Anda di halaman 1dari 19

RESUME

Nama : AZHARI
Tempat, Tanggal Lahir : ACEH UTARA, 02
FEBRUARI 1972NIP : 197202022021211002
Golongan :V
Jabatan : PENYULUH PERTANIAN
Instansi : PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA

RESUME MATERI KEBIJAKAN

1. Sambutan Kepala LAN (Kepala Lembaga Administrasi Negara)


Oleh Dr. Adi Suryanto, M.Si

Pelatihan dasar CPNS dan latsar CPNS yang kami ikuti menjadi pondasi penting untuk
menjadi smart ASN agar mampu menghadapi era digitalisasi dan tantangan dunia yang
semakin kompleks. Melalui plartform massive open online course(MOOC) pelatihan ini
tidak hanya terbatas untuk pelatihan fisik, kami dapat melakukan pembelajaran secara
mandiri dengan berbagai variasi materi pembelajaran yang telah tersedian, dan dapat
menyerap sebanyak-banyaknya sumber pembelajaran yang ada. Yang mana nantiya akan
dikembangkan dalam skema pembelajaran kolaboratif, aktualisasi dan penguatan secara
classical. Harapan kedepannya dengan adanya MOOC dapat menjadi sebuah lini platform
bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN unggul dan kompeten menuju birokrasi
berkelas dunia dan Indonesia emas 2045.

2. Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN


Oleh Dr. Muhammad Taufiq. DEA (Deputi Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN
LAN RI)

Pada kurikulum baru pelatihan dasar ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh PNS
yaitu penguasaan smart ASN

3. Menejemen penyelenggaraan PPPK


Oleh Erna Irawati, S. Sos, M. Pol., Adm. (Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan
Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI

Dituntut untuk belajar mandiri dengan mempelajari semua materi di dalam MOOC yang
nantinya akan ada evaluasi untuk meyakinkan bahwa kita sudah memahami semua materi
pembelajaran yang ada di MOOC. Ada 3 materi pembelajaran yaitu :
1. Sikap perilaku bela Negara
2. Nilai-nilai orveriu di dalam penyelanggaraan pemerintahan yang menjadi acuan kami
dalam bekerja
3. Kedudukan kita dalam penyelenggaraan pemerintahan.

RESUME AGENDA 1
1. Wawasan Kebangsaan
a. Umum
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri
bangsa (founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan
tentang kebangsaan terus berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat) konsensus
dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.

b. Sejarah Pergerakan Kebangsaan


Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan
Indonesia terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada
kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta
mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari yang bersejarah bagi
Nusa dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional yang bukan hari-hari libur,
antara lain : Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Indikator
Keberhasilan. Setelah mempelajari bab ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, wawasan kebangsaan, 4
(empat) konsensus dasar dan Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan Indonesia 5 Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei, Hari Angkatan
Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, Hari
Pahlawan pada tanggal 10 Nopember, dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul
09.00. Para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah
rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo.
Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 Oktober untuk
pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda berdasarkan Pembaharuan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959 tanggal 16 Desember
1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Penetapan tanggal 28
Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang
dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Indonesische Clubgenbouw Jl. Kramat
106 Jakarta. Kongres Pemuda II sendiri merupakan hasil dari Kongres Pemuda I yang
dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1926 di Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Kimia
Farma) Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat. Kongres tersebut diikuti oleh beberapa
perwakilan organisasi pemuda di Hindia Belanda, antara lain : Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, Jong Bataks Bond, Jong
Stundeerenden, Boedi Oetomo, Indonesische Studieclub, dan Muhammadiyah.
Muhammad Yamin, seorang pemuda berusia 23 tahun yang saat itu menjadi
Ketua Jong Sumatranen Bond, menyampaikan sebuah resolusi setelah mendengarkan
pidato dari beberapa peserta kongres berupa 3 (tiga) klausul yang menjadi dasar dari
Sumpah Pemuda, yaitu :

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah
Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa
Melayu.

Penggunaan Bahasa Melayu yang diusulkan oleh Muhammad Yamin menjadi


kontroversi saat Kongres Pemuda I, barulah setelah diganti menjadi Bahasa Indonesia
pada Kongres Pemuda II, kontroversi tersebut dapat berakhir dan menjadi sebuah
kesepakatan. Yaitu :

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah
Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan,
Bahasa Indonesia.

Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan


berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 1953 tanggal 1
Januari 1953 tentang Hari-Hari Libur. Dengan menyimpang dari Pasal 5 Penetapan
Pemerintah tahun 1946 No. 2/Um, menetapkan “Aturan hari-hari libur. Hari-hari
yang disebut di bawah ini dinyatakan sebagai hari libur, antara lain : Tahun Baru 1
Januari, Proklamasi Kemerdekaan, Nuzulul-Qur‟an, Mi‟radj Nabi Muhammad
S.A.W., Id‟l Fitri (selama 2 hari), Id‟l Adha, 1 Muharram, Maulid Nabi Muhammad
S.A.W., Wafat Isa Al 8 Masih, Paskah (hari kedua), Kenaikan Isa Al Masih, Pante
Kosta (hari kedua), dan Natal (hari pertama).

c. Pengertian wawasan kebangsaan


Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
d. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila
Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan dasar yang berisi konsep,
prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus berisi kebenaran nilai yang
tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian rakyat rela menerima,
meyakini dan menerapkan dalam kehidupan yang nyata, untuk selanjutnya dijaga
kokoh dan kuatnya gagasan dasar tersebut agar mampu mengantisipasi perkembangan
zaman. Untuk menjaga, memelihara, memperkokoh dan mensosialisasikan Pancasila
maka para penyelenggara Negara dan seluruh warga Negara wajib memahami,
meyakini dan melaksankaan kebenaran nilai- nilali Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Undang-Undang Dasar 1945


Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang
beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada
siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni
1945.
Setelah dihasilkan sebuah rancangan UUD, berkas rancangan tersebut
selanjutnya diajukan ke Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan
diperiksan ulang. Dalam siding pembahasan, terlontar beberapa usualn
penyempurnaan. Akhirnya, setelah melali perdebatan, maka dicapai persetujuan untuk
diadakan beberapa perubahan dan tambahan atas rancangan UUD yang diajukan
BPUPKI. Perubahan pertama pada kalimat Mukadimah adalah rumusan kalimat yang
diambil dari Piagam Jakarta, “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dihilangkan.

3. Bhinneka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa dilontarkan secara lebih
nyata masa Majapahit sebenarnya telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika
aliran Tantrayana mencapai puncak tertinggi perkembangannya, karenanya Narayya
Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu
(Candi Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanegara (Nararyya Murddhaja)
ditahbiskan sebagai JINA = Jnyanabajreswara atau Jnyaneswarabajra. Inilah fakta
bahwa Singhasari merupaakn embrio yang menjiwai keberadaan dan keberlangsungan
kerjaan Majapahit

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat
dipisahkan dari persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui
peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus
menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan
dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnyadisahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi
negara Indonesia.

e. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan


Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia
merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi
kebudayaanyang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman
budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari
panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih yang
kedua bagiannya berukuran sama. Bendera Negara yang dikibarkan pada
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah
Putih. Bendera 17 Pusaka Sang Saka Merah Putih disimpan dan dipelihara di
Monumen Nasional Jakarta.

2. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai
bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Bahasa Indonesia
berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai
suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.) Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan,
pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan
nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.

3. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila
yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Garuda dengan perisai
sebagaimana dimaksud dalam memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
mewujudkan lambang tenaga pembangunan. Garuda memiliki sayap yang
masingmasing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher
berbulu 45.

4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah
Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman

f. Nilai-nilai Bela Negara


Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang
dilandasi oleh semangat untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut
tidak selalu dengan mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara kemudian
diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI. Sebagai
aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam
pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui 33 usaha
Bela Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan
kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai
prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian
sesuai dengan profesi. Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara jiwa
nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap
Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi
tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
2. Analisis Isu Kontemporer
Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian
yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap
perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa
dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional
(Society), dan Dunia (Global).

Dengan memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian
adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal insani (manusia) yang
merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan,
etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk
pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja. Perubahan
lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated saat ini menjadi
tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk meningatkan daya saing
sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa.

Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik dari sisi positif apalagi
sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari
konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa. Terdapat beberapa isu-isu
strategis kontemporer yang telah 247 menyita ruang publik harus dipahami dan
diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis
kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak
pencucian uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication
dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, danHoax.

Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan
dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan
kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka penguatan jati
diri bangsa yang berdasarkan kepribadian dan berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara RI 1945.

Komitmen dan kepatuhan seluruh warga negara dalam membangun kekuatan


bangsa dengan segenap pranata, prinsip dan kondisi yang diyakini kebenarannya serta
digunakan sebagai instrumen pengatur kehidupan moral, identitas, karakter serta jatidiri
bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 merupakan modali dasar
yang mampu mendinamisasikan pembangunan nasional di segala bidang.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilainilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga
negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and
character building. Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah
perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki
semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai
idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.

Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik
memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi
psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan
uji, merupakan sikap mentaldan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk
menangkal faham-faham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai
kepribadian bangsa Indonesia, merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna
menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman sebagai dampak dari dinamika
perkembangan lingkungan strategis yang juga mempengaruhi kondisi dalam negeri yang
dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
Dewasa ini lingkungan strategis berkembang sangat dinamis, penuh ketidakpastian dan
kompleks, sehingga sangat sulit bagi suatu negara untuk mengetahui potensi dan hakikat
ancaman serta tantangan terhadap kepentingan nasionalnya. Sejalan dengan
perkembangan zaman, proses globalisasi telah mengakibatkan munculnya fenomena baru
yang dapat berdampak positif yang harus dihadapi bangsa Indonesia, seperti
demokratisasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, tuntutan supremasi hukum,
transparansi, dan akuntabilitas.

Fenomena tersebut juga membawa dampak negatif yang merugikan bangsa dan
negara yang pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman terhadap kepentingan nasional.
Perjuangan bangsa Indonesia telah memberikan pengalaman berharga dengan nilai-nilai
luhur yang masih terus dipertahankan. Hal ini terwujud melalui perjuangan bangsa dalam
merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang senantiasa melibatkan warga
negara. Pemantapan kesiapsiagaan bela negara bagi warga negara, merupakan
implementasi pencapaian sasaran strategis terhadap nilai-nilai bela Negara dalam rangka
menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang
pengabdian yang didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang
didasarkan pada nilai- nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin
Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan negara akan
menjadi sumber energi yang luar biasa dalam pengabian sebagai abdi negara dan abdi
rakyat. Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan bernegara, misalnya yakin terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban untuk bangsa dan negara, ini adalah
contoh awal kesediaan bela negara. Banyak contoh lain misalnya melestarikan budaya,
mentaati aturan.

Beberapa contoh lain diantaranya adalah kesadaran untuk melestarikan khasanah


budaya bangsa yang adi luhung, terutama kebudayaan daerah dari sabang sampai
merauke yang beraneka ragam. Jangan sampai terjadi pengakuan dari negara lain yang
menyebutkan kekayaan daerah Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka. Sudah
banyak contoh kebudayaan asli Indonesia yang di klaim sebagai kebudayaan asli mereka,
karena kita tidak pernah mencintai apalagi menjaganya. Sudah banyak juga contoh orang
asing yang belajar habis-habisan kebudayaan Indonesia dipentaskan di negaranya, kita
sebagai pewarisnya justru sebagai penonton saja. Hal lain yang bisa dicontohkan adalah
adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai perwujudan
rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada hukum yang berlaku akan
menciptakan keamanan dan ketentraman bagi lingkungan serta mewujudkan rasa
keadilan di tengah masyarakat.

Korupsi merupakan penyakit bangsa karena merampas hak warga negara lain
untuk mendapatkan kesejahteraan. Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu
masyarakat dan bangsa dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Kesiapsiagaan bela
negara bagi CPNS bukanlah kesiapsiagaan untuk melaksanaan perjuangan fisik seperti
para pejuang terdahulu, tetapi bagaimana melanjutkan perjuangan mereka dengan pranata
nilai yang sama demi kejayaan bangsa dan negara Indonesia.

RESUME AGENDA 2

1. Berorientasi Pelayanan
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan
customer sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar
mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari
ini(doing something better and better).” Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu
nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku
Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap
ASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. melakukan perbaikan tiada henti.
Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan
keinginan masyarakat.

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani
dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda
untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan,
keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.

Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat


sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu
layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini
(doing something better and better).

2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu
yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam
banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat.

Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku
yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas,
perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggungjawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik
negarasecara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya
denganberintegritas tinggi

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke,
2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan
dalam memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan
bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah
disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah
tiangutama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas
tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada
umumnya.

Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak


sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan,
Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,
Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

3. Kompeten
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi
bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar
(organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan
kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan
perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

Berkinerja yang BerAkhlak:

1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik. Perilaku
etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan.
 Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
 Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
 Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN
bekerja atau tempat lain.
 Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
 Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
 Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
 Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen
kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke
dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah, disimpan dan diambil
(Knowledge Repositories).
 Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksipengalaman (lessons learned).
4. Melakukan kerja terbaik:
 Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang
melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
 Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan
apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang

4. Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih
luas. Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan tersebut
bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan public, dan kehidupan
bermasyarakat.

Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi


sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan mengancam
integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Terbentuknya NKRI merupakan
penggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa
persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu
Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik
Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh
oleh sekelompok professional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik
Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,

a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;


b. Kedua, berubah dari ‟wewenang‟ menjadi ‟peranan‟
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam
mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di
lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

5. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan
perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundangundangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami dan
dimplementasikan oleh setiapASN di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Oleh
karena itu peserta Pelatihan Dasar diharapkan dapat mempelajari setiap materi pokok
dalam modul ini dengan seksama dan mengerjakan setiap latihan dan evaluasi yang
diberikan. Jika terdapat hal-hal yang belum dipahami dapat ditanyakan dan didiskusikan
dengan Pengampu Mata Pelatihan ini pada saat fase pembelajaran jarak jauh maupun
klasikal.

6. Adaptif
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Di sektor publik, budaya adaptif dalam
pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif
dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut: a. Dapat mengantisipasi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
a. Mendorong jiwa kewirausahaan;
b. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan
untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di
antaranya tujuan organisasi

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan,
baik individu maupun organisasi dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun
atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision,
hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi
ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya
yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi
telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikanalat untuk meningkatkan kinerja.

7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi
saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020)
mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua
kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta
mobilitas dan fleksibilitas.

Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya


kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga
dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan
yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama
gunamencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh
sektor dalam pemerintahan.

Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering disamakan atau minimal
disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-
making, joined-up government, concerned decision making, policy coordination atau
cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep
tersebut, terutamakarakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara
formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi
antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya,
dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan
(whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan
pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga
penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang
relevan.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di
suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan.

RESUME AGENDA 3

1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet
harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit
(APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19
mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola
kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk
perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki
oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara. Guna
mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana


menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi
digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu,
kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakilidunia; dan memahami
bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan
ekonomi yang lebih luas.

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,


mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan,
pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara
beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi
media.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga
literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat.
Penguatanliterasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi,


dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan
terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu
dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
● Kecakapan digital,
● Budaya digital,
● Etika digital
● Keamanan digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan,
sebagai warga Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan
kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada
nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa,
bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang
multicultural dan plural dalam banyak aspek. Pemahaman multikulturalisme dan
pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan
generasi masa kini, yaitu para digital native (warga digital) yang lebih banyak „belajar‟
dari media digital. Meningkatkan kemampuan membangun mindfulness communication
tanpa stereotip dan pandangan negative adalah juga persoalan meningkatkan kemampuan
literasi media dalam konteks budaya digital.

Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital
meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman.
Hak harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi menjaga
hak-hak atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau atau ketertiban
masyarakat atau kesehatan atau moral publik.

Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap


pengguna. Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari
layanan teknologi dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang.
Siapa yang bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital? jawabannya
adalah setiap individu. Terdapat empat aspek kesejahteraan individu yang digambarkan
dalam piramida dan delapan prinsip praktik digital yang baik yang digambarkan pada
lingkaran (Jisc, n.d).

2. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;


penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS dengan Manajemen ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi,
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas
serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi


selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak
lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi
utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
Presiden.

Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara
dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN
sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai
ASN berfungsi sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c)
Perekat dan pemersatu bangsa Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN
juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode
etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan


dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi
dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya
dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang
tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.

Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system


pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana
semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk
meningkatkan kinerja.
a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun
dan hari tua, dan perlindungan
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan dan
tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai