Anda di halaman 1dari 11

RESUME MATERI MOOC

NAMA :Muhammad Asri,S.Kep,Ns


ANGKATAN :III
NDH :09
TANGGAL PEMBELAJARAN MANDIRI :24 Mei 2022
RESUME HASIL PEMBELAJARAN MANDIRI
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan ASN
yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan. Agar kepentingan bangsa dan Negara
dapat selalu ditempatkan di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit,
melalui:
1. Memantapkan wawasan kebangsaan.
2. Menumbuhkembangkan kesadaran bela Negara.
3. Mengimplementaskani Sistem Administrasi NKRI.
Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus
berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas,
kehormatan dan kebanggaan bersama.
berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959 tanggal
16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Melalui keputusan
tersebut, Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari yang bersejarah bagi Nusa
dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional yang bukan hari-hari libur, antara lain : Hari
Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Indikator Keberhasilan. Setelah mempelajari bab
ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan sejarah pergerakan kebangsaan
Indonesia, wawasan kebangsaan, 4 (empat) konsensus dasar dan Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia 5 Kebangkitan Nasional pada tanggal 20
Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi terbentuknya
organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul 09.00. Para mahasiswa
sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh
Soetomo. Di depan rekan-rekannya para calon dokter lainnya, Soetomo menyampaikan
gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk organisasi yang memajukan
pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda. Beberapa mahasiswa yang hadir saat itu, antara
lain : Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji, Soewarno, dan lain-lain. Tanpa mereka sadari,
rapat kecil tersebut sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju
Indonesia Merdeka. Juni 1908, koran Bataviasch Niewsblad mengumumkan untuk
pertamakalinya berdirinya Boedi Oetomo. Dalam maklumat yang ditandatangani oleh
Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa : “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki
keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”. Pemerintah kolonial Belanda menaruh perhatian
RESUME MATERI MOOC

pada kongres tersebut dan menyebutnya sebagai “Eerste Javanen Congres” atau kongres
pertama orang Jawa.
Tjipto Mangoenkoesomo kemudian memilih aktif di Indische Partij dan dr. Soetomo kemudian
mendirikan Soerabaja Stoedy Cloeb. Pada September 1909, anggota Boedi Oetomo mencapai +
10.000 orang. Kongres terakhir Boedi Oetomo tercatat pada bulan Agustus 1912 yang
kemudian memilih Pangeran Ario Noto Dirodjo sebagai ketua.
Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda
II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat 106
Jakarta. Kongres Pemuda II sendiri merupakan hasil dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan
pada tanggal 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Kimia Farma) Jalan Budi
Utomo Jakarta Pusat. Kongres tersebut diikuti oleh beberapa perwakilan organisasi pemuda di
Hindia Belanda, antara lain : Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar
Roekoen, Jong Bataks Bond, Jong Stundeerenden, Boedi Oetomo, Indonesische Studieclub, dan
Muhammadiyah.
Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi Ketua Jong
Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan pidato dari beberapa
peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari Sumpah Pemuda,
yaitu : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Melayu.
Syair Lagu Indonesia pertama kali dipublikasikan pada tanggal 10 November 1928 oleh koran
Sin Po, koran Tionghoa berbahasa Melayu.
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953 tanggal 1 Januari 1953
tentang Hari-Hari Libur. Dengan menyimpang dari Pasal 5 Penetapan Pemerintah tahun 1946
No. 2/Um, menetapkan “Aturan hari-hari libur. Hari-hari yang disebut di bawah ini dinyatakan
sebagai hari libur, antara lain : Tahun Baru 1 Januari, Proklamasi Kemerdekaan, Nuzulul-Qur’an,
Mi’radj Nabi Muhammad S.A.W., Id’l Fitri (selama 2 hari), Id’l Adha, 1 Muharram, Maulid Nabi
Muhammad S.A.W., Wafat Isa Al 8 Masih, Paskah (hari kedua), Kenaikan Isa Al Masih, Pante
Kosta (hari kedua), dan Natal (hari pertama).
Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.
4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
Pancasila
disekitarnya. Ungkapan “Bhinneka Tunggal Ika” yang mengandung cita-cita kemanusiaan dan
perastuan sekaligus, yang juga 12 bersumber dari sejarah bangsa indonesia dengan adanya
kerajaan yang dapat digolongkan bersifat nasional yaitu Sriwijaya dan Majapahit.
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang BPUPKI
pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila merupakan
RESUME MATERI MOOC

philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan


landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan.
Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga
berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Perubahan pertama pada
kalimat Mukadimah adalah rumusan kalimat yang diambil dari Piagam Jakarta, “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihilangkan. Gagasan itu
berlanjut dengan dibentuknya Panitia 9 yang anggotanya diambil dari 38 anggota BPUPKI.
Panitia 9 dibentuk pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia 9 mempunyai tugas untuk merancang
sebuah rumusan pembukaan yang disebut Piagam Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari
setelah Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan menjadi
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI. Dan kalimat Mukadimah adalah rumusan
kalimat yang diambil dari Piagam Jakarta, “dengan kewajiban 14 menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti dengan kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih nyata masa
Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran Tantrayana
mencapai puncak tertinggi perkembangannya, karenanya Narayya Wisnuwarddhana
didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi Jago) bersifat Buddha.
Juga putra mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan sebagai JINA =
Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra. Inilah fakta bahwa Singhasari merupaakn embrio
yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan kerjaan Majapahit. Perumusan Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah
pernyataan daya kreatif dalam paya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan,
sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu. Di kemudian hari, rumusan
15 tersebut telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa
kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil menumbuhkan rasa dan semangat persatuan
masyarakat indonesia. Itulah sebab mengapa akhirnya Bhinneka Tunggal Ika – Kakawin
Sutasoma (Purudasanta) diangkat menjadi semboyan yang diabadikan lambang NKRI Garuda
Pancasila.
Mengutip dari Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga anekaragam agama dan kepercayaan di
kalangan masyarakat Majapahit. Sementara dalam lambang NKRI, Garuda Pancasila,
pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan
kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat
(budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan nusantara raya. Lambang NKRI
Garuda Pancasila dengan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan Peraturan Pemerintah
nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951
tentang Lambang Negara.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
RESUME MATERI MOOC

Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari persitiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Apabila ditinjau dari sudut hukum tata negara,
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum
sempurna sebagai negara, mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru
sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal
18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya 16 negara yaitu berupa pemerintah
yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut
sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara
dan tujuannya. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan
dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945.
Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan
kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah
Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian
bawah berwarna putih yang kedua bagiannya berukuran sama.
Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah
bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai
jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana
komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.)
Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara
adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Garuda memiliki sayap yang
masing- masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Lagu kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lagu
Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh
Wage Rudolf Supratman.
NILAI-NILAI BELA NEGARA
Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota Yogyakarta dan menwawan Soekarno
Hatta tidak meluruhkan semangat perjuangan Bangsa Indonesia. Perjuangan untuk
mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan baik dengan hard power (perang gerilya) maupun
soft power (0emerintahan darurat) di Kota Buktinggi.
Sejarah Bela Negara
RESUME MATERI MOOC

Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta menyebutkan, bahwa
besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, akan mengucapkan pidato yang penting.
Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan
TNI memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk
memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai".
Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal 19 Desember
1948, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan
Persetujuan Renville. Wakil Presiden membuat teks pidato itu yang tidak perlu panjang, cukup
beberapa kalimat saja dan teks itu dibacakan oleh seorang penyiar radio. Anjuran itu yang
dikenal juga sebagai “Order Harian” sebagai berikut :
1. Kita telah diserang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang Yogyakarta dan
Lapangan Terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi
serangan Belanda.
Perintah itu dikeluarkan di tempat, artinya di Istana Negara Yogyakarta pada 19 Desember 1948
pukul 08.00 WIB. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dibentuk, setelah Yogyakarta jatuh
ke tangan Belanda saat terjadi Agresi Militer II; Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
ditangkap. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah penyelenggara
pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948-13 Juli 1949, dipimpin oleh . Mr.
Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat. Sesungguhnya, sebelum
Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ditawan pihak Belanda, mereka sempat mengetik dua
buah kawat. Pertama, memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafruddin
Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera. Kedua, jika ikhtiar Mr.
Syafruddin Prawiranegara gagal, maka mandat diberikan kepada Mr.A.A.Maramis untuk
mendirikan pemerintah dalam pengasingan di New Delhi, India. Belanda memilih berunding
dengan utusan Ir. Soekarno-Drs. Mohammad Hatta yang ketika itu statusnya tawanan.
Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Hal ini membuat para tokoh PDRI tidak
senang, Jenderal Soedirman mengirimkan kawat kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara,
mempertanyakan kelayakan para tahanan maju ke meja perundingan. Tetapi Mr. Syafruddin
Prawiranegara berpikiran untuk mendukung dilaksanakannya perjanjian Roem-Royen.
Pengembalian Mandat Setelah Perjanjian Roem-Royen, M. Natsir meyakinkan Prawiranegara
untuk datang ke Jakarta, menyelesaikan dualisme pemerintahan RI, yaitu PDRI yang
dipimpinnya, dan Kabinet Drs. Mohammad Hatta, yang secara resmi tidak dibubarkan. Setelah
Persetujuan Roem-Royen ditandatangani, pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI
dengan Presiden Ir. Soekarno, Wakil Presiden Drs. 22 Mohammad Hatta serta sejumlah menteri
kedua kabinet. Pada sidang tersebut, Pemerintah Drs. Mohammad Hatta
mempertanggungjawabkan peristiwa 19 Desember 1948. Wakil Presiden Drs. Mohammad
Hatta menjelaskan 3 soal, yakni hal tidak menggabungkan diri kepada kaum gerilya, hal
hubungan Bangka dengan luar negeri dan terjadinya Persetujuan Roem-Royen. Pada tanggal 18
Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan
tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara. Dengan pertimbangan bahwa tanggal 19
Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal
RESUME MATERI MOOC

tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi


kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
bela Negara serta dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara
dalam rangka mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan.
Ancaman
Yang dimaksud dengan ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan,
potensi, baik alamiah atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasal dari
dalam atau luar negeri, secara langsung atau tidak langsung diperkirakan atau diduga atau yang
sudah nyata dapat membahayakan tatanan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam
rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Ancaman juga dapat terjadi dikarenakan adanya konflik
kepentingan (conflict of interest), mulai dari kepentingan personal (individu) hingga
kepentingan nasional. Benturan kepentingan di fora internasional, regional dan nasional kerap
kali bersimbiosis melahirkan berbagai bentuk ancaman. Potensi ancaman kerap tidak disadari
hingga kemudian menjelma menjadi ancaman. Dalam konteks inilah, kesadaran bela Negara
perlu ditumbuhkembangkan agar potensi ancaman tidak menjelma menjadi ancaman.
Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini diimplementasikan dengan kesadaran temu dan lapor cepat (Tepat Lapat)
yang mengandung unsur 5W+1H (When, What, Why, Who, Where dan How) kepada aparat
yang berwenang.
Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman.
Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Kesadaran Bela Negara ditumbuhkan dari kecintaan pada Tanah Air Indonesia, tanah tumpah
darah yang menjadi ruang hidup bagi warga Negara Indonesia. Kesadaran Bela Negara mulai
dikembangkan dengan sadar sebagai bagian dari bangsa dan Negara. Bangsa yang majemuk,
bangsa yang mendapatkan kemerdekaannya bukan karena belas kasihan atau pengakuan dari
bangsa-bangsa penjajah, namun direbut dengan segala pengorbanan seluruh rakyat, mulai dari
pengorbanan harta, hingga pengorbanan jiwa dan raga. Hal penting pada pengembangan
kesadaran bela Negara berikutnya adalah kesetiaan pada Pancasila sebagai ideologi Negara,
sebagai dasar Negara yang mempersatukan bangsa yang majemuk dengan kebhinekaanya.
Pancasila telah terbukti mampu menjaga integrasi dan integritas bangsa.
RESUME MATERI MOOC

Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan


Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar
Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan yang ditujukan bagi Warga
Negara yang bekerja pada : lembaga Negara, kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian dan pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, badan usaha milik negaralbadan usaha milik daerah, badan usaha swasta,
dan badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Indikator nilai dasar Bela Negara
1. Indikator cinta tanah air.
2. Indikator sadar berbangsa dan bernegara.
3. Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa.
4. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
5. Indikator kemampuan awal Bela Negara.
Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN
Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara
bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak
dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela
Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan publik dalam format keputusan dan/atau tindakan administrasi pemerintahan
(SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu Pancasila landasan konstitusionil , UUD 1945 sebagai
sistem yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014
tentang aparatur Sipil Negara.
Perspektif Sejarah Negara Indonesia
Konstistusi dan sistem administrasi negara Indonesia mengalami perubahan sesuai tantangan
dan permasalahan pembangunan negara bangsa yang dirasakan oleh elite politik dalam suatu
masa. Kuntjoro Purbopranoto (1981) menyatakan bahwa sejarah administrasi di Indonesia
dimulai sejak tahun 1816, dimana setelah pemerintahan diambilalih oleh Belanda dari pihak
Inggris, segera dibentuk suatu dinas pemerintahan tersendiri.
Perubahan penting dalam perkembangan tata pemerintahan selama jaman pendudukan
Jepang, ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang No.27 yang berlaku secara efektif
mulai tanggal 8 Agustus 1942. Menurut Undang– Undang ini maka tata pemerintahan daerah
pada jaman tersebut yang berlaku di tanah Jawa dan Madura, kecuali Kooti (Swapraja), susunan
pemerintah daerahnya terbagi atas Syuu (Karesidenan), Si (Kota), Ken (Kabupaten), Gun
(Kawedanan), Sen (Kecamatan) dan Ku (Desa).
Pada awal masa kemerdekaan, perubahan sistem administrasi negara di Indonesia masih dalam
keadaan darurat, karena adanya transisi pemerintahan. Sehingga Bangsa Indonesia berusaha
sebisa mungkin untuk membentuk piranti–piranti yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraaan negara sebagai suatu negara yang berdaulat.
RESUME MATERI MOOC

