Kelompok 7
Kelas 1B Manajemen
Disusun Oleh :
1. Zumrotus Sa’adah (202011080)
2. Distia Ayu Winalda (202011081)
3. Nur Afiani Muna (202011082)
4. Fathin Fauziyah (202011083)
5. Zuliyani Irmawati Fristiyani (202011084)
Pendahuluan
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui kaitan Proklamasi dengan
Pembukaan UUD 1945, mengetahui kedudukan Pancasila pada UUD 1945, serta
Amandemen UUD 1945.
BAB II
Landasan Teori
Dari segi isinya menurut dasar-dasar Negara yang dibentuk Asas kerohanian
Negara yaitu Pancasila pada alenia 4, “ … dengan berdasar kepada Ketuhanan ”
Dalam kaitan itu, silahkan disimak ketentuan Pasal 37 ayat (1) sampai ayat
(5) UUD 1945 pasca amandemen ke-4, dalam Pasal 37 tersebut hanya memuat
ketentuan perubahan pasal-pasal dalam UUD 1945, tidak memuat ketentuan untuk
mengubah Pembukaan UUD 1945. Hal ini dapat dipahami karena wakil-wakil
bangsa Indonesia yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat
memahami kaidah ilmiah, terkait kedudukan Pembukaan UUD 1945 yang sifatnya
permanen sehingga mereka mengartikulasikan kehendak rakyat yang tidak
berkehendak mengubah Pembukaan UUD 1945.
3.Amandemen UUD
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini, berbagai kajian ilmiah tentang
UUD 1945, banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemenya
terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksud untuk mengganti sama
sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan suatu prosedur penyempurnaan
terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya itu sendiri,
amandemen lebih merupakan pelengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran
otentik bagi UUD tersebut(Mahfud, 1999: 64). Dengan sendirinya amandemen
dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan pada pasal-pasal maupun
memberikan tambahan-tambahan.
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945
adalah tidak adanya system kekuasaan dengan “checks and balances” terutama
terhadap kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia proses
reformasi terhadap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu
akan mengantarkan bangsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan penataan
terhadap ketatanegaraan.
PASAL 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Diubah menjadi:
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
PASAL 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.
Diubah menjadi:
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan. "
PASAL 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala
undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada
Nusa dan Bangsa."
Janji Presiden (Wakil Presiden):
"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya
dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti
kepada Nusa dan Bangsa". "
Diubah menjadi:
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala
undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada
Nusa dan Bangsa."
(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak
dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.
PASAL 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
Diubah menjadi:
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.
PASAL 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.
Diubah menjadi:
Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang.
PASAL 17
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan.
Diubah menjadi:
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
PASAL 20
(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa itu.
Diubah menjadi:
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
(3) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.
PASAL 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan rakyat berhak memajukan rancangan
undang-undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan rakyat, tidak
disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
Diubah menjadi:
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-
undang.
BAB 3
KESIMPULAN
1) UUD 1945, telah empat kali mengalami perubahan, namun sejumlah pakar
mencatat dan mengidentifikasi masih banyak titik lemahnya dan ini masih
diperlukan perjuangan yang berat agar tujuan perubahan UUD 1945 itu
dapat memenuhi tuntutan masyarakat, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan negara dapat mewujudkan kedaulatan rakyat yang dicita-
citakan.
2) Tentang Sistim perwakilan di parlemen, masih jauh dari harapan. Karena
kelahiran lembaga DPD yang diperjuangkan agar lembaga legislasi bisa
menganut dua kamar atau bicameral, ternyata tidak mudah untuk dicapai,
karena masih banyak kendalanya. Kewenangan sangat sidkit, dan
kedudukan DPD sangat lemah berhadapan dengan DPR. Demikian juga
dengan kewenagan MPR masih kabur, tetang keberadaannya sebagai
lembaga perwakilan, tapi anggota adalah kebanyakan anggota DPR dan
DPD;
3) Tentang Sistim pemerintahan presidensiil dalam situasi banyak partai
politik, menyebabkan akan menjadikan pemerintah kurang efektif dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, apalagi kalau Presidennya tetap
berstatus sebagai anggota atau petugas partai.
4) Dalam tugas-tugas Yudikatif pasti ada tugas dan fungsi yang duplikasi dan
tumpang tindih, karena ada tiga lembaga yang berperan dalam bidang
yudikatif yakni MA, MK dan KY. Secara substansi memang ada
perbedaan tugas dan fungsinya, tapi nomenklaturnya satu yaitu Yudikatif.
Antara MK dan KY atau MA, jika ditelusuri banyak pertentangan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Sebagai contoh : Apakah KY bisa
mengawasai Hakim Agung yang ada di MK atau MA. Hal sempat ramai
dibicarkan publik.
5) Sistim desentralisasi yang dominan melahirkan sikap feodalime
dikalangan pejabat di daerah, Sistim otonomi daerah sering terjadi tarik
ulur antara pemerintah Pusat dengan pemerintah daerah. Sebagai dampak
negatifnya Tugas-tugas pemerintah pusat menjadi tidak efektif, karena
daerah minta kewenagan yang lebih, sementara pemrintah Provinsi
seringkali dilangkahi oleh pemerintah Kabupaten/ Kota, karena ia merasa
bahwa otonomi itu ada di Kabupaten dan Kota.
Daftar Pustaka