraan, perlu juga
diperhatikan beberapa hal penting mengenai topik/poin. suara dibuat menarik,
ekspresi wajah yang sesuai dengan topik yang dibicarakan, serta dibarengi sikap yang
menyenangkan.
• Etiket dalam Jamuan. Pengertian Table Manners adalah suatu tata cara makan
yang baik dan ben ar, sesuai ketentuan dan kelaziman yang berlaku secara
Internasional. ecara umum dan lazim, menjamu tamu dengan table manner dilakukan
di restoran (selain jamuan kenegaraan). Dalam hal ini, perlu juga diketahui tentang dua
macam restoran: Formal Restaurant dan Informal Restaurant. Dalam hal etiket jamuan,
ada beberapa hal yang sangat penting yang semestinya dipahami dan dilaksanakan
untuk menunjang kelancaran acara jamuan yang dihadiri. Beberapa hal ersebut adalah
sebagai berikut: Cara berbusana, Disiplin Waktu, Cara Berbicara, Cara duduk dan
berdiri,Cara makan dan minum, Cara toast dan berpamitan.
3. Moral
Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”,
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas
adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

4. Kearifan Lokal
1. Konsep Kearifan Lokal
kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia
hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal
dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat
manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan manusia.
Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran
warga setempat terhadap bangsa lain di luar daerahnya
2. Prinsip Kearifan Lokal
a. Bentuk kearifan lokal dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat, rumah
tinggal, tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau konkrit; sebagai
hasil dari budi pekerti pengetahuan, keterampilan dan sikap mulia manusia di suatu
daerah.

34
b. Segala bentuk kearifan lokal yang dihasilkan oleh manusia mengandung nilai kebaikan
dan manfaat yang diwujudkan dalam hubungannya dengan lingkungan alam,
lingkungan manusia dan lingkungan budaya di sekitarnya; di tempat manusia itu hidup;
c. Kearifan lokal yang sudah terbentuk akan berkembang dengan adanya pengaruh
kegiatan penggunaan, pelestarian, dan pemasyarakatan secara baikdanbenar
sesuaiaturanyang berlaku di lingkungan manusia itu berada
d. Kearifan lokal dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat yang
pernah menggunakannya, sehingga tidak lagi dikenal kearifan lokal tersebut
e. Kearifan lokal memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh
manusia setempat
f. Kearifan lokal dapat berupa pengembangan kearifan yang berasal dari luar namun
telah diadopsi dan diadaptasi sehingga memiliki ciri baru yang membedakannya
dengan kearifan aslinya
3. Urgensi Kearifan Lokal
Dengan menjaga dan melestarikan kearfian lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri
bangsa yang luhur dan terhormat tersebut merupakan sesuatu hal yang tidak bisa
terbantahkan lagi sebagai salah satu modal yang kita miliki untuk melakukan bela negara.
pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.pejabat negara, pejabat pemerintah,
dan tokoh masyarakat tertentu mendapat penghormatan berupa:
a) Pemberian tata tempat
b) Penghormatan bendera negara
c) penghormatan lagu kebangsaan;
d) penghormatan jenazah bila meninggal dunia
e) pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.

2. RENCANA AKSI BELA NEGARA


Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara guna mengatasi
segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur
bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
2.1 Program Rencana Aksi
Sebagai wujud internalisasi dari nilai-nilai Bela Negara, maka tugas membuat Rencana Aksi tersebut yang
diberikan kepada peserta Latsar CPNS merupakan bagian unsur penilaian Sikap Perilaku Bela Negara selama
mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

RENCANA AKSI BELA NEGARA


PESERTA LATSAR PPPK

Instansi : SMK Negeri 2 Sangatta Utara


Nama : Endang Murtiningsih, S. Pel., M.P., M.M.
Pendamping :
Tempat : SMK Negeri 2 Sangatta Utara

No Nilai Bela Negara Indikator Sikap Aksi Tempat dan Penanggung Paraf
dan Perilaku Waktu Jawab Aksi Pendamping
Pelaksanaan

35
1 Cinta Tanah Air Menghargai dan  Memberi apresiasi
menggunakan hasil karya siswa
karya anak dalam penugasan
bangsa  Menggunakan Batik
setiap Kamis
2 Sadar Berbangsa Menjalankan hak  Menggunakan
dan Bernegara dan kewajiban helm saat
sesuai peraturan berkendara
perundang-  Hadir tepat waktu
undangan saat bekerja
3 Setia kepada Memahami dan  Berdoa sebelum
Pancasila menamalkan memulai kegiatan
nilai—nilai dikelas
pancasila dalam  Musyawarah
kehidupan untuk mencapai
sehari-hari mufakat
 Mendengarkan
pendapat siswa
dan bersikap adil
kepada semua
siswa
4 Rela Berkorban Menolong  Membantu rekan
untuk Bangsa sesama warga guru, karyawan,
tanpa siswa dan semua
membedakan warga sekolah
yang
membutuhkan
bantuan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
5 Memiliki Memiliki  Menjaga emosi
Kemampuan Awal kecerdasan ketika menghadapi
Bela Negara emosional dan masalah,
spriritual serta  Mengelola emosi
intelejensi yang sehingga tidak
tinggi mempengaruhi
tanggung jawab
dan pekerjaan
6 Semangat Mempraktekkan  Tidak menerima
Mewujudkan Clean and Good hadiah berupa
Negara yang Governance barang, uang atau
Berdulat, Adil dan dalam bantuan yang
Makmur bermasyarakat berkaitan dengan
berbangsa dan kegiatan di kantor
bernegara  Jujur dan
36
bertanggung
jawab terhadap
pekerjaan

2.2 Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara


Dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Bela Negara bagi peserta Latsar CPNS secara garis besar
terbagi atas dua tahapan, yaitu
1) Tahap Pertama. Tahapan ini dilakukan pada saat On Campus. Dalam penyusunan Rencana Aksi Bela
Negara Tahap Pertama ini, masing-masing peserta/secara kolektif per kelas menunjuk satu orang
sebagai penanggung jawab kegiatan tersebut dan tetap berada dibawah kendali seorang pendamping
yang memliki kewenangan memberikan pengesahan (paraf) maupun nilai atas kegiatan pada Rencana
Aksi Bela Negara dimaksud.
2) Tahap Kedua. Tahapan ini dilakukan pada saat Off Campus, dimana masing-masing peserta Latsar
CPNS saat kembali ke instansinya masing-masing. Dalam penyusunan Rencana Aksi Bela Negara Tahap
Kedua ini, masing-masing peserta/secara kolektif per kelas menunjuk satu orang sebagai penanggung
jawab kegiatan tersebut dan tetap berada dibawah kendali seorang mentor/atasan langsung peserta
yang memliki kewenangan memberikan pengesahan (paraf) maupun nilai atas kegiatan pada Rencana
Aksi Bela Negara dimaksud.

3. KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


3.1 Baris Berbaris dan Tata Upacara
1) Pengertian Baris Berbaris
Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama antar peserta Latsar, salah satu
dasar pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima,
agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula, juga dapat membentuk sikap, pembentukan disiplin,
membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain sebagainya.
2) Manfaat
Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas,
rasa persatuan, disiplin. Praktik pelaksanaan PBB sangat bermanfaat bagi peserta Latsar CPNS selama
mengikuti Diklat maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas pokok, pembinaan disiplin dan memupuk
rasa kebersamaan antar peserta yang dilatih melalui kegiatan PBB, dengan melakukan gerakan-gerakan
enerjik berdisiplin yang tinggi, serta penciptaan rasa karsa dari latihan PBB sebagai bekal dalam
pelaksanaan tugas.
3) Aba-aba dan Gerakan dalam Peraturan Baris Berbaris
 Aba-aba. Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang Ketua Kelas/pemimpin/pejabat
tertua/pejabat yang ditunjuk. Contoh: “UNTUK PERHATIAN”, “KEPADA KOMANDAN KOMPI” atau
“KOMPI A”
 Ketentuan pemberian aba-aba. Ketentuan pemberian aba-aba diatur seperti: Pemberi aba-aba harus
berdiri dengan sikap sempurna menghadap pasukan, Aba-aba diucapkan dengan suara lantang, tegas
dan bersemangat (4 aba- aba dalam PBB yaitu Gerak, Jalan, Mulai dan Selesai).
 Langkah biasa adalah langkah bergerak maju dengan panjang langkah dan tempo tertentu
 Langkah tegap adalah langkah yang dipersiapkan untuk memberikan penghormatan dan diberi
hormat

37
 Langkah defile adalah langkah tegap yang menggunakan aba-aba “LANGKAH DEFILE JALAN”
digunakan pada acara tambahan dari suatu upacara
 Langkah ke samping adalah langkah untuk memindahkan pasukan/sebagian ke kiri/ke kanan dengan
langkah maksmal 4 langkah
 Langkah ke belakang adalah langkah untuk memindahkan pasukan/sebagian ke belakang dengan
langkah maksmal 4 langkah
 Langkah ke depan adalah memindahkan pasukan/sebagian dari pada pasukan sebanyak-banyaknya 4
langkah ke depan dan cara melangkah adalah seperti langkah tegap
 Langkah lari adalah langkah melayang yang dimulai dengan menghentakkan kaki kiri 1 langkah.
 Sikap sempurna adalah sikap siap posisi berdiri dan duduk
 Sikap istirahat adalah sikap posisi berdiri dan duduk dalam pelaksanaannya sikap rilek bagi peserta
 Periksa kerapihan adalah suatu kegiatan dengan posisi berdiri yang dilaksanakan dengan dua cara
biasa dan parade
Terdapat lebih dari 50 aba-aba, sikap, gerakan dalam kegiatan PBB yaitu:
 Sikap sempurna posisi duduk di kursi
 Sikap sempurna posisi duduk bersila
 Istirahat
 Istirahat posisi berdiri.
 Istirahat posisi duduk
 Periksa kerapian
 Periksa kerapian biasa dan parade
 Berhitung dalam bentuk formasi bersaf
 Berhitung dalam bentuk formasi berbanjar
 Lencang Kanan/Kiri setengah lengan lencang kanan/kiri dan lencang depan
 lencang kanan dan atau lencang kiri
 setengah lengan lencang kanan dan atau setengah lengan lencang kiri
 lencang depan
 perubahan arah gerakan ditempat tanpa senjata
 hadap kanan
 hadap kiri
 hadap serong kanan
 hadap serong kiri
 balik kanan
 membuka/menutup barisan
 Gerakan jalan ditempat
 “HENTI = GERAK”.
 Panjang, tempo dan macam langkah
 Maju jalan
 Langkah Biasa
 Langkah Tegap
 Langkah ke samping
 Langkah ke belakang
 Langkah ke belakang
 Langkah ke depan
 langkah berlari dari sikap sempurna

38
 langkah berlari dari langkah biasa
 langkah berlari ke langkah biasa
 langkah berlari keberhenti
 langkah merdeka
 Ganti langkah
 Berhimpun
 Berkumpul
 Berkumpul formasi berbanjar
 perubahan arah dari berjalan ke berhenti: dari langkah biasa, sedang jalan ditempat, hadap kanan/kiri
berhenti, hadap serong kanan/kiri berhenti, balik kanan henti
 Hadap kanan/kiri
 Hadap serong kanan/kiri
 Balik kanan dari berjalan
 Belok kanan/kiri
 Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri
 Hadap kanan/kiri dari berjalan
 Hadap serong kanan/kiri dari berjalan
 Balik kanan dari berjalan
 Belok kanan/kiri dari berjalan
 Dua kali belok kanan/kiri dari berjalan
 Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri dari berjalan
 Perubahan arah pada waktu berlari ke hadap kanan/kiri lari, hadap serong kanan/kiri lari, balik kanan
lari, belok kanan/kiri lari, dua kali belok kanan/kiri lari, tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri lari
 Gerakan haluan kanan/kiri, dari berhenti ke berhenti, dari berhenti ke berjalan, Dari berjalan ke
berhenti, Dari berjalan ke berjalan
 Gerakan melintang kanan/kiri hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar dari berhenti ke berhenti, Dari
berhenti ke berjalan, Dari berjalan ke berhenti, Dari berjalan ke berjalan.
3.2 Keprotokolan
1) Konsep Keprotokolan
Protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib,
hikmat, rapi, lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik secara
nasional maupun internasional. Dengan meningkatnya hubungan antar bangsa, lambat laun orang mulai
mencari suatu tatanan yang dapat mendekatkan satu bangsa dengan bangsa lainnya dan dapat diterima
secara merata oleh semua pihak.
Adapun Beberapa bentuk upacara yaitu, Upacara Bendera, Upacara Bendera Pada Acara Kenegaran,
Upacara Bendera Pada Acara Resmi, dan Upacara Bukan Upacara Bendera.
2) Tata tempat
a. Pengertian umum dan hakekat
Tata tempat pada hakekatnya juga mengandung unsur-unsur siapa yang berhak lebih didahulukan dan
siapa yang mendapat hak menerima prioritas dalam urutan tata tempat.
b. Aturan Dasar Tata Tempat
Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama, Jika menghadap meja, maka tempat utama,
Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat.

