Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

BANGSA INDONESIA

Dosen Pengampu:
Drs. Ahmad Tijari, M.Pd.

Disusun Oleh:
Rangga Aditya Pratama

NIM : 13006622070
Program Studi : Fisika
Angkatan : 2022

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2022
A.Pendahuluan

1. Latar belakang

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan bangsa Indonesia sejak
dahulu.Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau
yang berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang.
Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa
sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya. Dasar Negara
merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya
sebuah negara.

2. Rumusan Masalah

B. Pembahasan

1. Pancasila Era Pra Kemerdekaan

Asal mula Pancasila secara budaya, Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila, menyatakan
bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru
menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal
tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam
kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat
istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984: 1).
Dengan rinci Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya orang percaya kepada
Tuhan.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun,
lemah lembut dengan sesama manusia.

3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun, bersatu, dan
kekeluargaan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-
unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita.

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas
hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil terhadap sesama.

3
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar
negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan sejak saat itu haruslah
berdasarkan pada Pancasila, namun pada kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila telah
dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini berarti
bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak
zaman nenek moyang.Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan
pembukaan Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di
dalamrancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata urutannya tersusun secara
sistematis :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat ini merupakan cetusan hati nurani bangsa Indonesia yang
diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga dapat disebut sebagai declarationof Indonesian
Independence.

2. Pancasila Era Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika Serikat yang mulai
menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi
PPKImenegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di
Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa inipun dimanfaatkan
oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan
teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari.

Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di
ruang makanLaksamana Tadashi Maeda tepatnya di Jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis
oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi
itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Isi Proklamasi Kemerdekaan
4
tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.
Piagam ini berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme serta memuat
dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua dari Piagam Perjanjian San
Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945) itu ialah sumber berdaulat yang
memancarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (Yamin, 1954: 16).Piagam Jakarta ini
kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945,
setelah terlebih dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak melakukan interpretasi ulang
terhadap Pancasila. Saat itu muncul perbedaan perspektif yang dikelompokkan dalam dua kubu. Pertama,
beberapa tokoh berusaha menempatkan Pancasila lebih dari sekedar kompromi politik atau kontrak sosial.
Mereka memandang Pancasila tidak hanya kompromi politik melainkan sebuah filsafat sosial atau
weltanschauung bangsa. Kedua, mereka yang menempatkan Pancasila sebagai sebuah kompromi politik.
Dasar argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI. Pancasila pada
saat itu benar-benar merupakan kompromi politik di antara golongan nasionalis netral agama (Sidik
Djojosukarto dan Sutan Takdir Alisyahbana dkk) dan nasionalis Islam (Hamka, Syaifuddin Zuhri sampai
Muhammad Natsir dkk) mengenai dasar negara.

3. Pancasila Era Orde Lama

Pada masa orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-
budaya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah menjadimasyarakat merdeka. Masa orde
lama adalah masa pencarian bentuk penerapan Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode penerapan Pancasila
yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.

Penerapan Pancasila Masa Setelah Kemerdekaan RI (1945-1950)

Sejak saat itu, Pancasila sudah dijadikan falsafah hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Maka pada saat
itu pula, warga Indonesia sudah bertekad untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan dan menjadi
bangsa yang mandiri. Sejak Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17
Agustus 1945, yang terjadi setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring masuknya kembali
Belanda ke wilayah Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Soekarno pula Pancasila dibentuk dan
digodok. Tak hanya dasar negara, bentuk pemerintahan juga birokrasi di dalamnya juga dirumuskan.
Pembentukan negara Indonesia ini diwarnai silang pendapat dan perdebatan panjang.

