Anda di halaman 1dari 19

JURNAL

Masive Open Online

PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA

(PPPK)

DISUSUN OLEH :

Nama : LILI KARLINA, SKM

Nip : 199201152023212002

Tempat, Tanggal Lahir : NABIRE, 15 Januari 1992

Golongan : IX

Jabatan : Ahli Pertama-Administrator Kesehatan

Instansi : Puskesmas Morosi

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN KONAWE

TAHUN 2023
LILI KARLINA,SKM_199201152023212002_MOOC PPPK 2023

PPPK FORMASI TAHUN 2023

RESUME AGENDA I-III

AGENDA I

SIKAP PRILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


B. Analisis Isu Kontemporer
C. Kesiapsiagaan Bela Negara

A. WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(karakter bangsa) dan kesadaran terhadap sistem nasional (Nasional Sistem) yang
bersumber dari
Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang
adil, makmur dan sejahtera.

Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan dibagian depan UUD
1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi
kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
oleh karena itu tidak akan berubah atau rusak. Merupakan dasar dan sumber hukum
bagi batang tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik
Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat dilihat pada
Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4 (Empat) alinea.
Sebagai ASN kita diharapkan mampu mengimplementasikan wawasan
kebangsaan dan mengaktualisasikan kesadaran Bela Negara dalam kerangka system
Administrasi NKRI.Sehingga amanat UUD 1945 untuk mencapai cita-cita dan tujuan
nasional dapat diwujudkan.Peran, tugas dan fungsi ASN menempatkan ASN sebagai
bagian dari penyelanggara pemerintah yang secara langsung bertanggung jawab
untuk menjamin terselenggaranya roda pemerintahan, memiliki tanggung jawab
untuk ikut serta secara langsung mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
4 (empat) Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara:
1. Pancasila
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik
dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofis negara. Kedudukan pancasila
ini dipertegas dalam UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya,
setiap bahan muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2. Undang-undang Dasar 1945
Kepustakaan hukum di Indonesia menjelaskan istilah Negara Hukum sudah sangat
populer. Di dalam penjelasan UUD 1945 yakni sebagai kunci pokok pertama dari
sistem Pemerintahan Negara yang berbunyi “Indonesia adalah Negara yang
bedasar atas hukum (rechstaaat) dan bukan berdasar atas kekuatan belaka
(machtstaat)”. Dalam UUD 1945 tentang bentuk dan kedaulatan pada pasal 1 hasil
Amandemen yang ke 3 tahun 2001, berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”.
3. Bhineka Tunggal Ika
Perumusan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa oleh Mpu Tantular
pada dasarnya adalah sebuah pernyataan kreatif dalam upaya memberikan nilai-
nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan, dan bahkan
telah berhasil menumbuhkan rasa dan semangat persatuan masyarakat Indonesia.
Itulah sebab mengapa akhirnya Bhineka Tunggal Ika diangkat menjadi semboyan
yang diabadikan lambang NKRI –Garuda Pancasila.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ditinjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara,
mengingat saat itu Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki
unsur
konstitutif berdirinya negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus
1945 telah melengkapi persyaratan berdirinya 16 negara yaitu berupa
pemerintahan yang berdaulat dengan mengangkat presiden dan wakil presiden,
sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping itu PPKI juga telah
mengatur UUD
1945 sebagai dasar negara dan tujuannya.
Sedangkan lambang Negara terdiri atas 4,
yaitu:
1. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah Sang Merah Putih.
2. Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi
Negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Kesatuan republik Indonesia Tahun
1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda Tanggal 28
Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika
Peradaban Bangsa.
3. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebalah kanan, perisai berupa jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditulis di
atas pita yang dicengkram oleh Garuda.
4. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga Negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan Negara yang dijiwai oleh kecintannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Keputusan Presiden Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tanggal 18 Desember
2006 ditetapkan sebagai Hari Bela Negara. Pada tanggal tersebut terbentuk
Pemerintah Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara serta
bahwa dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela Negara dalam
rangka mempertahankan kehidupan ber-bangsa dab bernegara yang menjunung tinggi
persatuan dan kesatuan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 menanamkan
nilai- nilai Bela Negara, yang meliputi :
a. Cinta tanah air; Indikatornya :
- Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia
- Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
- Jiwa patriotisme terhada[ bangsa dan negaranya
- Menjaga nama baik bangsa dan Negara;
b. Sadar berbangsa dan bernegara; Indikatornya :
- Berpartisipasi aktif dalm organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik
- Ikut serta dalam pemilihan umum
- Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideology Negara; Indikatornya :
- Paham nilai-nilai dalam Pancasila
- Mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari
- Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan Negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara; Indikatornya :
- Bersedia mengorbankan waktu, tenaga, dan ikirannya untuk kemajuan
bangsa dan Negara
- Siap membela bangsa dan Negara dari berbagai macam ancaman
- Berpartisipasi aktif dalam pembanguanan masyarakat, bangsa dan Negara;
e. Kemampuan awal Bela Negara; Indikatornya :
- Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelejensia
- Senantiasa memilihara jiwa dan raga
- Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Esa.
Olehnya itu kita sebagai ASN kita diharapkan mampu mengimplementasikan
wawasan kebangsaan dan mengaktualisasikan kesadaran Bela Negara dalam
kerangka system Administrasi NKRI.Sehingga amanat UUD 1945 untuk mencapai
cita-cita dan tujuan nasional dapat diwujudkan.Fungsi ASN sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa dapat
bertanggung jawab secara langsung untuk menjamin terselenggaranya roda
pemerintahan, memiliki tanggung jawab untuk ikut serta secara langsung
mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional.Sehingga mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa dan Negara
akan meningkat sehingga menumbuhkan semangat tepat untuk berkontribusi pada
upaya- upaya bela Negara sesuai tugas pokok, fungsi dan jabatan masing-masing.

