Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI

Dosen pengampu:
Dr. Fatmariza.M.Hum

Di Susun Oleh:
Muhammad Farras Alfisar
2213606

GEOGRAFI NK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila tidak tertulis secara resmi dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tetapi
merupakan nilai luhur yang telah tertanam dalam jiwa bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.
Nilai-nilai luhur bangsa tumbuh dan berkembang dalam budaya dan model peradaban bangsa
Indonesia. Pancasila secara resmi tertulis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
disusun dan disepakati sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Riwayat singkat perumusan dan kesepakatan Pancasila adalah bersamaan dengan
perumusan naskah Proklamasi dan Undang-Undang Dasar yang dilakukan oleh para tokoh
pejuang kemerdekaan dan pendiri negara Republik Indonesia yang tergabung dalam BPUPKI
dan PPKI dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 18 Agustus 1945.
Sehari sebelum diproklamasikan Kemerdekaan RI, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945
merupakan saat-saat sibuk dan menegangkan. Hal ini karena perbedaan pendapat antara
beberapa tokoh pejuang kemerdekaan. Golongan yang dipimpin Soekarno dan Moh. Hatta
dengan golongan pemuda di bawah pimpinan Sukarni, Chaerul Saleh, Adam Malik, Wikana,
Dr. Muwardi yang tergabung dalam Angkatan Pemuda Indonesia (API), golongan mahasiswa
di bawah Dr. Tadjaluddin dan golongan St. Sjahrir. Golongan pemuda tersebut menghendaki
Proklamasi Kemerdekaan dilakukan oleh Ir. Soekarno sebagai pemimpin rakyat Indonesia
tanpa melibatkan PPKI yang mereka anggap lembaga buatan Jepang. Sedangkan golongan Ir.
Soekarno tidak dapat begitu saja meninggalkan PPKI yang telah banyak berperan ke arah
pencapaian kemerdekaan. (H. Ali Emran dan Encep Syarief Nurdin, 1994).

Puncak dari perbedaan pendapat itu dilanjutkan dengan dilarikannya Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tapi tidak langsung lama dan dijemput oleh Pak
A.Soebarjo. Ir. Soekarno dan Moh Hatta harus dibawa kembali ke Jakarta untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

Pertemuan anggota PPKI dan sejumlah tokoh pemuda di rumah Laksamana Maeda,
perwira Jepang yang bersimpati pada perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, menjadi
pemicu lahirnya kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945
menjadi topik pembicaraan dalam rapat tersebut. Ir. Soekarno adalah penulis teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Soekarno sebagai penulis naskah. Moh Hatta dan Bapak Achmad
Soebarjo , yang mengusulkan kalimat pertama, bahkan mereka yang mendukung kalimat
kedua Encep Syarief Nurdin dan Ali Emran, 1994).
Karena tokoh-tokoh tersebut tidak memiliki naskah resmi yang dibuat pada tanggal 22
.Juni 1945, maka perlu disiapkan teks proklamasi. Teks proklamasi yang disusun, sebaliknya,
merupakan jiwa atau intisari dari teks proklamasi. Proklamasi yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Teks ini merupakan gambaran singkat Pembukaan UUD 1945 yang menjadi
Pembukaan UUD 1945 setelah disahkan. Pokok-pokok pikiran di balik nilai-nilai Pancasila
dijelaskan secara rinci dalam Pembukaan UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan ?


2. Sebutkan sejarah perumusan pancasila dan tokoh yang terlibat ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan.


2. Mengetahui sejarah perumusan pancasila dan tokoh yang terlibat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti Proklamasi Kemerdekaan

Bangsa Indonesia menggunakan Proklamasi Kemerdekaan juga dikenal sebagai


“jembatan emas” sebagai alat yang berharga untuk mencapai tujuan nasionalnya yaitu
masyarakat yang adil, makmur, dan damai setelah kemerdekaan. Pedoman Pancasila
tercantum dalam Pembukaan UUD tahun 1945, yang menjabarkan tujuan nasional ini.