Selain harus menghadapi Belanda di berbagai front pertempuran maupun meja perundingan, masa
pemerintahan usai kemerdekaan RI kala itu juga terjadi gejolak internal. Ada rasa ketidakpercayaan dari
sejumlah golongan tertentu terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta. Pada 1948, misalnya, terjadi aksi di
Madiun dimotori oleh Musso. Peristiwa ini kerap disebut sebagai Pemberontakan PKI Madiun yang terjadi
pada 18 September 1948. Peristiwa PKI Madiun melibatkan beberapa partai politik atau organisasi

5
berhaluan kiri kontra pemerintahan Republik Indonesia pimpinan Soekarno-Mohammad Hatta. Aksi lainnya
dilakukan oleh Maridjan Kartosuwiryo pada 1949 atas nama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Di Jawa Barat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).

Penerapan Pancasila Masa Setelah Pengakuan Kedaulatan (tahun 1950 sampai dengan 1959)\

Setelah melalui rangkaian perundingan dan polemik bersenjata yang dituntaskan dengan Konferensi Meja
Bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdiri
sendiri pada 27 Desember 1949. Menjadi negara yang berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno
tidak stabil lantaran banyak munculnya masalah internal, baik dari kabinet maupun ancaman dis-integrasi
bangsa. Purwoko melalui penelitannya berjudul "Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia Setelah
Reformasi, menuliskan, dalam kurun waktu 9 tahun, yakni 1950-1959, pemerintahan Indonesia (kala itu
bernama Republik Indonesia Serikat atau RIS) mengalami 7 kali perombakan kabinet. Di berbagai wilayah,
pada periode ini muncul gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan negara.

Sebut saja pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Azis, Republik Maluku Selatan
(RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI),
pemberontakan DI/TII di sejumlah daerah, dan lainnya. Pada masa ini pula militer mulai menjadi faksi yang
kuat dalam perpolitikan Indonesia dan berperan besar dalam proses transisi pemerintahan dari Orde Lama ke
Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Penerapan Pancasila pada Masa Orde Lama (tahun 1959 sampai 1966)

Penerapan Pancasila pada masa orde lama, terjadi pada tahun 1959 hingga 1966. Periode ini dikenal dengan
demokrasi terpimpin. Selain itu, pada masa ini, bangsa Indonesia masih mengalami peralihan dari bangsa
yang terjajah menjadi bangsa yang sepenuhnya merdeka. Maka dari itu, dalam penerapannya masih
diperlukan proses adaptasi. Sebagian masyarakat ada yang merasa setuju dan sebagian lagi merasa
keberatan. Namun, dalam penerapannya ditemui beberapa tindakan penyimpangan terhadap Pancasila. Salah
satunya ialah pemberontakan PKI yang dilakukan oleh D.N. Aidit pada 30 September 1965.

Pemberontakan ini bertujuan untuk mengubah ideologi menjadi komunis, demikian dikutip laman resmi
BPIP. Periode 1959-1966 diwarnai dengan sistem Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi
Terpimpin juga menjadi akhir Orde Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.
Soekarno mengubah sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin melalui Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Akibatnya, sistem perpolitikan dan pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku presiden.
Lewat Dekrit Presiden 1959 pula, Soekarno membubarkan Konstituante.

Konstituante adalah dewan perwakilan yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru negara yakni UUD
1945 yang sebagian masih mengadopsi undang-undang kolonial. Dekrit Presiden 1958 mengembalikan
konstitusi ke UUD 1945 dan membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan
Pertimbangan Agung (DPAS).

Demokrasi Terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang sistem pemerintahan yang
kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik sentral pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta
ulang stabilitas politik Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

6
Dikutip dari tulisan bertajuk "Rantjangan Pendjelasan Pelengkap Undang-Undang Dasar 1945" yang
terhimpun dalam Buletin MPRS (1967), pelaksanaan Demokrasi Terpimpin telah menyeleweng dari
ketentuan UUD 1945. Pada pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD
1945 dan pemerintah cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan terpusat hanya kepada presiden
yang membuat kedudukan presiden sangat kuat dan berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta dari posisi
wakil presiden sejak 1956.

Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali terancam dengan terjadinya peristiwa G30S 1965 yang
melibatkan orang-orang PKI dan sebagian militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus menjadi
awal dari akhir rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian digantikan era Orde Baru sejak 1966.
Namun demikian, penerapan Pancasila semasa rezim Orde Baru di bawah komando Soeharto sebagai
Presiden RI pun tidak berjalan baik-baik saja. Kerap terjadi penyalahgunaan yang dilakukan penguasa demi
kepentingan-kepentingan politik.

4. Pancasila Era Orde Baru

Era pemerintahan Indonesia yang semula dikenal sebagai Orde Lama (Orla) pada masa kepemimpinan
Presiden Sukarno mulai disebut dengan nama masa Orde Baru (Orba) di bawah pimpinan Presiden ke-2 RI,
Soeharto. Pemerintah Orde Baru mempunyai visi utama dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD
RI dalam kehidupan masyarakat serta bernegara.

Penelitian Muh. Arif Candra Jaya berjudul Implementasi Pancasila pada Masa Orde Baru (2012)
menyebutkan, Pancasila yang merupakan cerminan nilai budaya bangsa Indonesia saat itu dikembangkan
dengan mengutamakan asas kekeluargaan dan gotong royong (Demokrasi Pancasila).

Upaya penerapan Pancasila di rezim ini salah satunya adalah penyederhanaan partai politik. Partai politik
dibatasi dan hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim Orde Baru mewajibkan Pancasila sebagai asas
tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila
sebagai pedoman utama dalam menjalankan kegiatannya.

Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer juga ikut terlibat demi menjaga
keutuhan Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya
diperbolehkan menjadi lebih dibatasi. Atas nama Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara, kata Soeharto,
maka ABRI (militer) dan Golkar harus bersatu, terutama dalam menjalankan pemerintahan yang kuat dari
segala ancaman.

Selain itu, tidak jarang dilakukan pembreidelan surat kabar hingga majalah kala itu. Ada juga peristiwa
penangkapan aktivis karena mengkritik pemerintahan Soeharto pada masa Orde Baru. Dalam suatu
kesempatan di depan para petinggi ABRI pada 16 April 1980 di Markas Komando Pasukan Sandi Yudha
(Kopassandha), Cijantung, Soeharto mengucapkan hal yang kemudian menuai polemik. “Yang mengkritik
saya berarti mengkritik Pancasila,” tegas Soeharto, dikutip dari harian Republika (11 November 2011). Pada
5 Mei 1980, tidak kurang dari 50 tokoh bangsa berhimpun untuk membahas pernyataan Soeharto yang
meresahkan itu. Mereka membubuhkan tanda tangan di atas pernyataan yang diberi nama “Ungkapan
Keprihatinan”.
7
Penerapan Pancasila sebagai asas tunggal pada era Orde Baru dengan segala dampaknya menuai kritik.
Beberapa kalangan menyebut Soeharto telah menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan sendiri dan
kelompoknya. Menurut Thohir Luth dalam M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (1999), orang-orang yang
meneken “Ungkapan Keprihatinan” itu berasal dari lintas kalangan: tentara, polisi, anggota parlemen,
akademisi, birokrat, pengusaha, aktivis, bekas pejabat, hingga ulama. Pancasila yang murni akan terus
mengalami perkembangan sesuai zamannya, kendati pernah disalahgunakan demi kepentingan penguasa.
Dengan begitu, pasang surut akan selalu ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5. Pancasila Era Reformasi

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi
nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama
dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan
artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum, setiap perbuatan
baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis.

Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang
akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi
produkhukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila pancasila.Memahami peran Pancasila di era reformasi,
khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap
warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang
sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila telah mengalami
perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia (Koento Wibisono, 2001)
memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu :1.Tahap 1945 –
1968 Sebagai Tahap PolitisOrientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada
NationandCharacterBuilding. Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari
berbagai tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik sebagai panglima
sangat dominan.

Pancasila sebagai Dasar Negara misalnya menurut Notonagoro dan Driarkara. Kedua ilmuwan tersebut
menyatakan bahwa Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan
bahwa Pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati tentang manusia dan realitas, sehingga Pancasila tidak
lagi dijadikan alternatif
melainkan menjadi suatu imperatif dan suatu philosophicalconcensus dengan komitmen transenden sebagai
tali pengikat kesatuan dan persatuan dalam menyongsong kehidupan masa depan bangsa yang Bhinneka
Tunggal Ika.

Bahkan Notonagoro menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan staat fundamental Norm yang
8
tidak dapat diubah secara hukum oleh siapapun. Sebagai akibat dari keberhasilan mengatasi berbagai
tantangan baik dari dalam maupun dari luar negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan nasional yaitu
menempatkan Pancasila sebagai asas tunggal.2.Tahap 1969 –1994 Sebagai Tahap Pembangunan Ekonomi
Upaya mengisi kemerdekaan melalui program-program ekonomi. Orientasi pengembangan Pancasila
diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan ekonomi sebagai ideologi. Pada tahap ini
pembangunan ekonomi menunjukkan keberhasilan secara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu
muncul gejala ketidakmerataan dalam pembagian hasil pembangunan.

Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang dilematis dengan program penataran P4 yang selama itu
dilaksanakan oleh pemerintah. Keadaan ini semakin memprihatinkan setelah terjadinya gejala KKN dan
Kronisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Bersamaan dengan itu perkembangan perpolitikan
dunia, setelah hancurnya negara-negara komunis, lahirnya tiga raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika
Serikat, Eropa dan Jepang.

Oleh karena itu Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme melainkan
juga harus berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disampingmenhadapi tantangan baru
yaitu KKN dan kronisme.3.Tahap 1995 –2020 Sebagai Tahap Repositioning PancasilaDunia masa kini
sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat, mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus
globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia, khususnya di abad XXI sekarang ini, bersamaan arus
reformasiyang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia.

Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar, maka semakin terasa orgensinya untuk
menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam kerangka mempertahankan jatidiri bangsa dan persatuan dan
kesatuan nasional, lebih-lebih kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila sebagai dasar negara
yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan UUD 1945,
dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat.
Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam
melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang
sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya karena rejim Orde Lama dan
Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari berdirinya bangsa ini, yang diperlukan
dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten,
integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.

9
C. Kesimpulan

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia ,Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada
dan berkembang bersama dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang
saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa sekarang
dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada
masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda
dengan masa yang sebelumnya. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia berlalu dengan melewati suatu proses
waktuyang sangat panjang. Dalam proses waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-kejadian penting
yang merupakan tonggak sejarah perjuangan.Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi
pijakan dan mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun
juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar
Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Replubik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya
seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara
Replubik Indonesia

1
0
DAFTAR PUSTAKA

ludy, Septian. “PANCASILA ERA KEMERDEKAAN.” PANCASILA ERA


KEMERDEKAAN, 9 July 2014, septianludy.blogspot.com/2014/07/pancasila-era-
kemerdekaan.html

dompu, ncuhi. “(DOC) Pancasila Era Orde Lama | Ncuhi Dompu -


Academia.edu.” (DOC) Pancasila Era Orde Lama | Ncuhi Dompu - Academia.edu,
www.academia.edu/29828450/Pancasila_era_orde_lama. Accessed 3 Oct. 2022.

Yahya, Rizal Amril. “Sejarah Penerapan Pancasila Pada Masa Orde Lama 1959
Sampai 1966.” tirto.id, tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-pada-masa-orde-lama-
1959-sampai-1966-ghT9. Accessed 3 Oct. 2022.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-malang/pancasila-
education-pancasila-education/makalah-pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-
indonesia/23134188

Riskiana, Riskiana. “Pancasila Pada Era Orde Baru.” Pancasila Pada Era Orde
Baru, 1 Mar. 2001, www.slideshare.net/kiki2804/pancasila-pada-era-orde-baru.

1
1

Anda mungkin juga menyukai