Disusun oleh :
DWI YULIANI, S.Pd.
NIP. 19940722 202221 2 005
MATERI 1
Sambutan Kepala LAN (Lembaga Administrasi Negara)
(Dr. Adi Suryanto, M.Si)
Saat ini Indonesia tengah berbenah menyongsong era baru Indonesia Emas 2045.
Sebuah harapan besar, Indonesia berada di jajaran terdepan bersama negara-negara
maju lainnya. Kita juga dihadapkan pada era revolusi industri 4.0 dan tantangan global
lainnya yang menuntut kita semua harus dapat cepat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Harapan ini dapat kita raih dengan persiapan usaha untuk
lebih matang lagi. Termasuk mempersiapkan sumber daya aparatur (ASN) yang
kompeten, profesional sebagai aktor strategis dalam pelayanan publik dan juga birokrasi.
Pelatihan dasar (Latsar) menjadi pondasi penting mewujudkan smart ASN agar mampu
menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. Melalui platform MOOC, pelatihan
ini tidak lagi terbatas pada interaksi fisik, namun dapat dilakukan pembelajaran secara
mandiri dengan berbagai variasi materi pembelajaran yang telah tersedia. Selain itu,
dapat menyerap sebanyak-banyaknya sumber pembelajaran yang ada, yang nantinya
akan dikembangkan dalam skema pembelajaran kolaboratif, aktualisasi, dan penguatan
secara klasikal. MOOC diharapkan dapat menjadi sebuah learning platform bagi ASN
secara nasional untuk mencetak ASN unggul dan kompeten untuk menuju birokrasi
berkelas dunia dan menuju Indonesia Emas 2045.
MATERI 2
Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN
(Dr. Muhammad Taufiq, DEA., Deputi Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN
LAN RI)
ASN merupakan sebuah kebanggaan karena dapat melayani bangsa Indonesia. Bapak
Presiden telah meluncurkan Core values bagi ASN dan employer blanding yang kita
kenal dengan singkatan BERAKHLAK, yaitu:
1. Berorientasi pada pelayanan
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
7. Kolaboratif
Core values ini tentunya menuntut kita semua untuk terus mengembangkan diri terutama
di era yang penuh perubahan ini. Kata kuncinya, semua bangsa dituntu berdaya saing
dengan mengandalkan kemampuan berinovasi. Pada kurikulum baru pelatihan dasar ini,
akan ditekankan ada beberapa hal yang harus dikuasai ASN yaitu penguasaan Core
values dan penguasaan pada literasi digital (Smart ASN).
MATERI 3
Manajemen Penyelenggaraan PPPK
(Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm. Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan
Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI)
Peserta pelatihan untuk pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja saat ini tergabung
pada pembelajaran dalam bentuk orientasi yang akan dilaksanakan secara MOOC
(Massive Open Online Course), di mana peserta dituntut untuk belajar secara mandiri
mempelajari semua materi di dalam MOOC yang nantinya akan ada evaluasi.
Pembelajaran dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sikap perilaku bela negara
2. Nilai-nilai core value di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi acuan
dalam bekerja
3. Kedudukan peserta di dalam penyelenggaraan pemerintahan
AGENDA I
MODUL WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
Modul pembelajaran Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara disusun untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta tentang landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara; nilai-nilai dasar bela negara; penghormatan terhadap
lambang-lambang negara dan ketaatan kepada peraturan perundang-undangan; dan
pembinaan kerukunan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
A. SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
Awal bangkitnya perjuangan Bangsa Indonesia yaitu dengan terbentuknya organisasi
Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa sekolah dokter
Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil yang diinisiasi oleh Soetomo.
Para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat
kecil yang diinisiasi oleh Soetomo. Tanpa mereka sadari, rapat kecil tersebut
sesungguhnya menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju Indonesia
Merdeka.
Sebagaimana Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 28 Oktober untuk pertama kalinya
ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda. Penetapan tanggal 28 Oktober sebagai Hari
Sumpah Pemuda dilatarbelakangi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal
28 Oktober 1928.
Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan. Detik-detik
Proklamasi Kemerdekaan RI diawali dengan menyerah Jepang kepada Tentara Sekutu.
Tanggal 15 Agustus 1945 pagi hari, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Soebardjo
menemui Laksamana Muda Maeda di kantornya untuk menanyakan tentang berita
menyerahnya Jepang. Meyakini bahwa Jepang telah menyerah, Bung Hatta
mengusulkan kepada Bung Karno agar pada tanggal 16 Agustus PPKI segera
melaksanakan rapat dan semua anggota PPKI saat itu memang sudah berada di
Jakarta. Karena terjadinya perbedaan pendapat pada rapat tersebut, Soekarni dan
rekan-rekannya membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Namun, sekitar pukul
18.00, Mr. Soebardjo datang untuk menjemput Dwi Tunggal Soekarno-Hatta kembali ke
Jakarta. Soekarno-Hatta kemudian mengadakan rapat kecil bersama-sama dengan Mr.
Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Melik di kediaman Laksamana Muda Maeda untuk
merumuskan Teks Proklamasi. Sekitar pukul 03.00, gemuruh tepuk tangan mengisi
ruangan rapat. Sebelum menutup rapat, Bung Karno mengingatkan bahwa pada tanggal
17 Agustus 1945 pukul 10.00 Teks Proklamasi akan dibacakan di muka rakyat di
halaman rumahnya Jl. Pegangsaan Timur 56. Pukul 10.00 Teks Proklamasi dibacakan,
Sang Saka Merah Putih dikibarkan, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
dikumandangkan sebagai pertanda Indonesia telah menjadi negara merdeka dan
berdaulat.
B. WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di
depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan
bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat,
pikiran yang sedalam-dalamnya, merupakan landasan atau dasar bagi negara
merdeka yang akan didirikan. Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh
tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu
atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai
perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-cita nasional. karenasila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-
nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa
Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila. Untuk menjaga, memelihara, memperkokoh dan mensosialisasikan
Pancasila maka para penyelenggara Negara dan seluruh warga Negara wajib
memahami, meyakini dan melaksankaan kebenaran nilai-nilali Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Undang-Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945
oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ir
Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada sidang
perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945.
Setelah dihasilkan sebuah rancangan UUD, berkas rancangan tersebut selanjutnya
diajukan ke Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Setelah melalui
persetujuan, terjadi perubahan dan tambahan atas rancangan UUD yang diajukan
BPUPKI. Perubahan pertama pada kalimat Mukadimah adalah rumusan kalimat yang
diambil dari Piagam Jakarta, “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dihilangkan. Gagasan itu berlanjut dengan dibentuknya Panitia
9 yang mempunyai tugas untuk merancang sebuah rumusan pembukaan yang
disebut Piagam Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi
kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan menjadi Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Dan kalimat Mukadimah adalah rumusan kalimat
yang diambil dari Piagam Jakarta, “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat diuraikan Bhinna-Ika-Tunggal-Ia
berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara
keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan
negara Republik Indonesia.
5. Proxy War
Perang prosksi atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan
besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi
secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko
pada kehancuran fatal.
Membangun Kesadaran Anti-Proxy dengan mengedepankan Kesadaran Bela
Negara melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila
Pengamalan Pancasila untuk membangun kesadaran, antara lain:
a. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bela Negara, bangsa ini akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dapat diatasi.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bela Negara yang dijiwai nilai spiritual
Ketuhanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka bangsa
Indonesia menyadari dan meyakini kebhinekaan sebagai keniscayaan kodrat
Ilahi untuk saling menghormati dalam keberagaman.
c. Dengan berpedoman pada pandangan hidup Pancasila bangsa Indonesia
akan membangun dirinya menuju kehidupan yang dicita-citakan bangsa.
d. Meyakini bahwa Ideologi Pancasila dapat mempersatukan bangsa Indonesia.
6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang (Bittner, 1977).
Ciri-ciri pokok komunikasi massa seperti yang dijelaskan oleh Noelle-
Neumann (1973), adalah sebagai berikut:
a. Tidak langsung (harus melalui media teknis)
b. Satu arah (tidak ada interaksi antar komunikan)
c. Terbuka (ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim)
d. Publik tersebar secara geografis
Sifat pelaku dalam komunikasi massa sebagai berikut:
Elemen Sifat
1. Luas; komunikator tidak dapat berinteraksi dengan khalayak
secara tatap muka
Khalayak 2. Heterogen; berbagai diverensiasi masyarakat (horizontal/vertikal)
3. Anonimitas; khalayak secara individual tidak diketahui oleh
komunikator
1. Umum; terbuka bagi setiap orang
Bentuk 2. Cepat; menjangkau khalayak luas dalam waktu yang relatif singkat
komunikasi 3. Selintas; umumnya untuk dikonsumsi dengan segera (tidak
untuk diingat-ingat)
Dilakukan oleh sebuah organisasi yang kompleks dan dengan
Komunikator
pembiayaan tertentu.