Pancasila patut mendukung, menyemangati, mendorong dan membimbing bangsa


sebagai bangsa Indonesia membangun bangsa untuk mencapai tujuan nasional. Jadi pancasila
disinyalir pedoman bagi bangsa Indonesia dalam membangun bangsa. Hal ini tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945.
Revolusi konstitusi pemerintahan nasional sebagai suatu pernyataan oleh rakyat
Indonesia kepada diri mereka sendiri dan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah
merdeka. Oleh karena itu, makna deklarasi harus diberi landasan hukum dengan
mendefinisikannya secara rinci dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memberikan penjelasan,
pelaksanaan, dan tanggung jawab pelaksanaan deklarasi berdasarkan pembukaan UUD 1945

2.2 Sejarah Perumusan Pancasila Dan Tokoh Yang Terlibat

Pada bulan juli 1945, posisi jepang dalam perang pasifik berada di bawah tekanan
yang meningkat. Pasukan jepang di pulau saipan jatuh ke tangan pasukan amerika. Dengan
jatuhnya pula saipan, posisi jepang masih dalam bahaya. Juga perang tentara jepang di
berbagai daerah selalu mengakibatkan kekalahan, dalam kondisi seperti itu perdana menteri
koiso menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat indonesia pada bulan september
1945.Jenderal kumakici herada mengumumkan pembentukan badan khusus yang bertugas
meneliti pekerjaan untuk mempersiapkan kemerdekaan indonesia, disebut dokuritzu zyunbi
coosakai atau badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan indonesia.
Pada tanggal 28 april 1945 diumumkan pengangkatan anggota bpupki. Badan
tersebut kemudian didirikan pada tanggal 29 april 1945, tetapi baru dilantik pada tanggal 28
mei 1945, dan baru mulai beroperasi pada tanggal 29 mei 1945. upacara pembukaan
berlangsung di gedung pejambo cuo sangi in (sekarang gedung kementerian luar negeri) di
jakarta. Presiden bpupki yang diangkat oleh jepang adalah dr. Rajiman wedyodiningrat,
wakilnya icibangase (jepang) dan sekretaris r.p. soeroso bpupki memiliki 63 anggota yang
mewakili hampir seluruh wilayah indonesia dan 7 anggota non-voting.

Masa Sidang BPUPKI, masa sidang I (29 Mei – 1 Juni 1945) dalam masa sidang ini
dikemukakan pendapat tentang dasar negara yang akan digunakan untuk Indonesia merdeka.
Pemikiran ini dikemukakan oleh tiga tokoh yakni Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr Soepomo
dan Ir. Soekarno.

Masa sidang II (10 Juli – 16 Juli 1945) Sebelum masa sidang II, BPUPKI membentuk
panitia sembilan. Tugas panitia sembilan adalah menampung aspirasi tentang pembentukan
dasar negara untuk Indonesia merdeka. Panitia sembilan terdiri atas:
Ir. Soekarno, Abdul Kahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, KH Abdul Wachid Hasyim, Mr.
Muhammad Yamin, H. Agus Salim, Mr. AA Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Mr. Ahmad
Subarjo. Pada tanggal 22 Juni 1945, panitia sembilan berhasil merumuskan dasar negara yang
oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Naskah Piagam
Jakarta adalah sebagai berikut :
Piagam Jakarta

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Piagam Jakarta kemudian ditetapkan menjadi Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945,
setelah diadakannya perubahan pada sila pertama, yaitu “Ketuhanan dengan berkewajiban
menjalankan syariat-syariat Islam bagi para pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.

2.3 Fungsi Dan Peranan Fungsi Dan Peranan Pancasila Bagi Bangsa Indonesia
Pancasila berasal dari budaya bangsa Indonesia, sehingga Pancasila memiliki misi dan
peran yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Fungsi
dan peran berkembang lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan waktu. Oleh karena itu,
Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai nama yang menggambarkan peran dan
fungsinya. BP7 Pusat bagian(1993) menguraikan fungsi dan peran Pancasila dari yang abstrak
ke yang konkrit dalam sepuluh bagian, yaitu :
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. Ini berarti, bahwa Pancasila berfungsi dan
berperan dalam memberikan gerak atau dinamika serta membimbing ke arah tujuan
untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Ini berarti, bahwa Pancasila


berfungsi dan berperan dalam menunjukkan adanya kepribadian bangsa Indonesia
yang dapat dibedakan dengan bangsa lain, yaitu berupa sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya yang senantiasa selaras, serasi, dan seimbang, sesuai dengan
penghayatan dan pengamalan sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh.

3. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Sebutan ini mengandung arti,
bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
ketatanegaraan negara, yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan. Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.

4. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Untuk mengatur
penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan peraturan perundang-undangan.
Semua peraturan perundanganundangan itu harus bersumber pada Pancasila, karena
Pancasila mengandung nilai-nilai luhur pilihan bangsa yang telah disepakati dan
dirumuskan secara konstitusional dalam Pembukaan UUD 1945.

5. Pancasila sebagai perjanjian luhur. Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur


seluruh rakyat Indonesia karena telah merupakan kesepakatan nasional bangsa baik
sebelum maupun sesudah prokamasi yakni oleh BPUPKI dan PPKI. Oleh karena itu
mengikat seluruh bangsa.

6. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia. Sebutan


ini digunakan sebagai pengganti sebutan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa
yang pernah disalahgunakan oleh pemimpin pemberontakan G-30 S/PKI Aidit.
Menurutnya, Pancasila sebagai alat pemersatu sudah kehilangan fungsinya setelah
Irian Barat kembali ke pangkuan Republik Indonesia, Sehingga dengan demikian
Pancasila dapat diganti dengan ideologi lain, yakni komunisme. Kita tentu menolak
pendapat seperti itu. Pancasila memang telah terbukti ampuh untuk memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi fungsi dan peranannya tidak sekedar sebagai
alat, melainkan sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.

7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.


Dasar negara Pancasila yang dirumuskan dan terkandung dalam Pembukaan UUD
1945, juga memuat cita-cita dan tujuan nasional (Alinea II dan IV). Cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia itu kemudian dijabarkan dalam tujuan pembangunan nasional
melalui Garis-garis Besar Haluan Negara.
8. Pancasila sebagai sat-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

9. Pancasila sebagai moral Pembangunan. Sebutan ini mengandung maksud agar nilai-
nilai luhur Pancasila dijadikan tolok ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun evaluasinya.

10. Pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila. Untuk mewujudkan nilai-nilai


luhur Pancasila, harus dilaksanakan pembangunan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang dijabarkan dalam seluruh kegiatan pembangunan yang
diselenggarakan pemerintah dan rakyat baik di tingkat pusat maupun daerah.

Inti dari pemahaman misi dan peran Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia, unsur-unsurnya diambil dari pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, Pancasila memiliki dua makna utama, yaitu Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia dan Pancasila sebagai pandangan hidup rakyat. Penyebutan tugas dan
peran dalam Pancasila dapat ditelusuri kembali ke dua makna utama tersebut.

2.4 Hubungan Proklamasi Dengan Pembukaan UUD 1945


Dalam peraturan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diakui sah dengan
Ketetapan MPR no. V/MPR/1973 sangat menekankan hubungan antara Pembukaan dan
Proklamasi: Pembukaan UUD 1945 sebagai rincian proklamasi kemerdekaan yang
mewujudkan cita-cita luhur proklamasi kemerdekaan yang diadopsi pada tanggal 17 Agustus
1945 dan karenanya tidak dapat diubah, termasuk MPR yang dibentuk sebagai hasil pemilihan
anggota parlemen.
Dengan demikian Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Pembukaan UUD
1945 tidak dapat dipisahkan. Falsafah hidup, dan rahasia keberadaan bangsa kita semua
dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yang diturunkan dari Proklamasi Kemerdekaan.
Pembukaan UUD 1945 adalah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia jika proklamasi
adalah proklamasi kemerdekaan. (Cancil, 1986).
Sulandra (1985) berpendapat bahwa kandungan makna yang terkandung dalam
deklarasi tersebut pada dasarnya mencakup dua hal, yaitu: 1. Proklamasi kemerdekaan
bangsa Indonesia. 2. Kemandirian ini membutuhkan tindakan segera. (Darji Darmodiharjo,
1985). Berpegang teguh pada pengertian isinya dan memperhatikan isi penuh makna yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, terutama tindakan-tindakan
yang akan dilakukan dalam alinea ketiganya, yang pada pokoknya meliputi Proklamasi
Kemerdekaan dan alinea keempat. Setelah adanya negara, dapat ditentukan hubungan dan
sifat deklarasi dan pembukaan UUD 1945.
Berpegang pada sifat hubungan antara Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
Pembukaan UUD 1945 yang tidak hanya menjelaskan dan menegaskan tetapi juga
mempertanggungjawabkan Proklamasi sehingga hubungan itu tidak hanya bersifat
fungsional-organis, tetapi tegas bersifat monitis-organis, artinya bahwa antara Proklamasi
dan Pembukaan UUD 1945 merupakan amanat kesatuan yang bulat. Apa yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan amanat keramat Proklamasi 17 Agustus 1945.

Jadi kalau Proklamasi memberitahukan kepada dunia, bahwa rakyat Indonesia


telah menjadi satu bangsa merdeka, dan merupakan sumber kekuatan dan tekad perjuangan
kita, serta telah melahirkan dan membangkitkan kembali kepribadian bangsa Indonesia, maka
Pembukaan UUD 1945 memberikan pedoman-pedoman untuk mengisi kemerdekaan
nasional kita, untuk melaksanakan usaha-usaha kenegaraan kita, untuk menginsyafi tujuan
usaha mengembangkan kebangsaan kita.
Proklamasi kemerdekaan yang berisi pernyataan kemerdekaan adalah sumber
hukum pembentukan negara kesatuan RI, karena tanpa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 tidak ada negara RI. Proklamasi kemerdekaan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk
pernyataan kemerdekaan yang berbentuk Pembukaan UUD 1945 khususnya aline ketiga.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah titik kulminasi perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia guna mewujudkan citacita bangsa, yaitu membentuk
Negara Indonesia merdeka, bersatu dan berdaulat sempurna untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berlandaskan Pancasila, serta ikut
membentuk dunia baru yang damai abadi, bebas dari segala bentuk penindasan.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diuraikan secara terperinci di dalam
Pembukaan UUD 1945 sebagai penjelasan, penegasan dan pertanggungjawabannya.

2. Pembukaan UUD 1945 mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan dan
memuat Pancasila sebagai dasar filsafat dan pandangan hidup negara dan bangsa
Indonesia serta merupakan satu rangkaian yang kuat dan tak terpisahkan dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

3.2 Saran
Dengan menyelenggarakan mata kuliah Pendidikan Pancasila di semua program
studi diploma dan sarjana, generasi penerus, khususnya intelektual kampus, akan
mempelajari, memahami, dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan
mengetahui hubungan antara Proklamasi dan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945. Pada
gilirannya, mereka akan memiliki kesadaran dan wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan
nilai-nilainya sendiri. Sehingga ia tidak kehilangan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia,
khususnya Pancasila, ketika ia masuk ke masyarakat untuk membangun masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji., dkk., ”Santiaji Pancasila”, Kurnia Esa, Cetakan ketiga, Jakarta, 1985.

Fauzi, Achmad DH, dkk., ”Pancasila Ditinjau dari segi Historis, Segi Yuridis Konstitusional dan
Segi Filosofis”, Lembaga Penerbit Universitas Brawijaya, Malang, 1981.

Ali Emran, H dan Encep Syarief Nurdin, ”Penuntun Kuliah Pancasila (Untuk Perguruan
Tinggi)”CV Alfabeta, Bandung, 1994.

Soeprapto, R., ”Kritisi Reformasi Kembali ke UUD 1945”, Yayasan Taman Pustaka, Jakarta,
2006.

Team Pembinaan Penatar dan Penataran Pegawai RI, ”Bahan Penataran P-4, UUD 1945,
GBHN”, Bp-7 Pusat, Jakarta, 1993.

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.

Lurensius Arliman S, Komnas HAM dan Pelindung Anak Pelaku Tindak Pidana, Deepublish,
Yogyakarta, 2015.

Anda mungkin juga menyukai