Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PEMBUKAAN UUD 1945
SMP NEGERI 44 KOTA BEKASI

DI SUSUN OLEH :

DIAH AYU SEPTI AMALIA

SAPUTRA

RIFQI WIJAYA

VIONA

FIKRI

TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang tertulis. Dalam kedudukan yang demikian,
maka undang-undang dasar merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Maka undang
undang juga mempunyai kedudukan atau fungsi, sebagai alat control apakah norma hukum yang
lebih rendah yang berlaku itu sesuai atau tidak dengan ketentuan undang undang dasar.

Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu untuk mengisi
kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan dalam
memperkembangkan kebangsaan kita, dan untuk menentukan arah kemajuan Indonesia.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pokok-pokok kaidah negara yang fundamental.
Maka di samping merupakan suasana kerohaniaanya dari UUD 1945, juga merupakan sumber
penjabaran normatif, oleh karena itu dalam pembukaan UUD 1945 terkandung sendi-sendi
kehidupan negara. Namun terkadang masyarakat seringkali mengabaikan arti penting Undang
Undang Dasar 1945, sehingga tidak sedikit dari kita yang kehilangan jati diri bangsa dan dengan
mudah dijajah oleh bangsa lain baik dalam makanan, fashion maupun gaya hidup.

Bertolak dari pemaparan diatas, maka kami menganggap perlu mengadakan kajian yang lebih
mendalam mengenai pembukaan Undang Undang Dasar 1945 .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dibentuknya UUD 1945?

2. Apa makna yang terkandug dalam UUD 1945

3. Apa isi pembukaan UUD 1945?

4. Apakakah pokok pikiran yang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945?

5. Apa hubungan pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi?

6. Apa hubungan pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuhnya?


C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya UUD 1945

2. Mengetahui makna yang terkandung dalam UUD 1945

3. Mengetahui isi pembukaan UUD 1945

4. Mengetahui pokok pikiran yang terkandumg dalam pembukaan UUD 1945

5. Mengetahui hubungan UUD 1945 dengan proklamasi

6. Mengetahui hubungan pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuhnya

D. Manfaat

1. Menambah wawasan penulis tentang pembukaan UUD 1945

2. Sebagai referensi untuk pembaca

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah terbentuknya UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29
April 1945 merupakan badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang
berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang
“Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI
membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945.

Kemudian Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sedangkan pengesahan UUD
1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

B. Makna pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motifasi dan inspirasi perjuangan dantekad bangsa
Idonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yangingin ditegakkan baik
dilingkungan nasional maupun internasional. Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan
hidmat dalam 4 alenia, setiapalenia dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat
mendalam danmempunyai nilai-nilai yang universaldan lestari. Pembukaan UUD 1945 tidak lain
adalah tempat penaungan jiwa proklamasi yaitu jiwa pancasila.

Jadi pembuakaan UUD merupakan pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cita-
cita luhur dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang memuat pancasila sebagai
dasarNegara, merupakan satu rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah merupakan pokok kaidah Negara yangfundamental
bagi Negara Indonesia yang berkedudukan serta melekat pada kelangsunganhidup Negara Republik
Indonesia dan tidak dapat dirubah oleh siapapun karenamengubah pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 berarti pembubaran Negara RepubilikIndonesia.

C. Isi pembukaan UUD 1945

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 terdiri dari empat alenia. Alenia pertama, “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segalabangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”.

Alenia ke dua, “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telahsampailah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka,bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Alenia ketiga, ” Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengandidorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya”.

Alenia keempat, “Kemudiaan dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungisegenap bangsa dan seluruh tumpahdarah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupanbangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan perdamaianabadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan
bangsa Indonesia itu dalamsuatu UUD Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkankepada ke-Tuhanan Yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilasn sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

D. Pokok pikiran batang tubuh UUD 1945

Pokok-pokok pikiran di jelaskan dalam batang tubuh UUD yaitu dalam pasal-pasalnya. Ada 4 pokok
pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam yaitu:

1. Pokok pikiran pertama.

“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia yang berdasarkan atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini
diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi segenap bangsa seluruhnya.
Jadi Negara mengatasi segala faham golongan, mengatasi segala faham perseorangan. Negara
meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya, inilah suatu dasar yang tidak boleh dilupakan.
Rumusan ini mewujudkan pokok pikiran persatuan.
2. Pokok pikiran kedua.

“Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Ini yang dilakukan pada
kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Rumusan ini mewujudkan pokok pikiran keadilan
sosial.

3. Pokok pikiran ketiga.

Pokok pikiran ketiga, yang terkandung dalam pembukaan ialah negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasarkan atas kerakyatan dan pemusyawaratan/ perwakilan. Oleh karena itu sistem Negara yang
terbentuk dalam UUD harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas
pemusyawaratan/ perwakilan. Memang alenia itu sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Ini
adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat.

4. Pokok pikiran keempat.

Pokok pikiran keempat yang terkandung dalam pembukaan ialah Negara berdasarkan atas ke-
Tuhanan YME menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu UUD harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelengaraan Negara untuk
memlihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Ini menegaskan pokok pikiran. Ketuhanan yang
maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

E. Hubungan UUD 1945 dengan proklamasi

Dikatakan bahwa proklamasi adalah suatu proclamation of independen, yang merupakan penjebolan
tertib hukum kolonial dan mulai memberlakukan tertib hukum nasional.Sedangkan cita-cita bangsa
Indonesia secara terperinci dituangkan dalam pembukaanUUD 1945, atau menurut ketetapan MPR
No. XX/ MPRS/1996 dinyatakan bahwa pembukaan merupakan keinginan bangsa Indonesia yang
terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan yang
memuat pancasila di dalamnya, merupakan satu rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus1945. Dapat juga dinyatakan, bahwa pembukaan UUD 1945 adalah merupakan suatu
Declaration of independence dengan proclamation of independence hubungannya sangat erat,
sebab keduanya saling bersinambungan satu dengan lainnya yaitu apa yang dinyatakan dalam
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 selanjutnya diperinci lebih lanjut dalampembukaan UUD
1945.

F. Hubungan UUD 1945 dengan batang tubuhnya

Isi pengertian yang terkandung dalam masing-masing bagian pembukaan melukiskan adanya
rangkaian peristiwa dan keadaan berkenaan dengan berdirinya negara Indonesia, melalui
pernyataan kemerdekaan kebangsaan Indonesia. Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului
terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi motif
pendorong bagi tersusunnya kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud terbentuknya negara
Indonesia . Alinea satu sampai tiga dalam pembukaan UUD 1945 merupakan ekspresi peristiwa yang
terjadi pada pembukaan UUD 1945 alinea.

Garis pemisah antara kedua peristiwa dan kedaan tersebut dengan jelas ditandai oleh pengertian
yang terkandung dalam istilah “Kemudian daripada itu”. Pada bagian ke-empat pembuakaan,
sehingga dapat ditentukan sifat hubungan antara masing-masing bagian pembukaan dengan batang
tubuh UUN 1945, yaitu:

1. Bagian pertama, kedua dan ketiga pembukaan merupakan segolongan pernyataan- pernyataan
yang tidak mempunyai hubungan organisasi dengan batang tubuh UUD 1945.

2. Bagian keempat pembukaan mempunyai hubungan kausal dan organis dengan batang tubuh UUD
1945.

3. Bahwa bentuk Republik yang berkedaulatan rakyat dan pokok dasar kerohanian Negara Pancasila
harus tertuang dalam batang tubuh UUD, oleh karena telah merupakan ketentuan dari pembukaan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 mengandung makna sejarah
tujuan berdirinya negara, isi dari visi dan misi negara bagi seluruh warga negara Indonesia yang
tertuang secara menyeluruh didalam pembukaan undang undang sehingga dapat di uraikan dalam
berbagai pasal sebagai penjelas dari pembukaan undang undang yang bersifat menyeluruh dan
singkat padat. Dalam kenyataannya pembukaan undang undang dasar 1945 sudah cukup
menyangkup berbagai aspek.

