Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL MOOC ( Massive Open Online Course )

PPPK ( PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA)


TAHUN 2023
Nama Lengkap : Dewa Ayu Nyoman Ardiyanti Putri K. Sari, S.Pd
NIPPPK : 199505142022212003
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Kelas
Instansi : SD Negeri 1 Paksebali
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para
pendiri bangsa (founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan kelompok atau golongan. Wawasan Kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur,
dan sejahtera. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
a. Pancasila
Pancasila yang rumusannya tertuang dalam UUD 1945, sebagai
ideologi negara, pandangan hidup bangsa, dasar negara dan sumber
dari segala sumber hukum Indonesia. Pancasila secara sistematik
disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan sidang BPUPKI
pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa
Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen,
filsafaat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau
dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Pancasila dijadikan
sebagai landasan bersama bagi fondasi dan citacita berdirinya negara
Indonesia merdeka. Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu
atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup
bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan
pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
b. Undang-Undang Dasar 1945
Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, Undang-undang dasar memiliki fungsi yang khas, yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian diharapkan hakhak warga Negara terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme. penjelasan UUD 1945 yakni sebagai
kunci pokok pertama dari system Pemerintahan Negara yang berbunyi
“Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (rechstaat) dan
bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat)”.
c. Bhinneka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa
oleh Mpu Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya
kreatif dalam paya mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan
keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan
Majapahit kala itu. Di kemudian hari, rumusan tersebut telah
memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada
masa kemerdekaan, dan bahkan telah berhasil menumbuhkan rasa
dan semangat persatuan masyarakat indonesia. Sesuai makna
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan BhinnaIka-
Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab
meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang lahir pada tanggal
17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu
Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur
konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal
18 Agustus 1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya negara yaitu
berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat Presiden dan
Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara.
Disamping itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara
dan tujuannya.

Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara


Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati
diri bangsa dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat
simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata
pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian
dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