39
c. Aturan Tata Tempat
Ada beberapa aturan tata tempat:
 Aturan Tata Tempat bagi Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah di Pusat
 Aturan Tata Tempat bagi Para Menteri
 Aturan Tata Tempat bagi Pejabat Negara/Duta Besar/Kepala Perwakilan Negara Asing/Organisasi
Internasional
 Aturan Tata Tempat bagi Pegawai Negeri Sipil dan Mantan Pejabat Negara/Pejabat Pemerintah/Tokoh
Masyarakat Tertentu
 Aturan Tata Tempat bagi Isteri/Suami Pejabat Negara/Duta Besar/Kepala Perwakilan Negara Asing
 Aturan Tata Tempat bagi Pejabat yang Mewakili
 Aturan Tata Tempat bagi Pejabat Pemangku Status Darurat Militer/Sipil
 Aturan Tata Tempat bagi Pejabat Negara yang Memangku Jabatan Lebih dari Satu
 Pengaturan Tata Tempat antara Pejabat Negara/Pemerintah Bersama-sama dengan Para Perwakilan
Negara Asing

d. Acara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Daerah


Tata tempat dalam acara kenegaraan/resmi yang diselenggarakan di daerah, berpedoman pada urutan
tata tempat yang berlaku
3) TATA UPACARA
a. Uraian Materi

40
Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah pegawai/aparatur/karyawan sebagai
peserta upacara, disusun dalam barisan di suatu lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentuk U,
dipimpin oleh seorang Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan
ketentuanketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana seluruh kegiatan tersebut
direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara atau Perwira Upacara dalam rangka mencapai tujuan
upacara. Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara yang telah dilakukan
dengan gerakan-gerakan dan langkah kaki, tangan serta anggota tubuh lainya dengan seragam dan
serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam Peraturan Baris Berbaris (PBB).
b. Manfaat Tata Upacara
Tata Upacara berguna bagi peserta Latsar CPNS Golongan I, II dan III, terutama dapat dimanfaatkan di
tempat tugas masing-masing sebagai penanggung jawab upacara sebagai Inspektur Upacara, maupun
sebagai Komandan Upacara.
c. Pengertian Tata Upacara
Pengertian Tata Upacara secara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum dilapangan yang
uruturutan acaranya telah ditentukan di instansi/perkantoran resmi pemerintah.
d. Kelengkapan Upacara
Mengingat pentingnya upacara dengan cakupan serta tanggugjawab yang besar di lapangan, maka
kelengkapan upacara yang diatur sesuai, antara lain: 1) Perwira upacara. 2) Komandan upacara. 3)
Inspektur upacara. 4) Pejabat lain sesuai dengan kebutuhan, misalnya perlengkapan, keamanan dan lain-
lain sesuai dengan kebutuhan
e. Tugas Perwira Upacara, Komandan Upacara dan Inspektur Upacara.
 Perwira Upacara
 Komandan upacara
 Inspektur upacara
f. Tata Urutan Upacara Umum
Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan upacara dan pelaksanaan upacara, sebagai
contoh pelaksanaan upacara penaikan bendera. Berikut urutan upacara umum: Persiapan Upacara,
Pelaksanaan Upacara dan Formulir Kelengkapan Dalam Upacara,
4) TATA PENGHORMATAN
a. Pemberian Tata Tempat.
Pemberian tata tempat adalah sebagaimana telah dijelaskan pada uraian Ketentuan Keprotokolan
tentang Tata Tempat (Preseance).
b. Penghormatan dengan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan
Pemberian penghormatan dengan menggunakan Bendera Negara dan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya dalam acara resmi, dilakukan sesuai dengan kedudukan pejabat yang bersangkutan
c. Penghormatan Jenazah
Penghormatan dalam bentuk pengibaran bendera setengah tiang diberikan kepada Pejabat setingkat
Presiden/Menteri/Kepala LPNK/Duta Besar aktif, yang meninggal dunia dalam melaksanakan tugas.
5) PELAKSANAAN KEGIATAN APEL
a. Uraian Materi
Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personil dari suatu
instansi perkantoran atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus (rutin).
b. Tata Cara Pelaksaan Kegiatan Apel
 barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari barisan itu
 Setelah penerima apel berdiri ditengah berhadapan dengan barisan apel dan penerima apel
mengucapkan “Apel pagi/siang ... dimulai”

41
 pemimpin barisan menyampaikan abaaba
 Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah dihadapan penerima apel
 penerima apel mengucapkan kata-kata, “Kembali ke tempat” dan diulangi oleh pelapor “Kembali ke
tempat atau kerjakan
 apabila ada instruksi atau pengumuman yang akan disampaikan oleh penerima apel maka penerima
apel langsung mengistirahatkan barisan dengan kata-kata “Istirahat ditempat ... grak”
 Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata “Apel pagi/siang selesai, tanpa penghormatan
barisan dapat dibubarkan, kerjakan”
 Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa penghormatan, maka disampaikan lagi penghormatan
umum
c. Manfaat Kegiatan Apel
Beberapa manfaat apel salah satunya menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan, senasib
seperjuangan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan.
6) ETIKA KEPROTOKOLAN
Secara khusus, materi ini dimaksudkan memiliki beberapa manfaat utama bagi setiap CPNS seperti,
meningkatkan pemahaman dan kompetensi peserta Latsar dalam memberikan pelayanan terbaik dan
profesional kepada seluruh pejabat negara/pemerintahan, tokoh masyarakat, tamu asing, dan masyarakat
pada saat melaksanakan tugas keprotokolan sehari-hari.
a. Etika Keprotokolan
Etika Keprotokolan dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk tutur, sikap, dan perbuatan yang baik dan
benar berdasarkan kaidah norma universal.
b. Komunikasi Efektif dalam Keprotokolan
Untuk mencapai proses komunikasi yang baik, maka perlu diperhatikan prinsip etika komunikator
(dikenal juga dengan sebutan orator atau rethor) yang dikenal sejak zaman Yunani Purba, bentuk
pengetahuan dasar yang harus dimiliki.
3.3 Kewaspadaan Diri
Di sisi lain, kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan
bangsa.
1) PENGERTIAN DASAR INTELIJEN
Secara universal pengertian Intelijen berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara.
2) FUNGSI INTELIJEN
3 (tiga) fungsi Intelijen berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2011 tentang
Intelijen Negara yaitu: Penyelidikan, Pengamanan dan Penggalangan.
3) KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
Untuk mewujudkan ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang dilakukan dengan
upayaupaya kewaspadaan dini oleh masyarakat dibentuklah Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat yang
selanjutnya disingkat FKDM. Tugas Dewan penasehat FKDM: membantu kepala daerah merumuskan
kebijakan dalam memelihara kewasdaan dini masyarakat dan memfasilitasi hubungan kerja antara FKDM
dengan pemerintah daerah dalam memelihara kewaspadaan dini masyarakat. Terdapat beberapa FKDM
berdasarkan wilayahnya dan memiliki tugas yang berbeda tiap wilayahnya: FKDM provinsi (Diketuai Wakil
Gubernur), FKDM kabupaten/kota (Diketuai Wakil bupati/wakil walikota), FKDM kecamatan (Diketuai
Camat), FKDM desa/kelurahan (Diketuai Kepala desa/lurah).
4) DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

42
Dalam penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melindungi masyarakat, menjaga
persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepala
daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan ketertiban
masyarakat. Yang berkaitna dengan pendeteksi dini dan peringatan dini yaitu: Jaringan Intelijen, Kominda
Provinsi, Kominda kabupaten/kota, Pembinaan, Pengawasan dan pelaporan, dan Pendanaan.
5) KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA.
Kekuatan Unsur Utama yang disiapkan oleh K/L disesuaikan ancaman nonmiliter yang dihadapi dan
bersinergi dengan seluruh kekuatan bangsa lain. Pengembangan kemampuan Unsur Utama K/L pada
pertahanan nirmiliter diarahkan pada kemampuan kewaspadaan dini, kemampuan bela negara,
kemampuan diplomasi, kemampuan iptek, kemampuan ekonomi, kemampuan sosial, kemampuan moral
dan kemampuan dukungan penyelenggaraan pertahanan negara. \
6) DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI DALAM SISTEM KEAMANAN NASIONAL
a. Sistem Kemanan Nasonal
Secara akademik, keamanan nasional dipandang sebagai suatu konsep multidimensional yang memiliki
empat dimensi yang saling berkaitan, yaitu dimensi keamanan manusia, dimensi keamanan dan ketertiban
masyarakat, dimensi keamanan dalam negeri, dan dimensi pertahanan
b. Ancaman
 Ancaman terhadap keamanan manusia meliputi keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan,
personel, komunitas, dan politik.
 Ancaman terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat meliputi kriminal umum dan kejahatan
terorganisasi lintas negara.
 Ancaman terhadap keamanan dalam negeri meliputi separatisme, terorisme, spionase, sabotase,
kekerasan politik, konflik horizontal, perang informasi, perang siber (cyber), dan ekonomi nasional.
 Ancaman terhadap pertahanan meliputi perang tak terbatas, perang terbatas, konflik perbatasan, dan
pelanggaran wilayah.
c. Deteksi Dini dan Peringatan Dini
Upaya untuk melakukan penilaian terhadap ancaman tersebut dapat terwujud dengan baik apabila
Intelijen Negara sebagai bagian dari sistem keamanan nasional yang merupakan lini pertama mampu
melakukan deteksi dini dan peringatan dini terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman, baik yang
potensial maupun aktual.
d. Ruang lingkup
 Ruang lingkup Intelijen Negara meliputi
 Intelijen dalam negeri dan luar negeri;
 Intelijen pertahanan dan/atau militer;
 Intelijen kepolisian dan Intelijen penegakan hukum; dan
 Intelijen kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
e. Penyelenggara Intelijen Negara
Penyelenggara Intelijen Negara terdiri atas: 1. Badan Intelijen Negara; 2. Intelijen Tentara Nasional
Indonesia; 3. Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4. Intelijen Kejaksaan Republik Indonesia; dan
5. Intelijen kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian.
f. Kerahasiaan dan masa retensi
Itelijen Negara tidak terlepas dari persoalan kerahasiaan. Rahasia Intelijen merupakan bagian dari rahasia
negara yang memiliki Masa Retensi.
7) IMPLEMENTASI DAN APLIKASI KEWASPADAAN DINI BAGI CPNS

43
Sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, CPNS memiliki kewajiban untuk ikut mengantisipasi
ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
ini dapat dimplementasikan dengan “kesadaran lapor cepat” terhadap setiap potensi ancaman.
3.4 Membangun Tim
1) Pendahuluan
PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik maka PNS akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
2) Jenis Permainan Menarik Kesiapsiagaan
Ada beberapa jenis permainan menarik kesiapsiagaan seperti:
a. BIRMA CROSSER / WALK ON BAMBOO
b. CARTERPILLAR RACING (BALAP ULAT BULU)
c. FOLDING CARPET (LIPAT KARPET)
d. HULAHOOP
e. LOG LINE / BERDIRI DI ATAS BALOK PANJANG
f. FLYING FOX / MELUNCUR ANTAR POHON
g. SPIDER WEB / BERPINDAH LEWAT JARING LABA-LABA
h. GRASS IN THE WIND
i. ALMOST INFINITE CIRCLE
j. PEMBURU DAN TUPAI
k. PIPA BOCOR
l. EVAKUASI BAMBU
m. BLIND WALK
3.5 Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara
1) CARAKA MALAM
a. Perjalanan Malam
Bertujuan untuk menanamkan disiplin, keberanian, semangat serta loyalitas dan kemampuan peserta
Latsar CPNS dalam melaksanakan tugas dengan melewati barbagai bentuk godaan, cobaan serta
kemampuan memegang/penyimpanan rahasia organisasi dan rahasia negara
b. Mekanisme Pelaksanaan Materi Caraka “Malam”
Pelaksanaan seluruh kegiatan permainan dan aktivitas fisik harus memperhatikan hal-hal sebagai
beirkut: 1) Lokasi kegiatan (alam bebas atau luar ruangan) 2) Usia peserta 3) Kondisi fisik/kesehatan peserta
(termasuk alternatif kegiatan pelatihan fisik dan gerakan lainnya untuk peserta yang difabel atau
memerlukan perlakuan khusus) 4) Jenis Kelamin peserta 5) Kondisi cuaca, dll.
Khusus pelaksanaan kegiatan Caraka Malam, • Kegiatan ini harus dilakukan oleh seluruh
penyelenggara Latsar CPNS pada akhir kegiatan Agenda I. Dalam pelaksanaannya, masing penyelenggara
dapat melakukan modifikasi atau penyesuaian tahapan, bentuk, dan jenis permainan berdasarkan
pertimbangan situasi, kondisi, dan biaya. • Pelaksanaannya harus dilakukan pada malam hari, silahkan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan, serta kesiapan dari tim penyelenggara yang akan
memfasilitasi kegiatan.
2) API SEMANGAT BELA NEGARA (ASBN)
a. Pendahuluan
Kegiatan ini dilaksananakan agar peserta Latsar CPNS benar-benar mendapatkan pembelajaran melalui
pengalaman (ekperientasi) dari Acara ASBN yang kemudian menjadi bagian akhir dari keseluruhan proses
pembentukan Kemampuan Awal Bela negara kepada seluruh peserta Latsar CPNS.
b. Tehnik Penyusunan Kayu

44
Potongan kayu atau ranting disusun ke atas dengan memberi ruang di antara susunan kayu agar api cukup
mendapat oksigen, dan api unggun bisa menyala hingga kayu habis.
c. Macam-Macam Bentuk Api Unggun
Api Unggun yang digunakan dalam ASBN merupakan bentuk piramida segitiga yang melambangkan
ketulusan, keikhlasan dan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
d. Pelaksanaan Api Semangat Bela Negara
Tempat diselenggarakannya api unggun adalah di medan terbuka
e. Tata Tempat ASBN
Tata tempat muai mimbar, tamu undangan, pembaca ikrar, pemimpin lagu Kebangsaan dan formasi
peserta diatur serta pembawa acara.
f. Tata Bendera Merah Putih
Ada bendera Merah Putih Utama dan Pendamping,
g. Tata Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara, secaara terpimpin dan bersamaan.
h. Tata waktu
Acara ASBN dilaksanakan mulai pukul 20.00 s.d. selesai dan dilaksanakan pada waktu menjelang
berakhirnya kegiatan
i. Tata Pakaian
Seragam dari panitia
j. Tata Cahaya
Saat acara mulai, lampu dinyalanan, dan menggunakan obor.
k. Tata Suara
Menggunakan sound system dan loud speaker
l. Tata Musik
Dapat menggunakan grub gendang dan grub band
m. Kelengkapan Acara
1)Pemimpin Acara 2) Perwira Acara 3) Peserta Acara 4) Ajudan 5) Pembawa acara 6) Pembaca Puisi 7)
Pembaca Do’a 8) Pembaca Ikrar 9) Pemimpin lagu 10) Tim Pembawa Bendera Merah Putih 11) Regu
Genderang Sangkakala (bila ada) 12) Grup Musik Pengiring (Kelompok Paduan Suara) 13) Vokalis (dapat
ditunjuk dari peserta Latsar CPNS).
n. Perlengkapan Acara
1) Bendera 2) Tiang bendera 3) Mimbar acara 4) Kedudukan Api Unggun 5) Teks do’a 6) Teks puisi 7)
Teks pesan-pesan
o. Susunan Acara
1) Pasukan siap di tempat acara. 2) Petugas siap di tempat acara. 3) Terompet Renungan Malam. 4)
Laporan Perwira Acara kepada Pimpinan Acara. 5) Pimpinan Acara tiba di lapangan acara. 6) Bendera
Merah Putih memasuki tempat acara. 7) Menyanyikan Lagu “Kebangsaan Indonesia Raya”, diikuti oleh
seluruh peserta acara. 8) Mengheningkan Cipta dipimpin Pimpinan Acara. 9) Pesan-pesan oleh Pimpinan
Acara. 10) Pengucapan Ikrar. 11) Pembacaan Puisi. 12) Penyalaan Api Semangat oleh Pimpinan Acara. 13)
Penciuman Bendera Merah Putih. 14) Menyanyikan Lagu “Bagimu Negeri”. 144 | K e s i a p s i a g a a n B N
15) Pembacaan Do’a. 16) Bendera Merah Putih meninggalkan tempat acara. 17) Laporan Perwira Acara
kepada Pimpinan Acara. 18) Pimpinan Acara meningggalkan Lapangan Acara.
p. Pelaksanaan ASBN apabila Cuaca Buruk
Apabila keadaan cuaca memburuk pada waktu yang telah ditentukan, acara ASBN tetap dilaksanakan
di ruangan tertutup dengan pencahayaan seminimal mungkin. Apabila penggunaan obor dianggap
membahayakan dapat diganti dengan menggunakan lilin.