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian
yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap
perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menjadi penentu seberapa
dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan individu, keluarga,
masyarakat pada tingkat lokal dan daerah, nasional dan dunia.
Modal insani dalam menghadapi perubahan Lingkunagn Strategis yaitu:
1. Modal Intelektual, adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan
peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDM nya.
2. Modal Emosional, Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan
oleh kecerdasan emosinal.
3. Modal Sosial, adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat
yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahn yang merka
hadapi.
4. Modal Ketabahan (Adversity), berasal dari Paul G. Stoltz (1997).
Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi brikrasi.
5. Modal Etika/Moral, sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip
universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan dan
tindakan kita.
6. Modal kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani, wadah untuk mendukung manifestasi
semua modal insani yang dibahas
sebelumnya. Isu-isu Starategis Kontemporer
diantaranya:
1. Korupsi, tindak pidana korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi beserta revisinya Melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
2. Narkoba, Narkotika atau berbahaya, serta napza yang merupakan singkatan
dari Narkotika yang terdiri dari Opiat, Morfin, heroin, ganja kokain, petidin
dan kodein, Psikotropika yang terdiri ekstasi, shabu, dan Zat Adiktif terdiri dari
Alkohol, lem, thinner, cat kuku dan tembakau.
3. Terorisme, adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana terror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersift massal dan/atau meimbulkan kerusakan
terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau
fasilitas internasional dengan motif ideology, politik atau gangguan keamanan.
Pencegahan tindakan pidana terorisme yaitu:
- Kesiapsiagaan Nasional, Meliputi : Pemberdayaan Masyarakat, Peningkatan
Kemampuan aparatur, Pengembangan kajian Terorisme.
- Kontra Radikalisasi, Meliputi : Kontra narasi, Kontra Propaganda dan Kontra
Ideologi.
- Deradikalisasi, Meliputi : Reintegrasi sosial, Identifikasi dan
penilaian, Rehabilitas, Reedukasi.
4. Money Loundring, aktivitas pencucian uang dan pendanaan Terorisme
menggunakan jasa keuangan sebagai sarana melakukan tindakan
pidana.
5. Proxy War, merujuk pada konflik diantara dua Negara, dimana Negara tersebut
tidak serta merta langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxi’ atau
kaki tangan. Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak
ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan territorial lawannya.
Dimana sasaran proxy war yaitu mematikan kesadaan suatu bangsa dengan cara
menghilangkan identitas atau ideology atau keyakinan suatu bangsa yang pada
gilirannya akan menghilangkan identitas diri.
6. Kejahatan Mass Communication, diantaranya Cyber Crime merupakan
kejahatan yang terjadi dan beroperasi didunia maya dengan menggunakan
computer, jaringan computer dan internet, Hate Speech merupakan ujaran
kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh
individu atau diruang publik, Hoax merupakan berita atau pesan yang isinya
tidak dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi sumber maupun isi.