B. Saran

Pahamilah secara mendalam apa isi kandungan dari pembukaan UUD 1945 dan implementasikan ke
dalam kehidupan sehari- hari agar visi dan misi negara Indonesia dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mahfud Moh MD SH SU. 2001. Dasar dan struktur Ketatanegaraan Indonesia.Jakarta :
Rineka cipta

https://www.slideshare.net.//
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................3

C. Tujuan.......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Mengetahui Tentang UUD 1945...............................................................4

B. Sejarah Lahirnya UUD 1945....................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

A. Kesimpulan.............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, penulis memuji, memohon pertolongan, serta meminta
ampunan kepada-Nya. Penulis berlindung kepada Allah dari kejelekan diri dan keburukan amal
penulis. Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, niscaya tiada seorang pun yang dapat
menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya, niscaya tiada seorang pun yang
dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tiada ilahyang berhak diibadahi dengan benar
kecual Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya.

Alhamdulillah Allah yang telah memberikan kita kesehatan dan kesempatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “UUD 1945“. Dalam penyusunan makalah ini
ada beberapa buku dan internet yang dijadikan referensi oleh penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dosen pembinbing sehingga
makalah ini bisa selesai pada tepat waktunya. Dengan keterbatasan penulis pasti ada kekurangan
dan kelemahan dari makalah ini, maka dari itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UUD 1945 sudah dimaksudnkan sebagai UUD sementara untuk segara mengantarkan
Indonesia kepintu kemerdekaan. UUD 1945 dibuat karena adanya peluang untuk merdeka yang
harus direbut dengan cepat dan untuk itu harus pula segera ditetapkan UUD bagi Negara yang
digagas sebagai Negara konstitusional dan demokratis. UUD diperlukan bagi Negara yang
dimerdekakan itu karena partai pendiri Negara (founding people) Indonesia telah bersepakat
untuk mendirikan Negara diatas prinsip demokrasi dan hukum yang mengakui dan melindungi
Hak-hak Asasi Manusia (HAM). Pilihan seperti itu menurut adanya aturan main politik yang
dituangkan didalam konstitusi sebagai kontrak social dan politik berdirinya Negara. Maka,
dibuatlah UUD 1945 melalui perdebatan di Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
kemudian mensahkannya pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Karena dikepung oleh situasi politik yang muncul akibat berkobarnya perang Pasifik,
Perdebatan tentang materi UUD 1945 belum menghasilkan kesepakatan final tentang beberapa
masalah mendasar ketika harus disahkan. Namun, para pendiri itu menyepakati untuk mensahkan
lebih dulu UUD 1945 sebagai UUD sementara untuk kemudian, setelah merdeka kelak segera
dibuat UUD yang lebih permanen dan bagus.

Dengan demkian, tak dapat dibantah bahwa UUD 1945 sejak semula memang memaksudkan
sebagai UUD Interim (Sementara) untuk pada waktunya harus diperbaharui oleh MPR hasil
pemilu. Bahwa UUD 1945 sejak semula memang dimaksudkan untuk sementara dapat ditelusuri
dari sejarah pembahasan maupun isin UUD itu sendiri kemudian dikonfirmasi oleh kenyataan-
kenyataan politik yang menyusulnya.

Setelah tak dapat diputuskan dengan suara bulat karena banyak bagian isinya masih
diperdebatkan pada sidang PPKI, 19 Agustus 1945, Soekarno mengajak PPKI mensahkan dulu UUD
1945 sebagai UU sementara untuk pada saatnya diperbaiki lagi setelah keadaan memungkinkan.
Bung Karno yang pada tanggal 18 Agustus 1945 sudah menjadi ketua PPKI mengatakan:

“Undang-undang Dasar yang buat sekarang ini adalah Undang-undang Dasar


Sementara…,..ini adalah Undang-undang Dasar Kilat. Nanti kalau kita bernegara didalam
suasanan yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Perwakilan
Rakyat yang dapat membuat Undang-Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna”.

Dari cuplikan sejarah itu jelas bahwa UUD sejak semula memang dipandang belum baik dan
masih harus diperbaiki setelah keadaan memungkinkan.

