SEMESTER 117
GERAK HARMONIK SEDERHANA ( GHS )
2022
A. TUJUAN
C. TEORI DASAR
1
Tim Dosen Fisika Dasar. 2018. Panduan Praktikum Fisika Dasar I. Jakarta : UNJ
𝐹′ = −𝑘. 𝑥 (2)
Gaya F' disebut gaya pulih elastik (elastic restoring force). Tanda minus adalah
menunjukkan bahwa gaya pulih selalu berlawanan dengan arah perpindahan x,
ini berarti arah gaya pulih selalu menuju ke keseimbangan benda
Jika suata pegas berbeban yang mula-mula dalam keadaan setimbang (Gb.1)
kemudian bebannya ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar A dari
kedudukan setimbangnya (x = 0) dan dilepaskan, maka beban akan bergerak
bolak-balik ke atas dan ke bawah sekitar kedudukan setimbangnya dengan
simpangan maksimum A.
Gambar 1. Gaya tarik pada pegas, yang menyebabkan perubahan panjang pegas
ω
√ k
m
disebut frekuensi sudut
= tetapan fasa
x= A ⋅ cos { ωt+ 2 π +θ }
2
x= A ⋅ cos { ωt+θ }
Karena setelah 2/ fungsinya berulang kembali, ini berarti bahwa perioda T dari
ghs sama dengan2/, jadi;
T =2 π ∕ ω=2 π
√ m
k
(5)
Dari persamaan (5), jika T dan M diketahui, maka tetapan gaya k dapat ditentukan.
D. TEORI TAMBAHAN
Gerak harmonik sederhana (GHS) adalah gerak bolak–balik benda melalui suatu
titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon
selalu konstan. Osilasi pada sistem pegas massa merupakan materi penting dalam
mempelajari konsep gerak harmonik sederhana (GHS). Karakteristik penting dari
gerak osilasi adalah amplitudo, periode, frekuensi dan frekuensi sudut. Amplitudo
getaran (A) merupakan besar perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan2
Osilasi harmonik sederhana merupakan suatu gerak osilasi benda yang dipengaruhi
oleh gaya pemulih yang linier dan tidak mengalami gesekan sehingga tidak
mengalami pengurangan (dissipasi) tenaga. Osilasi harmonik sederhana juga dapat
diartikan sebagai suatu sistem yang bergetar dimana gaya pemulih berbanding lurus
dengan negatif simpangannya. Gaya pemulih merupakan gaya yang bekerja dalam
arah mengembalikan massa benda ke posisi setimbangnya (Giancolli,2014)3
Pegas merupakan salah satu bahan elastis yang dapat diuji sifat-sifat osilasinya
dengan menggantungkan sebuah benda bermassa m diujung pegas maka pegas akan
meregang (bertambah panjang). Gerak periodik atau osilasi dapat terjadi jika gaya
pemulih F berbanding lurus dengan gaya perpindahan dari posisi keseimbangan y.
Jika benda tersebut mencapai posisi setimbangnya, maka energi kinetik (EK) benda
bernilai maksimum, sehingga energi potensial (EP) sama dengan nol dan saat benda
berhenti EK bernilai nol maka EP bernilai maksimum. Bila diasumsikan tidak ada
gaya luar yang bekerja pada sistem pegas, maka berlaku hukum Hooke 𝐹 = −𝑘𝑦,
dimana k adalah konstanta pegas dan selalu bernilai positif, tanda negatif berarti
adanya gaya pemulih oleh pegas yang selalu mengembalikannya ke posisi semula.
Energi potensial elastisitas (EPe) yang tersimpan dalam pegas Hookean yang
1 2
berubah bentuk sejauh x adalah k x . Jika amplitude gerak adalah x0 untuk suatu
2
1 2
massa pada ujung pegas, maka energi system getaran adalah k x sepanjang
2 0
waktu. Akan tetapi, energi ini sepenuhnya tersimpan pada pegas hanya ketika
x=± x 0, yaitu, ketika massa memiliki perpindahan maksimumnya4
Dalam mekanisa Newton, untuk gerak harmonik sederhana satu dimensi, persamaan
gerak, yang merupakan persamaan diferensial biasa linear orde dua dengan
koefisien konstan, dapat diperoleh dengan menggunakan hukum 2 Newton dan
hukum Hooke untuk massa pada pegas
2
Marsofran Taneo, Infianto Boimau, Kostan D. F. Mataubenu. 2021. RANCANG BANGUN ALAT
PERAGA GERAK HARMONIK SEDERHANA BERBASIS ARDUINO PADA SISTEM PEGAS ((Jurnal
Pendidikan Fisika) FKIP UM Metro) 9: 239-253
3
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Dasar 1 : Prinsip dan Aplikasi. 7. Vol. 1. Jakarta: Erlangga.