Media dalam komunikasi massa adalah media massa yang merupakan segala
bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan
berita kepada publik atau masyarakat. Media massa dalam konteks jurnalistik
pada dasarnya terbagi atas tiga jenis media, yaitu:
1) Media cetak, berupa surat kabar, tabloid, majalah, buletin, dan sebagainya
2) Media elektronik, yang terdiri atas radio dan televisi
3) Media online, yaitu media internet seperti website, blog, portal berita, dan
media sosial
Beberapa contoh kasus yang menyeret para pengguna media sosial dalam
pelanggaran peraturan perundangan terkait komunikasi massa, pada umumnya
merupakan tindakan, sikap atau perilaku berupa keluhan atas suatu jenis
pelayanan, atau hanya berupa opini pribadi yang terlanjur masuk ke ruang
publik. Beberapa kasus dapat dilihat sebagai berikut:
1) Pencemaran nama baik
Adalah kasus yang paling sering terjadi dalam komunikasi massa. Baik
dilakukan secara sengaja ataupun karena bocor tanpa sengaja ke ruang
publik.
2) Penistaan agama atau keyakinan tertentu
3) Penghinaan kepada etnis dan budaya tertentu
Kasus yang terjadi adalah para pengguna media sosial yang tidak hati-hati
dalam menyampaikan opini terkait etnis tertentu
Beberapa jenis kejahatan yang paling sering terjadi pada konteks komunikasi
massa adalah cyber crime, hate speech dan hoax.
a. Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang
terjadi dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer dan internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai
teknik komputer.
b. Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau
hasutan yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum
atau di ruang publik.
c. Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung
jawabkan atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya
lebih banyak mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran
dengan isi pemberitaan yang tidak benar.
Membangun Kesadaran Positif menggunakan Media Komunikasi
Berikut ini beberapa tips dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari
risiko pelanggaran hukum:
1) Memahami regulasi yang ada
2) Menegakan etika ber-media sosial
3) Memasang identitas asli diri dengan benar
4) Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke
publik
5) Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang bersifat pribadi
AGENDA II
MODUL BERORIENTASI PELAYANAN
A. Konsep Pelayanan Publik
1. Pengertian Pelayanan Publik
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Aparatur Sipil
Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4
UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum
b. kepastian hukum
c. kesamaan hak
d. keseimbangan hak dan kewajiban
e. keprofesionalan
f. partisipatif
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan
i. akuntabilitas
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. ketepatan waktu
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
Prinsip pelayanan publik
a. Partisipatif. Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan. Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus
menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait
dengan pelayanan publik yang diselenggarakan.
c. Responsif. Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negaranya.
d. Tidak diskriminatif. Pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara
dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah. Prinsip mudah, artinya berbagai persyaratan yang
dibutuhkan tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti
biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut
terjangkau oleh seluruh warga negara.
f. Efektif dan Efisien. Mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya.
Cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel. Harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik maupun arti non-fisik.
h. Akuntabel. Harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat.
i. Berkeadilan. Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai
alat melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.
2. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Pelayanan Prima adalah memberikan pelayanan sesuai atau melebihi harapan
pengguna layanan.
Tingkatan pelayanan prima yaitu:
(1) memenuhi kebutuhan dasar pengguna
(2) memenuhi harapan pengguna,
(3) melebihi harapan pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang
diharapkan.
3. ASN sebagai Pelayan Publik
Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan
akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, Kolaboratif.
B. Berorientasi Pelayanan
1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Standar mutu pelayanan yang berbasis kebutuhan dan kepuasan masyarakat
sebagai pelanggan (consumer view or public view), diarahkan untuk memberikan
kesejahteraan kepada setiap warga negara, misalnya: layanan kesehatan,
pendidikan, dan perlindungan konsumen.
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
Pegawai ASN dituntut untuk memberikan pelayanan dengan ramah, ditandai
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapi. Cekatan
ditandai dengan cepat dan tepat waktu. Solutif ditandai dengan mampu
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memilih layanan yang tersedia.
Dapat diandalkan ditandai dengan mampu, akan dan pasti menyelesaikan tugas
yang mereka terima atau pelayanan yang diberikan.
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan
masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan
diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna
layanan.
2. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan, yang dapat berasal dari eksternal seperti kondisi
geografis yang sulit, infrastruktur yang belum memadai, termasuk dari sisi
masyarakat itu sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan
atau sikap masyarakat yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan
kebutuhan yang dinamis dan senantiasa berubah. Tantangan yang berasal dari
internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa anggaran yang terbatas,
kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk belum terbangunnya sistem
pelayanan yang baik.
MODUL AKUNTABEL
A. Konsep Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak
dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku yang sesuai dengan Core Values anatara lain:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi.
