Anda di halaman 1dari 15

RESUME AGENDA 1

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


WAWASAN KEBANGSAAN
A. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Pada tanggal 20 Mei 1908 diadakan rapat kecil oleh para mahasiswa sekolah dokter Jawa
di Batavia (STOVIA). Rapat kecil itu menghasilkan terbentuknya organisasi Boedi Oetomo.
Selanjutnya tanggal 20 mei diperingati sebagai hari kebangkitan nasional
Pada tanggal 28 Oktober 1928 diadakan konggres pemuda II di Jakarta yang diikuti oleh
beberapa perwakilan organisasi pemuda. Konggres itu menghasilkan Sumpah Pemuda, yang
isinya:Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah Indonesia,
berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia, menjunjung Bahasa persatuan Bahasa Indonesia
Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI diawali dengan menyerahnya Jepang kepada
Tentara Sekutu. Selanjutnya dibentuk BPUPKI dan setelah dirasa siap dibentuklah PPKI.
Pada Tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi dibacakan oleh Ir Soekarno. Tanggal 17
Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan.
B. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
dan kesadaran terhadap sistem nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
C. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
Pancasila
Pancasila merupaan landasan atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Selain
berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan bangsa, Pancasila juga
berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan
pokok bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari pembukaan, batang tubuh dan penjelasan. Dalam
pembukaanUUD 1945 terdapat hakekat kemerdekaan suatu bangsa yang diperoleh melalui
perjuangan dan atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Disamping itu juga terdapat
tujuan negara yang akan dicapai melalui perjuangan yang dillandasi nilai pancasila
Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika dalam lambang NKRI, Garuda Pancasila, pengertiannya
diperluas, menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan
keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda
kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan nusantara raya.Sesuai makna semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang dapat diuraikan Bhinna- Ika-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada
hakekatnya satu. Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari
persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Terbentuknya NKRI bertujuan seperti
tercantuk dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, meliputi Melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah indonesia ; Memajukan kesejahteraan umum; Mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan NKRI tersebut di atas sekaligus merupakan
fungsi negara Indonesia.)
D. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan
negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian
dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

NILAI-NILAI BELA NEGARA

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman”
Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara. Dengan pertimbangan
bahwa tanggal 19 Desember 1948 terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Dalam
rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa. Usaha Bela Negara bagi ASN dapat diwujudkan melalui sikap cinta tanah air,
Kesadaran berbangsa dan bernegara, Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, Rela
berkorban

ANALISIS ISU KONTEMPORER

ASN sangat perlu mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis
kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money laundry,
proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax.
1. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
beserta revisinya melalui UndangUndang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi
Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi tindak
pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri
sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga
pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap
terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana
Tambahan
2. Narkoba
Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, psikotropika dan Zat Adiktif
(Kemenkes, 2010).
3. Terorisme dan Radikalisme
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total
dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis
lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.
Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran
agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata
politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan

4. Money Laundring
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. sering juga dimaknai dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian
uang”
5. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di
mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena
melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proxi merupakan bagian dari modus perang
asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang proxy
memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan
atau kepemilikan teritorial lawannya.
6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Cyber crime hate speech cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk
kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer dan internet.
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan
yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik,
merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
7. Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan
atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak
mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang
tidak benar.
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam. Bela negara Merupakan Tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai ancaman
Ruang lingkup Nilai Bela Negara : 1. Rasa Cinta Tanah Air; 2. Sadar Berbangsa dan
Bernegara; 3. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara; 4. Rela Berkorban untuk Bangsa
dan Negara; 5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara 6. Semangat untuk mewujudkan
negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Aksi Nasional Bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala macam
ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa
untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.
1. Manfaat kesiapsiagaan bela negara
2. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
3. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
4. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
5. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
6. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
7. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
8. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
9. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
10. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
11. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
RESUME AGENDA 2

BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah


kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU


Pelayanan Publik, yaitu: kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak,
keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak
diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok
rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Pada Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas

Pasal 34 UU Pelayanan Publik juga secara jelas mengatur mengenai bagaimana


perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN, yaitu:a. adil dan tidak diskriminatif; b.
cermat; c.santun dan ramah; d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-
larut; e. profesional; f. tidak mempersulit; g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara; i. tidak
membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari
benturan kepentingan; k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan publik; l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam
menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki; n. sesuai
dengan kepantasan; dan o. tidak menyimpang dari prosedur.

AKUNTABILITAS

Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun


pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Aspek-aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal: sebuah hubungan, berorientasi
pada hasil, membutuhkan adanya laporan, memerlukan konsekuensi, serta memperbaiki
kinerja.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu: a. untuk menyediakan kontrol
demokratis, b. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, c. untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara. Akuntabilitas dan Integritas
Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh
semua unsur melalui kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan,
kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi, dapat membangun lingkungan
kerja ASN yang akuntabel.
KOMPETENSI

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari
International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

Rendahnya kemampuan memanfaatkan teknolgi tercermin dari senjangnya kebijakan


publik terhadap kemajuan teknologi. Keadaan ini mengindikasikan terdapat kecenderungn
rendahnya daya adaptasi organisasi terhadap dinamika kemajuan perubahan teknologi
tersebut. Secara implisit perlunya penguatan kompetensi secara luas, yang memungkinkan
setiap pegawai dapat memutakhirkan kompetensi, baik secara individu maupun secara kolektif
organisasi.

Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting


diselaraskan sesuai visi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Untuk itu setiap
ASN harus memiliki karakteristik ; Berkinerja yang BerAkhlak, Meningkatkan kompetensi diri,
Membantu Orang Lain Belajar dan Melakukan kerja terbaik.

HARMONIS

Harmonis adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Salah satu kunci
sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja. Suasana harmoni dalam
lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja
dan kualitas layanan kepada pelanggan. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa
memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi
produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Dalam menjunjung tinggi sikap harmonis ASN berpegang pada Kode etik.Kode Etik
ASN. Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik
dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
Penerapan sikap perilaku beretika yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis tidak
hanya berlaku untuk sesama ASN namun juga berlaku bagi stakeholders eksternal. Sikap
perilaku ini bisa ditunjukkan dengan: toleransi, empati dan keterbukaan terhadap perbedaan.

LOYAL

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk mengukur loyalitas seorang pegawai terdapat beberapa karakteristik antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2. Meningkatkan Kesejahteraan
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan
negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara dalam kehidupan sehari-hari

ADAPTIF

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi
karena organisasi maupun individu menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan
lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk
mentalitas kolektif maupun individual.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti
harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel merupakan organisasi yang adaptif.

KOLABORATIF

Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi terdapat 3 tahap yaitu:
(1) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang; 2) Merencanakan aksi kolaborasi; dan 3)
Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana
proses tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to
process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara Desain kelembagaan yang
salah satunya proses transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses
kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan
Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
(1)Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi; 2)
Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang
diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka; 3) Organisasi memberikan perhatian
yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan
tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan); 4) Pendapat yang berbeda didorong dan
didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai; 5)
Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik; 6) Kolaborasi dan
kerja tim antar divisi adalah didorong; dan 7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki
kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.
Aktivitas kolaborasi antar organisasi terdiri dari: (1) Kerjasama Informal; (2) Perjanjian
Bantuan Bersama; (3) Memberikan Pelatihan; (4) Menerima Pelatihan; (5) Perencanaan
Bersama; (6) Menyediakan Peralatan; (7) Menerima Peralatan; (8) Memberikan Bantuan Teknis;
(9) Menerima Bantuan Teknis; (10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan (11) Menerima
Pengelolaan Hibah.
Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi (1)Trust building :membangun
kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi (2) Face tof face Dialogue: melakukan
negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh; (3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling
ketergantungan; sharing ownership dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
(4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan (5) Menetapkan outcome antar

AGENDA 3
SMART ASN
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab. Penilaiannya dapat ditinjau dari etis
dalam mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital (digital culture),
menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media
digital (digital skills).
Ada 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani transformasi digital.
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi .
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-
cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini. Hasil
survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks Literasi
Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia
dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat.
Menurut definisi UNESCO dalam modul UNESCO Digital Literacy Framework (Law, dkk.,
2018) literasi digital adalah... “...kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan Smart ASN 13
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak,
dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi
komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
Seiring tumbuhnya inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi bagian penting
dalam kurikulum, sehingga menjadi penting untuk diketahui konsep literasi digital dengan
kompetensinya. Kompetensi adalah keterampilan yang dapat dipahami sebagai disposisi yang
memungkinkan seseorang untuk mengatasi tuntutan situasional tertentu (Klieme dan Leutner,
2006).
Adapun kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu: kecakapan
digital (digital skills), budaya digital (digital culture), etika digital (digital ethics) dan keamanan
digital (digital safety).
Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
1. Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
2. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan
data,memasukkan kata kunci dan memilah berita benar,
3. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi dan
berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings,
4. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce untuk memantau
keuangan dan bertransaksi secara digital
Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
1. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak
sejalan seperti: pornografi, perundungan,
3. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam
kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
4. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
1. Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan
berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
2. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai
Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
3. Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam berkomunikasi,
menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
4. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung, mencintai produk
dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
1. Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) Pengetahuan dasar
memproteksi identitas digital (kata sandi)
2. Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
3. Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya
rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
4. Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta
protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi

MANAJEMEN ASN

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan
masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan
bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang
Undang Dasar Tahun 1945.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan
karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan . Untuk manajemen
PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian
kerja, dan perlindungan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat
jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan
standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional
dan terintegrasi antarInstansi Pemerintah. Adapun Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui
upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative

Anda mungkin juga menyukai