45
AGENDA 2
Core Values ASN yang diluncurkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PANRB) yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif. Core Values tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi Pemerintah
sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatus Sipil
Negara.

I. MODUL BERORIENTASI PELAYANAN


Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat
tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara
pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau
sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan. Pelayanan
publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan
kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam
Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta
sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas
untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;

46
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga
Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya
dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat
kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh
setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas, yang terdiri dari:
1. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
2. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
3. melakukan perbaikan tiada henti.

5 (lima) prioritas kerja 2019-2024 yaitu:


a. Pembangunan SDM
b. Pembanguna infrastruktur
c. Simplikasi regulasi
d. Penyederhanaan birokrasi
e. Transformasi ekonomi
Perlu Akselerasi Transformasi Manajemen ASN menuju Birokrasi Berkelas Dunia di 2024.
ASN Profesional :
▪ Berorientasi Pelayanan
▪ Akuntabel
▪ Kompeten
▪ Harmonis
▪ Loyal
▪ Adaptif
▪ Kolaboratif

47
Rangkuman
1. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk memberikan layanan
spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya.
Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan
yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan, dan
dipahami oleh hampir semua pihak selama puluhan tahun.
2. Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam proses
menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan dan
payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui, masih
butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.
3. Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”, menjadi
udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di
domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan memberikan dampak
sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti
sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa memberikan dampak
serupa.
Soal
1. Banyak perbaikan yang terjadi di layanan publik yang bisa ditemukan di keseharian Anda,
pilihlah salah satu kasus yang pernah Anda alami, dan tulislah perubahan/perbaikan yang
terjadi dari kondisi sebelumnya.
2. Masih ada beberapa layanan publik yang belum berubah dari versi buruknya, pilihlah salah satu
layanan yang Anda ketahui masih belum berubah tersebut, dan tuliskan harapan perubahan
yang Anda inginkan.
3. Lihatlah video unik pada tautan ini yang berakting terkait sebuah layanan yang sudah berubah
dari bentuk sebelumnya:
https://www.instagram.com/reel/CX3Oa0rJoQ7/?utm_mediu m=share_sheet dan tuliskan
pendapat Anda
Jawab :
a. Layanan Askes yang sekarang Layanan BPJS, saya pernah mau operasi, dokter menyarankan saya
menggunakan BPJS Kesehatan, di rumah sakit mendapat pelayanan yang baik, baik saat operasi

48
sampai rawat inapnya, dan masih mendapat layanan untuk control selama 4 bulan berikutnya.
Kalau dulu masih ASKES kalau berobat menggunakan ASKES pelayanan kurang bagus.
b. BPJS ketenagakerjaan, harapannya jika ada kesalahan bisa segera diperbaiki,
mempermudah pelayanan.
c. Pelayanan public yang bagus, tidak mempersulit sesuatu yang mudah, bebas
KKN, bisa untuk contoh kita sebagai ASN sebagai pelayan public.

II. MODUL AKUNTABEL


Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh ahli administrasi negara sebagai dua
aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun, integritas memiliki
keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran
adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang
diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara. Setiap organisasi memiliki mekanisme
akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota
organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas
organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi). Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun
lingkungan kerja yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4)
tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9)
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.Pengelolaan konflik
kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan
integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam
membangun pola piker dan budaya antikorupsi.
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai sektor dan
urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini adalah
perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).
• Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang
harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang
baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
• Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga
termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-
keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain).
• Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-
langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
• Penyusunan Kerangka Kebijakan,
• Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
• Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
• Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
a. Pengertian Akuntabilitas

49
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari
moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017)
b. Aspek-aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan
yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi
bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam
akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggungjawab
antara kedua belah pihak. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is
results-oriented) Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan
kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.

c. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
50
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal,
akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma yang bersifat informal
tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are done around here”)
dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi
aturan formal yang berlaku.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
• Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
•Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
• Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
d. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.
 Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
 Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
kewenangan. Pemberi kewenangan bertanggungjawab untuk memberikan
arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta menghilangkan
hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung
jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.
 Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam
hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”. Dalam
kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan
dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam tercapainya
kinerja organisasi yang diharapkan.
 Akuntabilitas Organisasi

51
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
 Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan,
dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif
dan bermartabat.
1. Rangkuman
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek
akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah
hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
24 laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki
kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama,
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas
dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda
yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok,
akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
2. Soal Latihan
1. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, sering kita dengan istilah kata
responsibilitas dan akuntabilitas. Kedua kata tersebut mempunyai arti dan makna
yang berbeda. Apa yang membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas
dilihat dari pengertiannya? Dan berikan pendapat anda terkait konsep
responsibiltas dan akuntabilitas tersebut?

52
2. Bacalah kembali pembuka Bab II yang dikutip dari Laporan Tahun 2020 Ombudsman
Republik Indonesia, menurut Anda, bagaimana kasus itu bila dilihat dari konteks
Akuntabilitas?
3. Dalam hal pelayanan publik, masih sering diketemukan keluhan dari masyarakat
terhadap kinerja pelayan publik. Masyarakat merasakan kinerja yang lambat,
berbelit-belit, maupun tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayan publik
ataupun birokrasi publik. Padahal sejatinya sebagai abdi negara, birokrasi publik
harus memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, Menurut anda,
seberapa penting nilai-nilai akuntabilitas publik jika dikaitkan dengan fenomena
tersebut? Jelaskan.
Jawab :
1. Yang membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas adalah Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Akuntabilitas berorientasi pada
individu dan tidak dapat dibagikan kepada orang lain. Oleh karena itu, menjadi
bertanggung jawab berarti tidak hanya bertanggung jawab atas tugas tertentu saja,
tetapi juga bertanggungjawab untuk membuktikan dan menjawab tindakan
tindakan yang telah dilakukan. Responsibilitas mempunyai arti sebagai adanya
kewajiban moral dalam menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepada seseorang.
Responsibilitas ini lebih memfokuskan kepada perasaan memiliki tugas untuk
menyelesaikan tugas.

2. Jika dilihat dari koneks akuntabilitas, ditemukan dugaan penundaan berlarut dalam
penanganan perkara yang dilaporkan oleh Sdr. Romi, dimana proses laporan di
Polsek Cadasari berlarut sampai kurang lebih 5 bulan dan adanya penawaran
“damai” dari Kasat sebesar Rp. 5.000.000 dimana delik pidana dan bukan delik
aduan tidak ada kata “berdamai”. Tindakan tersebut tidak menunjukkan
akuntabilitas dimana akuntabilitas berorientasi pada individu dan tidak dapat
dibagikan kepada orang lain. Oleh karena itu, menjadi bertanggung jawab berarti
tidak hanya bertanggung jawab atas tugas tertentu saja, tetapi juga
bertanggungjawab untuk membuktikan dan menjawab tindakan tindakan yang
telah dilakukan

53
3. Nilai akuntabilitas publik ( menyediakan control, mencegah korupsi dan penyalah
gunaan jabatan demokratis, , meningktakan efktifitas dan efisiensi ) sangat penting
dipegang teguh bagi pelayanan masyarakat (ASN) untuk memerikan kepuasan
masyarakat. Sehingga semua urusan mudah lancar.

B. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL


1. Uraian Materi
a. Akuntabilitas dan Integritas
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan
Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur
pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011)
bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan
mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.
Bahkan, Ann Everett (2016), yang berprofesi sebagai Professional Development
Manager at Forsyth Technical Community College mempuplikasikan pendapatnya
pada platform digital LinkedIn bahwa, walaupun Akuntabilitas dan Integritas adalah
faktor yang sangat penting dimiliki dalam kepimpinan, Integritas menjadi hal yang
pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun pegawai negara yang
kemudian diikuti oleh Akuntabilitas. Menurut Matsiliza (2013), pejabat ataupun
pegawai negara, memiliki kewajiban moral untuk memberikan pelayanan dengan
etika terbaik sebagai bagian dari budaya etika dan panduan perilaku yang harus
dimiliki oleh sebuah pemerintahan yang baik.
b. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara
harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan
perbuatan. Jika ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun demikian.
Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa pula diartikan sebagai
kejujuran atau ketidakmunafikan. Dengan demikian, integritas yang konsepnya
telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam,
54
adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus
memiliki integritas tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, 26
dan masyarakat pada umumnya.
c. Mekanisme Akuntabilitas
Mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:

• Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)


Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang diterapkan.
• Akuntabilitas proses (process accountability) Akuntabilitas proses terkait dengan:
apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen,
dan prosedur administrasi? Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian
pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan
akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan
nepotisme.
 Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas ini dapat *
memberikan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan
Apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya
minimal.

• Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas ini terkait dengan


pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD
dan masyarakat luas.
d. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada
posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari
perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut
memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan
kepentingan ini dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya.
Duncan Williamson mengartikan konflik kepentingan sebagai “suatu situasi dalam
mana seseorang, seperti petugas publik, seorang pegawai, atau seorang
profesional, memiliki kepentingan privat atau pribadi dengan mempengaruhi
tujuan dan pelaksanaan dari tugas-tugas kantornya atau organisasinya”

55
Tipe-tipe Konflik Kepentingan
Ada 2 jenis umum Konflik Kepentingan:
a. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber
daya aparatur) untuk keuntungan pribadi.
Contoh :
• Menggunakan peralatan lembaga/ unit/ divisi/ bagian untuk memproduksi
barang yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;
• menggunakan peralatan lembaga/ unit/ divisi/ bagian untuk memproduksi
barang yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;
• menerima hadiah atau pembayaran mencapai sesuatu yang diinginkan;
• menerima dana untuk penyediaan informasi pelatihan dan/atau catatan
untuk suatu kepentingan;
• menerima hadiah pemasok atau materi promosi tanpa otoritas yang tepat
b. Non-Keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau
orang lain.
Contoh:
• Berpartisipasi sebagai anggota panel seleksi tanpa menggunakan koneksi,
asosiasi atau keterlibatan dengan calon
• Menyediakan layanan atau sumber daya untuk klub, kelompok asosiasi
atau organisasi keagamaan tanpa biaya
• Penggunaan posisi yang tidak tepat untuk
• memasarkan atau mempromosikan nilai-nilai atau keyakinan pribadi

e. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel


Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Mari kita
mempelajari lebih dalam mengenai gratifikasi. Apakah perbedaannya dengan
hadiah, suap-menyuap dan pemerasan.

Hadiah dengan Gratifikasi, Suap, dan Pemerasan


Hadiah merupakan pemberian yang bersifat wajar kekeluargaan, dan tidak terkait
sama sekali dengan jabatan
56
Hadiah merupakan pemberian yang diterima oleh Penyelenggara Negara atau
Pegawai Negeri bisa disebut sebagai gratifikas
Jika sifatnya transaksional serta bertujuan agar penerima melakukan sesuatu
sesuai dengan kehendak pemberi maka bisa disebut sebagai PRAKTIK SUAP,
bentuk pemberiannya bisa berupa hadiah atau bahkan berupa janji.

f. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi

Pentingnya akuntabilitas dan integritas menurut Matsiliza (2013) adalah nilai yang
wajib dimiliki oleh setiap unsur pelayan publik, dalam konteks modul ini adalah
PNS. Namun, secara spesifik, Matsiliza menekankan bahwa nilai integritas adalah
nilai yang dapat mengikat setiap unsur pelayan publik secara moral dalam
membentengi institusi, dalam hal ini lembaga ataupun negara, dari tindakan
pelanggaran etik dan koruptif yang berpotensi merusak kepercayaan masyarakat.
Peran masing-masing individu dalam mengembangkan pola pikir akuntabel dan
berintegritas, atau sering dibahasakan sebagai pola pikir antikorupsi sangat
dibutuhkan.

g. Apa yang diharapkan dari Seorang ASN

Perilaku Individu (Personal Behaviour)

 ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan


kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka;
 ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau
anggota masyarakat;
 Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional
hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan
produktif;
 ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat,
penuh kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk
kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan; PNS membuat
keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan
untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan dan
prosedur institusi tersebut;
 ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan
masukan informasi dan kebijakan.
2. Soal Latihan

57
a. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan
Hukum, Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program, serta Akuntabilitas Kebijakan.
Ada Studi Kasus Seperti Berikut : Pemerintah Pusat maupun daerah sudah memulai
program pengadaan barang dan jasa dengan mekanisme secara elektronik yang
disebut e-procurement. Tujuannya adalah pertama, agar tidak ada main mata
antara pengada proyek dan pihak yang mengadakan proyek (Meminimalisir Kasus
KKN). Kedua, agar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dapat dilaksanakan
dengan cepat dan teratur Pertanyaannya, termasuk dimensi akuntabilitas apakah
studi kasus tersebut? Jelaskan
Jawab :

Kasus diatas termasuk dimensi akuntabilitas proses, karena sesuai dengan Akuntabilitas
proses terkait dengan: apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas
sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi? Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah. Pengawasan dan
pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi,
korupsi dan nepotisme.
b. Simaklah video berikut:

Video ini bercerita tentang Seseorang yang menang dalam sebuah tender
pengadaan yang berniat ingin memberikan ‘hadiah’ kepada Pejabat Lelang yang
dianggapkan telah berjasa atas pemilihan perusahaannya. Namun, dalam
perjalanan memberikan ‘hadiah’ tersebut banyak rintangan yang dihadapi. Untuk
lebih jelasnya, simaklah video tersebut pada tautan berikut.
https://youtu.be/4Yle_pbs9aA
Berdasarkan video yang Anda simak, isilah table berikut :
No Poin-poin yang dianalisis Jawaban
1 Kondisi apa yang membuat Kondisi yang membuat cerita
cerita di video itu berpotensi tersebut berpotensi korupsi adalah
menjadi kasus Tindak Pidana jika pejabat lelang tidak memiliki
Korupsi? integritas yang tinggi.
2 Jenis tindak pidana korupsi apa Jenis tindak pidana korupsi
yang relevan dengan cerita di pemberian gratifikasi
video itu?