Teknik Analisi Isu, diantaranya :


1. Isu kritikal, secara umum terbagi 3, yaitu: Current Isu (Isu saat ini), Emerging Isu
(Isu berkembang), dan Isu Potensial (kelompok isu).
2. Teknik Tapisan, menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriterias; Aktual,
Kekhalayakan, Problematika, dan Kelayakan. Alat bantu tapisan lainnya
menggunakan kriteria USG, Urgency (seberapa mendesak suatu isu harus
dibahas), Seriousness (seberapa serius suatu isu harus dibahas) dan
Growth( seberapa besar kemungkinan memburuknya isi tersebut).
Akhirnya dari materi ini peserta diharapkan dapat mencegah dan atau
meminimalisir dampak negative dari isu-isu yang mungkin terjadi
dilingkungan sekitar.

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimilik oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara
ikhlas
dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Kemampuan awal Bela Negara meliputi :
a. Kesiapsiagaan jasmani dan mental
Kesiapsiagaan Jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efesien.
Sedangkan Kesiapsiagaan Mental adalah Kesiapsiagaan Seseorang dengan
memahami
kondisi mental, proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai
dengan perkembangan mental/jiwanya, baik tuntutan dari dalam dirinya
sendiri maupun dari luar.
b. Kesehatan Mental, adalah system kendali diri yang bagus sebagai wujud
dar kinerja system limbic (cenderung ke emosi) dan system cortex
prefrontalis (cenderung rasional) yang tepat.
c. Kearifan lokal, adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia
ditempat ia hidup dengan linkungan alam sekitarnya untuk memperoleh
kebaikan. Kearifan lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan,
dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di
berbagai bidang kehidupan.
Aksi Nasional Bela Negara adalah sinergi setiap warga Negara guna mengatasi
segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan
pada
nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan Negara yang berdaulat, adil dan
makmur. Dan pada akhirnya tujuan dari materi ini adalah meningkatkan kempuan
awal Bela Negara peserta sehigga senantiasa berada pada kondisi yang siap siaga
untuk berkontribusi dalam upaya-upaya Bela Negara sesuai dengan kemampuan
dan kesanggupan masing-masing dengan kegiatan pembelajaran abdi semangat
Bela Negara sebagai momentum untuk memulainya.

AGENDA II

CORE VALUES ASN

Core Values ASN yaitu BerAKHLAK.

1. BERORIENTASI PELAYANAN
Berorientasi Pelayan yaitu berkomitmen memberikan pelayan prima demi
kepuasan masyarakat.Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti
ketika kebutuhan pelanggan sudah terpenuhi, melainkan harus terus meningkat dan
diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pelanggan.
Layanan hari ini harus lebih aik dari hari kemarin, dan layanan hari besok akan
menjadi ebih baik dari hari ini. Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai
yang terdapat dalam Core Values BerAKHLAK.Panduan prilakunya terdiri dari :
1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
2. Ramah, Cekatan, Solutif dan dapat diandalkan
3. Melakukan perbaikan tiada henti.
Citra positif ASN sebagai pelayan public terlihat dengan prilaku melayani dengan
senyuman, salam, dan beri salam, ramah dan senyum, cepat dan tepat waktu,
mendengar dengan sabar dan aktif, serta berpenampilan rapi, melayani dengan
cepat dan tepat waktu, melayani dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat
untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan kemampuan,
keinginan, dan tekad untuk memberikan layan prima. Prinsip dalam pelayanan
publik yaitu Partisipatif, Transparan, Responsif, Tidak Diskriminatif, Mudah dan
Murah, Efektif
dan Efesien, Aksesibel, Akuntabel, dan Berkeadilan. Adapun strategi
peningkatan pelayan prima sesuai kepatuhan terhadap UU Nomor 25 Tahun
2009 yaitu:
1. Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan
2. Melaksanakan survey kepuasan masyarakat minimal 1 tahun sekali
3. Pengelolaan pengaduan masyarakat
4. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
5. Pengembangan inivasi
6. Replikasi Best Practice
7. Perbaikan berkelanjutan

2. AKUNTABEL
Dalam banyak hal, kata Akuntabel sering disamakan dengan Responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, keduanya konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang
berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam
konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga
pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Aspek-Aspek Akuntabilitas yaitu :
- Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak
antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
- Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
- Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performence)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Bovens, 2007 Akuntabilitas memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran Konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas (peran
belajar) Sedangkan tingkatan Akuntabilitas yaitu:
1. Akuntabilitas Personal
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke,
2017). Kedua prinsip tesebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Panduan perilaku
Akuntabilitas adalah:
1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi.
2. Menggunakan keayaan dan barang milik negara secara bertanggungjawab,
efektif dan efesien.
3. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Langkah-langkah menciptakan Lingkungan Akuntabel yaitu:
1. Kepemimpinan, Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2. Transparansi, tujuannya adanya transparansi adalah :
a. Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kersama antara
kelompok internal dan eksternal
b. Memberikan perlindungan terhadap pengaruhyang tidak seharusnya
dan korupsi dalam pengambilan keputusan
c. Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
d. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepafa pimpinan
secara keeluruhan.
3. Integritas, Menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak,kebijakan,
dan peraturan yang berlaku.
4. Tanggung jawab, Memberikan kewajiban bagi setiapindividu dan lembaga,
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena
adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat.
5. Keadilan, merupakan landasan utama dari akuntabilitas
6. Kepercayaan, rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
7. Keseimbangan, untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan, mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab,misi organisasi,
kinerja yang diharapkan organisasi, sitem pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
9. Konsistensi, koonsistensi menjamin stabilitas.
Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Membangun
pola pikir Antikorupsi, diantara :
- ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak
bertentangan dengan kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas
resmi mereka dengan tidak memihak;
- Ketika lonflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik
dan kepentingan pribadi atau personal, maka PNS dapat berhati-hati
untuk kepentingan umum;
- Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis
untuk mendapatkan bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola
situasi yang tepat;
- ASN dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya.

3. KOMPETEN

Perilaku Kompoten (berkinerja yang BerAkhlak, meningkatkan komputensi


diri, membantu orang lain belajar, melaksanakan tugas terbaik, tugas
kelompok, merumuskan upaya mewujudkan perilaku kompeten secara nyata.
Peran dari ASN, sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas :
1. Penyelenggaraan tugas umum pemerintah
2. Pelaksana pembangunan nasional melalui yanlik yang profesional
3. Bebas dari interverensi politik, bersih dari praktik KKN.
Pengelolaan ASN berbasis simstem Merit yaitu Kualifikasi-Kompetensi-Kinerja-
Non diskriminatif.
Nilai dasar ASN menurut Pasal 4 UU ASN No 5/2014 adalah:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila
2. Setia dan mempertahankan UUD RI Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat indonesia
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidakberpihak
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
8. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, dan santun
9. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
Sedangkan kode etik dan kode perilaku ASN antara lain :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan;
5. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efesien;
6. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
7. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
8. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.
Kompetensi ASN terdiri dari :
1. Kompetensi Teknis, yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan,
pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
2. Kompetensi Manajerial, yang diukur daritingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan
3. Kompetensi Sosio Kultural, diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan.
Pengembangan kompetensi ASN dapat dilakukan dengan cara Pendidikan dan
pelatihan
Panduan dari prilaku kompeten yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
2. Membantu orang lain belajar
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

4. HARMONIS

Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuanyang luhur. Suasana
harmoni dalamlingkungan kerja akan membuat tenang.

Panduan etika ASN Harmonis yaitu : Moral, Integritas, Kejujuran,


Nilai, Tanggungjawab, Adil, Hati Nurani, Pilihan, Menghormati.
Peran ASN dalam mewujudkan suasana Harmoni yaitu:
1. PNS dalam melaksanakan tugasnyatidak boleh berlaku diskriminatif dan
harus obyektif, juju, transparan.
2. PNS harus bisa mengayomi kepentingan kelompokminoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut
3. Harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka
menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya
yang membutuhkan pertolongan
5. Menjadi figur dan teladan li lingkungan masyarakatnya.
Adapun panduan prilaku harmonis yaitu :
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
2. Suka menolong orang lain
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

5. LOYAL

Loyal artinya berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.


Panduan perilaku loyal yaitu:

1. Memegang teguh Ideologi Pancasila, Udang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunciyang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan
perilaku tersebut di atas, diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi ‘KoDeKoNasAb’. Oleh
karena itu peserta pelatihan dasar diharapkan dapat belajar setiap bahan pokok dalam
modul ini.
6. ADAPTIF
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas disektor publik, budaya adaktif dalampemerintahan ini dapat
dipasang dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinierja pelayanan
publik. Adapun ciri-ciri budaya adaktif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai
berikut : a. Dapat beradaptasi dengan perubahan lingkunag
b. Mendorong jiwa kewirausahaan
c. Memanfatkan peluang-peluang yang berubah-
ubah d. Terkait dengan kinerja instansi
e. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan untuk instansi
mitra, masyarakat dan sebagainya.
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai
tujuan- tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang
berubahubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003). Batasan pengertian adaptif diantaranya
:
- Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
- Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
- Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah
- Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
- Memanfatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sitem
- Penyesuain budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi
alamiah. Panduan perilaku Adaptif yaitu:
1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
2. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
3. Bertindak proAktif
Prilaku Adaptif merupakan perjanjian yang harus terpenuhi dalam mencapai tujuan,
baik individu maupun organisasi. Salah satu tantangan dalam mewujudkan individu
dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty,
Complexity, Ambiguity ).

7. KOLABORATIF

Kolaboratif artinya membangun kerjasama yang sinergis. Ada 6 kriteria penting


untuk kolaborasi, yaitu:
1. Forum yang diprakarsai Oleh Lembaga Publik atau Lembaga;
2. Peserta dalam forum termasuk aktor nonstater;
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. Forum ini bertujuan untuk membuat membuat keputusan dengan konsensus;
6. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen (Ansel dan Gash
2007:544) Proses yang harus dilalui dalam menjalin Kolaborasi antara lain:
1. Trust Building: Membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2. Face to face Dialogue: melakukan negosiasi dengan baik dan bersungguh-sungguh
3. Komiten terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership
dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama
terkait permasalahan, serta menidentifikasi nilai bersama;
5. Menetapkan outcome antara.
Faktor-faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintahan yaitu:
- Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman
dalam kesepakatan kolaborasi
- Dasar hukum kolaborasi tidak
jelas. Panduan perilaku kolaboratif antara
lain :
1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya tujuan bersama.

RESUME AGENDA 3

KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

MODUL 1 : SMART ASN

A. Literasi Digital
Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital
dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif
(Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang
secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan
literasi
media.
Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital
safety, digital culture, dan digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini
digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

B. Pilar Literasi
Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi tetapi harus mampu
bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Keempat pilar yang menopang
literasi digital yaitu
a) Etika
Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada :
 Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan
etika berinternet (netiquette)
 Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax
dan tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
 Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital
yang sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
 Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang
digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b) Budaya,
Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada :
 Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai
landasan kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
 Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan
dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
 Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
 Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat,
menabung, mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
c) Keamanan,
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Aman Bermedia Digital
perlu adanya penguatan pada :
 Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, finger
print) Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
 Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari
sumber yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
 Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital
dan menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
 Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi
digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
d) Kecakapan dalam bermedia digital.
Kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Cakap di Dunia
Digital perlu adanya penguatan pada :
 Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
 Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam
mencari informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
 Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial
untuk berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
 Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-
commerce untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.