“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan


Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang – Undang Dasar ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional”.
Marbun (2001) menyatakan, pada awal masa berlakunya UUD 1945, seluruh mekanisme
ketatanegaraan belum dapat dikatakan berjalan sesuai dengan amanat dalam UUD 1945.
Semua masih didasarkan pada aturan peralihan yang menjadi kunci berjalannya roda
pemerintahan negara. Pada saat itu lembaga – lembaga kenegaraan seperti DPR, MA, MPR,
DPA maupun BPK belum dapat terbentuk, kecuali Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih
untuk pertama kalinya oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pelaksanaan UUD 1945 masih terbatas pada penataan dan pembentukan lembaga– lembaga
kenegaraan, karena pemerintah Indonesia juga harus menghadapi pergolakan politik dalam
negeri. Pembentukan lembaga-lembaga kenegaraan ternyata juga belum berhasil, mengingat
usaha untuk mengokohkan negara kesatuan mendapat tantangan dari pihak Belanda melalui
agresi-agresi yang dilancarkannya dalam usaha menanamkan kembali imperialisme.
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag antara Pemerintah Belanda dengan pemerintah
Indonesia pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949. Hasil KMB tersebut adalah bahwa
Kerajaan Belanda harus memulihkan kedaulatan atas wilayah Indonesia kepada pemerintah
Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan kekuasaan pemerintahan akan diserahkan pada
tanggal 27 Desember 1949 di Jakarta.
Paparan di atas menunjukkan bahwa sekalipun presiden termasuk pemerintah, namun
pertanggungjawabannya ada di tangan menteri. Mengingat DPR yang ada pada waktu itu bukan
DPR hasil pemilihan umum, maka terdapat ketentuan bahwa parlemen tidak dapat
menjatuhkan menteri atau kabinet. Sehingga sistem pemerintahan parlementer yang dianut
KRIS adalah tidak murni (quasi parlementer cabinet).
Pada tanggal 19 Mei Tahun 1950 telah disepakati bersama untuk mewujudkan kembali negara
kesatuan dengan memberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Dengan UU
Federal No. 7 Tahun 1970, ditetapkanlah UUDS 1950 berdasarkan pasal 190 KRIS 1950 untuk
kemudian menjadi UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mulai berlaku efektif sejak
tanggal 17 Agustus Tahun 1950. Dalam Undang-Undang Dasar tersebut, tanpak bahwa
pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara berada ditangan rakyat.
Di bidang parlemen, ketidakstabilan politik timbul karena adanya oppositionisme terhadap
segala aktivitas pemerintahan. Hal ini timbul selain dari akibat paham demokrasi liberal yang
menjiwai percaturan politik pada kurun waktu itu, juga diakibatkan oleh pengaruh sikap oposisi
Bangsa Indonesia terhadap pemerintah Belanda pada masa lampau. Parpol pada saat itu masih
lebih banyak berkisar pada kepribadian pemimpin-pemimpin daripada ideologinya. Dalam
menghadapi pemerintahan nasional seringkali parpol masih dipengaruhi oleh cara pandang
lama seperti pada saat menghadapi pemerintahan penjajahan. Seperti halnya KRIS 1949, UUDS
1950 dibentuk dengan sifat sementara.
Untuk menyelamatkan bangsa dan negara karena macetnya sidang Konstituante, maka pada
tanggal 5 Juli Tahun 1959 dikeluarkanlah Dekrit Presiden yang berisi pemberlakuan kembali
UUD 1945, membubarkan Konstituante dan tidak memberlakukan UUDS 1950.