58
3 Siapa saja pihak di dalam video Pihak yang akan terjerat kasus
itu yang akan terjerat dalam korupsi adalah Pejabat lelang dan
kasus korupsi? pemenang tender
4 Kondisi apa yang bisa menjadikan Kondisi keuangan
cerita di dalam video itu menjadi
sebuah kasus Tindak Pidana
Korupsi?
5 Apa dampak yang akan terjadi ke Dampak yang terjadi adalah
depannya bila cerita tersebut merugikan negara
menjadi sebuah kasus Tindak
Pidana Korupsi?
6 Apakah menurut Anda apa yang Pejabat lelang sudah benar, karena
dilaukan oleh Pejabat Lelang beliau menolak gratifikasi, jika beliau
sudah benar? Jelaskan kenapa? menerima maka maka akan
melanggar hukum
7 Pejabat lelang sudah benar, Kepala kantor pejabat lelang
karena beliau menolak gratifikasi,
jika beliau menerima maka maka
akan melanggar hukum
8 Bila Anda harus memilih salah Jika saya salah satu pemeran dari
satu peran dalam video itu, Apa video tersebut saya akan
yang akan Anda lakukan? melaporkan pemenang tender ke
KPK

C. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN


1. Uraian Materi
a. Transparansi dan Akses Informasi
Transparansi atau keterbukaan berarti keputusan yang diambil dan
pelaksanaannya dilakukan dengan cara atau mekanisme yang mengikuti aturan
atau regulasi yang ditetapkan oleh lembaga.

Keterbukaan informasi - memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi


bersandar pada beberapa prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir
diseluruh negara dunia) adalah:
• Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada prinsipnya semua informasi
bersifat terbuka dan bisa diakses masyarakat. Suatu informasi dapat dikecualikan
hanya karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
publik. Pengecualian itu juga harus bersifat terbatas, dalam arti : (i) hanya informasi
tertentu yang dibatasi; dan (ii) pembatasan itu tidakberlaku permanen.
• Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan

59
• Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya guna suatu informasi
sangat ditentukan oleh konteks waktu. Seorang wartawan misalnya, terikat pada
deadline saat ia meminta informasi yang berkaitan dengan berita yang sedang dia
tulis.
• Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah informasi yang utuh dan benar.
Jika informasi tersebut tidak benar dan tidak utuh, dikhawatirkan menyesatkan
pemohon.
• Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi tertentu yang
penting diketahui publik. Misalnya, informasi tentang bahaya atau bencana alam
wajib disampaikan secara proaktif oleh Badan Publik tanpa perlu ditanyakan oleh
masyarakat.
• Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang beriktikad baik harus
dilindungi. Pejabat publik yang memberikan informasi kepada masyarakat harus
dilindungi jika pemberian informasi dilandasi itikad baik. Misalnya, pejabat yang
memberikan bocoran dan dokumen tentang praktik korupsi di instansinya.

b. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup


Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik
adalah suatu panduan atau pegangan yang harus 53 dipatuhi oleh para pelayan
publik atau birokrat untuk menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik.
Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif
(Fraudulent and Corrupt Behaviour):
• ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
• ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian
keuangan aktual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya;
• ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan
kewenangan mereka untuk keuntungan pribadinya;

60
• ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
• ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
• ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di
sektor publik.
c. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan pribadi, sebagai contoh
motor atau mobil dinas yang tidak boleh digunakan kepentingan pribadi. Hal-hal
tersebut biasanya sudah diatur secara resmi oleh berbagai aturan dan prosedur
yang dikeluarkan pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan bahwa:
• Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku
• Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung- jawab dan efisien
• Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab
d. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel
karena adanya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna
informasi dan data pemerintah lainnya.
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan tersebut
harus relevant (relevan), reliable (dapat dipercaya), understandable (dapat
dimengerti), serta comparable (dapat diperbandingkan), sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan dapat menunjukkan
akuntabilitas publik. Untuk lebih jelasnya, data dan informasi yang disimpan dan
digunakan harus sesuai dengan prinsip sebagai berikut:
• Relevant information diartikan sebagai data dan informasi yang disediakan dapat
digunakan untuk mengevaluasi kondisi sebelumnya (past), saat ini (present) dan
yang akan datang (future).
• Reliable information diartikan sebagai informasi tersebut dapat dipercaya
atau tidak bias.
• Understandable information diartikan sebagai informasi yang disajikan dengan
cara yang mudah dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang awam
sekalipun.

61
• Comparable information diartikan sebagai informasi yang diberikan dapat
digunakan oleh pengguna 58 untuk dibandingkan dengan institusi lain yang
sejenis.

Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi


Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):
 ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;

 ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;

 ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;

 ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas;

 ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;


 ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
 ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
e. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan
Data dari Komisi Pemberantasn Korupsi Bulan Juni 2021, perkara Tindak Pidana
Korupsi masih banyak dilakukan oleh unsur Swasta (343 kasus), Anggota DPR dan
DPRD (282 kasus), Eselon I, II, III, dan IV (243 kasus), lain-lain (174 kasus), dan
Walikota/Bupati dan Wakilnya (135 kasus). Dari keseluruhan kasus, 80% adalah
kasus suap, gratifikasi, dan PBJ. Aulich (2011) mengatakan, terkait pemberantasan
korupsi, peran negara dalam menciptakan sistem antikorupsi dapat dilakukan
melalui peraturan perundangan, legislasi, dan perumusan kode etik ataupun
panduan perilaku. Indonesia tidak kekurangan regulasi yang mengatur itu semua,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Admnistrasi Pemerintahan, Surat
Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor
20 Tahun 2021, bahkan Undan-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi.
Bila Kita kembali ke pembahasan terkait ‘tanggung jawab’, dimensi yang melatar
belakangi usaha memenuhi Tanggung Jawab Individu dan Institusi ada 2, yaitu:
1) dimensi aturan, sebagai panduan bagi setiap unsur pemerintahan hal-hal yang
dapat dan tidak dapat dilakuan, dan

62
2) dimensi moral individu. Sebagai ASN, Anda tidak terlepas dari kedua dimensi
tersebut. Oleh sebab itu, (Shafritz et al., 2011) menekankan bahwa fondasi paling
utama dari unsur pegawai ataupun pejabat negara adalah integritas.

2. Soal Latihan

a. Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul di mana tugas publik dan kepentingan
pribadi bertentangan. Ada dua jenis umum Konflik Kepentingan yaitu Keuangan
(Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya
aparatur untuk keuntungan pribadi) dan Non-Keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang lain). Ada contoh studi
kasus seperti berikut: Bahwa ada seseorang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
menunjuk satu pemenang tender proyek pengadaan barang dan jasa publik tanpa
melalui proses yang akuntabel dan transparan (terindikasi ada permainan atau
kongkalikong antara pemberi dan penerima proyek). Dilihat dari jenis umum konflik
kepentingan, temasuk jenis konflik kepentingan apakah studi kasus tersebut?
Jelaskan.

b. Pelajari tulisan berikut:

Selain SPPD Fiktif, BPK Juga Temukan Dugaan Mark Up Anggaran di Pemko Dumai
DUMAI, RIAULINK.COM - Selain menemukan surat pertanggungjawaban (SPJ) fiktif
pada perjalanan dinas aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintah Kota Dumai, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Riau juga menemukan Mark up atau
penggelembungan anggaran di bagian umum.
Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan (LHP) pada tahun anggaran 2017 lalu, BPK
menemukan sejumlah keanehan di satker tersebut pada kegaiatn penyediaan makan
dan minum yang tak sesuai dengan bukti kuintansi pembelian.
Bukti kuitansi tersebut dapat ditunjukkan oleh pejabat pelaksana teknis kegiatan
(PPTK) bagian umum selaku pihak penanggungjawab dalam penyediaan makan
minum rapat, penyambutan tamu dan kegiatan pemerintah Kota Dumai. Sesuai LHP
BPK terdapat selisih bayar mencapai Rp20.238.622,- antara SPJ makan dan minum
yang dibayarkan Pemko Dumai melalui bagian keuangan kepada rekan kerja dengan
bukti kuitansi pembelian yang bisa ditunjukkan PPTK kepada BPK RI saat melakukan

63
pemeriksaan.Selain itu BPK juga menemukan kejanggalan dalam laporan yang
disampaikan kepada mereka, yakni setiap laporan bulanan pengadaan makanan dan
minuman oleh bagian umum Sekretariat Daerah Kota Dumai jumlah dan jenisnya
selalu sama.
Dalam laporan BPK juga menunjukkan upaya mark up anggaran pengadan makan dan
minum petugas jaga rumah dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Dumai. Disebutkan
ada 25 petugas jaga rumah kediaman dua pemimpin Kota Dumai ini yang dibagi
menjadi tiga shift. Dimana setiap shift bagian umum menyediakan snack dan makan
bagi petugas jaga. Pada shift pagi, BPK menemukan adanya pengelembungan jumlah
pengadaan snack. Dimana dari SPJ yang disampaikan bagian umum menyediakan 25
kotak snack namun bukti pemeriksaan 63 hanya ditemukan sembilan kotak untuk
sembilan orang petugas jaga pagi
Sementara untuk makan siang petugas juga juga terdapat selisih yang sangat
signifikan. Dimana untuk makan dalam pemeriksaan hanya menyediakan sembilan
kotak namun dalam SPJ pencairan digelembungkan mencapai 15 kotak. Sementara di
lain kesempatan saat media ini meminta tanggapan dari salah seorang warga Dumai
terkait kabar yang sempat menghebohkan di kalangan masyarakat ini, Ar sangat
mengutuk keras aksi penyelewengan tersebut. Tindakan tersebut menurutnya tidak
hanya merugikan daerah, namun juga masyarakat.

NO POIN YANG DI ANALISIS JAWABAN


1 Kondisi apa yang membuat berita itu Kondisi non keuangan
berpotensi menjadi kasus Tindak
Pidana Korupsi?
2 Jenis tindak pidana korupsi apa yang Penyalah gunaaan jabatan
relevan dengan berita itu?
3 Siapa saja pihak di dalam berita itu Bupati dan jajarannya
yang
4 Kondisi apa yang bisa menjadikan Kurangnya integritas diri
cerita di dalam berita itu menjadi
sebuah kasus Tindak Pidana Korupsi?
5 Apa dampak yang akan terjadi ke Merugikan negara dan akan
depannya setelah berita itu terjadi? menjadi budaya di kalangan
birokras
6 Bila Anda harus memilih salah satu Saya akan mengingatkan
perang dalam berita itu, Apa yang dengan tegas bahwa
akan Anda lakukan? penggelembungan dana itu
Tindakan yg melanggar
hukum
64
7 Kondisi apa yang membuat berita itu Non keuangan
berpotensi menjadi kasus Tindak
Pidana Korupsi?
8 Jenis tindak pidana korupsi apa yang Penyalah gunaan jabatan
relevan dengan berita itu?

III. MODUL KOMPETEN


Pokok-pokok dan penerapan perilaku pengembangan kompetensi yaitu: Tantangan
Lingkungan Strategis, Kebijakan Pembangunan Aparatur, Kebijakan dan Program Pengembangan
Kompetensi, dan Perilaku Kompeten. Dengan penguraian keseluruhan aspek tersebut diharapkan
peserta latsar CPNS mendapatkan pemahaman yang sama tentang perlunya komprehensivitas
dalam melakukan pengembangan kompetensi sesuai dengan dinamika lingkungan internal dan
eksternal organisasi.
Perilaku kompeten ASN diharapkan menjadi bagian ecosystem pembangunan budaya
instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya,
wujudnya pemerintahan yang unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat
dinamis dan kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

A. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS


1. Dunia VUCA
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia
yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian
halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta
ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut
ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan
teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas, perlunya
pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan
aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN yang lebih
dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses
secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN
2. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan

65
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu
sendiri. Secara implisit perlunya penguatan kompetensi secara luas, yang
memungkinkan setiap pegawai dapat memutakhirkan kompetensi, baik secara individu
maupun secara kolektif organisasi.
Dalam konteks ini, akuisisi sejumlah kompetensi dalam standar kompetensi ASN
diperlukan, yang memungkinkan tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang
adaptif terhadap dinamika lingkungannya.
3. Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap
warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Demikian halnya dengan berlakunya tatanan nilai operasional ASN BerAkhlak,
sebagaimana dijelaskan di atas, sesuai dengan ketentuan PermepanRB tersebut, setiap
ASN perlu berperilaku untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;

66
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif :
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama
4. Ringkasan
 Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan
tuntutan keahlian baru.
 Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran
perubahan teknologi itu sendiri
 Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut :
a) Berorientasi pelayanan
67
b) Akuntabel
c) Kompeten
d) Harmonis
e) Loyal
f) Adaptif
g) Kolaboratif
5. Evaluasi
1. B
2. B
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
1. Merit Sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar
dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit.

Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi seluruh unsur dalam siklus
manajemen ASN, yaitu:
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian

kualifikasi dan kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;

b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan

pengelolaan ASN lainnya; dan

c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara,


dengan menghargai kinerja yang tinggi.

2. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020 – 2024


Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia
(world class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik
yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien

3. Karakter ASN
8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan
pekerjaan saat ini dan kedepan. integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan
global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.

68
Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika
lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan
perseverance serta teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN,
2020).

4. Ringkasan
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh
ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-
aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif. • Pembangunan Apartur sesuai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan
menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), yang
dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas dan
tata kelola yang semakin efektif dan efisien • Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang
dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan
kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme,
profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship.
5. Evaluasi
Jawaban alasan atas pernyataan
a. Sistem merit penting karena berdasarkan system merit ASN akan dapat bekerja
professional sebagai pelayanmasyarakat.

b. Pembangunan birokrasi berkelas dunia tersebut penting karena


pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin
efektif dan efisien
c. Karena denga ke 8 karakter ASN dapat menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan
kedepan.

C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO)meliputi:

 pengetahuan,

69
 keterampilan,

 sikap,

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan pasal
212, Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
3. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.

Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK),


berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai
berikut:
a. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas,
PPPK diberikan kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
b. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi
c. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
pengembangan kompetensi pada Instansi Pemerintah.
d. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi,
prioritas diberikan dengan memper-hatikan hasil penilaian kinerja PPPK yang
bersangkutan.

Sedangkan dalam pasal 40 diatur lebih lanjut, yaitu :

a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat)


jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
b. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi PPPK yang melaksanakan
tugas sebagai JPT Utama tertentu dan JPT Madya tertentu.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan kompetensi diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Lembaga Administrasi Negara.

2. Hak Pengembangan Kompetensi

70
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi


Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan
pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job
enlargement termasuk coaching dan mentoring.

Selain itu coaching dan mentoring juga penting terkait beberapa hal, yaitu:
1) Meningkatan kinerja individu dan kinerja organisasi;
2) Membangun komitmen dan motivasi yang lebih tinggi;
3) Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam pengembangan potensi diri;
4) Menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih baik;
5) Membuat proses manajemen perubahan yang lebih baik;
6) Memperbaiki komunikasi dan hubungan antara atasan-bawahan;
7) Mengimplementasikan keterampilan yang lebih baik; dan
8) Menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka dan produktif.
4. Evaluasi
Berikan pernyataan Benar (B) atau Salah (S) untuk masing-masing pernyataan dibawah
ini dengan memberikan tanda silang (X) untuk jawaban yang dianggap sesuai:
1. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan peranan jabatan (B – S).
2. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Sosial Kultural
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,

71
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan (B).
3. Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan digital dan non-klasikal, baik
untuk kompetensi teknis, manajerial, dan social kultural (S).
4. Salah satu kebijkan yang penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya
20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) (B).
5. Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan
peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai
dengan pemetaan pegawai dalam nine box tersebut (B)
D. PERILAKU KOMPETEN
1. Berkinerja dan BerAkhlak
ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan
wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen ASN.
Selanjutnya dalam bagian penjelasan PermenpanRB Nomor 8 Tahun 2021 tanggal 17
Maret tahun 2021 tentang Manajemen Kinjera, antara lain, dijelaskan bahwa penilaian
kinerja dapat dilakukan secara adil dan obyektif sehingga dapat memotivasi pegawai
untuk bekerja lebih baik, meningkatkan kualitas dan kompetensi pegawai,
membangun kebersamaan dan kohesivitas pegawai dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pemerintah dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan tindak
lanjut penilaian kinerja yang tepat.
Terkait dengan perwujudan kompetensi ASN dapat diperhatikan dalam Surat Edaran
Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 dalam poin 4, antara lain, disebutkan bahwa
panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar; dan
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Perilaku kompeten ini sebagaiamana
dalam poin 5 Surat Edaran MenteriPANRB menjadi bagian dasar penguatan budaya
kerja di instansi pemerintah untuk mendukung pencapaian kinerja individu dan tujuan
organisasi/instansi
72
2. Learn, Unlearn, Relearn
Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika tidak
belajar setiap waktu seiring 34 dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Hal ini telah diingatkan seorang pakar masa depan, Alfin Toffler (1971), menandaskan
bahwa: “The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write,
but those cannot learn, unlearn, and relearn” (Buta huruf abad ke-21 bukanlah mereka
yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar,
melupakan, dan belajar kembali). Sesuaikan cara pandang (mindset) bahwa aktif
meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan, merespons tantangan lingkungan
yang selalu berubah. Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn,unlearn dan
relearn, menjadi penting. Demikian halnya Margie (2014), menguraikan bagaimana
bisa bertahan dalam kehidupan dan tantangan kedepan melalui proses learn, unlearn,
dan relearn dimaksud. Bagaimana konsep proses belajar dari learn, unlearn, dan
relearn tersebut.
Berikut ini contoh dari Glints yang diuraikan Hidayati (2020) bagaimana membiasakan
proses belajar learn, unlearn, dan relearn. Berikut langkahnya:
1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal-hal yang benar-benar
baru, dan lakukan secara terus-menerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun,
dalam peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya
masing-masing.
2. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa
pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN
ketahui ternyata tidak lagi sesuai atau tak lagi relevan
3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar
menerima fakta baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn
3. Meningkatkan Kompetensi Diri
ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat
bertahan dan berkembang dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge
Economy).

(Wheeler, 2011 dalam Blaschke, 2014).

73
Kemandirian untuk belajar sejalan dengan perkembangan teknologi yang telah
menciptakan kebutuhan metode pengajaran baru, sumber belajar, dan media digital
yang lebih luas dan massif.

Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, yang merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet (Anderson, 2010, hlm. 33; Wheeler, 2011 dalam
Blaschk, 2014).

Prinsip pembelajar heutagogis lainnya adalah kapabilitas.Cirinya menurut Stephenson


& Weil (1992 dalam Lisa Marie Blaschke & Stewart Hase) yaitu:

orang yang cakap dengan keyakinan pada kemampuan mereka untuk (1) mengambil
tindakan yang efektif dan tepat, (2) menjelaskan tentang diri mereka, (3) hidup dan
bekerja secara efektif dengan orang lain, dan (4) melanjutkan belajar dari
pengalaman mereka, baik sebagai individu maupun pergaulan dengan orang lain,
dalam masyarakat yang beragam dan berubah.

Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.

Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja.

Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi.

“Tips dan Trik Meningkatkan Motivasi Belajar Untuk Diri Sendiri” sebagai berikut: 1.
Membuat Agenda Belajar, untuk mengatur waktu dan materi apa yang harus
dipelajari. 2. Menentukan Gaya Belajar, setiap orang memiliki gaya belajarnya
masing-masing. Tentukan apakah Saudara termasuk seseorang yang bertipe visual,
auditori, atau kinestetik. Dengan mengetahui gaya belajar bisa menyesuaikan diri
dengan materi yang ingin dipelajari. 3. Istirahat, istirahat termasuk salah satu faktor
penting dalam proses belajar. Ketika tubuh lelah, proses belajar tidak akan maksimal.
4. Hindari Gangguan Belajar, aturlah waktu untuk bermain gadget, bermain sosial
medua, melihat televisi, dan game online agar tidak mengganggu waktu belajar.
Jangan berada di kumpulan orang atau keramaian. 5. Cari Suasana yang Tepat, semua
suasana menjadi tepat jika kamu berhasil mengontrol diri sendiri. Tentukan suasana

74
yang tepat untuk diri sendiri. 6. Belajar/sharing Bersama Teman/jejaring, selain akan
menjadi motivasi belajar dan penyemangat, teman akan membantu saat kamu
menemukan kesulitan. Belajar dengan sistem diskusi biasanya membuat kita lebih
mudah memahami sesuatu.

4. Membantu Orang Lain Belajar


Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning tea/coffee termasuk bersosialisasi
di ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang transfer
pengetahuan. ASN pembelajar dapat meluangkan dan memanfaatkan waktunya untuk
bersosialisasi dan bercakap pada saat morning tea/coffee ataupun istirahat kerja. Cara
ini selayaknya tidak dianggap membuang-membuang waktu. Kendatipun pembicaraan
seringkali mengalir tanpa topik terfokus, namun di dalamnya banyak terselip berbagi
pengalaman kegiatan kerja, yang dihadapi masing-masing pihak. Para pihak saling
bertanya tentang pekerjaan, mereka memantulkan ide satu sama lain, sekaligus
mendapatkan saran tentang bagaimana memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan
apa yang ditekankan Alan Webber (dalam Thomas H & Laurence, 1998), dalam
ekonomi baru (knowledge economy era), percakapan adalah bentuk pekerjaan yang
paling penting. Percakapan adalah cara pekerja menemukan apa yang mereka ketahui,
membagikannya dengan rekan kerja mereka, dan dalam prosesnya menciptakan
pengetahuan baru bagi organisasi.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998) atau forum terbuka (Knowledge Fairs and
Open Forums).
Cara lain untuk membantu orang lain melalui kegiatan aktif untuk akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring
ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan
mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned) (Thomas
H.& Laurence, 1998).
ASN pembelajar dapat juga berpartisipasi untuk aktif dalam jaringan para ahli sesuai
dengan bidang kepakarannya dalam proses transfer pengetahuan keahlian.
Tugas Individu:
Buka dan baca artikel Energi Baik itu Bernama “Berbagi Ilmu” ditulis Fifin Nurdiyana,
tanggal 3 Agustus 2018.

75
1. Belajar dari artikel di atas, buatlah dalam kalimat aktif, tindakan apa yang akan
Saudara lakukan dalam upaya berbagi ilmu pengetahuan di lingkungan pekerjaan
Saudara nanti? Tulis dan ungkapkan dalam kelas!
Jawab :
a). Saya mengajarkan kepada rekan guru terkait pembuatan perangkap RPP

2. Pelajari contoh lain berbagi ilmu dalam tokoh atau sosok yang Saudara anggap
penting, tuliskan praktek berbagi yang akan dan atau telah Saudara praktekan
dalam kehidupan Saudara!
Jawab :
Berbagi ilmu yang akan saya praktekkan adalah :
a). cara mengelola keuangan dalam rumah tangga
b). menangani anak yang bermasalah
c). mengajarkan masak bagi teman yang suka menu masakan saya

5. Melaksanakan tugas terbaik


a). Pengetahuan menjadi karya
b). Tugas: Identifikasi Tipikal Individu
Tandai daftar tipikal individu yang dapat menahan kesuksesan pekerjaan Anda :
1. Frustrasi.
2. Ketakutan
3. Kemalasan
4. Penundaan
5. Kegembiraan
6. Kecemasan
7. Kebahagiaan
8. Kelelahan
9. Kantuk
10. Kebosanan
11. Depresi
Bagaimana dalam pengalaman Saudara terkait dengan tipikal tersebut diatas,
jelaskan !
Jawab :

76
Jika saya menghadapi kondisi diatas, saya akan berusaha sharing dengan teman-
teman untuk bercerita atau ngobrol tentang kondisi tersebut, dan berusaha selalu
berpikir positif dalam melakukan pekerjaan.

Khoo & Tan (2004) menekankan beberapa upaya membangun keyakinan diri
untuk bekerja terbaik, yaitu:
• Pertama, pikirkan saat di masa lalu ketika Anda merasa benar-benar Percaya Diri;
• Kedua, berdirilah seperti Anda akan berdiri jika Anda merasa benar-benar Percaya
Diri;
• Ketiga, bernapaslah seperti Anda akan bernapas jika Anda merasa benar-benar
Percaya Diri;
• Keempat, miliki ekspresi wajah, fokus di mata Anda ketika Anda merasa benar-
benar Percaya Diri;
• Kelima, beri isyarat seperti yang Anda lakukan jika Anda merasa benar-benar
Percaya Diri; dan
• Terakhir, katakan apa yang kamu mau, katakan pada diri sendiri jika Anda merasa
benar-benar percaya diri (gunakan volume, nada, dan nada suara yang sama)
c). Makna hidup dan bekerja baik
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi,
baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan
dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
6. Evaluasi
1). Sebutkan ciri-ciri yang berkaitan dengan ASN berkinerja yang berAkhlak dengan
memberikan tanda silang (X) pada pernyataan Benar (B) atau Salah (S):
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan pelayanan, kompetensi, dan
berkinerja (B)
b. ASN terikat dengan etika profesi ASN sebagai pelayan publik (B)
c. Perilaku etika professional ASN secara operasional tunduk pada perilaku
berAkhlak (B)

77
2). Berikut pernyataan di bawah ini menggambarkan perilaku kompeten ASN untuk
meningkatkan kompetensi diri yang relevan/tepat dengan memberikan tanda
Benar (B) atau Salah (S) :
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah diperlukan diutamakan untuk jabatan strategis di lingkungan ASN (B)
b. . Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric”, yang merupakan pengembangan berbasis pada
sumber pembelajaran utama dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (S).
c. Perilaku ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network (B)
d. Sumber pembelajaran bagi ASN antara lain dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi
tempat ASN bekerja (B)
e. Pengetahuan ASN dihasilkan jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi (B)
3). Perilaku kompeten ASN dalam membantu orang lain belajar yang tepat di bawah
ini dengan memberikan tanda Benar (B) atau Salah (S):
a. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali
tidak menjadi ajang transfer pengetahuan, tetapi lebih sebagai obrolan santai
kurang bermakna pengetahuan (S).
b. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam forum
terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums), dimana setiap ASN wajib
melanjutkan kepada pendidikan lebih tinggi (B).
c. Mengambil pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja seperti memo,
laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories) merupakan bagian perilaku kompeten yang diperlukan (B)
d. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned) adalah bagian ciri dari perilaku kompeten
ASN (B)
78
4). Upaya melakukan kerja terbaik sebagai bagian perilaku kompeten ASN yang sesuai
di bawah ini dengan memberikan pernyataan Benar (B) atau Salah (S):
a. Sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah
maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui adaptasi
terhadap perubahan lingkungan dan melakukan karya terbaik bagi pekerjaannya
(B).
b. Berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang
menjadi terpenting dalam nilai hidup seseorang (B)

IV. MODUL HARMONIS


Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu
organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana
harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
Seorang ASN diharapkan dapat melayani publik dengan memperhatikannkondisi yang
harmonis dilingkungan bekerja. Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga,
lingkungan bekerja dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat
yang lebih luas.

A. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA


1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan
tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi
ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak terhadap
kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
1. Kesenian 2. Religi 3. Sistem Pengetahuan 4. Organisasi social 5. Sistem
ekonomi 6. Sistem teknologi 7. Bahasa.
2. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan
Pada masa perjuangan kemerdekaan dijelaskan, pendiri bangsa yang pertama
kali menyebut frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah Moh Yamin. Dia
mengucapkannya di sela-sela sidang BPUPKI. Kemudian I Gusti Bagus Sugriwa,
79
tokoh yang berasal dari Bali, menyahut dengan ucapan "tan hana dharma
mangrwa". Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
1951 tentang Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan huruf latin
dalam bahasa Jawa Kuno tepat di bawah lambang negara. Sebagaimana bunyi
Pasal 5 sebagai berikut: "Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah
semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA."
Nampak jelas bahwa para pendiri bangsa sangat peduli dan penuh kesadaran
bahwa bangsa Indonesia merupakan perkumpulan bangsa yang berbeda dan
hanya rasa persatuan, toleransi, dan rasa saling menghargai yang dapat
membuat tegaknya NKRI. Sejarah kejayaan bangsa dan kelamnya masa
penjajahan karena terpecah belah telah membuktikan hal tersebut.
Beberapa kelemahan perjuangan Bangsa Indonesia yang membuat gagalnya
perlawanan tersebut antara lain :
a) Perlawanan dilakukan secara sporadis dan tidak serentak
b) Perlawanan biasanya dipimpin oleh pimpinan kharismatik sehingga tidak ada
yang melanjutkan
c) Sebelum masa kebangkitan nasional tahun 1908 perlawanan hanya
menggunakan kekuatan senjata
d) Para pejuang di adu domba oleh penjajah (devide et impera/politik memecah
belah bangsa Indonesia)
3. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan
Beberapa aliran Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai
nasionalisme kebangsaan, yaitu aliran modernis, aliran primordialis, aliran
perenialis, dan aliran etno.
Perspektif modernis dipelopori diantaranya oleh Ben Anderson (1991), J. Breully
(1982,1996), C. Calhoun (1998), E. Gellner (1964, 1983) E. Hobsbawn (1990), E.
Kedourie (1960). Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari
modernisasi dan rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis,
ekonomi industry, dan konsep sekuler tentang otonomi manusia. Perspektif
modernis memandang dunia pra modern berupa formasia politik yang heterogen
(kerajaan, negara – kota, teritori teokrasi, dilegitimasikan oleh prinsip dinasti,
agama, ditandai keragaman bahasa, budaya, batas territorial yang cair, dan

80
terpenggal, stratifikasi sosial dan regional, menjadi lenyap dengan hadirnya Negara
bangsa.
4. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN
Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan manfaat yang antara lain
berupa:
a) Dapat mempererat tali persaudaraan
b) Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
c) Memperkaya kebudayaan nasional
d) Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia dapat
dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat tertarik dan
berkunjung di Indonesia
e) Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan
f) Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
g) Sebagai media hiburan yang mendidik
h) Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
i) Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita
miliki
5. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan.
Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan
harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas Modul Harmonis 20
menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa
dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
6. Latihan dan Tugas
a. Sebutkan dan Jelaskan keanekaragaman sukus bangsa dan budaya dari tempat
anda berasal dan berikan contohnya?
Jawab :
81
Toraja, Makasar, Bugis
Upacara pemakaman di Toraja, Tarian Pa’dupa di Makasar, Tari Pa’karena
b. Jelaskan potensi dan tantangan keanekaragaman dilingkungan anda bekerja?
Jawab :
Potensi : kaya akan budaya baik dari segi adat, bahasa, makanan
Tantangan : terjadi perbedaan pendapat
c. Jelaskan sikap dan perilaku ASN dalam lingkungan yang penuh dengan
keberagaman?
Jawab :
Sikap : ada yang bicara lembut, ada yang kasar, ada yang supel
Perilaku : ada yang sopan , ada juga yang kasar

B. MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA DAN


MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT
1. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dan tulisan kata
‘harmonis’ yang benar:
• har·mo·nis a bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni; seia sekata;
• meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
• peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
• ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan; keserasian: ~ dl
rumah tangga perlu dijaga
2. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis
a). Pengertian Etika dan kode Etik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the dicipline
dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation”.
Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etka sebagai
“an idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes and
philosophy of life of a group of people”. Oleh karena itu konsep etika sering
digunakan sinonim dengan moral.
Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama
dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.

82
Etika lebih difahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan.
b). Etika publik
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni: a. Pelayanan publik yang
berkualitas dan relevan. b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai
bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
c). Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) b.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai
Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang c. Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil d. Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. e.
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Modul Harmonis 27
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. f. Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. g. Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
d). Kode Etik ASN
Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode
etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu: a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur,
bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi; b. Melaksanakan tugasnya dengan
cermat dan disiplin; c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan; f. Menjaga kerahasiaan yang
menyangkut kebijakan negara; g. Menggunakan kekayaan dan barang milik
negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; h. Menjaga agar tidak
terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; i. Memberikan
informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
83
e). Perilaku ASN
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis.
Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga
berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan
dengan: a. Toleransi b. Empati c. Keterbukaan terhadap perbedaan
f). Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi
Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pembangunan dan pelayanan
publik, para pejabat publik dan seluruh ASN harus dapat merealisasikan prinsip-
prinsip akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi
hukum, kesetaraan, dan lain-lain. Realitasnya, hambatan utama dalam
merealisasikan prinsip-prinsip tersebut adalah aspek ”moralitas”, antara lain
munculnya fenomena baru dalam masyarakat berupa lahirnya kebudayaan
indrawi yang materialistik dan sekularistik.
g). Etika ASN sebagai pelayan publik
Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma yang harus
ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik. PNS sebagai
ASN diharapkan bekerja baik di tempat belerja juga menjadi role model di
lingkungan masyarakat. Dengan menegakkan nilai etika maka suasana harmonis
dapat terwujud dilinkungan ditempat bekerja dan lingkungan masyarakat
dimanapun ASN berada.
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja
nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
a). Membuat tempat kerja yang berenergi
b). Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
c). Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
3. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis
a). Peran ASN
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya
harmoni dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai
berikut :
 Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil.
Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau

84
golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya
tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.
 PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok
minoritas, dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang
mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
 PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang
sikap netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan
 Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka
menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS
lainnya yang membutuhkan pertolongan.
 PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
b). Budaya Harmonis
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah.
Realita lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi
juga mengikutinya.
Oleh karena itu upaya menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan
usaha yang dilakukan sekali dan jadi untuk selamanya. Upaya menciptalkan
dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus menerus. Mulai dari
mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah sampai
yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis, menjaga diantara personil
dan stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu
menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi
habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan
seluruh pemangku kepentingannya.
4. Latihan dan Tugas
a). Jelaskan keberadaan dan pemberlakuan kode etik dilingkungan tempat anda
bekerja?
b). Sebutkan etika ASN yang mendukung terwujudnya suasana harmonis?
c). Berikan contoh kejadian yang menunjukkan nilai etika dan pelanggaran etika
dilingkungan anda bekerja. Apa upaya yang dapat anda lakukan untuk
mengantisipasi kemungkinan pelanggaran etika tersebut.
d). Jelaskan pengertian kondisi harmonis dan manfaatnya dalam bekerja
melayani masyarakat?
85
e). Apakah suasana harmonis telah anda rasakan dilingkungan anda bekerja saat
ini? Jelaskan jawaban anda ? Apa upaya anda dalam turut mewujudkam
suasana harmonis dilingkungan anda bekerja?
Jawab :
a) Kode etik di sekolah, yaitu
- Masuk melalui pintu utama (kantor)
- Terima tamu melalui resepsionis
- masuk lapangan melewati jalan masuk lapangan, tidak
melewati/melangkahi taman
b) pegawai pemerintah harus memiliki kewaspadaan profesional dan
kewaspadaan spiritual. Kewaspadaan profesional berarti bahwa dia harus
menaati kaidah-kaidah teknis dan peraturan-peraturan yang terkait dengan
kedudukannya sebagai seorang pembuat keputusan. Sementara itu,
kewaspadaan spiritual merujuk pada penerapan nilai-nilai kearifan, kejujuran,
keuletan, sikap sederhana dan hemat, tanggung-jawab, sertakhlak dan
perilaku yang baik.
c) Kejadian yang nilai etika dan pelanggaran etika melwati taman Ketika akan
memasuki lapangan upacara.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatisipasi hal tersebut adalah
mengingatkan rekan yang melakukan pelanggran.
d) Harmonis adalah keselarasan, keserasian
Manfaatnya adalah memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan
internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Akan membuat kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
e) Iya, Saya turut dalam mewujudkan suasana harmoni dilingkungan kerja saya
dengan cara menghormati lawan bicara, menghindari konflik dengan rekan
kerja.

C. STUDI KASUS PENERAPAN NILAI HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA


1. Latihan dan Tugas

86
1). Anda diminta mengidentifikasi potensi disharmonis yang terjadi dalam
artikel tersebut.
2). Analisis penyebabnya.
3). Analisis bagaimana solusi yang dilakukan olehentitas untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
2. Praktik Studi Kasus Mandiri
1). Sebagai ASN anda diharapkan mampu mengatasi kondisi disharmoni
dilingkungan bekerja
2). Identifikasi permasalahan yang dapat menimbulkan potensi disharmonis
dilingkungan anda bekerja
3). Analisis penyebab dari potensi disharmonis tersebut
4). Analisi solusi yang adapat anda berikan untuk mengatasi potensi
disharmonis tersebut
5). Sebagai alat bantu anda dapat menggunakan matriks berikut:

No Masalah/Potensi Penyebab Alternatif solusi Prosedur


disharmonis
1 Konflik adanya Kurangnya Bertanggung - melakukan rapat
kegiatan dimana komunikasi jawab sesuai -menyampaikan
surat undangan sesama tugas pendapat
belum diantar panitia - memahami tugas
masing-masing
- Melakukan
evaluasi

V. MODUL LOYAL
Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab
internal dan eksternal. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: 1) Taat pada Peraturan, 2) Bekerja
dengan Integritas, 3) Tanggung Jawab pada Organisasi, 4) Kemauan untuk Bekerja Sama,5) Rasa
Memiliki yang Tinggi, 6) Hubungan Antar Pribadi, 7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan, 8) Keberanian
Mengutarakan Ketidaksetujuan, dan 9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain.
87
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan
negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan
lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun
dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-
undangangan yang berlaku. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat
menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila menunjukkan
kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota
masyarakat.

A. MATERI POKOK 1 KONSEP LOYAL


1. Uraian Materi
a). Urgensi Loyalitas ASN

88
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan
bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal uraian modul ini adalah
kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core
values yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan dengan melihat
faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
 Faktor Internal
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana
tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat
dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat
dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan
tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan
itu sendiri
Karena pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak ketentuan yang
mengatur perihal loyalitas ASN ini (akan dibahas lebih rinci pada bab-bab
selanjutnya), diantaranya yang terkait dengan bahasan tentang: :
- Kedudukan dan Peran ASN
- Fungsi dan Tugas ASN
- Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
- Kewajiban ASN
- Sumpah/Janji PNS
- Disiplin PN
 Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus
dihadapi oleh segenap sektor baik swasta maupun pemerintah. Modernisasi
dan globalisasi ini salah satunya ditandai dengan perkembangan yang sangat
89
pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
informasi. Perkembangan Teknologi Informasi ini ibarat dua sisi mata uang
yang memilik dampak yang positif bersamaan dengan dampak negatifnya

b). Makna Loyal dan Loyalitas


Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Dalam Kamus Oxford Dictionary kata Loyal
didefinisikan sebagai “giving or showing firm and constant support or allegiance
to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan
kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi
untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
 Taat pada Peraturan
 Bekerja dengan Integritas
 Tanggung Jawab pada Organisasi
 Kemauan untuk Bekerja Sama
 Rasa Memiliki yang Tinggi
 Hubungan Antar Pribadi
 Kesukaan Terhadap Pekerjaan
 Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
 Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain

c). Loyal dalam Core Values ASN


Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara

90
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
 Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu
atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu
 Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini
bisa juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan
diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh
 Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang
diberikan dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan,
kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak
lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
 Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang
mengembangkan keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk
negara atau suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai
wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi,
sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional
dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara
 Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,
ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat,
atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
d). Membangun Perilaku Loyal
 Dalam Konteks Umum
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
- Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
- Meningkatkan Kesejahteraan
- Memenuhi Kebutuhan Rohani
- Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
- Melakukan Evaluasi secara Berkala
 Memantapkan wawasan kebangsaan

91
Tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
aline ke-4 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sedangkan kepentingan nasional adalah bagaimana mencapai tujuan
nasional tersebut. Untuk mencapai tujuan nasional tesebut diperlukan ASN
yang senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai
wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara.
 Meningkatkan Nasionalisme
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan
yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu
mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Diharapkan
dengan nasionalisme yang kuat, setiap pegawai ASN memiliki orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Dengan
demikian ASN tidak akan lagi berpikir sektoral dengan mental block-nya,
tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni
bangsa dan negara.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa : 1) menempatkan persatuan
dan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; 2) menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; 3) bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; 4)
mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; 5) menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia; dan 6) mengembangkan sikap tenggang rasa. Oleh karena
itu seorang PNS harus selalu mengamalkan nilai-nilai Luhur Pancasila dalam

92
melaksanakan tugasnya sebagai wujud nasionalime dan juga loyalitasnya
terhadap bangsa dan negara.

2. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang Konsep Loyal, cobalah
Anda kerjakan soal-soal latihan pada studi kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut
dapat Anda jawab secara perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama
rekan-rekan peserta yang lainnya.
Pertanyaan :
a) Dari kasus tersebut, uraikan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi loyalitas
seseorang pada sebuah organisasi.
Jawab :
Dari kasus tersebut pengaruh loyalitas adalah uang.
b) Terdapat 3 (tiga) panduan perilaku loyal dalam Core Value ASN, berikan contoh
tindakan yang dapat Anda lakukan di Instansi/Unit Kerja Anda sebagai
perwujudan dari masing-masing panduan perilaku loyal tersebut.
Jawab :
Contoh 3 panduan loyal dalam Core Value ASN di instansi atau unit kerja saya :
- Komitmen
- Dedikasi
- Pengabdian
c) Berdasarkan kasus di atas jelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan loyalitas seorang ASN terhadap bangsa dan negaranya
Jawab :
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan loyalitas seorang ASN
terhadap bangsa dan negaranya adalah memenuhi Kebutuhan Rohani. Maksud
dari pemenuhan kebutuhan rohani adalah kemampuan organisasi untuk
memberikan hak pegawai atas hal yang tidak bersifat materi. Ini bisa dilakukan
dengan menawarkan pengalaman dan pendekatan emosional dalam pekerjaan

B. MATERI POKOK 2 PANDUAN PERILAKU LOYAL


1. Uraian Materi
a. Panduan Perilaku Loyal
93
 Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang
Sah
 Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
 Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Agar setiap warga dapat berkontribusi nyata dalam upaya-upaya bela negara
tersebut selanjutnya dalam pasal 7-nya dirumuskan Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara sebagai berikut:
 Cinta Tanah Air
 Sadar Berbangsa dan Bernegara
 Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
 Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara,
 Kemampuan Awal Bela Negara
2. Latihan
Untuk membantu Anda memahami uraian materi tentang Panduan Perilaku Loyal,
cobalah Anda kerjakan soal-soal latihan Studi Kasus di bawah ini. Soal-soal tersebut
dapat Anda jawab secara perorangan atau dengan mendiskusikannya bersama
rekan-rekan peserta yang lainnya.
Pertanyaan:
a. Jelaskan tentang Loyal sebagai Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN
kaitannya dengan radikalisme dan/atau intoleran.
Jawab :
Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sadar berbangsa dan bernegara dengan setia pada Pancasila sebagai ideologi
Negara dengan memegang teguh ideologi Pancasila dan menjadikan Pancasila
sebagai alat perekat dan pemersatu seluruh bangsa Indonesia dan juga untuk
menangkal ronrongan dari paham radikalisme dan/atau intoleran.

94
b. Berdasarkan kasus di atas jelaskan jenis pemikiran radikal ASN yang tidak
mencerminkan keloyalan terhadap bangsa dan negara.
Jawab :
- pemikiran ASN yang menolak konsepsi negara Pancasila, dan justru
menyepakati konsepsi negara Khilafah atau negara Islam (teokrasi).
Banyak PNS/ASN yang terkontaminasi ajaran radikal menolak eksistensi
negara Pancasila dan enggan melaksanakan kegiatan yang
mengekspresikan spirit nasionalisme
- pemikiran ASN yang menyetujui tindakan kekerasan dan atau terorisme
yang berlabel "jihad". Pemikiran ASN tersebut didasari doktrin yang
mereka yakini bahwa kekerasan dan atau terorisme yang bermotivasi
jihad sesuai prinsip "teologis" yang mereka anut.
- pemikiran "ambigu" atau paradoks ASN yang membenci pemerintahan
yang sedang berkuasa.
c. Berdasarkan kasus di atas jelaskan beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh
pemerintah, terhadap ASN yang telah terpapar paham radikalisme dan/atau
intoleran
Jawab :
- perlunya reedukasi ideologi negara di kalangan ASN yang telah terpapar
paham radikalisme/terorisme. Reedukasi dilakukan kepada ASN yang
terbukti terlibat dalam kepengurusan organisasi radikal dan/atau
terlarang
- dibutuhkan penelitian khusus (litsus) terhadap ASN yang berpotensi
terpapar pemikiran dan konsepsi radikalisme. Litsus dilakukan bagi ASN
yang nyatanyata menolak paham negara Pancasila dalam berbagai
sikapnya.
- mengambil tindakan tegas --pemberhentian-- bagi ASN yang telah
terbukti aktif dalam kegiatan radikalisme dan terorisme. ASN yang
nyata-nyata telah melanggar sumpah Korpri harus dikeluarkan dari
jabatan/status ASN.
C. MATERI POKOK 3 LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
1. Uraian Materi
a. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
95
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS
sebagaimana ketentuan perundangundangangan yang berlaku
b. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94
Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki
loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan
ini dengan baik.
c. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN
dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
Organisasi Pemerintah
d. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
2. Latihan
Pertanyaan:
 Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Pengebiran Makna Loyalitas PNS” dan
berikan contohnya.
Jawab :
Pengebiran makna dari loyalitas PNS : memaksa atau meminta dukungan
pada hal-hal / tujuan tertentu dari seorang pimpinan/atasan untuk
mempertahankan jabatannya.
Contohnya : Pemimpin dalam pemerintahan yang ingin berkuasa kembali,
sering kali menuntut bawahannya untuk loyal kepadanya. Ingin

96
mempertahankan kekuasaannya dengan mengharap dukungan dari anak
buahnya
 Berdasarkan kasus di atas, jelaskan beberapa ciri/karakter pegawai yang
loyal terhadap organisasinya.
Jawab :
 Setia pada pemimpinnya/person
 fanatisme
 Terangkanlah bagaimana Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
berdasarkan contoh kasus di atas
Jawab :
Seorang PNS tidak perlu merasa takut untuk kehilangan atau tidak
mendapat jabatan tertentu, tidak perlu takut dengan intimidasi. Sepanjang
berada pada jalur (koridor) kebenaran, dan selalu bersikap profesional
dalam menjalankan tugas dan fungsi.

VI. MODUL ADAPTIF


Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku
tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty,
Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi
adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan
mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor
yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain
akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

A. MENGAPA ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
97
1. Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan terus
berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-
proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan.
Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Tidak ada satu
pun negara ataupun pemerintahan yang kebal akan perubahan ini, pun demikian dengan
Indonesia. Selain isu pembangunan ekonomi yang mendorong kompetisi antar negara di
atas, kerusakan lingkungan juga merupakan variabel penting dalam memahami perubahan
lingkungan strategis. Dalam hal ini diperlukan perubahan cara kerja melalui adaptasi dunia
industri dan sektor terkait dengan cara beralih dari tradisi industri yang lama. Aktivitas
industri yang masih berbasis kegiatan eksploitasi sumber daya alam, khususnya minyak dan
batu bara misalnya, harus segera dialihkan ke sumber-sumber yang lebih ramah lingkungan.
Adaptasi ini diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang lebih ramah
terhadap lingkungan.
2. Kompetisi di Sektor Publik
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong adanya
pergeseran peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja
sebuah negara dalam kompetisi global. Sampai dengan tahun 2000-an, Amerika Serikat dan
Jepang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Bentuk-bentuk kompetisi tidak langsung bagi negara adalah seperti kriteria kemajuan
pembangunan, indeksasi tertentu atau event-event olahraga dan sebagainya.
Adapun Bank Dunia membagi pengelompokan negara ke dalam high-income economies,
upper middle-income economies, lower middle-income economies, dan low-income
economies, berdasarkan perhitungan PDB per kapitanya.
Dapatkah anda mencari contoh lain dari bentuk kompetisi atau persaingan antar negara
(atau antar daerah) dalam kinerja sektor publiknya? Sampaikan di depan kelas
3. Komitmen Mutu
Standar mutu pelayanan, ASN yang responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan
pelayanan, serta literasi publik atas kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-
faktor yang mendorong komitmen mutu yang lebih baik.
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran Pegawai ASN
sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
98
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.”
4. Perkembangan Teknologi
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting,
yang mengubah cara kerja birokrasi serta sektor bisnis. Pada masa di mana teknologi sudah
menjadi tulang punggung seluruh business process di sektor bisnis maupun pemerintahan,
maka penggunaan metode konvensional dalam bekerja sudah seyogyanya ditinggalkan.
Dengan semakin intensnya penggunaan internet dalam hampir semua business process
pelayanan publik, isu keamanan atau cybersecurity menjadi perhatian serius, karena
menyangkut keselamatan dan keamanan individu maupun organisasi. Masyarakat harus
beradaptasi terhadap penggunaan internet ini, bukan hanya dalam hal penggunaannya saja,
tetapi juga harus diiringi dengan peningkatan kesadaran mengenai pentingnya melindungi
diri dan organisasi dari kejahatan saiber. Adaptasi tidak berhenti di kemampuan
menggunakan, tetapi juga antisipasi dari konsekuensi yang mungkin timbul dari
pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja dengan teknologi. Digitalisasi pelayanan menjadi
keharusan bagi pemerintah untuk menyesuaikan dengan peningkatan literasi digital
masyarakat
5. Tantangan Praktek Administrasi Publik
Praktek administrasi publik yang terus berubah dan bercirikan adanya distribusi peran
negara dan masyarakat juga telah dikenal dalam banyak literatur. Literatur terkait New
Public Management dan New Public Service menjadi rujukan penting bagaimana perubahan
praktek administrasi publik yang lebih memperhatikan peran dan kebutuhan masyarakat
dibandingkan kondisi peran negara yang dominan pada Old Public Administration.
Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan
seluruh negara di dunia tanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras
global, dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu:
 Volatility : Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak
stabil, dan tak terduga. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa 2020 akan
menjadi tahun paling buruk bagi hampir semua sektor usaha di dunia.

99
 Uncertainty : Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan
pengalaman masa lalu tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang
akan terjadi
 Complexity : Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat
lebih berlapis, berjalin berkelindan, dan saling 17 Modul Adaptif memengaruhi.
Situasi eksternal yang dihadapi para pemimpin bisnis semakin rumit.
 Ambiguty : Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit
dipahami. Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi

6. Diskusi
 Mendiskusikan perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik secara menyeluruh.
 Mendengarkan pendapat dan pemahaman peserta mengenai pentingnya karakter
adaptif dalam merespon perubahan lingkungan strategis tersebut.
 Membahas bagaimana perubahan lingkungan strategis terjadi dalam konteks
Indonesia, dan bagaimana ASN dapat beradaptasi dengan perubahan dimaksud
B. MEMAHAMI ADAPTIF
1. Uraian Materi
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni:
 Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
 Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
 Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
 Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
 Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan
sistem. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Rumuskan pengertian adaptif menurut pemahaman dan hasil diskusi anda dalam
kelompok, sampaikan di kelas

2. Kreativitas dan Inovasi

100
Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama lain. Selain
karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang secara konteks boleh
jadi mempunyai hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah inovasi yang baik biasanya
dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan
diciptakan. Istilah kreatif adalah hal yang berhubungan dengan kapasitas atau kemampuan
Tuhan dalam mencipta.
Kreativitas mempunyai pengertian yang lebih melunak dan melekat pada sifat manusiawi.
Kreativitas dapat dipandang sebagai sebuah kemampuan (an ability) untuk berimajinasi
atau menemukan sesuatu yang baru. Ini artinya kreativitas sudah mengalami pergeseran
makna dari pengertian ”menciptakan” menjadi ”menemukan”. Jadi bukan kemampuan
menciptakan sesuatu dari yang tidak ada (creativity is not the ability to create out of
nothing), tetapi kemampuan memunculkan ide dengan cara mengkombinasikan, merubah
atau memanfaatkan kembali ide.
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
 Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide atau
gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
 Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi dari
ide-ide yang berbeda
 Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan
kedalaman dan komprehensif.
 Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau
gagasan yang dimunculkan.
3. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Unsur lanskap terkait dengan
bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan
strategis yang berubah secara konstan. Dinamika dalam perubahan lingkungan strategis ini
meliputi bagaimana memahami dunia yang kompleks, memahami prinsip ketidakpastian,
dan memahami lanskap bisnis. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas
elemenelemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya
adaptif, dan struktur adaptasi. Yang terakhir adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan
peran penting dalam membentuk adaptive organization

101
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan, mengikuti
perubahan lingkungan strategisnya.
Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK
yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya, yaitu :
 Purpose
 Cultural values
 Vision
 Corporate values
 Corporate strategy
 Structure
 Problem solving
 Partnership working
 Rules
4. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan
dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai
berikut:
 Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan Bentuk
antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan yang
merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan kebutuhannya.
(lihat Boks kasus 1)
 Mendorong jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan
penting dari konsep reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat.
Dengan jiwa kewirausahaan ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus
melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif layaknya
organisasi bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. (lebih lanjut pelajari Boks Kasus 2)
 Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Pemerintah dalam
memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya
mampu memahami dan memaksimalkan peluang yang ada. (Diskusikan peluang apa

102
saja yang dapat diidentifikasi dan dimaksimalkan pemerintah dalam menjalankan
fungsinya).
 Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya. Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk
memasukan pertimbangan kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam
hal ini tujuan organisasi pemerintah harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang
berarti mengedepankan kepentingan mitra dan masyarakat
 Terkait dengan kinerja instansi. Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan
diwujudkan ke dalam organisasi sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi.
Budaya adaptif tidak dilakukan untuk menyerah pada tuntutan lingkungan, tetapi
justru untuk merespon dan bereaksi dengan baik kepada perubahan lingkungan,
dengan tujuan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja
instansinya.

Bagaimana penerapan budaya adaptif dalam instansi tempat anda bekerja. Elaborasi
sejauh pemahaman anda terkait strategi dalam melakukan penerapan budaya adaptifnya.

C. PANDUAN PERILAKU ADAPTIF


1. Uraian Materi
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan
ancaman VUCA. Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk
menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision, Understanding, Clarity,
Agility. Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan hal berikut:
 Hadapi Volatility dengan Vision
 Hadapi Uncertainty dengan Understanding
 Hadapi Complexity dengan Clarity
 Hadapi Ambiguity dengan Agility
2. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional
Terdapat beberapa pengklasifikasian budaya organisasi yang telah disampaikan oleh para
ahli, salah satunya adalah yang disampaikan oleh Chang dan Lee (2007).
Berdasarkan proposal tersebut, Chang dan Lee (2007) membagi tipe budaya organisasi
menjadi empat, yaitu:
 Budaya adaptif (adaptive culture).
 Budaya misi (mission culture)

103
 Budaya klan (clan culture)
 Budaya birokratik (bureaucratic culture).
3. Perilaku Adaptif Individual
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus selalu adaptif atau mampu menyesuaikan diri
terhadap berbagai keadaan. Contonya, di masa pandemi Covid-19 saat ini, ASN sejatinya
tampil di depan dalam hal pelayanan masyarakat, terutama ASN yang berada pada garda
terdepan pelayanan publik seperti tenaga kesehatan (nakes)
4. Panduan membangun Organisasi Adaptif
Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi instansi pemerintah agar
dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan pelayanan publik. Organisasi adaptif
baik di sektor publik maupun bisnis dapat dibangun dengan beberapa preskripsi yang
kurang lebih sama, yaitu antara lain:
 Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
 Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
 Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif
D. ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
1. Uraian Materi
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Masalah teknis mudah
diidentifikasi, didefinisikan dengan baik, dan dapat diselesaikan dengan menerapkan solusi
terkenal atau pengetahuan para ahli. Sebaliknya, tantangan adaptif sulit untuk didefinisikan,
tidak memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan membutuhkan ide-ide baru untuk
membawa perubahan di banyak tempat.
Selain itu, Salicru juga menyatakan bahwa kita telah menyaksikan tiga 3D yaitu
ketidakpercayaan (distrust), keraguan (doubt), dan perbedaan pendapat (dissent). Ini
adalah hasil ketika para pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks perubahan
di mana mereka harus memimpin, dan harapan pemangku kepentingan mereka (Salicru,
2017).
2. Pemerintahan Yang Adaptif
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu, organisasi,
dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005).
Dalam teori capacity building dan konsep adaptive governance, Grindle (1997)
menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Pengembangan sumber
104
daya manusia adaptif; 2. Penguatan organisasi adaptif; 3. Pembaharuan institusional
adaptif.
3. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic Governance)
Tidak ada sejumlah perencanaan yang dilakukan hati-hati dapat memastikan pemerintah
memiliki relevansi yang berkelanjutan dan efektif jika tidak ada kapasitas kelembagaan yang
cukup untuk belajar, inovasi dan perubahan dalam menghadapi tantangan yang selalu baru
dalam kondisi yang fluktuatif dan lingkungan global yang tidak terduga. (Neo & Chen, 2007:
1). Organisasi pemerintah tidak dijamin mampu menghadapi seluruh perubahan yang
terjadi sangat cepat dan dinamis di sekitarnya, kecuali dirinya pun harus ikut serta bergerak
dinamis. Kata kunci yang digunakan adalah organisasi pemerintah adalah organisasi
pemerintah yang selalu belajar (learning organization), inovasi, dan perubahan itu sendiri.
4. Pemerintah Sebagai Organisasi Yang Tangguh
Di masa lalu seruan untuk ketahanan (ketangguhan) adalah undangan tersirat, namun
persuasif, untuk transformasi bebas dari krisis yang melanda. Namun saat ini, ketika kita
hampir keluar dari krisis ekonomi terdalam sejak Depresi tahun 1930-an, ketahanan telah
mengambil urgensi yang sama sekali baru, dan istilah itu juga harus memperoleh makna
baru.
E. STUDI KASUS ADAPTIF
1. Visi Indonesia 2045
Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia
dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur saat memperingati 100
tahun kemerdekaannya. Visi tersebut disusun dan disampaikan kepada publik pada tnggal 9
Mei 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Usia 100 tahun merupakan sebuah perjalanan
panjang dalam proses pembangunan sebuah bangsa dan negara. Seluruh rakyat Indonesia
pasti berharap bahwa negara Indonesia kelak menjadi negara yang maju dan mampu
menjadi lokomotif peradaban dunia.
Berdasarkan pengamatan dan kajian yang dilakukan Bappenas, diperoleh prediksi tantangan
yang akan dihadapi Indonesia seiring tren masyarakat global pada 25 tahun yang akan
datang adalah sebagai berikut:
 Demografi Global
 Urbanisasi Global
 Perdagangan Internasional
 Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik
105
 Perubahan Iklim
 Perkembangan Teknologi
2. Aplikasi PeduliLindungi
PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu instansi pemerintah
terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran Coronavirus Disease
(COVID-19). Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan
data lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita COVID-19
dapat dilakukan.
3. Kasus Ponsel Blacberry dan Nokia
Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era 2000 an, sebagai produk high-
end. Penggunanya memiliki kesan dan kepuasan yang sangat tinggi, karena spesifikasi dan
teknologi yang ditawarkan sangat bagus pada masanya.
Saat ini Blackberry sudah tidak lagi diproduksi dan tidak bermain di segmen pasar
tradisionalnya.
Di sisi lain, Nokia adalah contoh organisasi yang tidak adaptif. Dalam Bahasa organisasi,
perusahaan ini mengalami learning disability atau ketidakmampuan belajar. Mereka
berpikir bahwa perusahaan yang sudah leading selama ini tidak mungkin kalah.

VII. MODUL KOLABORASI


Kolaborasi juga meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai
evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa organisasi
lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance menekankan
semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan,
pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian
kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik. Ada beberapa faktor yang dapat
menghambat yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam
kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.

Adapun perilaku ASN untuk masing-masing aspek Berakhlak sebagai berikut:


1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
106
berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
4. Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
c. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan

1. KONSEP KOLABORASI
1.1 Definisi Kolaborasi
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah
“nilai yang dihasilkan dari aliansi antara dua atau lebih perusahaan bertujuan untuk
menjadi lebih kompetitif dengan mengembangkan rutinitas bersama".
1.2 Kolaborasi Pemerintahan
Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
publik. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa
organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative
governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan
membuat persetujuan bersama dengan “berbagi kekuatan”.
Enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;

107
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen
Mereka yang memimpin harus bakat dan keterampilan yang lebih kompleks daripada
mereka yang memimpin entitas top-down. "Kepemimpinan fasilitatif" mengandung
perbedaan tugas dan kewajiban. Pemimpin dalam konteks kolaboratif fokus pada
perekrutan perwakilan yang tepat, membantu memulihkan ketegangan yang mungkin
ada di antara mitra, mempromosikan dialog yang efektif dan saling menghormati antara
pemangku kepentingan dan menjaga reputasi kolaboratif di antara para peserta dan
pendukungnya. Ini adalah tugas pemimpin fasilitatif, untuk menjaga legitimasi dan
kredibilitas kolaboratif antara mitra.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat
dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu : 1)
mengidentifikasi permasalahan dan peluang; 2) merencanakan aksi kolaborasi; dan 3)
mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi. Menurutnya starting condition
mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari
membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process, pemahaman
bersama, serta pengambangan outcome antara.
1.3 Whole of Goverment; Kongretisasi Kolaborasi
1) Mengenal Whole of Goverment (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan.
Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai
koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai akibat dari adanya
fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga WoG sering kali

108
dipandang sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar
sector
2) Pengertian WoG
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana
instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG
juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan
sebaliknya.
Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu.
Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa
WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan,
sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses
integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya
berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan.

2. PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH


2.1 Panduan Perilaku Kolaboratif
Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil
risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap
kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
109
Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi
yaitu:
(1) Kerjasama Informal;
(2) Perjanjian Bantuan Bersama;
(3) Memberikan Pelatihan;
(4) Menerima Pelatihan;
(5) Perencanaan Bersama;
(6) Menyediakan Peralatan;
(7) Menerima Peralatan;
(8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis;
(10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah
Beberapa proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.
2.2 Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah
adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen
dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Ada beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah
yaitu ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas
2.3 Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan

110
melalui kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali
ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundangundangan”.
Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan tertentu dengan syarat:
1) Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan
2) penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan;
3) dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya
sendiri;
4) apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen
yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
5) jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan,
dan fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tersebut
Pemerintahan tersebut harus memberikan alasan penolakan secara tertulis. Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan Kedinasan apabila:
1) mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi bantuan;
2) surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan bersifat rahasia; atau
3) ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian bantuan.
Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian berkewajiban membuat norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah dan menjadi
pedoman bagi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan.

111
Terkait kerja sama daerah, berdasarkan ketentuan Pasal 363 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
Kerja sama dimaksud dapat dilakukan oleh Daerah dengan:
a. Daerah lain Kerja sama dengan Daerah lain ini dikategorikan menjadi kerja sama wajib
dan kerja sama sukarela;
b. pihak ketiga; dan/atau
c. lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.4 Studi Kasus Kolaboratif
1) Kepemimpinan Bupati Kulon Progo dan Banyuwangi
Praktik tata kelola kolaborasi yang berlangsung di Kulon Progo diinisiasi melalui inovasi
program dan kolaborasi eksternal multistakeholders sedangkan di Banyuwangi diawali
dengan keberhasilan kolaborasi internal dan inovasi program. Keluaran jangka panjang
praktik tata kelola kolaboratif terwujud dalam bentuk pengurangan jumlah penduduk
miskin, peningkatan indeks pembangunan manusia dan produk domestik brutonya.
“Keberhasilan kepemimpinan dalam tata kelola kolaboratif di Kulon Progo dan
Banyuwangi baiknya disusun dalam bentuk cerita sukses penanggulangan kemiskinan
sebagai explicit knowledge sehingga program inovasi dan proses tata kelola
kolaboratifnya dapat menjadi rujukan dan pembelajaran bagi daerah lain.” Ada tiga
karakter utama yang dimiliki oleh Bupati Banyuwangi dan Bupati Kulonprogo sebagai
pemimpin kolaboratif yaitu: semangat entrepreneur, membangun tata Kelola berjejaring
dan bersifat transformasional.
2) Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta
Membentuk sebuah Sekretariat bersama Kartamantul (Sekber kartamantul).
KARTAMANTUL adalah Lembaga bersama pemerintah kota Yogyakarta, kabupaten
Sleman dan Kabupaten Bantul dalam bidang pembangunan beberapa sektor sarana dan
prasana yang meliputi persampahan, penanganan limbah air, ketersediaan air bersih,
jalan, transportasi dan drainase. KARTAMANTUL menjadi lembaga yang menjembatani
terwujudnya kerjasama yang setara, adil, partisipatf, transparan dan demokratis, untuk
mewujudkan perkotaan yang nyaman , indah dan sehat yang diukung olah sarana-
prasarana dan pelayanan yang memadai, kesadaran dan peran serta masyarakat yang
112
tinggi. Pejabat yang menduduki struktur Sekber Kartamantul dilakukan perubahan setiap
2 Tahun sekali.
Berikut adalah cakupan kerjasama KARMANTUL.

AGENDA 3
A. MODUL SMART ASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM
talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia diIndonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi
digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka
kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan
afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital
ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam
kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan
menggunakan internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama.Padahal literasi digital adalah sebuah
konsep dan praktik yang bukansekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.
Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan padakecakapan pengguna media
digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
113
Wijayanto, 2020; Kurnia& Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digitalyang
bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan jugamampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab.
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros pertama, yaitu
domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai
kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan
individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal. Sementara itu, poros
berikutnya adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang pendekatan dalam
penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal ditandai dengan pendekatan yang cair dan
fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok
komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur
dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara digital.’
Blok-blok kompetensi semacam ini memungkinkan kita melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan
domain kapasitas dan ruangnya.
Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi digital,
berada di domain ‘single, informal’. Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud
kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana
kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas
formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang ‘negara’. Digital
Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu
untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif, informal’. Digital Safety
(Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya
berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah menyentuh instrumen-instrumen hukum positif.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun
2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata-rata
masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19
mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk
belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital
menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital
setiap warga negara.

B. MODUL MANAJEMEN ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
a. Kedudukan ASN
Berdasarkan UU No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pegawai ASN terdiri atas:
1). Pegawai Negeri Sipil (PNS);
2). Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

114
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instasi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan
persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada tugas yang
dibebankan kepadanya. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri.
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi dan bertugas
sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public;
Melaksanakan kebijakn yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Pelayanan public; dan
Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Hak dan kewajiban ASN


Hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam
UU ASN sebagai berikut.
Menurut Pasal 21 UU No 5 Tahun 2014 PNS berhak memperoleh:
1) Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) Cuti;
3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) Perlindungan; dan
5) Pengembangan kompetensi sedangkan PPPK,
Menurut Pasal 22 UU No 5 Tahun 2014 berhak memperoleh:
1) Gaji dan tunjangan;
2) Cuti;
3) Perlindungan; dan
4) Pengembangan kompetensi.
Selain hak berdasarkan pasar 70 UU ASN, bahwa setiap Pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN pemerintah juga
wajib memberikan perlindungan berupa:
1) Jaminan kesehatan;
2) Jaminan kecelakaan kerja;
3) Jaminan kematian; dan
4) Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya dilaksanakan. Kewajiban pegawai
ASN adalah:

115
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan Tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan
8) Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Kode etik dan kode perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan agar pegawai ASN:
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasbya dengan cermat dan displin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif dan efisien;
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai displin Pegawai ASN.

Kode etik dan kode perilaku diatur menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah. Fungsi kode etik dan kode perilaku, antara lain:
1) Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangan agar tindakannya dinilai baik.
2) Sebagai standar penilaian sifat, perilaku dan Tindakan birokrasi public/aparatur sipil negara
dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Sedangkan manajemen PPPK
meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja;
dan perlindungan.

116
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif
di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki
paling lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN
dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar
pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin
efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem
Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi
Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administratif.

LATIHAN / TUGAS

a. Coba jelaskan esensi penting dari manajemen aparatur sipil negara sesuai dengan UU ASN dan
apa impilkasi esensi tersebut terhadap Anda sebagai pegawai ASN

jawaban :

 Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan
masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan
bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan
merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila
dan Undang Undang Dasar Tahun 1945.
 tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut semakin
banyak dan berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil
negara untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme

117
b. Coba jelaskan kedudukan dan peran dari aparatur sipil negara dan apa yang perlu dilakukan
oleh Anda sebagai pegawai ASN.

Jawaban :

 Kedudukan : Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

 Peran : Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan
kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945.

c. Coba jelaskan dengan singkat hak dan kewajiban ASN dan bagaimana Anda harus bersikap agar
hak dan kewajiban tersebut seimbang

Jawaban :

 Hak ASN:

PNS berhak memperoleh:

1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;


2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan;
5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan;
4) pengembangan kompetensi
 Kewajiban ASN:

Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:


1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;

118
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; Manajemen ASN 14
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Coba jelaskan kode etik dan kode perilaku ASN dan bagaimana Anda dapat melaksanakan kode
etik dan kode perilaku tersebut

Jawaban :

 Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:

1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;


2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan
efisien;
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan

119
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai

120

Anda mungkin juga menyukai