Anda di halaman 1dari 12

ASYNCHRONOUS AGENDA I (8JP)

NOVITA INDASARI, A.MD.KEP


RESUME WAWASAN KEBANGSAAN

 Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia :

Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang


didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan
bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan
Nasional berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 316 tahun 1959. Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari
yang bersejarah bagi Nusa dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional
yang bukan hari-hari libur, antara lain :

1. 8 Mei : Hari Pendidikan Nasional


2. 20 Mei : Hari Kebangkitan Nasional
3. 5 Oktober : Hari Angkatan Perang
4. 28 Oktober : Hari Sumpah Pemuda
5. 20 November: Hari Pahlawan
6. 22 Desember: Hari Ibu

Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional


dilatarbelakangi terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta. Para
mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat
kecil yang diinisiasi oleh Soetomo, rapat kecil tersebut sesungguhnya menjadi
titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju Indonesia Merdeka. Juni 1908,
koran Bataviasch Niewsblad mengumumkan dalam maklumat yang
ditandatangani oleh Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi
Oetomo berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”.

Oktober 1908, kongres pertama Boedi Oetomo di Gedung Sekolah


Pendidikan Guru (Kweekschool) Yogyakarta. Pemerintah kolonial Belanda
menaruh perhatian pada kongres tersebut dan menyebutnya sebagai “Eerste
Javanen Congres” atau kongres pertama orang Jawa. Kongres terakhir Boedi
Oetomo tercatat pada bulan Agustus 1912 yang kemudian memilih Pangeran
Ario Noto Dirodjo sebagai ketua.

Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda


dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober
1928 di Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106 Jakarta. Kongres Pemuda II
sendiri merupakan hasil dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal
2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Kimia Farma) Jalan Budi
Utomo Jakarta Pusat. Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun
yang saat itu menjadi Ketua Jong Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah
resolusi setelah mendengarkan pidato dari beberapa peserta kongres berupa 3
(tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda, yaitu :

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah
Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
Bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa
persatuan, Bahasa Melayu.

Penggunaan Bahasa Melayu yang diusulkan oleh Muhammad Yamin


menjadi kontroversi saat Kongres Pemuda I, barulah setelah diganti menjadi
Bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda II, kontroversi tersebut dapat berakhir
dan menjadi sebuah kesepakatan. Saat Kongres Pemuda II untuk pertama
kalinya, Lagu Kebangsaan Indonesia dikumandangkan. Wage Rudolf
Soepratman, seorang pemuda yang berusia 25 tahun, syair Lagu Indonesia
pertama kali dipublikasikan pada tanggal 10 November 1928 oleh koran Sin Po,
koran Tionghoa berbahasa Melayu.

Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan


berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953. Detik-
detik Proklamasi Kemerdekaan RI diawali dengan menyerah Jepang kepada
Tentara Sekutu tanggal 14 Agustus 1945 pukul 14.00. Tanggal 15 Agustus 1945
pagi hari, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Soebardjo menemui Laksamana
Muda Maeda di kantornya untuk menanyakan tentang berita menyerahnya
Jepang, namun Maeda sendiri belum mendapat pemberitahuan resmi dari
Tokyo. Meyakini bahwa Jepang telah menyerah, Bung Hatta mengusulkan
kepada Bung Karno agar pada tanggal 16 Agustus PPKI segera melaksanakan
rapat dan semua anggota PPKI. Malam harinya pukul 21.30, saat Bung Hatta
sedang mengetik konsep Naskah Proklamasi untuk dibagikan kepada seluruh
anggota PPKI.

Tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 Teks Proklamasi akan dibacakan di


muka rakyat di halaman rumahnya Jl. Pegangsaan Timur 56. Teks Proklamasi
dibacakan, Sang Saka Merah Putih dikibarkan, dan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya dikumandangkan sebagai pertanda Indonesia telah menjadi negara
merdeka dan berdaulat.
 Wawasan Kebangsaan :

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam


rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati
diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national
system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.

 4 Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara :

1. Pancasila

Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir.


Soekarno di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung
Karno dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag,
suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupakan
landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Pancasila
juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi
nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-cita nasional. Pentingnya kedudukan Pancasila bagi
bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga gagasan dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang
terkandung dalam Pancasila harus berisi kebenaran nilai yang tidak asing
bagi masyarakat Indonesia.

2. UUD 1945

Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei


sampai 16 Juli 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam siding pembahasan, terlontar
beberapa usualn penyempurnaan. setelah melali perdebatan, maka
dicapai persetujuan untuk diadakan beberapa perubahan dan tambahan
atas rancangan UUD yang diajukan BPUPKI. Perubahan pertama pada
kalimat Mukadimah adalah rumusan kalimat yang diambil dari Piagam
Jakarta, “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihilangkan dan diganti dengan kalimat “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Proklamasi
kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan menjadi
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI.
Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian
diharapkan hakhak warga Negara terlindungi. Gagasan ini dinamakan
konstitusional.

3. Bhineka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan


secara lebih nyata masa Majapahit. Perumusan Bhinneka Tunggal Ika
Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular pada dasarnya adalah
sebuah pernyataan daya kreatif dalam paya mengatasi keanekaragaman
kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara
kerajaan Majapahit kala itu. Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang dapat diuraikan BhinnaIka-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda
tetapi pada hakekatnya satu, berlandaskan pada pandangan sama yaitu
semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal
dasar dalam menegakkan negara. Lambang NKRI Garuda Pancasila
dengan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan Peraturan
Pemerintah nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober diundangkan
pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang Negara.

4. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak


dapat dipisahkan dari persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945. Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945
belum sempurna sebagai negara, untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal
18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya 16 negara yaitu
berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan
Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya
dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan
selanjutnya disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun
tujuan NKRI seperti tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV,
meliputi :

a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di
atas sekaligus merupakan fungsi negara Indonesia.)

 Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan :

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara


Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri
bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar
merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan
menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga
negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan
sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
RESUME ISU KONTEMPORER

 Konsep Perubahan

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Kita harus bergegas menentukan bentuk masa
depan, jika tidak maka orang (bangsa) lain yang akan menentukan masa depan
(bangsa) kita. Hanya manusia dengan martabat dan harkat hidup yang bisa
melakukan perbuatan yang bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta
mencegah dirinya melakukan perbuatan tercela. Dalam konteks PNS,
berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik
fungsi dan tugasnya, yaitu:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan.
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

PNS bisa menunjukan perannnya dalam koridor peraturan perudang-


undangan (bending the rules), namun tidak boleh melanggarnya (breaking the
rules). Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap
beberapa persyaratan berikut:

1. Mengambil Tanggung Jawab


2. Menunjukkan Sikap Mental Positif
3. Mengutamakan Keprimaan
4. Menunjukkan Kompetensi
5. Memegang Teguh Kode Etik

 Perubahan Lingkungan Strategis

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada


empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS :

1. individu, keluarga (family)


2. Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture)
3. Nasional (Society)
4. Dunia (Global)
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal
yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis
terkait dengan isu-isu kritikal yang terjadi saat ini.

 Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis

Modal atau capital dalam konsep modal manusia (human capital concept).
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan
sebagai berikut:

1. Modal Intelektual

Perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola


perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya, dasarnya manusia
memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan inovatif.

2. Modal Emosional

Bradberry & Greaves (2006) membagi kecerdasan emosi ke dalam empat


dimensi kecerdasan emosional yakni: Self Awareness yaitu kemampuan
untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan akurat dalam berbagai
situasi secara konsisten; Self Management yaitu kemampuan mengelola
emosi secara positif dalam berhadapan dengan emosi diri sendiri; Social
Awareness yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dari
tindakannya yang tampak (kemampuan berempati) secara akurat;, dan
Relationship Management yaitu kemampuan orang untuk berinteraksi secara
positif pada orang lain.

3. Modal Sosial

Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang


memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
Khususnya kesuksesan sebagai PNS sebagai pelayan masyarakat, yang
terdiri atas Kesadaran Sosial (Social Awareness) dan Kemampuan sosial
(Social Skill).
4. Modal ketabahan (adversity)

Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Berdasarkan


perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe
manusia: quitter, camper dan climber.

5. Modal etika/moral

Ada empat komponen modal moral/etika yakni: ntegritas (integrity),


Bertanggung-jawab (responsibility), Penyayang (compassionate), Pemaaf
(forgiveness).

6. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani

Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua


modal insani, Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok
ukur kekuatan fisik adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance),
kekuatan (muscle strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy),
kelincahan (agility), koordinasi (coordination), dan keseimbangan (balance).

 ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


1. Korupsi
2. Narkoba
3. Terorisme dan Radikalisme
4. Money Laundring
5. Proxy War
6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)

 TEKNIK ANALISIS ISU

1. Memahami Isu Kritikal

Isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-


masalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya
kesadaran publik akan isu tersebut. Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam
tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu

a. Isu saat ini (current issue) : isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan
publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari
pengambil keputusan.
b. Isu berkembang (emerging issue) : isu yang perlahan-lahan masuk dan
menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu
tersebut.
c. Isu potensial. : kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun
dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah,
analisis intelijen, dsb)

Teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning untuk mengetahui


sumber informasi terkait isu tersebut sebagai berikut:

a. Media scanning : sumber-sumber informasi isu dari media seperti surat


kabar, majalah, publikasi, jurnal 225 profesional dan media lainnya yang
dapat diakses publik secara luas
b. Existing data : survei, polling atau dokumen resmi dari lembaga resmi
terkait dengan isu yang sedang dianalisis.
c. Knowledgeable others : profesional, pejabat pemerintah, trendsetter,
pemimpin opini dan sebagainya
d. Public and private organizations: independen, masjid atau gereja, institusi
bisnis dan sebagainya yang terkait dengan isu-isu tertentu
e. Public at large : masyarakat luas yang menyadari akan satu isu dan
secara langsung atau tidak langsung terdampak dengan keberadaan isu
tersebut.

2. Teknik-Teknik Analisis Isu

a. Teknik Tapisan Isu

Teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada


kriteria;

1) Aktual
isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat.
2) Kekhalayakan
isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.

3) Problematik
Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu
dicarikan segera solusinya secara komperehensif,

4) Kelayakan
Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.

Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG dari


mulai sangat USG atau tidak sangat USG.

1) Urgency
Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti

2) Seriousness
Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
akan ditimbulkan.

3) Growth
Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera

b. Teknik Analisis Isu

Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan,


selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam isu, dengan
menggunakan alat bantu dengan teknik berpikir kritis, misalnya
menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel
frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya
menerapkan kemampuan berpikir.

c. Analisis Kesenjangan atau Gap Analys

Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja


potensial atau yang diharapkan. Analisis kesenjangan juga
mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk
mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada
masa dating.

Anda mungkin juga menyukai