Dari uraian di atas, pada masa UUDS 1950, penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan pada
sistem parlementer tidak menghasilkan suatu rintisan kearah tercapainya tujuan negara yang
RESUME MATERI MOOC

sejahtera sesuai dengan amanat dari konstitusi. Mewujudkan kesejahteraan Indonesia yang
menjadi tugas pemerintah dalam sistem banyak partai sebagai akibat pengaruh liberal, justru
menimbulkan perpecahan diantara penyelenggara pemerintahan.
pada masa UUDS 1950, administrasi negara tidak dapat tumbuh dalam suatu wadah yang
penyelenggaraan negaranya tidak mengindahkan normanorma hukum dan asas-asas hukum
yang hidup berdasarkan falsafah hukum atau ideologi, yang berakar kepada faham demokrasi
dan berorientasi kepada penyelenggaraan kepentingan masyarakat.
Presiden sebagai kepala eksekutif terlalu turut campur dalam bidang legislatif dengan
banyaknya penerbitan peraturan perundangan yang notabene bertentangan dengan UUD 1945.
Demikian pula dalam bidang Yudikatif, Presiden telah campur tangan dalam masalah peradilan,
sehingga dapat dikatakan bahwa pada masa ini kekuasaan Ekskutif, Legislatif dan Yudikatif
terpusat di tangan Presiden. Konsep negara hukum yang menggunakan landasan Pancasila dan
UUD 1945 telah diinjak-injak oleh kepentingan politik.
Puncak kekacauan terjadi pada saat Partai Komunis Indonesia (PKI) menjalankan dominasi
peranannya di bidang pemerintahan yang diakhiri dengan pengkhianatan total terhadap
falsafah Pancasila dan UUD 1945 pada tanggal 30 September Tahun 1965. Kondisi ini memaksa
Presiden RI saat itu yaitu Soekarno untuk mengeluarkan “Surat Perintah 11 Maret” yang
ditujukan kepada Letnan Jenderal. Soeharto dengan wewenang sangat besar dalam usaha
untuk menyelamatkan negara menuju kestabilan pemerintahan. Peristiwa ini menjadikan
tonggak baru bagi sejarah Indonesia untuk kembali melaksanakan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen serta tanda dimulainya jaman orde baru.
Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara
. Filosofi dasar persatuan dan kesatuan bangsa dapat ditemukan pertama kali dalam kitab
Sutasoma karya Mpu Tantular. Dalam kitab itu ada tulisan berbunyi “BhinnekaTunggal Ika tan
hana dharma mangrwa”, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu, tak ada kebenaran yang
mendua”. Frasa inilah yang kemudian diadopsi sebagai semboyan yang tertera dalam lambing
negara Garuda Pancasila. Semangat kesatuan juga tercermin dari Sumpah Palapa Mahapatih
Gajahmada. Sumpah ini berbunyi: Sira Gajah Mahapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia
palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana isun amukti palapa". Terjemahan dari sumpah tersebut kurang lebih adalah:
Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika
telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun,
Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah
saya (baru akan) melepaskan puasa". Informasi tentang Kitab Sutasoma dan Sumpah Palapa ini
bukanlah untuk bernostalgia ke masa silam bahwa kita pernah mencapai kejayaan. Informasi ini
penting untuk menunjukkan bahwa gagasan, hasrat, dan semangat persatuan sesungguhnya
telah tumbuh dan berkembang dalam akar sejarah bangsa Indonesia.
Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Ini berarti bahwa
Organisasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun dalam
penyelenggaraan pemerintahan kemudian terdesentralisasikan. Sejalan dengan hal tersebut,
RESUME MATERI MOOC

maka Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota.
Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya. Tahap-tahap pembinaan
persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut:
1. Perasaan senasib. 2. Kebangkitan Nasional 3. Sumpah Pemuda 4. Proklamasi Kemerdekaan
Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
4. Prinsip Wawasan Nusantara
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.
Nasionalisme
1. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan
sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga
nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
2. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan menggap
semua bangsa sama derajatnya.
Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan
Dalam UU AP tersebut, beberapa pengertian penting yang dimuat di dalamnya adalah sebagai
berikut:

1. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau


tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan Fungsi
Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya;
2. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara atau
Keputusan Administrasi Negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan;
3. Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan kongkret
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan;
4. Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang
dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan
yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.
LANDASAN IDIIL : PANCASILA
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar
ideologi maupun filosofi bangsa.
UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI
1. Kedudukan UUD 1945
2. Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)
RESUME MATERI MOOC

Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN),
dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai