Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral",
diantara melalui sejumlah peraturan:
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan
Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan
Keempat UUD 1945
Apabila UUD merupakan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Indonesia, maka
pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan
dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral
yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
bangsa-bangsa di Dunia. Pembukaan yang telah dirumuskan secara khidmat dalam
(4) alenia itu, setiap alenia dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang
sangat dalam, mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Universal karena
mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang berada
dimuka bumi. Lestari, karena mengandung dinamika masyarakat dan akan tetap
menjadi landasan perjuangan bangsa dan Negara selama bangsa Indonesia tetap setia
terhadap Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
2) Makna alenia-alenia pembukaan UUD 1945
Alenia pertama dari pembukaan UUD 1945, menunjukan kuatnya pendirian bangsa
Indonesia menghadapi masalah . dengan pernyataan itu bukan saja bangsa Indonesia
bertekkad untuk merdeka , tetapi akan terus berdiri di barisan paling depan untuk
menentang dan menghapuskan penjajahan diatas dunia.
Alenia kedua menunjukan kebanggaan dan peghargaan kita atas perjuangan bangsa
Indonesia selama ini. ini juga berarti adanya kesadaran bahwa, keadaan sekarang
tidak dapat dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita ambil sekarang
akan menentukan keadaan yang akan datang. Dalam alenia itu jelas apa yang
dikehendaki dan diharapkan oleh para pengantar kemerdekaan, ialah Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Nilai-nilai itulah yang
selalu menjiwai segenap jiwa bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk
mewujudkannya.
c) Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan ahir tetapi masih harus
terus diisi dengan mewujudkan bangsa Indonesia yang merseka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Alenia yang ketiga menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil
bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaanya, tetapi juga menjadi keyakinan,
motivasi sepiritual , bahwa maksud dan tindakannya menyatakan kemerdekaan itu
diberkati oleh Allah yang maha kuasa. Dengan ini digambarkan bahwa bangsa
Indonesia mendambakan kehidupan yang berkeseimbanan kehidupan material dan
sprituil, keseimbangan kehidupan baik di dunia maupun di aherat.
UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan
tambahan, yang mengandung semangat dan merupakan perwujudan dari pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, juga merupakan
rangkakian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Didalamnya berisi materi
yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
b. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan Negara dengan warga Negara dan
penduduknya serta dengan dipertegas dalam pembukaan UUD 1945, yang
berisi konsepsi Negara diberbagai bidang: PolEkSosHanKam dan lain-lain.
c) Kekuasaan Negara yang tertinggi,ditangan MPR (Die gezamte staat gewalt lieght
elleim beir der majelis). Kedaulatan rakyat di pegang oleh suatu badan yang
bernama MPR,sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Tugas dan
wewenang MPR yang menentukan jalanya bangsa dan Negara yaitu berupa :
Menetapkan UUD
Menetapkan GBHN
e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, juga dijelaskan dalam UUD
1945.
KESIMPULAN
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan
Ketiga UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan
Keempat UUD 1945
Alenia yang ketiga menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil
bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaanya, tetapi juga menjadi
keyakinan, motivasi sepiritual , bahwa maksud dan tindakannya menyatakan
kemerdekaan itu diberkati oleh Allah yang maha kuasa.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadiharjo, Darji. Prof. SH, dan Sutopo Yuwono Let. Jen. PENDIDIKAN
PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI, Laboratorium Pancasila Ikip Malang,
1990.
Kansil, Cst, Drs.SH, PANCASILA dan UUD 1945, Ind-Hil-Co, Jakarta 1992.