Pandangan Soekarno bahwa UUD 1945 perlu diterima untuk sementara, dan itu tak dapat
dibantah sedikit pun oleh angota-anggota PPKI yang lain, tertuang didalam UUD 1945 itu sendiri
yakni didalam aturan tambahan. Aturan tambahan jelas memuat sikap PPKI bahwa UUD 1945
adalah UUD interim dan karenanya PPKI memerintahkan agar setelah perang pasifik UUD itu
dibicarakan lagi untuk kemuadian ditetapkan oleh MPR. Isi aturan tambahan antara lain sebagai
berikut:

1) Dalam enam bulan setelah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia
mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.

2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis ini
bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.

Ayat (1) aturan tambahan memerintahkan kepada Presiden untuk, dalam waktu enam bulan
setelah perang pasifik, membentuk lembaga-lembaga Negara dan instrumen kenegaraan lainnya
sesuai dengan ketentuan UUD, termasuk membentuk MPR dan DPR melalui pemilihan umum
sesuai dengan prinsip demokrasi. Tafsir yang paling logis atas perintah “menyelenggarakan segala
hal” dalam ayat tersebut yang paling utama adalah menyelenggarakan pemilu sesuai dengan
prinsip demokrasi dan semangat yang terkandung didalam perdebatan diBPUPKI dan PPKI.
Alasannya jelas, yakni, ketika itu semua lembaga Negara belum dapat dibentuk melalui ketentuan
konstitusi sehingga harus ditetapkan secara khusus pula. Itulah sebabnya aturan peralihan pasal
IV memberi kekuasaan yang sangat besar kepada Presiden dengan menentukan bahwa “sebelum
MPR,DPR,dan DPA dibentuk dengan UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden
dengan bantuan sebuah komite nasional.” Kekuasaan yang begitu besar dan tidak normal itu
menurut aturan tambahan ayat (1) harus diakhiri dalam waktu tertentu disertai langkah
pembentukan alat-alat Negara sesuai dengan ketentuan UUD.

Selanjutnya, ayat (2) aturan tambahan secara spesifik memerintahkan agara MPR terbentuk
berdasarkan pelaksanaan perintah ayat (1) maka MPR bersidang untuk menetapkan UUD.
Memang ‘menetapkan’ UUD disini dapat saja diartikan menetapkan kembali apa yang telah
diputuskan oleh PPKI, tetapi yang lebih masuk akal adalah memperbarui. Ini didasarkan pada dua
alasan. Pertama: Karena secara historis UUD diputuskan oleh PPKI dengan maksud sementara
seperti yang dinyatakan oleh Soekarno tanpa bantahan dari anggota lain. Kedua: kata
‘menetapkan’ tersebut lebih tepat diartikan membahas kembali dan memperbaikinya sesuai
dengan tugas dan wewenang MPR yang dicantumkan didalam pasal 3 UUD itu sendiri yang
berbunyi “Majelsi Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis
besar dari pada haluan Negara”.

Dengan demikian, tampak jelas bahwa selain tercatat dari rekaman historis keniscayaan
perubahan UUD 1945 tercantum juga didalam kewenangannya ditentukan oleh Pasal 3 dan
caranya ditentukan didalam Pasal 37.

B. Rumusan Masalah

1.Mengetahui UUD 1945?

2.Bagaimana cara kita mengetahui sejarah lahirnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia?

C. Tujuan

1.Untuk mengetahui pengertian UUD 1945.

2.Untuk mengetahui sejarah lahirhnya UUD 1945 Negara Republik Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 adalah hukum dasar tertulis,dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik
Indonesia saat ini. Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil
memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa
Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang
pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno
menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI
membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar
Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri
dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945.
Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan
UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal
29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia"
karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera.
Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD
1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang
tidak tertulis, yaitu Konvensi)

1. Sebagai (norma) hukum :

a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap


WNRI dan penduduk di RI.

b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara
harus dilaksanakan dan ditaati.

2. Sebagai hukum dasar:

a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP,
Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.

b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai
dengan ketentuan UUD 1945.

Sifat uud 1945

1. UUD 1945 bersifat supel (elastis),

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis.
Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh
karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak
ketinggalan zaman.

2. Rigid

Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan
yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.

Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD 1945. Dari pengertian tersebut
dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga
masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada
dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.

Fungsi UUD 1945

Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar
yang tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakanatau kebijakan pemerintah
haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturanyang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya peraturan perundang-undangantersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi.

Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam
pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak
dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut
bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD 1945 juga memiliki fungsi
sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam UUD 1945 juga terkandung :


1. Materi pengaturan sistem pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas,
wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara

2. Hubungan negara dengan warga negara baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya
maupun hankam.

B. Sejarah UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945 merupakan badan yang merancang konstitusi 1945. Selama sesi pertama
yang berlangsung dari 28 Mei – 1 Juni 1945, Ir. Sukarno menyampaikan gagasan “Dasar Negara”,
bernama Pancasila.

Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota Sembilan BPUPKI membentuk sebuah komite yang terdiri
dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta, yang akan menjadi teks pembukaan UUD 1945
Setelah penghapusan frasa “kewajiban untuk melaksanakan Syariah Islam bagi penganutnya
“Piagam Jakarta naskah ke naskah pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI.

Pengesahan UUD 1945 telah dikonfirmasi oleh Komite Nasional Indonesia Pusat “KNIP” yang
diselenggarakan pada tanggal 29 Agustus 1945. The 1945 rancangan naskah Indonesia yang
disusun selama Sesi Kedua Badan Investigasi Persiapan Kemerdekaan “BPUPKI”. Nama lembaga
tanpa kata “Indonesia” karena tanah tersebut disediakan untuk Jawa.

Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Pada
tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia.

Periode untuk 1945 “18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949”

Pada periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia
sedang sibuk memperjuangan kemerdekaan. Titah No. X Wakil Presiden pada 16 Oktober 1945
memutuskan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena Majelis dan Parlemen
belum terbentuk. 14 November 1945 Semi-Presiden Kabinet dibentk(“Semi-Parlementer”) yang
pertama, sehingga acara ini mengalami perubahan pertama sistem pemerintahan Indonesia untuk
1945.

Periode Diberlakukanya Konstitusi RIS 1949 “27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950”
Pada saat ini pemerintah Indonesia adalah sistem parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk
negara yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing negara memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan internal. Ini adalah perubahan dari tahun 1945 yang
mengamanatkan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan.

Periode 1950 “17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959”

Sistem dalam periode 1950 diberlakukan demokrasi parlementer sering disebut Demokrasi Liberal.
Pada periode ini juga kabinet selalu berganti-ganti, sebagai akibat dari pembangunan tidak
berjalan lancar, masing-masing pihak lebih memperhatikan kepentingan partai atau kelompok.

Setelah negara RI pada tahun 1950 dan sistem Demokrasi liberal yang dialami oleh masyarakat
Indonesia selama hampir 9 tahun, rakyat Indonesia sadar bahwa UUD 1950 dengan sistem
Demokrat Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan semangat Pancasila dan UUD 1945.

Periode kembalinya ke 1945 “5 Juli 1959 – 1966”

Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 di mana banyak kepentingan partai
saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi baru, pada tanggal 5 Juli
1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden yang satu itu memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai konstitusi, menggantikan Sementara Konstitusi 1950 yang berlaku
pada waktu itu.

Pada saat ini, ada berbagai penyimpangan 1945, termasuk :

Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua MPR / DPR dan Mahkamah Agung serta Wakil Ketua
DPA sebagai Menteri Negara MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

Periode 1945 orde baru “11 Maret 1966 – 21 Mei 1998”

Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila murni dan akibatnya. Selama Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi sangat “sakral”, di
antara melalui sejumlah aturan :

 Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa Majelis bertekad untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak wasiat akan membuat beberapa perubahan
 Keputusan No. IV / MPR / 1983 referendum yang antara lain, menyatakan bahwa jika
keinginan Majelis mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta pendapat rakyat melalui
referendum.

