Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR MODUL 4 PROFESIONAL

Nama : Hamzah, S.Pd


No Peserta PPG : 201502075641
NUPTK : 8033761663200013
No peserta sertifikasi : 19161015410239
Mata Pelajaran : PPKn
Asal Sekolah : SMP NEGERI 3 BENGALON
Alamat Sekolah : Jln. Poros Sekerat Pantai Ds. Sekerat Kec. Bengalon Kab Kutai Timur

Instruksi
Sebagai tugas akhir pada modul ini, kerjakanlah tugas-tugas sebagai berikut

1. akhir-akhir ini, terkait dengan politik Kenegaraan, muncul keinginan dari setiap kelompok
untuk kembali ke UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945. Buatlah sebuah analisis
yang menjelaskan tentang bagaimana mengembalikan ke UUD 1945 agar dapat digunakan
atau tidak.

Adanya gagasan untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang asli sangat sulit
untuk dilaksanakan. Karena, tidak dapat dilakukan secara satu paket. harus pasal per pasal. Sehingga,
sangat sulit membayangkan kita kembali ke UUD 1945 yang asli, kekuasaan sekarang ini sudah terbagi-
bagi secara meluas, sehingga presiden tidak sekuat zaman dulu yang dapat mengambil tindakan sepihak
dengan menggunakan dalil "salus populi suprema lex" yang berarti keselamatan rakyat adalah hukum
yang paling tinggi. Saat ini Mahkamah Agung tidak lagi berada di bawah presiden, seperti yang terjadi
pada masa lalu, sehingga tidak mudah untuk diminta memberi dasar pembenaran atas sebuah dekrit.
adanya Mahkamah Konstitusi yang wajib menjaga tegaknya konstitusi yang berlaku. Jadi, perubahan
hanya mungkin dilakukan melalui penggalangan politik rakyat yang bermuara di MPR.
Keinginan untuk kembali kepada UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
merupakan langkah mundur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah membuktikan bahwa
UUD 1945 sebelum amandemen telah melahirkan kekuasaan absolute dan totaliter di tangan presiden,
tanpa adanya checks and balances sehingga menimbulkan banyak peluang bagi terjadinya abuse of
power dan pengingkaran terhadap hak asasi manusia.
Sejak awal para pendiri negara (founding fathers) secara eksplisit sudah menyatakan bahwa UUD
1945 adalah konstistusi yang bersifat sementara. Untuk itu, disiapkan Pasal 37 sebagai instrumen untuk
melakukan perubahan sesuai dengan kondisi bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa para pendiri bangsa
saat itu menyetujui jika kelak keadaan telah mengizinkan, dapat membuat UUD baru.
Meski masih terdapat berbagai kekurangan, namun secara umum amandemen UUD 1945 yang
dilaksanakan sebanyak empat kali pada tahun 1999 hingga 2002 telah membawa perubahan kearah yang
lebih baik. Kehidupan demokrasi di Indonesia lebih terjamin. Kedudukan lembaga negara, baik
eksekutif, legislative dan yudikatif telah mempunyai peranan yang lebih jelas dibandingkan masa
sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatasi hanya dua periode, yang dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pelaksanaan otonomi daerah terurai lebih rinci dalam UUD 1945 setelah perubahan. Jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia lebih baik dan diurai lebih rinci dalam UUD 1945 sehingga kehidupan
demokrasi lebih terjamin.
sebenarnya, persoalan mendasar saat ini bukan terletak pada kerangka maupun isi UUD 1945 hasil
amandemen sehingga kita harus kembali lagi ke UUD 1945 asli. Persoalannya sesungguhnya terletak
pada tingkah laku ataupun tanggung jawab penyelenggara negara dalam berkonstitusi, bukan hanya
konstitusinya, baik itu eksekutif, legislatif, yudikatif hingga pemegang kekuasaan audit.
Kembali ke UUD 1945 hanya akan memberikan peluang bagi orang-orang haus kekuasaan untuk
tampil sebagai otoriter baru, membangun rezim dan menghilangkan hak-hak demokrasi masyarakat.
Hal ini hanya akan memberikan kerugian yang besar bagi bangsa Indonesia. Karena itu, yang diperlukan
saat ini bukan kembali pada UUD 1945 asli, melainkan perbaikan pada tingkah laku orang-orang yang
melaksanakan UUD, baik itu di eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Hal ini dapat dilakukan melalui
perbaikan mekanisme rekruitmen pelaksana UUD yang transparan dan akuntabel serta menggunakan
standar tinggi, pengawasan ketat dan menyeluruh serta penegakan hukum yang memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat terhadap pelaksana undang-undang yang melakukan pelanggaran.
Selain itu, perlu adanya penegasan terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila dalam setiap sendi-
sendi kehidupan dalam rangka membangun nation and character building, yaitu membangun karakter
warga yang cinta terhadap bangsa dan tanah air Indonesia dengan menanamkan sikap bangga terhadap
identitas nasional sebagai jati diri bangsa.

2. pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945, silakan sdr mencari dalam
artikel atau jurnal dan lansung dikembangkan

pembukaan UUD 1945 pada dasarnya terkandung arti serta makna pancasila sebagai ideologi dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena dalam pokok pikiran pembukaan UUD
1945 terdapat ideologi nasional yang telah tercermin dan terkandung dalam UUD Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Kandungan pembukaan UUD 1945 tersebut antara lain adalah ideologi
perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kandungan dan
pokok pikiran pembukaan UUD 1945 mengandung 4 pokok pikiran yang pada hakekatnya adalah suatu
penjelmaan dari kerohanian negara kita, yakni pancasila yang dijabarkan lebih lanjut menjadi pasal
pasal dalam undang undang dasar 1945.

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 pada tiap alenia beserta Kandungannya
1. Alenia pertama
Bunyi Alenia 1
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alenia 1


"Negara melindungi segenap bangsa Indonesia Beserta seluruh tumpah darah Indonesia dengan
dasar persatuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatt Indonesia" Kandungan
pembukaan UUD 1945 Alenia 1 ini adalah pengertian bahwa suatu Negara persatuan (Indonesia)
adalah negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia. Jadi dapat kita simpulkan bahwa pokok
pikiran 1 pertama adalah Indonesia mengatasi segala permasalahan meliputi paham suatu golongan,
menghendaki adanya persatuan bangsa Indonesia. Maka dari itu pokok pikiran pembukaan UUD
1945 alenia 1 adalah sila ke 3 pancasila yakni "persatuan Indonesia".
Makna Alenia 1 Pebukaan UUD 1945
1. Pengakuan terhadap prinsip universal yang berupa hak kemerdekaan sebagai hak asasi setiap
bangsa yang harus dijunjung tinggi.
2. Menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan
atau imperialisme di mana saja karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan rasa
keadilan.

2. Alenia kedua
Bunyi Alenia 2
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alenia 2


"Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" Makna dan kandungan pembukaan
UUD 1945 alenia 2 adalah tentang keadilan sosial yang telah didasarkan pada kesadaran kesadaran
manusia. Bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan tujuan menciptakan
keadilan sosial dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Maka dari itu pokok pikiran
alenia 2 pembukaan UUD 1945 adalah cerminan sila ke 5 pancasila yakni "keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia".

Makna Alenia 2 Pebukaan UUD 1945


1. Pengakuan dan penghargaan secara obyektif bahwa kemerdekaan Negara Indonesia adalah
hasil perjuangan dan pergerakan bersama seluruh bangsa Indonesia.
2. Pengakuan akan kesadaran bahwa kemerdekaan Negara Indonesia bukanlah akhir perjuangan
melainkan merupakan pintu masuk bagi terwujudnya sebuah Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

3. Alenia ketiga
Bunyi Alenia 3
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaanya.

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alenia 3


"Negara yang berdaulat adil dan makmur, serta mewujudkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan". Arti dan kandungan alenia 3 pembukaan
UUD 1945 adalah segala system pemerintahan termasuk Undang Undang yang berlaku harus
berdasarkan asas kedaulatan rakyat dan permusyarawatan atau perwakilan Pokok pikiran UUD 1945
alenia 3 ini merupakan cerminan dari sila ke 4 pancasila.

Makna Alenia 3 Pebukaan UUD 1945


1. Pengakuan yang didasarkan atas keyakinan yang kuat bahwa pada hakekatnya kemerdekaan
Negara Indonesia adalah takdir, kehendak, rahmat, dan sekaligus amanat dari Tuhan Yang
Maha Kuasa yang harus dijaga dan dipertahankan.
2. Kesadaran bahwa disamping takdir, kehendak, dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa,
kemerdekaan Negara Indonesia juga merupakan cita-cita luhur yang telah sejak lama
diperjuangkan.
4. Alenia keempat
Bunyi Alenia 4
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteran
umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alenia 4


"Negara berdasarkan atas asas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab" dalam kandungan pembukaan UUD 1945 alenia 4 ini dijelaskan bahwa undang undang
dasar haruslah berisi dan mewajibkan pemerintahan penyelenggaraan negara untuk ikut serta
memelihara budi perketi serta kemanusiaan yang luhur, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia. pokok pikiran ini merupakan cerminana dari sila pertama dan kedua
pancasila. Pancasila yang pada dasarnya telah terkandung dalam pembukaan UUD 1945 telah
memenuhi persyaratan untuk menjadi Ideologi Nasional karena berisi ajaran, teori, doktrin, ilmu
serta cita cita bangsa dan Negara Indonesia yang telah diyakini kebenarannya sejak jaman dahulu.
Ideologi merupakan suatu hal yang penting dalam tatanegara karena menyangkut pedoman serta
penyelenggaraannegara dan rakyat dalam hal permusyawaratan untuk menyelesaikan masalah
ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan (hankam).