2. Nilai-Nilai Bela Negara


Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan
segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh semangat untuk membela
Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu dengan
mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara kemudian
diwariskan kepada para generasi penerus guna menjaga eksistensi RI.
Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk
mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada
kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7
Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air
b. sadar berbangsa dan bernegara
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara
e. kemampuan awal Bela Negara.
Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui
usaha Bela Negara.
3. Sistem Adaministrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kebijakan publik dalam format keputusan dan/atau tindakan
administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu
Pancasila landasan konstitusionil , UUD 1945 sebagai sistem yang
mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5
Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara.
B. Analisis Isu Kontemporer
1. Perubahan Lingkungan Strategis
ASN dituntut untuk bersikap kreatif dan melakukan terobosan
(inovasi) dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Justru
seninya terletak pada dinamika tersebut, ASN bisa menunjukan
perannnya dalam koridor peraturan perudang- undangan (bending the
rules), namun tidak boleh melanggarnya (breaking the rules). Sejalan
dengan tujuan Reformasi Birokrasi terutama untuk mengembangkan ASN
menjadi pegawai yang transformasional, artinya ASN bersedia
mengembangkan cita-cita dan berperilaku yang bisa diteladani,
menggugah semangat serta mengembangkan makna dan tantangan bagi
dirinya, merangsang dan mengeluarkan kreativitas dan berupaya
melakukan inovasi, menunjukkan kepedulian, sikap apresiatif, dan mau
membantu orang lain. empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan ASN dalam melakukan pekerjaannya sesuai
bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional
(Society), dan Dunia (Global). Adapun Modal Insani Dalam Menghadapi
Perubahan Lingkungan Strategis (Ancok, 2002):
a. Modal Intelektual
b. Modal Emosional
c. Modal Sosial
d. Modal ketabahan (adversity)
e. Modal etika/moral
f. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
2. Isu-Isu Strategis Kontemporer
Setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu
strategis kontemporer diantaranya korupsi, narkoba, paham
radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan
komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain
sebagainya.
3. Teknik Analisis Isu
Dalam pengertian ini, isu kritikal dipandang sebagai topik yang
berhubungan dengan masalah- masalah sumber daya yang memerlukan
pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan isu tersebut.
Teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning untuk mengetahui
sumber informasi terkait isu tersebut sebagai berikut:
a. Media scanning, yaitu penelusuran sumber-sumber informasi isu dari
media seperti surat kabar, majalah, publikasi, jurnal profesional dan
media lainnya yang dapat diakses publik secara luas.
b. Existing data, yaitu dengan menelusuri survei, polling atau dokumen
resmi dari lembaga resmi terkait dengan isu yang sedang dianalisis.
c. Knowledgeable others, seperti profesional, pejabat pemerintah,
trendsetter, pemimpin opini dan sebagainya Knowledgeable others
d. Public and private organizations, seperti komisi independen, masjid
atau gereja, institusi bisnis dan sebagainya yang terkait dengan isu-
isu tertentu Public at large, yaitu masyarakat luas yang menyadari
akan satu isu dan secara langsung atau tidak langsung terdampak
dengan keberadaan isu tersebut.
C. Kesiapsiagaan Bela Negara
1. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil
Bela negara adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara
yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD
NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Ini digunakan untuk meminimalisir terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Adapun
berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap ASN
untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan
olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya
meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan
baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata
tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Tentang Wawasan
Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara mencakup:
a. Cinta Tanah Air;
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
f. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan
makmur.
2. Kemampuan Awal Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang
dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam
menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan
kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara. Kemampuan awal bela negara,
senantiasa kita sebagai ASN harus siap tentang Kesehatan Jasmani dan
Mental; Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental; Etika, Etiket dan Moral; serta
Kearifan Lokal. Salah satu bagian kesiapsiagaan yang wajib dimiliki dan
dipelihara oleh PNS adalah kesiapsiagaan jasmani. Sesuai standar etika,
etiket dan moral dalam organisasi pemerintahan, maka seorang aparatur
harus dapat menjadikan dirinya sebagai model panutan tentang kebaikan
dan moralitas pemerintahan terutama yang berkenaan dengan pelayanan
kepada publik.
3. Kesiapan Bela Negara
Kesiapan bela negara dalam artian memiliki tekad, sikap, dan perilaku
serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif
dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari bebagai ancaman.
AGENDA 2
NILAI-NILAI DASAR PNS
A. Berorientasi Pelayanan
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik
khususnya dalam konteks ASN, yaitu :
1. penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2. penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
3. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai
Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasan masyarakat.
B. Akuntabel
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan
publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017). Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari
amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE
Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan
Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku
tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu
pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua,
untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
C. Kompeten
Perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tututan
pekerjaan. Adapun aspek yang harus dimiliki ASN dalam kompeten yakni;
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu
berubah.
2. Membantu orang lain belajar.
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
D. Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan
bekerja dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup
masyarakat yang lebih luas. Semoga kita semua dapat menerapkan dan
meciptakan keharmonisan tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat
memberikan pelayanan public, dan kehidupan bermasyarakat. Keberagaman
bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan
yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di
nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia.
Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka
Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa
tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-
lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh
oleh sekelompok professional tertentu. Oleh karena itu, dengan
diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus
berubah :
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah Amanah Membangun
budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi
disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis
harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan
bermasyarakat.
E. Loyal
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bagi seorang Pegawai Negeri
Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-
cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core
Values tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi.
Pemerintah nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan
yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
F. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk
bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau
ancaman yang timbul. efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu menjadi kata
kunci bagi ASN agar berkomitmen dalam memberikan pelayanan yang
terbaik. Konsekuensi penting dari komitmen mutu ini adalah bahwa ASN
harus memastikan pelayanan publik terselenggara sebaik mungkin dengan
cara apapun, sekalipun harus melakukan perubahan, penyesuaian atau
“adaptasi” tentunya.
G. Kolaboratif
Sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi
saling menguntungkan antar aktor governance. Pemimpin dalam konteks
kolaboratif fokus pada perekrutan perwakilan yang tepat, membantu
memulihkan ketegangan yang mungkin ada di antara mitra,
mempromosikan dialog yang efektif dan saling menghormati antara
pemangku kepentingan dan menjaga reputasi kolaboratif di antara para
peserta dan pendukungnya. Kolaboratif harus memberikan kesempatan
kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama
dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai
sumber daya untuk tujuan Bersama. terdapat mengungkapkan tiga tahapan
yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola
kolaborasi yaitu :
1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang
2. merencanakan aksi kolaborasi.
3. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

AGENDA 3
Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
A. SMART ASN
1. Literasi Digital
Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital
untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini
mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi
komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media. Roadmap
Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk
mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam
konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi
digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapan digital
b. budaya digital
c. etika digital
d. dan keamanan digital.
2. Pilar Literasi Digital
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar,
sehingga kemampuan menggunakan gawai saja tidaklah cukup,
diperlukan kemampuan lainnya yakni literasi digital. Literasi digital
memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang
terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia
digital. Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam
menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
a. Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku,
tata krama, dan etika berinternet (netiquette)
b. Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang
mengandung hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi,
perundungan, dll.
c. Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di
ruang digital yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan
yang berlaku
d. Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan
berdagang di ruang digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