4
Frederick J. Bueche, Eugene Hecht. n.d. Fisika Universitas. 10. Jakarta: Erlangga.
Kajian GHS juga meliputi aspek kinematika, dinamika dan energitika. Pembahasan
tentang kinematika diawali dengan menurunkan persamaan simpangan sebagai
fungsi waktu 𝑥(𝑡). Model yang digunakan untuk menurunkan persamaan simpangan
dan konsep GHS adalah gerak proyeksi partikel yang bergerak melingkar beraturan
pada diameter lingkaran. Proyeksi gerak partikel yang bergerak melingkar beraturan
ke sumbu horizontal atau sumbu vertikal merupakan GHS dengan persamaan5 :
𝑥 𝑡 = 𝐴𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 𝜙) (1)
dengan :
𝐴 = amplitude
𝜙 = sudut phase
Dari persamaan simpangan ini besaran kecepatan dan percepatan dapat diturunkan.
𝑎𝑥 𝑡 = −𝜔2𝑥 (3)
Gambar 2. Grafik (a) simpangan (x), (b) kecepatan (v), dan (c) percepatan (a)
dari GHS (Sumber : Giancoli, 1998)
Apabila tidak ada gaya gesek maka pegas akan terus berosilasi tanpa berhenti.
5
Saraswati, Dadan Luhur. 2016. "Penggunaan Logger Pro Untuk Analisis Gerak Harmonik
Sederhana Pada Sistem Pegas Massa." (Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Teknik,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI ) 9: 119-121.
Pada kenyataannya amplitudo osilasi makin lama akan semakin berkurang dan
pada akhirnya osilasi akan berhenti. Dikatakan bahwa gerak osilasi diredam oleh
gaya gesek sehingga gerak osilasi ini disebut gerak harmonik teredam. Dalam
banyak hal, gaya gesek adalah sebanding dengan kecepatan benda, dan
mempunyai arah berlawanan dengan kecepatan benda tersebut. Pada sistem
osilasi, energi mekanik terdisipasi akibat gaya geseknya. Jika energi mekaniknya
berkurang maka dapat diartikan bahwa gerak pada sistem teredam. Ketika suatu
sistem pegas diberi gaya, maka respon yang terjadi bergantung pada gaya luar
yang diberikan pada sistem dan redaman yang dialami sistem tersebut6
E. CARA KERJA
F. PERTANYAAN
1. Tunjukkan bahwa energi total dari suatu benda yang mengalami ghs;
1
ETotal = k ⋅ A2 adalah amplitude getaran
2
6
Kunlestiowati H., Nani Yuningsih, Sardjito. 2011. Model Osilasi Harmonik Logaritmik Pada
Gerak Beban Dengan Massa Yang Berubah Secara Linier Terhadap Waktu ( Politeknik Negeri
Bandung) 3.
Jawab :
1 2
Ek= m v
2
1
EP= k y 2
2
2. Berapa perbandingan energi kinetik dan energi potensial dari suatu benda yang
mengalami ghs pada saat simpangannya sama dengan setengah amplitudonya ?
Jawab :
Em = ¹/₂ k A²
saat simpangan y = ¹/₂A
Ep = ¹/₂ k y²
= ¹/₂ k (¹/₂A)²
= ¹/₄ · ¹/₂ k A²
Ek = Em – Ep
= ¹/₂ k A² - ¹/₄ · ¹/₂ k A²
= ³/₄ · ¹/₂ k A²
Perbandingan energi kinetik dengan energi potensial
Ek : Ep = ³/₄ · ¹/₂ k A² : ¹/₄ · ¹/₂ k A²
= 3 : 1
4. Tunjukkan bahwa persamaan (4) merupakan jawaban dari persamaan gerak (3)
jika;
ω=
√ k
m
Jawab :
ⅆ 2 x −kx
= Persamaan3
ⅆt
2
m
x ( t )= A cos ( ωt+ θ ) Persamaan 4
2
ⅆ x −kx
2
=
ⅆt m
2 kx
A ω cos ωt =
m
k k
A cos ωt= x
m m
x= A cos ωt( terbukti)
5. Dari persamaan (4) turunkan kecepatan v dan percepatan dari ghs (gerak
harmonis sederhana)!
v=±
√ k ( 2 2)
m
A −x
Jawab :
Ek + EP = Etotal
1 1 1
m v 2+ k x 2= k A 2
2 2 2
1 1
m v 2= k ( A2 −x2 )
2 2
k 2 2
v 2= ( A −x )
m
v=±
√ k ( 2 2)
m
A −x
7. Tunjukkan bahwa proyeksi pada garis menengah dari benda yang melakukan
gerak melingkar dengan laju tetap merupakan ghs (gerak harmonis sederhana)!
8. Gerak ayunan dari bandul matematis dengan simpangan sudut yang cukup kecil
merupakan ghs. Turunkan rumus perioda dari bandul matematis.
∑ F=ma
-m.g.sin θ = m.a
√
T = 4 π2
L
g
T =2 π
√ L atau
g √
T =2 π
m
k
G. DATA PENGAMATAN
Objek Massa (gr) Panjang Awal (cm)
Pegas I 23,45 6
Pegas II 23,79 6,7
Ember Beban 30
Beban I 20 -
Beban II 40 -
Beban III 60 -
Pegas I
Percobaan I
Panjang awal : 6 cm
Beban + Ember Beban : 50 gr
Panjang setelah diberi beban : 7,6 cm
T (waktu) untuk
No melakukan lima kali
getaran (s)
1 1,88
2 1,54
3 1,63
4 1,43
5 1,46
Percobaan II
Panjang awal : 6 cm
Beban + Ember Beban : 70 gr
Panjang setelah diberi beban : 8,5 cm
T (waktu) untuk
No melakukan lima kali
getaran (s)
1 1,77
2 1,54
3 1,68
4 1,71
5 1,64
Percobaan III
Panjang awal : 6 cm
Beban + Ember Beban : 90 gr
Panjang setelah diberi beban : 9,3 cm
T (waktu) untuk
No melakukan lima kali
getaran (s)
1 1,81
2 1,96
3 1,73
4 1,98
5 1,91
Pegas II
Percobaan I
Panjang awal : 6,7 cm
Beban + Ember Beban : 50 gr
Panjang setelah diberi beban : 12,2 cm
T (waktu) untuk
No melakukan lima kali
getaran (s)
1 2,32
2 2,44
3 2,39
4 2,41
5 2,37
Percobaan II
Panjang awal : 6,7 cm
Beban + Ember Beban : 70 gr
Panjang setelah diberi beban : 14,3 cm
T (waktu) untuk
No melakukan lima kali
getaran (s)
1 2,72
Percobaan III
2 2,87
3 2,52 Panjang awal : 6,7 cm
4 2,76
5 2,61
Beban + Ember Beban : 90 gr
Panjang setelah diberi beban : 16,2 cm
T (waktu) untuk
No melakukan lima kali
getaran (s)
1 2,92
2 3,2
3 3,15
4 2,96
5 3,16
H. PENGOLAHAN DATA
1. Data Tunggal
a) Pegas I
Massa : 23,45 gr
NST : 0,1 gr
1 0,05
Δm= ⋅NST KSR= x 100 %
2 23,45
1 KSR=0,213 % (3 AP)
Δm= ⋅0,1 gr
2
m=( m ± Δm )
Δm=0,05 gr
m=( 23,45 ± 0,05 ) gr
Δm
KSR= x 100 %
m
b) Pegas II
Massa : 23,79 gr
NST : 0,1 gr
1 0,05
Δm= ⋅NST KSR= x 100 %
2 23,79
1 KSR=0,210 % (3 AP)
Δm= ⋅0,1 gr
2
m=( m ± Δm )
Δm=0,05 gr
m=( 23,79 ± 0,05 ) gr
Δm
KSR= x 100 %
m
c) Beban I
Massa : 20 gr
NST : 0,1 gr
1 0,05
Δm= ⋅NST KSR= x 100 %
2 20
1 KSR=0,25 % (2 AP)
Δm= ⋅0,1 gr
2
m=( m ± Δm )
Δm=0,05 gr
m=( 20 ± 0,05 ) gr
Δm
KSR= x 100 %
m
d) Beban II
Massa : 40 gr
NST : 0,1 gr
1 0,05
Δm= ⋅NST KSR= x 100 %
2 40
1 KSR=0,125 % (3 AP)
Δm= ⋅0,1 gr
2
m=( m ± Δm )
Δm=0,05 gr
m=( 40 ±0,05 ) gr
Δm
KSR= x 100 %
m
e) Beban III
Massa : 60 gr
NST : 0,1 gr
1 0,05
Δm= ⋅NST KSR= x 100 %
2 60
1 KSR=0,083 % (2 AP)
Δm= ⋅0,1 gr
2
m=( m ± Δm )
Δm=0,05 gr
m=( 60 ± 0,05 ) gr
Δm
KSR= x 100 %
m
f) Ember Beban
Massa : 30 gr
NST : 0,1 gr
1 0,05
Δm= ⋅NST KSR= x 100 %
2 30
1 KSR=0,16 % (2 AP)
Δm= ⋅0,1 gr
2
m=( m ± Δm )
Δm=0,05 gr
m=( 30 ± 0,05 ) gr
Δm
KSR= x 100 %
m
2. Data Majemuk
Ember Waktu
Beban Total
No n Beban X0 X ΔX Ayunan T = t/n
(gr) (gr)
(gr) (s)
Pegas 1
1 10 30 20 50 6 7.6 1.6 1.9 0.19
2 10 30 20 50 6 7.6 1.6 1.5 0.15
3 10 30 20 50 6 7.6 1.6 1.6 0.16
4 10 30 20 50 6 7.6 1.6 1.4 0.14
5 10 30 20 50 6 7.6 1.6 1.5 0.15
6 10 30 40 70 6 8.5 2.5 1.8 0.18
7 10 30 40 70 6 8.5 2.5 1.6 0.16
8 10 30 40 70 6 8.5 2.5 1.7 0.17
9 10 30 40 70 6 8.5 2.5 1.7 0.17
10 10 30 40 70 6 8.5 2.5 1.6 0.16
11 10 30 60 90 6 9.3 3.3 1.8 0.18
12 10 30 60 90 6 9.3 3.3 2 0.2
13 10 30 60 90 6 9.3 3.3 1.7 0.17
14 10 30 60 90 6 9.3 3.3 2 0.2
15 10 30 60 90 6 9.3 3.3 1.9 0.19
Pegas 2
1 10 30 20 50 6.7 12.2 5.5 2.3 0.23
2 10 30 20 50 6.7 12.2 5.5 2.4 0.24
3 10 30 20 50 6.7 12.2 5.5 2.4 0.24
4 10 30 20 50 6.7 12.2 5.5 2.4 0.24
5 10 30 20 50 6.7 12.2 5.5 2.4 0.24
6 10 30 40 70 6.7 14.3 7.6 2.7 0.27
7 10 30 40 70 6.7 14.3 7.6 2.9 0.29
8 10 30 40 70 6.7 14.3 7.6 2.5 0.25
9 10 30 40 70 6.7 14.3 7.6 2.8 0.28
10 10 30 40 70 6.7 14.3 7.6 2.6 0.26
11 10 30 60 90 6.7 16.2 9.5 2.9 0.29
12 10 30 60 90 6.7 16.2 9.5 3.2 0.32
13 10 30 60 90 6.7 16.2 9.5 3.15 0.315
14 10 30 60 90 6.7 16.2 9.5 3 0.3
15 10 30 60 90 6.7 16.2 9.5 3 0.3
I. PERHITUNGAN
1. Tentukan tetapan gaya pegas pada percobaan ini melalui rumus :
T =2 π
√ m
k
dengan T = periode ayunan, m = massa total dari sistem yang mengalami ghs,
dalam percobaan ini m =Mbeban+Member
Jawab :
Pegas 1
No T mtotal k (N/m)
1 0.15 50 87640,8
2 0.17 70 95525,5
3 0.18 90 10955
0.15=2.3,14
√
50
k
k 1=87640,8 N/m
0.17=2.3,14
√ 70
k
k 2=95525,53633 N/m
0.18=2.3,14
√ 90
k
k 3=10955 N/m
Pegas 2
N
T mtotal k (N/m)
o
1 0.24 50 34234,72
2 0.27 70 37869,51989
3 0.3 90 39438,4
0.24=2.3,14
√
50
k
k 1=34234,72 N/m
0.27=2.3,14
√ 70
k
k 2=37869,51989 N/m
0.3=2.3,14
√ 90
k
k 3=39438,4 N/m
Pegas 1
0.035
0.03
0.0324
0.025 0.0289
0.02
T2 (s)
0.0225
0.015
0.01
0.005
0
50 70 90
Beban (g)
Pegas 2
No T T2 mtotal (g)
1 0.24 0.0576 50
2 0.27 0.0729 70
3 0.3 0.09 90
Pegas 2
0.1
0.08 0.09
0.06 0.0729
T2 (s)
0.04 0.0576
0.02
0
50 70 90
Beban (g)
Dari grafik 1 dan 2 terlihat bahwa nilai T2 semakin besar sejalan dengan semakin
besarnya massa
J. DAFTAR PUSTAKA
Dosen, Tim. 2018. "Panduan Fisika Dasar I." 4-7. Jakarta: (Tidak di Publish).
Frederick J. Bueche, Eugene Hecht. n.d. Fisika Universitas. 10. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika Dasar 1 : Prinsip dan Aplikasi. 7. Vol. 1. Jakarta:
Erlangga.