Makna Alenia 4 Pebukaan UUD 1945


1. Tujuan Negara yang harus menjadi acuan bagi penyelenggaraan pemerintahan: melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteran umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Negara Konstitusional, yaitu negara yang berdasarkan Undang-Undang Dasar.
3. Negara Republik Demokrasi dengan dasar kedaulatan rakyat.
4. Dasar Negara: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradap, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; yang lazim disebut dengan
PANCASILA.

3. amandemen terhadap UUD 1945 mengakuisisi transisi ke struktur ketatanegaraan, berikan


analisis terhadap tantangan tersebut.

Implikasi perubahan UUD 1945 terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia.


1. MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat
tertinggi. Penghapusan sistem lembaga tertinggi negara adalah upaya logis untuk keluar dari
perangkap design ketatanegaraan yang rancu dalam menciptakan mekanisme check and balances di
antara lembaga-lembaga negara. Selama ini, model MPR sebagai “pemegang kedaulatan rakyat
sepenuhnya” telah menjebak Indonesia untuk membenarkan kekuasaan yang absolute. Perubahan
ini dapat dilihat dari adanya keberanian untuk “memulihkan” kedaulatan rakyat dengan
mengamandemen Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR menjadi kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD. Perubahan ini diikuti dengan langkah besar lainnya yaitu dengan melakukan
amandemen terhadap Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 dari MPR terdiri dari anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) ditambah dengan utusan-utusan dari daerah (UD) dan golongan-golongan
(UG) menjadi MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang
dipilih melalui pemilihan umum. Perubahan terhadap ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat
(2) dan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 berimplikasi pada reposisi peran MPR dari lembaga tertinggi
negara (supreme body) menjadi sebatas sidang gabungan (joint session)antara DPR dan DPD.
2. Dihapusnya sistem unikameral dengan supremasi MPR dan munculnya sistem bikameral. Dalam
sistem bikameral, masing-masing kamar mencerminkan jenis keterwakilan yang berbeda yaitu
DPR merupakan representasi penduduk sedangkan DPD merupakan representasi wilayah (daerah).
Perubahan ini terjadi menjadi sebuah keniscayaan karena selama ini Utusan Daerah dalam MPR
tidak ikut membuat keputusan politik nasional dalam peringkat undang-undang. Banyak kalangan
berharap sistem bikameral dapat menciptakan keseimbangan antara lembaga-lembaga negara
sehingga mekanisme checks and balances berjalan tanpa adanya sebuah lembaga yang mempunyai
kekuasaan lebih tinggi dari yang lainnya.
3. Perubahan proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dari sistem perwakilan menjadi sistem
pemilihan langsung. Perubahan ini tidak terlepas pengalaman “pahit” yang terjadi pada proses
pengisian jabatan Presiden dan Wakil Presiden selama Orde Baru dan pemilihan Presiden tahun
1999. Dengan pemilihan langsung, Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih melalui pemilihan
langsung akan mendapat mandat dan dukungan yang lebih riil rakyat sebagai wujud kontrak sosial
antara pemilih dengan tokoh yang dipilih, Pemilihan langsung akan memberikan kesempatan yang
luas kepada rakyat untuk menentukan pilihan secara langsung tanpa mewakilkan kepada orang lain,
Pemilihan langsung juga dapat menciptakan perimbangan antara berbagai kekuatan dalam
penyelenggaraan negara terutama dalam menciptakan mekanisme checks and balances antara
Presiden dengan lembaga perwakilan karena sama-sama dipilih oleh rakyat.
4. Mekanisme impechment yang semakin jelas. Dengan adanya perubahan UUD 1945, perdebatan-
perdebatan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan impechment ke depan dapat dikurangi secara
signifikan dengan adanya rumusan kaedah secara lebih jelas dalam Pasal 7A dan Pasal 7B UUD
1945,
5. Dihapusnya DPA sebagai salah satu lembaga tinggi negara. Sebagai gantinya, menurut ketentuan
Pasal 16 UUD 1945 Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
pertimbangan kepada Presiden yang selanjutnya diatur dengan undang-undang. Perubahan ini
memberikan klesempatan kepada Presiden untuk dewan pertimbangan, misalnya dalam bentuk
Penasihat Presiden.
6. Kekuasaan kehakiman tidak hanya dijalankan oleh Mahkamah Agung tetapi juga oleh Mahkamah
Konstitusi. Perubahan ini secara eksplisit dinyatakan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 bahwa
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang terhadap undang-undang
dan kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Sedangkan Mahkmah Konstitusi,
menurut ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Meskipun demikian, hasil perubahan tetap menyisakan persoalan lain yang tidak
kalah seriusnya karena ada beberapa pasal hasil perubahan berpotensi merusak mekanisme check
and balances. Potensi ini dapat diamati dalam pasal-pasal tentang DPR yang berhubungan dengan
DPD maupun dengan lembaga-lembaga negara yang lain. Dengan perubahan terhadap UUD 1945
tetap menyisakan persoalan lain seperti dominasi posisi DPRD, tidak hanya terhadap lembaga-
lembaga di luar legislative, tetapi juga terjadi terhadap DPD. Dengan terbatasnya kewenangan yang
dimiliki DPD, sulit dibantah bahwa keberadaannya lebih merupakan sub-ordinasi dari DPR. Sebagai
representasi kepentingan daerah, DPD hanya diberikan kewenangan untuk mengajukan kepada DPR
RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah. Bahkan dalam fungsi legislasi diberikan batas secara
tegas bahwa kekuasaan untuk membuat undang-undang hanya menjadi monopoli DPR. Akibatnya,
perubahan UUD 1945 secara samar-samar mendorong DPR menjadi lembaga negara yang
supreme di antara lembaga-lembaga negara yang ada. Kenyataan ini sulit untuk dibantah karena
hampir semua kekuasaan negara bertumpu ke DPR.