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan implementasi


dari Keputusan No. IV / MPR / 1983.

Masa “21 Mei 1998 – 19 Oktober 1999”.

Pada saat ini transisi diketahui. Waktu itu sejak Presiden Soeharto digantikan oleh BJ Habibie
dengan hilangnya Timor Timur dari NKRI.

Periode Perubahan “Tahun 1945”.

Salah satunya adalah tuntutan Reformasi 1998 untuk perubahan amandemen UUD 1945 Latar
Belakang tuntutan perubahan UUD 1945, antara lain, seperti di masa Orde Baru, kekuasaan
tertinggi di tangan Majelis dan di sebenarnya bukan di tangan rakyat, kekuasaan yang sangat
besar kepada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” yang dapat menyebabkan
multitafsir, serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat pejabat negara yang belum
cukup didukung oleh ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan 1945 ketika itu meningkatkan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan,
hak asasi manusia, pembagian kekuasaan, eksistensi demokrasi dan supremasi hukum, serta hal-
hal lain sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan pembangunan bangsa. 1945 perubahan perjanjian
yang tidak mengubah UUD 1945, tetap mempertahankan struktur negara staat structuur kesatuan
atau selanjutnya dikenal sebagai Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI, serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensial.

Pada periode 1999-2002, 1945 mengalami 4 kali perubahan amandemen yang ditetapkan dalam
Sidang Umum dan Sidang Tahunan :

 Sidang Umum 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 1945 Amandemen Pertama.

 Sidang Tahunan 2000, diadakan pada tanggal 7-18 Agustus 2000 1945 Perubahan Kedua.

 Sidang Tahunan 2001, tanggal 1-9 November 2001 1945 Perubahan Ketiga.

 Sidang Tahunan 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 1945 Perubahan Keempat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum adalah kekuasaan yang mengatur dan memaksa. Dengan tiada kesudahan ia
mengatur hubungan- hubungan yang di timbulkan oleh pergaulan masyarakat manusia
(hubungan yang timbul oleh perkawinan, keturunan, kerabat darah, ketetanggaan, tempat
kediaman, kebangsaan, dari perdangangan dan pemberian pelbagai jasa dan dari perkara-
perkara lainnya), dan hal- hal tersebut dilakukannya dengan menentukan batas kekuasaan-
kekuasaan dan kewajiban- kewajiban tiap- tiap orang terhadap mereka dengan siapa ia
berhubungan.[1]
Hukum terdiri dari peratuaran tingkah laku. Tetap masih ada peratutan tingkah laku,
lain dari pada peraturan- peraturan tingkah laku hokum. Segala peraturan- peraturan itu yang
mengandung petunjuk- petunjuk bagaimana manusia hendaknya bertindak-
tanduk.[2]ketertipan dan keamanan dalam masyrakat akan terpelihara, bila mana tiap anggota
masyarakat mentaati peraturan- peraturan (norma- norma) yang ada dalam masyarakat itu.
Peraturan itu dikeluarkan oleh badan hokum yang berkuasa dalam masyarakat itu yang di
sebut oleh pemerintah.dalm pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang hukum
pidana dan perdata dan macam- macamnya serta perbedaanya.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu guna memenuhi Tugas PKN dan menambah
pengetahuan tentang hukum-hukum yang ada di Indonesia.

C. Rumusan Masalah
a. Pengertian Hukum Pidana dan Perdata
b. Pengertian hukum penurut para ahli
c. Macam – macam hukum pidana
d. Perbedaan hukum pidana dan perdata
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Pidana dan Perdata


