Instruksi
Sebagai tugas akhir pada modul ini, kerjakanlah tugas-tugas sebagai berikut
1. akhir-akhir ini, terkait dengan politik Kenegaraan, muncul keinginan dari setiap kelompok
untuk kembali ke UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945. Buatlah sebuah analisis
yang menjelaskan tentang bagaimana mengembalikan ke UUD 1945 agar dapat digunakan
atau tidak.
Adanya gagasan untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang asli sangat sulit
untuk dilaksanakan. Karena, tidak dapat dilakukan secara satu paket. harus pasal per pasal. Sehingga,
sangat sulit membayangkan kita kembali ke UUD 1945 yang asli, kekuasaan sekarang ini sudah terbagi-
bagi secara meluas, sehingga presiden tidak sekuat zaman dulu yang dapat mengambil tindakan sepihak
dengan menggunakan dalil "salus populi suprema lex" yang berarti keselamatan rakyat adalah hukum
yang paling tinggi. Saat ini Mahkamah Agung tidak lagi berada di bawah presiden, seperti yang terjadi
pada masa lalu, sehingga tidak mudah untuk diminta memberi dasar pembenaran atas sebuah dekrit.
adanya Mahkamah Konstitusi yang wajib menjaga tegaknya konstitusi yang berlaku. Jadi, perubahan
hanya mungkin dilakukan melalui penggalangan politik rakyat yang bermuara di MPR.
Keinginan untuk kembali kepada UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945
merupakan langkah mundur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah membuktikan bahwa
UUD 1945 sebelum amandemen telah melahirkan kekuasaan absolute dan totaliter di tangan presiden,
tanpa adanya checks and balances sehingga menimbulkan banyak peluang bagi terjadinya abuse of
power dan pengingkaran terhadap hak asasi manusia.
Sejak awal para pendiri negara (founding fathers) secara eksplisit sudah menyatakan bahwa UUD
1945 adalah konstistusi yang bersifat sementara. Untuk itu, disiapkan Pasal 37 sebagai instrumen untuk
melakukan perubahan sesuai dengan kondisi bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa para pendiri bangsa
saat itu menyetujui jika kelak keadaan telah mengizinkan, dapat membuat UUD baru.
Meski masih terdapat berbagai kekurangan, namun secara umum amandemen UUD 1945 yang
dilaksanakan sebanyak empat kali pada tahun 1999 hingga 2002 telah membawa perubahan kearah yang
lebih baik. Kehidupan demokrasi di Indonesia lebih terjamin. Kedudukan lembaga negara, baik
eksekutif, legislative dan yudikatif telah mempunyai peranan yang lebih jelas dibandingkan masa
sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatasi hanya dua periode, yang dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pelaksanaan otonomi daerah terurai lebih rinci dalam UUD 1945 setelah perubahan. Jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia lebih baik dan diurai lebih rinci dalam UUD 1945 sehingga kehidupan
demokrasi lebih terjamin.
sebenarnya, persoalan mendasar saat ini bukan terletak pada kerangka maupun isi UUD 1945 hasil
amandemen sehingga kita harus kembali lagi ke UUD 1945 asli. Persoalannya sesungguhnya terletak
pada tingkah laku ataupun tanggung jawab penyelenggara negara dalam berkonstitusi, bukan hanya
konstitusinya, baik itu eksekutif, legislatif, yudikatif hingga pemegang kekuasaan audit.
Kembali ke UUD 1945 hanya akan memberikan peluang bagi orang-orang haus kekuasaan untuk
tampil sebagai otoriter baru, membangun rezim dan menghilangkan hak-hak demokrasi masyarakat.
Hal ini hanya akan memberikan kerugian yang besar bagi bangsa Indonesia. Karena itu, yang diperlukan
saat ini bukan kembali pada UUD 1945 asli, melainkan perbaikan pada tingkah laku orang-orang yang
melaksanakan UUD, baik itu di eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Hal ini dapat dilakukan melalui
perbaikan mekanisme rekruitmen pelaksana UUD yang transparan dan akuntabel serta menggunakan
standar tinggi, pengawasan ketat dan menyeluruh serta penegakan hukum yang memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat terhadap pelaksana undang-undang yang melakukan pelanggaran.
Selain itu, perlu adanya penegasan terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila dalam setiap sendi-
sendi kehidupan dalam rangka membangun nation and character building, yaitu membangun karakter
warga yang cinta terhadap bangsa dan tanah air Indonesia dengan menanamkan sikap bangga terhadap
identitas nasional sebagai jati diri bangsa.
2. pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945, silakan sdr mencari dalam
artikel atau jurnal dan lansung dikembangkan
pembukaan UUD 1945 pada dasarnya terkandung arti serta makna pancasila sebagai ideologi dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena dalam pokok pikiran pembukaan UUD
1945 terdapat ideologi nasional yang telah tercermin dan terkandung dalam UUD Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Kandungan pembukaan UUD 1945 tersebut antara lain adalah ideologi
perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kandungan dan
pokok pikiran pembukaan UUD 1945 mengandung 4 pokok pikiran yang pada hakekatnya adalah suatu
penjelmaan dari kerohanian negara kita, yakni pancasila yang dijabarkan lebih lanjut menjadi pasal
pasal dalam undang undang dasar 1945.
Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 pada tiap alenia beserta Kandungannya
1. Alenia pertama
Bunyi Alenia 1
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
2. Alenia kedua
Bunyi Alenia 2
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
3. Alenia ketiga
Bunyi Alenia 3
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaanya.
4. buatlah tiga contoh dengan argumennya terkait pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab
negara untuk menghomati, memajukan, menjamin dan memenuhi HAM.
Saudara dapat menikmati contoh-contoh tersebut pada berbagai pemberitaan di media internet.
Penegasan tentang tanggung jawab dan kewajiban negara terutama pemerintah juga ditemukan pada
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM), yakni pada Pasal 8
dan Pasal 39. Pada Pasal 71 UU HAM dinyatakan bahwa kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah
meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya
pertahanan keamanan negara, dan bidang lain. Dengan demikian pada konteks HAM, negara melalui
pemerintah adalah pemangku kewajiban dan tanggung jawab HAM, sedangkan masyarakat adalah
pemangku atau pemengang hak.
Negara juga melakukan pembangunan gedung sekolah, menjamin tersedianya guru dan alat-alat
pendidikan serta mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Upaya negara membangun gedung sekolah, menjamin tersedianya guru dan alat-alat pendidikan
serta adanya alokasi dana BOS merupakan bentuk pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab negara
terhadap hak atas pendidikan kepada setiap warga negara tanpa terkecuali. Pemenuhan ini sesuai
dengan amanat pasal 31 UUD NRI 1945 dan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.