C. Implemantasi Literasi Digital dan Implikasinya


Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Bentuk implementasi
literasi digital beserta implikasinya :
1. Hoaks
KBBI mengartikan hoaks sebagai informasi bohong. hoaks tersebar juga
melalui situs web (34,90%), Whatsapp, Line, Telegram (62,80%), Facebook,
Twitter, Instagram, dan Path (92,40%).
2. Cyberbullying
Tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang
lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media digital.
Bentuk perundungan ini dapat berupa doxing (membagikan data personal
seseorang ke dunia maya); cyberstalking (mengintip dan memata-matai seseorang
di dunia maya); dan revenge porn (membalas dendam melalui penyebaran
foto/video intim/vulgar seseorang.
3. Ujaran Kebencian
Ujaran kebencian atau hate speech adalah ungkapan atau ekspresi yang
menganjurkan ajakan untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan permusuhan, kekerasan, dan
diskriminasi kepada orang atau kelompok tersebut (Gagliardone, Gal, Alves, &
Martinez, 2015).
Berikut ini Ragam Penipuan Digital, diantarnya yaitu :
1. Scam
Merupakan permainan atau tindakan untuk menipu kepercayaan seseorang
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat.
2. Spam
Spam adalah segala jenis komunikasi digital yang tidak diinginkan dan tidak
diminta yang dikirim secara massal.
3. Phising
Phising adalah salah satu ancaman yang paling membuat frustasi yang kita hadapi.
Sebagian besar tahu apa itu dan bagaimana cara kerjanya, tapi kita masih terjebak.
Penipuan, yang melibatkan penjahat mengirim pesan yang menyamar sebagai
organisasi yang sah, menargetkan ratusan juta organisasi setiap hari. Pesan
mengarahkan penerima ke situs web palsu yang menangkap informasi pribadi
mereka atau berisi lampiran berbahaya.
4. Hacking
Peretasan tidak selalu merupakan tindakan jahat, tetapi paling sering dikaitkan
dengan aktivitas ilegal dan pencurian data oleh penjahat dunia maya. Peretasan
mengacu pada penyalahgunaan perangkat seperti komputer, ponsel cerdas, tablet, dan
jaringan untuk menyebabkan kerusakan atau sistem yang rusak, mengumpulkan
informasi tentang pengguna, mencuri data dan dokumen, atau mengganggu aktivitas
terkait data.
Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari
scam, spam, phising, maupun hacking, yaitu :
1. Jangan pernah membagikan ataupun mengunggah alamat email ke publik. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi risiko pengiriman email spam maupun peretasan
apabila kata sandinya lemah dan mudah ditebak.
2. Berpikir sebelum meng-klik tautan link maupun mengunduh dokumen dari
sumber yang tidak jelas.
3. Jangan membalas pesan spam karena pengirim pesan dapat mengetahui bahwa
alamat surel tersebut aktif dan meningkatkan risiko surel tersebut menjadi target
penipuan lainnya.
4. Gunakan aplikasi penyaring spam dan antivirus untuk menurunkan risiko.
5. Hindari penggunaan email pribadi maupun perusahaan untuk mendaftar aplikasi
yang tidak terlalu penting.

MODUL 2 : MANAJEMEN ASN

A. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN


1. Kedudukan ASN
Dalam UU ASN No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional.
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut :
1) Pelaksana kebijakan public;
2) Pelayan public; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas :

1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut :
1) PNS berhak memperoleh : gaji, tunjangan, dan fasilitas, cuti, jaminan
pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan, pengembangan kompetensi
2) Sedangkan PPPK berhak memperoleh : gaji dan tunjangan, cuti, perlindungan,
pengembangan kompetensi
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah :
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang
sah
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN :
1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi
2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan dan etika pemerintahan
6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara
7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif, dan efisien
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.

B. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN


Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Semua fungsi dan komponen dalam manajemen ASN
sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 (mengatur tentang manajemen PNS) dan pasal
93 (mengatur manajemen PPPK) UU ASN harus menerapkan sistem merit ini.
1) Pasal 55 menyebutkan bahwa “ Manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
2) Pasal 93: Manajemen PPPK meliputi: penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian
penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan kerja, perlindungan.

C. Mekanisme Pengelolaan ASN


Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK :
1) Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan
2) Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.

Anda mungkin juga menyukai