1. Hukum pidana
Merumuskan hukum pidana ke dalam rangakaian kata untuk dapat memberikan sebuah
pengertian yang komprehensif tentang apa yang dimaksud dengan hukum pidana adalah
sangat sukar. Namun setidaknya dengan merumuskan hukum pidana menjadi sebuah
pengertian dapat membantu memberikan gambaran atau deskripsi awal tentang hukum
pidana. Banyak pengertian dari hukum pidana yang diberikan oleh para ahli hukum pidana
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) W.L.G. Lemaire
Hukum pidana itu itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan- keharusan dan
larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu
sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus. Dengan demikian
dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma yang
menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam
keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana
yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.[3]
b) Simons
Menurut Simons hukum pidana itu dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif
atau strafrecht in objectieve zin dan hukum pidana dalam arti subjektif atau strafrecht in
subjectieve zin. Hukum pidana dalam arti objek tif adalah hukum pidana yang berlaku, atau
yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale.[4] Simons merumuskan hukum
pidana dalam arti objektif sebagai:
o Keseluruhan larangan dan perintah yang oleh negara diancam dengan nestapa yaitu suatu
pidana apabila tidak ditaati.
o Keseluruhan peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan pidana.
o Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk pen- jatuhan dan penerapan pidana.[5]
o Hukum pidana dalam arti subjektif atau ius puniendi bisa diartikan secara luas dan sempit,
yaitu sebagai berikut:[6]
a) Dalam arti luas:
Hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara untuk mengenakan atau mengancam
pidana terhadap perbuatan tertentu.

b) Dalam arti sempit


Hak untuk menuntut perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap
orang yang melakukan perbuatan yang dilarang. Hak ini dilakukan oleh badan-badan
peradilan. Jadiius puniendi adalah hak mengenakan pidana. Hukum pidana dalam arti
subjektif (ius puniendi) yang merupakan peraturan yang mengatur hak negara dan alat
perlengkapan negara untuk mengancam, menjatuhkan dan melaksanakan hukuman terhadap
seseorang yang melanggar larangan dan perintah yang telah diatur di dalam hukum pidana itu
diperoleh negara dari peraturan- peraturan yang telah ditentukan oleh hukum pidana dalam
arti objek tif (ius poenale). Dengan kata lain ius puniendi harus berdasarkan kepadaius
poenale.
c. Hazewinkel-Suringa
Hukum pidana adalah sejumlah peraturan hukum yang mengandung larangan dan perintah
atau keharusan yang terhadap pelanggarannya dian- cam dengan pidana (sanksi hukum) bagi
barang siapa yang membuatnya.[7]

d. Adami Chazawi
Hukum pidana itu adalah bagian dari hukum publik yang memuat/berisi ketentuan-ketentuan
tentang: 1. Aturan umum hukum pidana dan (yang dikaitkan/berhubungan dengan) larangan
melakukan perbuatan-perbuatan (aktif/positif maupun pasif/negatif) tertentu yang disertai
dengan ancaman sanksi berupa pidana (straf) bagi yang melanggar larangan itu; 2. Syarat-
syarat tertentu (kapankah) yang harus dipenuhi/harus ada bagi si pelanggar untuk dapat
dijatuhkannya sanksi pidana yang diancamkan pada larangan perbuatan yang
dilanggarnya.[8]

e. W.F.C. van Hattum


Hukum pidana adalah suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan- peraturan yang diikuti
oleh negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya, dimana mereka itu sebagai
pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan-tindakan
yang bersifat melanggar hukum dan telah mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-
peraturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman.[9]
Dari sekian banyak definisi yang telah di kemukankan oleh para ahli, maka dapat kami
simpulkan bahwa hukum pidahna merupakan hukum yang mengatur tentang pelanggaran-
pelangaran dan kejahatan- kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan itu yang mana
diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.

2. Hukum perdata
Hukum perdata ialah hukum yang mengatur kepentingan antara warga negara perseorangan
yang satu dengan warganegara yang lain.[10] Sedangkan pengertian yang lain hukum perdata
(burgerlijkrecht) adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik beratkan pada
kepentingan perseorangan.[11] Jadi hukum perdata ialah ialah aturan-aturan hukum yang
mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga.