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional)
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
4. Tingkatan Akuntabilitas
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability), mengacu pada nilai-nilai
yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas individu, mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi
kewenangan.
c. Akuntabilitas Kelompok, kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas
kerjasama kelompok.
d. Akuntabilitas organisasi, mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
e. Akuntabilitas stakeholder , adalah tanggungjawab organisasi pemerintah
untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.
MODUL KOMPETEN
A. Tantangan Lingkungan Strategis
1. Dunia VUCA
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu
dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty).
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas,
perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan
nasional dan aparatur.
2. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu
sendiri. Akuisisi sejumlah kompetensi dalam standar kompetensi ASN diperlukan,
yang memungkinkan tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang adaptif
terhadap dinamika lingkungannya.
3. Kebijakan Pembangunan Nasional
Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional 2020-2024, telah
ditetapkan bahwa visi pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024 di bawah
kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin adalah:
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong.
Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN
dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan
karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme,
wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship. Kedelapan karakteristik ini disebut sebagai smart ASN.
C. Pengembangan Kompetensi
1. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan
dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan.
2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat.
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Perlunya kemudahan dan kemurahan akses pengembangan kompetensi tersebut
diperlukan, sesuai dengan hak pengembangan kompetensi bagi setiap ASN.
3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai
untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal (e-learning, job
enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan mentoring).
D. Perilaku Kompeten
1. Berkinerja dan BerAkhlak
Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa
ASN merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian
kualifikasi, kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. ASN
sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan
wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen ASN.
2. Learn, Unlearn, dan Relearn
a. Learn dimaksudkan bahwa sejak dini atau sejak keberadaan di dunia, kita
dituntut untuk terus belajar sepanjang hayat.
b. Unlearn diperlukan sebagai proses menyesuaikan/meninggalkan
pengetahuan dan keahlian lama kita dengan pengetahuan yang baru dan
atau keahlian yang baru.
c. Relearn adalah proses membuka diri dalam persepektif baru, dengan
pengakuisi pengetahuan dan atau keahlian baru.
3. Meningkatkan Kompetensi Diri
Setiap orang termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar
sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang dalam oreintasi Ekonomi
Pengetahuan (Knowledge Economy). Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan
konektivitas dalam basis online network. Dalam konteks ini mewujudkan akses
belajar seperti kursus online terbuka massal (MOOCs), di mana koneksi dapat
dibentuk untuk membentuk komunitas pengetahuan.
Tips dan Trik Meningkatkan Motivasi Belajar Untuk Diri Sendiri, sebagai berikut:
a. Membuat Agenda Belajar, untuk mengatur waktu dan materi apa yang harus
dipelajari.
b. Menentukan Gaya Belajar, setiap orang memiliki gaya belajarnya masing-masing.
c. Istirahat
d. Hindari Gangguan Belajar, aturlah waktu untuk bermain gadget.
e. Cari Suasana yang Tepat
f. Belajar/sharing Bersama Teman/jejaring, selain akan menjadi motivasi belajar
dan penyemangat, teman akan membantu saat kamu menemukan kesulitan
4. Membantu Orang Lain Belajar
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998) atau forum terbuka (Knowledge Fairs
and Open Forums). Dalam forum tersebut merupakan kesempatan bagi pegawai
untuk berinteraksi secara informal. Cara lain untuk membantu orang lain melalui
kegiatan aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network),
pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan
bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned) (Thomas H.& Laurence,
1998).
5. Melaksanakan tugas terbaik
Dimensi emosi psikologis merupakan modal penting dalam upaya mendorong
perilaku karya-karya terbaik dalam pekerjaan. Keadaan emosional seperti
kegembiraan, gairah, kepercayaan diri, kebahagiaan, kegembiraan dapat membuat
setiap pegawai mengambil tindakan dan tampil dalam keadaan puncak terbaik atau
kesuksesan pekerjaan.
MODUL HARMONIS
A. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia
Indonesia dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan
budaya nya. Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia
terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Secara lebih spesifik, suku
bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 42% dari
seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika"
(Berbeda-beda namun tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang
membentuk satu kesatuan/negara.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan
yang meliputi aspek aspek sebagai berikut :
1. Kesenian
2. Religi
3. Sistem Pengetahuan
4. Organisasi social
5. Sistem ekonomi
6. Sistem teknologi
7. Bahasa
Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan
Para pendiri bangsa sangat peduli dan penuh kesadaran bahwa bangsa Indonesia
merupakan perkumpulan bangsa yang berbeda dan hanya rasa persatuan,
toleransi, dan rasa saling menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.
Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan
yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan
dan manfaat yang antara lain berupa :
1. Dapat mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia
5. Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan
6. Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
7. Sebagai media hiburan yang mendidik
8. Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
9. Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita
miliki.
Selain memberikan manfaat tersebut keanekaragaman juga memberikan tantangan
kepada negara kita. Keberagaman bangsa Indonesia juga merupakan tantangan
berupa ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat
penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang
akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kondisi sebagai berikut :
1. Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku
yang lain.
2. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antar kelompok yang memiliki
keyakinan atau agama berbeda.
3. Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang
lain.
4. Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam
masyarakat atau golongan dalam masyarakat.
Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme
berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam
lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Sebagai
pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Dalam menjalankan
tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan
keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MODUL LOYAL
A. Konsep Loyal
1. Urgensi Loyalitas ASN
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi
pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government),
pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan
Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab
internal dan eksternal.
2. Makna Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-
lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
3. Loyal dalam Core Values ASN
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
4. Membangun Perilaku Loyal
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud
loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-
langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain
memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun
dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
MODUL ADAPTIF
A. Mengapa Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan
mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas
jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis,
kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan
teknologi dan lain sebagainya.
Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di
sektornya masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan
berbagai tuntutan pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang
berkualitasnya layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti
misalnya:
1. terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak efisien.
2. banyaknya program pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai
cerminan ketidak-efektifan roda pemerintahan.
3. kecenderungan pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas
menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya kreativitas untuk
melahirkan inovasi.
4. masih adanya keluhan masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu layanan
aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan layanan yang kurang bermutu.
Perkembangan Teknologi
Pelayanan publik berbasis digital menjadi salah satu tuntutan perkembangan
teknologi dan juga kebutuhan kemudahan bagi warga dalam mengakses dan
mendapatkannya. Digitalisasi pelayanan menjadi keharusan bagi pemerintah untuk
menyesuaikan dengan peningkatan literasi digital masyarakat.
Tantangan Praktek Administrasi Publik
Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity.
Indonesia dan seluruh negara di dunia tanpa kecuali menghadapi tantangan yang
relatif sama pada aras global, dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik
VUCA, yaitu :
1. Volatility
Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak
terduga. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa 2020 akan menjadi tahun
paling buruk bagi hampir semua sektor usaha di dunia.
2. Uncertainty
Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalaman masa lalu
tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.
3. Complexity
Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih
berlapis, berjalin berkelindan, dan saling memengaruhi. Situasi eksternal yang
dihadapi para pemimpin bisnis semakin rumit.
4. Ambiguity
Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami.
Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi.
B. Memahami Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Kreativitas dan Inovasi
Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama lain.
Selain karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang secara
konteks boleh jadi mempunyai hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah inovasi yang
baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi akan
sulit hadir dan diciptakan.
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide
atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi
dari ide-ide yang berbeda.
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan
kedalaman dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide
atau gagasan yang dimunculkan.
Sehingga dengan demikian kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap maupun
proses dapat dipandang dalam konteks tersendiri yang terpisah dari inovasi. Fondasi
organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu:
1. Lanskap (landscape). Unsur lanskap terkait dengan bagaimana memahami
adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan strategis
yang berubah secara konstan.
2. Pembelajaran (learning). Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas
elemen-elemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan
budaya adaptif, dan struktur adaptasi.
3. Kepemimpinan (leadership). Unsur kepemimpinan yang menjalankan peran
penting dalam membentuk adaptive organization.
Organisasi Adaptif
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan,
mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
Beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi pilihan sentralisasi dan desentralisasi
dalam proses pengambilan keputusan adalah :
1. Perubahan dan ketidakpastian lingkungan yang lebih besar biasanya dikaitkan
dengan desentraliasasi.
2. Jumlah sentralisasi atau desentralisasi harus sesuai dengan strategi pencapaian
tujuan organisasi.
3. Pada masa krisis atau saat diujung tanduk, wewenang dapat dipegang dengan
sentralisasi pada jabatan di level elit.
Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun
karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk
mencapai tujuannya.
MODUL KOLABORATIF
A. Konsep Kolaborasi
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi
adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming to
become more competitive by developing shared routines”.
Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)
Collaborative governance sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama
dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance. Ansel dan Gash
(2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu :
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik)
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu
membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata
kelola stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan
pembentukan ide.
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat
dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu:
1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2. merencanakan aksi kolaborasi
3. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Jenis-jenis WoG
1. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat.
2. Pelayanan Jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa, seperti pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya.
3. Pelayanan Barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang, seperti misalnya jalan, perumahan,
jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
4. Pelayanan Regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan,
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.