B. MANAGEMENT ASN
1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
a. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan
profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN
berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
c. Hak dan Kewajiban ASN
1) Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut:
❖ PNS berhak memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua; 4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
❖ PPPK berhak memperoleh: 1) gaji dan tunjangan; 2) cuti; 3)
perlindungan; dan 4) pengembangan kompetensi
2) Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah :
❖ setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
❖ menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
❖ melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
❖ menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
❖ melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
❖ menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun di luar kedinasan;
d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
1) Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar
Pegawai ASN:
2) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
3) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
4) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan melaksnakan tugasnya sesuai dengan
perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan etika pemerintahan;
6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secar
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan;
10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara;
11) tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain;
12) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.

2. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN


a. Sistem Merit
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecatatan. Sistem merit merupakan salah satu bentuk
motivasi bagi ASN yang ingin meningkatkan kualitas dirinya.
Peningkatan kualitas ASN ini akan mendukung upaya peningkatan
kualitas pelayanan publik menjadi tanggung jawab sektor publik.
b. Manfaat Sistem Merit Bagi Pegawai
1) Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan dlm perjalanan karir
seorang pegawai.
2) Memiliki Kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri.

3. Mekanisme Pengelolaan ASN


Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. Manajemen PNS, yaitu 1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan PNS
2. Pengadaan 3. Pangkat dan Jabatan 4. Pengembangan Karier 5.
Pola Karier 6. Promosi 7. Mutasi 8. Penilaian Kinerja 9. Penggajian
dan Tunjangan 10. Penghargaan 11. Disiplin 12. Perlindungan
b. Manajemen PPPK Penetapan Kebutuhan jumlah PPPK 2. Penilaian
Kinerja 3. Penggajian dan Tunjangan 4. Pengembangan Kompetensi
5. Pemberian Penghargaan 6. Disiplin 7. Pemutusan Hubungan
Perjanjian Kerja.
KETARKAITAN AGENDA 1, 2, DAN 3

Mengacu pada UU ASN nomor 5 tahun 2014 pada pasal 10 tentang


fungsi ASN. Terdapat tiga fungsi ASN yaitu ASN sebagai pelaksana
kebijakan publik, ASN sebagai pelayan publik, dan ASN sebagai
perekat dan pemersatu bangsa. Kompetensi yang dibangun dalam
MOOC PPPK adalah menunjukkan sikap perilaku bela negara.
Kompetensi yang dibangun ini untuk mencapai tujuan dari MOOC
yaitu ASN professional yang berkarakter sebagai pelayan Masyarakat.
Materi yang diberikan pada agenda satu, dua dan tiga adalah
pembentukan karakter pada ASN, sebagai ASN professional
ditunjukkan dengan diberikannya penguatan kompetensi melalui
pengembangan kompetensi teknis bidang tugas yang berisi tentang
substansi teknis administrasi dan kompetensi teknis substantif yang
akan diberikan oleh instansi atau unit kerja yang menjadikan satu
kesatuan dalam pembelajaran MOOC PPPK. Agenda satu yaitu sikap
perilaku bela negara membekali ASN dengan pemahaman wawasan
kebangsaan melalui pemaknaan terhadap nilai-nilai bela negara,
sehingga ASN memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap
perilaku bela negara dalam suatu kesiapsiagaan yang mencerminkan
sehat jasmani dan mental menghadapi perubahan lingkungan
strategis dalam menjalankan tugas jabatan sebagai ASN professional
pelayan Masyarakat. Diharapkan dapat menerapkan sebagai proses
pembentukan sikap perilaku bela negara sebagai ASN professional.
Agenda dua nilai-nilai dasar ASN, membekali ASN dengan nilai-nilai
dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas jabatan ASN secara
professional sebagai pelayan Masyarakat yang meliputi lima
kemampuan, yaitu akuntabilitas, mengedepankan kepetingan
nasional, menjunjung tinggi standar etika public, berinovasi untuk
peningkatan mutu pelaksanaan tugas jabatannya dan tidak korupsi
dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan
instansi. Agenda ketiga kedudukan dan peran ASN dalam NKRI yang
membekali ASN pengetahuan tentang kedudukan dan peran ASN
untuk menjalankan fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayanan publik serta perekat dan pemersatu bangsa, sehingga
mampu memgelola tantangan dan masalah keragaman sosial kultural
dengan menggunakan perspektif WoG dalam mendukung pelaksanaan
tugas jabatannya. Agenda tiga menjadi kendaraan atau jembatan
penghubung dalam melaksanakan agenda satu dan dua, pelaksanaan
tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan terlihat dimana ada tiga
perspektif yang mendukung tugas pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai