JURNAL
Oleh:
Nama Guru : Kaniyati, S.Pd
NIP : 19770808 202121 2 005
Tempat, tanggal lahir : Rembang, 8 Agustus 1977
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Pendidikan Khusus
Kepentingan bangsa dan Negara harus ditempatkan di atas kepentingan lainnya. Agar
kepentingan bangsa dan Negara dapat selalu ditempatkan di atas kepentingan lainnya
dibutuhkan langkah-langkah konkrit, melalui:
1. Memantapkan wawasan kebangsaan.
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa
(founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau
golongan. Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan
tentang kebangsaan terus berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat) konsensus
dasar serta Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama. Di
samping itu, komitmen dari berbagai elemen bangsa ini dan para pemimpinnya dari masa ke
masa, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi yang konsisten berpegang teguh kepada 4
(empat) konsensus dasar, yaitu :
a. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di
depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan
bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat,
pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara
merdeka yang akan didirikan. Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya
negara dan bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar,
sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-
cita nasional.
b. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli 1945 oleh
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada masa itu Ir
Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan negara yang beliau sebut
Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia BPUPKI pada siang perdana
mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945. Kepustakaan
hukum di Indonesia menjelaskan istilah Negara hukum sudah
sangat popular. Pada umumnya istilah tersebut dianggap merupakan terjemahan yang
tepat dari dua istilah yaitu rechtstaat dan the rule of law. Istilah Rechstaat (yang
dilawankan dengan Matchstaat) memang muncul di dalam penjelasan UUD 1945 yakni
sebagai kunci pokok pertama dari system Pemerintahan Negara yang berbunyi “Indonesia
ialah Negara yang berdasar atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan
belaka (machtstaat)”.
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan
dalam sidang periode II BPUPKI (10-16 Juli 1945) dan selanjutnya disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti tercantuk
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi :
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia ;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi negara
Indonesia.)
d. Bhinneka Tunggal Ika.
Mengutip dari Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga anekaragam agama dan
kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit. Sementara dalam lambang NKRI,
Garuda Pancasila, pengertiannya diperluas, menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak
hanya pada perbedaan kepercayaan dan keagamaan, melainkan juga terhadap
perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda kepulauan (antara nusa) dalam
kesatuan nusantara raya. Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat
diuraikan BhinnaIka-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab
meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu
bangsa dan negara Republik Indonesia. Lambang NKRI Garuda Pancasila dengan
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
2. Menumbuhkembangkan kesadaran Bela Negara.
Kesadaran bela Negara perlu ditumbuhkembangkan sebagai hak dan sekaligus kewajiban
setiap warga Negara. Sebagai warga Negara terpilih, CPNS diharapkan mampu
mengaktualisasikan nilai dasar bela Negara dalam kehidupan sehari-hari. Bela Negara
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga
Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha
Bela Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui Pendidikan kewarganegaraan,
Usaha BelaNegara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam
upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
3. Mengimplementaskani Sistem Administrasi NKRI.
System Adminitrasi NKRI merupakan salah satu satu system nasional guna mencapai
kepentingan dan tujuan nasional. CPNS sebagai calon pengawak sistem tersebut diharapkan
mampu mengimplementasikan wawasan kebangsaan yang mantap dan mengaktualisasikan
kesadaran bela Negara dalam kerangka Sistem Adminitrasi NKRI. Dari sudut hukum, UUD
1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara
(ground norms) Pancasila beserta normanorma dasar lainnya yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara
yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya
manusianya. Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan
utama. Dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta
norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi Negara Republik Indonesia
pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang
mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,dan aspek sumber daya manusianya.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan
dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan
bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan tentang bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia diatur di dalam bentuk UU Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta
Lagu Kebangsaan.
Kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam.
Bela negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang
dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Memiliki kemampuan awal bela negara.
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara,
baik secara fisik maupun non fisik. Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan
internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan
kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral
dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil,
dan makmur.
2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat
dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini
dapat diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk
perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara
lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai
menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9)
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas
kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas
kebijakan.
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang
baik untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi
yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Kompeten
Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi
bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi
pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang
unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan
kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.
Aparatur Sipil Negara diharapkan memiliki sifat dan kompetensi dasar. Untuk
mewujudkan pengamalan tersebut, akan diuraikan hal-hal yang dianggap berkaitan
dengan pengamalan nilai kompeten tersebut, meliputi:
A. Tantangan Lingkungan Strategis
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip
dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Dalam pelaksanaanya
tidak boleh ada perlakuan diskriminatif.
Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang
berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas, serta tata kelola yang semakin efektif
dan efisien.
Setiap ASN memiliki pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya
mewujudkan ASN yang profesional dan kompeten dengan karakteristik SMART
ASN. Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN, yaitu
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.
C. Pengembangan Kompetensi
4. Harmonis
Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia, Potensi dan Tantangan dalam
Keanekaragaman bagi ASN, Sikap ASN dalam Keanekaragaman. Indonesia juga
dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya
nya. Kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan
tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.
Konsep Nasionalisme ada Perspektif modernis, Aliran Primordialis, perspektif
perenialis, Aliran etnosimbolis,
Beberapa jenis konflik yaitu Konflik antarsuku , Konflik antaragama, Konflik
antarras, Konflik antargolongan
Dampak dari Konflik yaitu: Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman,
Pekerjaan terbengkalai, Kinerja Buruk, Layanan Kepada Masyarakat Tidak
optimal. Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian
rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang
luhur.
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang
ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan kebijakan
publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan b. Memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5. Loyal
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa
mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan
memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, yaitu, taat pada peraturan,
bekerja dnegn integritas, tanggung jawab pada organisasi, Kemauan untuk Bekerja
Sama, Rasa Memiliki yang Tinggi, Hubungan Antar Pribadi, Kesukaan Terhadap
Pekerjaan, Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan, Menjadi Teladan bagi
Pegawai Lain.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia
kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik sesama ASN,
pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Prinsip Nilai Dasar sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa
Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang
pertama ini diantaranya: 1) Memegang teguh ideologi Pancasila; 2) Setia dan
mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta pemerintahan yang sah; 3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
dan 4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga 32 Modul Loyal
martabat dan kehormatan ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku
Loyal yang pertama ini diantaranya: 1) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) Melaksanakan tugasnya sesuai
dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan; dan 3)
Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu: 1. Cinta Tanah Air 2. Sadar
Berbangsa dan Bernegara 3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara 4. Rela
Berkorban untuk Bangsa dan Negara 5. Kemampuan Awal Bela Negara.
6. Adapatif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Alasan
mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas
jabatan di sektor publik, di antaranya Perubahan sektor lingkungan, kompetisi di
sektor publik, komitmen mutu, perkembangan teknologi, dan tantangan praktek
administrasi publik.
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup,
untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri
individu maupun organisasi. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Budaya
adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk
mencapai tujuannya.
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think
again) dan berpikir lintas (think across).
7. Kolaboratif
Keuntungan WoG :
Outcomes-focused : Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai
oleh K/L secara masing-masing.
Boundary-spanning : Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu
instansi, tetapi lintas instansi
Enabling : WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan
kebijakan yang kompleks
Strengthening prevention : WoG mendorong pencegahan terhadap
masalah yang mungkin berkembang lebih jau.
2. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dalam pasal 21 UU No. 5 Tahun 2014 meliputi gaji, tunjangan,
perlindungan, pengembangan kompetensi, jaminan pensiun dan hari tua serta cuti.
Hak PPPK juga diatur dalam pasal 22 UU No. 5 Tahun 2014 mirip dengan hak
PNS tetapi tidak memiliki jaminan pensiun dan hari tua.
Kewajiban yang diemban oleh pegawai ASN sama meliputi:
a. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang.
d. Menaati peraturan perundang-undangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab.
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik didalam maupun diluar kedinasan.
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
1. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Dalam pasal 1 UU ASN tentang ketentuan umum, sistem merit adalah kebijakan dan
manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara
adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,
agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan.
Bagi organisasi, sistem merit ini memiliki manfaat antara lain:
a. Mendukung keberadaan penerapan prinsip akuntabilitas.
b. Dapat mengarahkan SDM untuk dapat mempertanggung jawabkan tugas dan
fungsinya.
c. Instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk
mencapai visi dan misinya.
Kemudian manfaat sistem merit bagi pegawai yaitu menjamin keadilan dan
ruang keterbukaan dalam perjalanan karir seorang pegawai serta memiliki
kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri.
Pelaksanaan sistem merit dalam pengelolaan SDM antara lain:
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan pegawai, pegawai ASN terpilih, pegawai
ditempatkan sesuai dengan perencanaan
b. Monitoring, penilaian, pengembangan
Perwujudan jaminan sistem merit dalam monitoring dan penilaian yaitu
pangkat dan jabatan, pengembangan karir, mutasi pegawai, penilaian
kinerja
2. Kelembagan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
a. Komisi ASN
b. Kemen PAN dan RB