B. Macam- Macam Pidana


Ketentuan pasal 10 KUHP menyebutkan di samping 4 (empat) macam pidana pokok ada 3
(tiga) macam pidana tambahan:[12]

1. Pidana pokok:
 Pidana mati
Pidana mati terdiri dari jenis pidana yang merampas suatu kepentingan hukum (rechtbelang),
yaitu berupa nyawa manusia.
 Pidana penjara
Jenis pidana ini adalah termasuk jenis pidana perampasan kemerdekaan pribadi seseorang
terhukum. Di sini dikatakan perampasan, oleh karena si terpidana ditempatkan di dalam
rumah penjara yang mengakibatkan ia tidaka dapat bergerak dengan merdeka dan bebas
seperti di luar.
 Pidana kurungan
Seperti telah di kemukakan di atas, sifat jenis pidana ini sama dengan pidana penjara, yaitu
bersifat merampas kemerdekaan orang lain.
 Pidana denda
Adapun yang dimaksud pidana denda ialah kewajiban seseorang yang telah di jatuhi pidana
(denda) tersebut oleh pengadilan (hakim) untuk membayar sejumlah uang tertentu oleh
karena itu ia telah melakukan perbuatan yang dapat di pidana.
2. Pidana tambahan
Sebagaiman telah disebutkan dalam ketentuan pasal 10 KUHP, pidana tambahan terdiri dari
tiga macam yaitu
a) Pencabutan beberapa hak tertentu
b) Perampasan barang- barang tertentu
c) Pengumuman keputusan hakim

D. Pembagian Hukum Perdata


Hukum perdata dibagi menjadi dua yaitu :
1. Perdata materiil
Hukum perdata yang mengatur kepentingan- kepentingan perdata. Sedangkan perdata
materiil di bagi menjadi empat yaitu :
a) Hukum perusa (personenrecht)
b) Hukum keluarga (familierecht)
c) Hukum harta (vermogensrecht)
d) Hukum waris (erfceht)

2. Perdata formil
Hukum perdata yang mengatur pertikaian hukum mengenai kepentingan- kepentingan
perdata atau dengan perkara lain. Ia di jalankan dengan jalan acara, karena itu maka hukum
perdata formil disebut orang hukum acara perdata.

D. Perbedaan hukum pidana dan perdata


Terdapat tiga perpedaan yaitu
1. Perbedaan isi
Hukum perdata mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang lain dengan
menitih beratkan kepentingan perseorangan, segangkan hukum pidana mengatur hubungan
antara seseorang anggota masyarakat (warga negara) dengan negara yang menguasai tata
tertib mayarakat itu.

2. Perbedaan pelaksanaan
a) Pelanggaran terhadap hukum perdata diambil tindakan oleh pengadilan setelah adanya
pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan. Pihak yang mengadu tersebut menjadi
penggugat dalam perkara tersebut. Sedangkan pelanggaran terhadap hukum pidana pada
umumnya segera diambil tindakan oleh pengadilan tanpa perlu adanya pengaduan dari pihak
yang dirugikan, setelah ada pelanggaran terhadap norma hukum pidana maka alat- alat
perlengkapan negara seperti polisi, jaksa, hakim segera bertindak.
b) Pihak yang menjadi korban cukuplah melaporkan kepada pihak yang berwajib (polisi)
tentang tindakan pidana yang terjadi dan yang menjadi penggugat adalah jaksa (penuntut
umum)
c) Terhadap beberapa tindak pidana tertentu tidak akan diambil tindakan oleh pihak yang
berwajib jika tidak diajukan pengaduan.
3. Perbedaan penafsiran
Hukum perdata memperbolehkan untuk melakukan berbagai interprestasi terhadap Undang-
Undang hakim perdata. Sedangkan hukum pidana hanya boleh ditafsirkan menurut arti kata
dalam Undang- Undang hukum pidana itu sendiri (penafsiran authentuik).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang
tidak tertulis, yaitu Konvensi)

1. Sebagai (norma) hukum :

a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap


WNRI dan penduduk di RI.

b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara
harus dilaksanakan dan ditaati.

2. Sebagai hukum dasar:

a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP,
Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.
b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai
dengan ketentuan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA

rio-mamdoeh.blogspot.com/.../makalah-sejarah-perkembangan-konstitus

tiarameilita.blogspot.com/2012/02/makalah-uud-1945.html

Anda mungkin juga menyukai