4. buatlah tiga contoh dengan argumennya terkait pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab
negara untuk menghomati, memajukan, menjamin dan memenuhi HAM.
Saudara dapat menikmati contoh-contoh tersebut pada berbagai pemberitaan di media internet.

Penegasan tentang tanggung jawab dan kewajiban negara terutama pemerintah juga ditemukan pada
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), yakni pada Pasal 8
dan Pasal 39. Pada Pasal 71 UU HAM dinyatakan bahwa kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah
meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya
pertahanan keamanan negara, dan bidang lain. Dengan demikian pada konteks HAM, negara melalui
pemerintah adalah pemangku kewajiban dan tanggung jawab HAM, sedangkan masyarakat adalah
pemangku atau pemengang hak.

Contoh pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab negara terhadap HAM :


1. Pelayanan Kesehatan Nasional
Terkait dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Negara dijelaskan dalam Pasal 28H ayat
(1) yang bunyi setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(hak setiap orang memperoleh pelayanan kesehatan) Dan, Pasal 34 ayat (3) berbunyi Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak. (tanggung jawab negara menyediakan fasilitas kesehatan). Dengan kata lain hak warga
untuk memperoleh pelayanan kesehatan menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhi hak
tersebut dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Penjabaran mengenai tanggung jawab negara dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
dijelaskan dalam Pasal 14 s/d Pasal 20 dalam UU 36/2009,
1. Negara bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
2. tanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun
sosial bagi masyarakat.
3. tanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi
seluruh masyarakat.
4. tanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. tanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.
6. bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien,
dan terjangkau.
7. tanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial
nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

2. Penyediaan fasilitas bagi penyandang cacat atau kaum disabilitas.


Penyediaan fasilitas bagi penyandang cacat dapat dijumpai pada sejumlah fasilitas publik seperti
rumah sakit, pusat perbelanjaan, bandara hingga transportasi umum. Fasilitas yang paling sering
dijumpai adalah jalur khusus ataupun toilet bagi penyandang cacat. Meskipun belum maksimal dan
menyeluruh pada seluruh fasilitas publik, penyediaan fasilitas yang sudah ada tersebut merupakan
salah satu upaya pemerintah melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi hak-hak penyandang
cacat seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas. Dalam undang-undang ini, terdapat 33 hak bagi penyandang disabilitas di Indonesia
yang harus dipenuhi.

3. Pengelolaan Pendidikan Nasional


Pemerintah telah terus-menerus memberikan perhatian yang besar pada pembangunan pendidikan
dalam rangka mencapai tujuan negara, yaitu mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi kesejahteraan
umum dan pelaksanaan ketertiban dunia serta berkompetisi dalam percaturan global. sesuai
pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat, ”Pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa,”

Negara juga melakukan pembangunan gedung sekolah, menjamin tersedianya guru dan alat-alat
pendidikan serta mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Upaya negara membangun gedung sekolah, menjamin tersedianya guru dan alat-alat pendidikan
serta adanya alokasi dana BOS merupakan bentuk pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab negara
terhadap hak atas pendidikan kepada setiap warga negara tanpa terkecuali. Pemenuhan ini sesuai
dengan amanat pasal 31 UUD NRI 1945 dan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai