Anda di halaman 1dari 68

PENGERTIAN NKRI DAN TUJUANNYA

Sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai jiwa nasionalisme, kita harus mempunyai
kesadaran dan semangat cinta tanah air, semangat dan cinta tanah air dibuktikan dengan
pemahaman kita mengenai NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setidaknya, kita
sebagai WNI yang baik, harus mengetahui Pengertian NKRI. Sebagai pengingat betapa
berjuangnya para pejuang Indonesia dalam membentuk NKRI, berikut ini adalah kronoligis
singkat mengenai terbentuknya NKRI:
1. Terbentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) oleh
pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945 yang beranggotakan 63 orang.
2. BPUPUK berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 7 Agustus 1945.
3. Sutan Syahrir mendengar lewat radio bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu, hal itu
menjadi pemicu para pejuang Indonesia mempersiapkan kemerdekaannya. Para pemuda
mendesak kemerdekaan Indonesia ketika Soekarno pulang dari Dalat tanggal 10 Agustus
1945.
4. Pada tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok untuk mendesak mereka agar segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Akhirnya teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik pada dini hari.
5. Pada tanggal 17 Agustus 1945, pagi hari di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Teks
proklamasi dibacakan oleh Soekarno yang tertanda tangan atas nama Soekarno-Hatta
tepatnya pada pukul 10:00 WIB dan dikibarkanlah Bendera Merah Putih yang dijahit oleh
Fatmawati.
6. PPKI selaku panitia persiapan kemerdekaan Indonesia mengesahkan UUD 1945 dan
terbentuklah NKRI dengan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustu 1945.
Pengertian NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) itu sendiri mempunyai banyak arti, baik
pengertian menurut UUD 1945 dan pengertian secara umum. NKRI tersendiri tertera dalam pasal
1 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik Adapun dalam pasal 18 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang. Sebagaimana dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat 1,
bahwa NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik dimana pemerin tah daerah dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya yang ditentukan
oleh UUD 1945 Pasal 1, 2, 3, 4, dan 5.
Berdasarkan UUD 1945, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Pengertian NKRI itu sendiri
secara umum adalah suatu negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, diapit oleh dua
samudera dan dua benua, terdiri dari ratusan juta penduduk, beriklim tropis, rnemiliki dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, tentunya keragaman pulau dan penduduk ini
menyebabkan keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang berlainan, berdaulat, adil, makmur,
dan tercemin dalam satu ikatan yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Selain harus memahami Pengertian NKRI, kita juga sebagai WNI yang baik harus mengetahui
tujuan NKRI, adapun tujuan NKRI yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Adapun fungsi negara
menurut Miriam Budiardjo diantaranya adalah melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan
Bersama dan mencegah bentrokan masyarakat, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, sebagai pertahanan untuk menjaga serangan dari luar, dan menegakkan keadilan melalui
badan-badan pengadilan.
Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara

Sebagai dasar negara, pancasila memiliki beberapa fungsi dasar sebagai berikut :
Sumber hukum negara Republik Indonesia;
Cita cita hukum negara Republik Indonesia;
Sumber penyemangat para pelaksana penegakan hukum dan pelaksana pemerintahan
Republik Indonesia;
Sebagai norma yang mendasari setiap pengambilan keputusan oleh pemerintah mau pun
penegak hukum Republik Indonesia;
Sebagai suasana kebatinan dari UUD 1945.

PENGERTIAN NASIONALISME

Mematuhi aturan yang berlaku, mematuhi dan menaati hukum negara, bersedia mempertahankan
dan memajukan negara, melestarikan budaya Indonesia, menggunakan produk dalam negeri, dan
ikut serta dalam upaya pembelaan negara adalah beberapa contoh sikap Nasionalisme sebagai
warga negara Indonesia yang baik. Apa yang dimaksud dengan nasionalisme?

Nasionalisme adalah suatu dasar pembentukan negara, keduanya mempunyai kaitan yang cukup
erat. Secara tidak langsung, terbentuknya suatu negara itu dibarengi dengan semangat warga
yang berjiwa nasionalisme, begitu pula dengan terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) ini. Pengertian Nasionalisme secara umum adalah pengabdian yang tinggi oleh
bangsa terhadap negaranya yang diperlihatkan melalui sikap dan tingkah laku individu atau
masyarakat. Keutuhan dan kekokohan suatu negara, tentu saja dipengaruhi oleh sifat
nasionalisme bangsanya, selain nasionalisme, seorang bangsa juga harus mempunyai sikap
patriotisme. Bahkan menurut beberapa ahli, nasionalisme adalah fenomena budaya, bukan
sebuah gerakan politik.

Adapun Pengertian Nasionalisme dalam arti sempit dan dalam arti luas dijabarkan sebagai
berikut. Nasionalisme dalam arti sempit dapat diartikan sebagai perasaan kebangsaan atau cinta
terhadap bangsanya dengan sangat tinggi dan berlebihan. Nasionalisme dalam arti luas adalah
suatu sikap memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan termasuk harga diri bangsa
sekaligus menghormati bangsa lain. Sifat nasionalisme pada setiap orang akan membina rasa
bersatu antar penduduk negara yang berbeda-beda karena perbedaan baik suku, agama, maupun
ras. Penting sekali untuk membedakan antara nasionalisme dan patriotisme, patriotisme adalah
sikap berani yang pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pengertian Nasionalisme adalah paham atau
ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran keanggotaan dalam
suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat
kebangsaan. Nasionalisme menurut Ernest Renan adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
Menurut Otto Bauer, nasionalisma adalah suatu persatuan perangai yang timbul karena perasaan
senasib. Menurut Hans Kohn, nasionalisme adalah bentuk dan rasionalisasi dari kesadaran
nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Menurut Louis Sneyder, nasionalisme adalah hasil
dari perpaduan faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual. Menurut L. Stoddart, Pengertian
Nasionalisme adalah kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar individu dimana mereka
menyatakan rasa kebangsaan dalam suatu bangsa. Baca juga Pengertian Identitas Nasional dan
Unsur-Unsurnya
Apabila kita telah memahami Pengertian Nasionalisme, baiknya pengertian itu tidak hanya kita
hapalkan, namun setiap kata dan kalimatnya harus kita maknai, adapun makna nasionalisme
diantaranya adalah paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi harus ditujukan pada
negara, perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air, proses pembentukan atau
pertumbuhan bangsa, bahasa dan simbol bangsa, gerakan sosial dan politik demi kepentingan
bersama, dan suatu doktrin dan ideologi bangsa. Retno Listyari (2007) membagi nasionalisme
kedalam enam bentuk, diantaranya adalah nasionalisme kewarganegaraan, nasionalisme etnis,
nasionalisme romatik, nasionalisme budaya, nasionalisme kenegaraan, dan nasionalisme agama.
Nasionalisme juga tercermin pada Pancasila sila ke-3, dengan makna mencintai bangsa dan tanah
air Indonesia, rela berkorban, bangga sebagai warga negara Indonesia, dan menempatkan
kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan. Oleh karena itu, kita sebagai WNI
yang baik, mulailah dari hal yang kecil agar menumbuhkan sikap nasionalisme yang kemudian
mungkin akan berujung pada sikap patriotisme. Cintailah produk dalam negeri adalah salah satu
cara menumbuhkan rasa nasionalisme. Demikianlah beberapa ulasan mengenai Pengertian
Nasionalisme, semoga informasi ini bermanfaat bagi anda semua!

c. PENGERTIAN DASAR NEGARA


Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara bagi suatu negara merupakan
suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan
tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan.
Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma
bernegara.

2. Latar Belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara


a. Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu
adalah:

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda,
Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Sebelum
kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan
besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret.
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana
Mentri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada
tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa
Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer di Jawa dan Madura) No. 23.
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan
Indonesia.
Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. BPUPKI mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945. Sidang Kedua pada tanggal 10 16 Juli 1945.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengusulkan 5 Dasar Negara secara lisan :

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan Muhammad Yamin secara tertulis :


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengusulkan 5 dasar negara :


1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini diberi nama Pancasila oleh Ir.Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh sebab itu,
setiap tanggal 1 Juni 1945 diperingati hari lahirnya Pancasila.
Selesai sidang pertama, para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil
yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan
kepada sidang pleno BPUPKI.
Adapun anggota panitia kecil adalah :
1. Ir.Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasyim
4. Mr.Muh. Yamin
5. M.Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr.A.A Maramis
7. R.Otto Iskandar Dinata
8. Drs.Muh.Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil dengan para anggota
BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil dari rapat tersebut adalah dibentuknya panitia
sembilan. Anggota nya adalah :
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang
dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar yang lebih dikenal dengan sebutan
Piagam Jakarta.

Sidang BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan Undang-Undang Dasar (UUD). Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuklah PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sejak saat itu, Indonesia
kosong dari kekuasaan. Waktu tersebut dimaanfatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Tanggal 17 Agustus 1945, diumumkan bahwa Indonesia merdeka.
Sehari setelah Indonesia merdeka, PPKI mengadakan sidang dengan acara :

1. Mengesahkan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaan)


2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden

B. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN DASAR NEGARA

1. Nilai nilai Pancasila sebagai Ideologi


Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai Ketuhanan , Kemanusiaan , Persatuan, Kerayakyatan dan
Keadilan. Nilai ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan , kebangsaan dan
kemasyarakatan. Nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang didalamnya terkandung nilai
lainnya secara lengkap dan harmonis , baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran(kenyataan) ,
nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat
objektif dan subjektif
Nilai nilai Pancasila bersifat objektif maksudnya
Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang mendasar
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu
bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia itu sendiri.Hal itu dapat dijelaskan karena
Nilai nilai Pancasila itu timbul dari bang sa Indonesia
Nilai- nilai Pancasila merupakan oandanga hidup bangsa Indonesia
Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung nilai- nilai kerohanian
Nilai nilai Pancasila didalamnya merupakan nilai yang digali , tumbuh dan
berkembang dari budaya bangsa Indonesia .
`` Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang Undang dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah , penyelenggara negara termasuk pengurus partai
dan golongan fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dang
memegang cita-cita moral rakyat yang luhur

2. Nilai nilai Pancasila sebagai Dasar Negara


Nilai nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah laku
dan pengambilan kepitusan para penyelenggara negara dan pelaksana pemerintah harus selalu
berpedoman pada Pancasila . Pancasila sebagai sumber nilai menunjukan identitas bangsa
Indonesia yang memiliki nilai- nilai kemanusian yang luhur , hal ini menandakan bahwa dengan
Pancasila bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan , penindasan , dan kekerasan
antara satu sama lain
Nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan
bebangsa bagi seluruh rakyat Indonesia , Pancasila juga sebagai paradigma pembangunan,
maksudnya sebagai kerangka pikir ,sumber nilai , orentiasi dasar , sumber asas serta arah dan
tujuan dari suatu perkembangan perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu . Pancasila
sebagai paradigma pembangunan mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai sumber nilai , sebagai
dasar , arah dan Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dari proses pembangunan
Pancasila mengarahkan pembangunan agar selalu dilaksanakan demi
kesejahteraan umat manusia dengan rasa nasionalisme . Pembangunan disegala bindang selalu
mendasar pada nilai nilai pancasila
Di bidang Politik misalnya , Pancasila menjadi landasan bagi pembangunan
politik , dan dalam prakteknya menghindarkan praktek praktek yang bermoral dan tak
bermartabat sebagai bangsa yang memiliki cita- cita moral dan budi pekerti yang luhur

Nilai Pancasila menjadi landasan dalam pembentukan hukum yang aspiratif .


Pancasila menjadi sumber nilai dan sumber norma bagi pembangunan hukum .Dalam
pembaharuan hukum yang berkedudukan sebagai peraturan yang paling mendasar di Negara
Ksatuan Republik Indonesia . Pancasila menjadi sumber dari tata tertib di Indonesia . Pancasila
menentukan isi dan bentuk peraturan perundangan di Indonesia . Pancasila sebagai sumber
hukum dasar nasional . Sebagai sumber hukum dasar , Pancasila juga mewarnai penegakan
hukum di Indonesia
Di bidang Sosial Budaya , Pancasila merupakan sumber normatif dalam
pengembangan aspek sosial budaya yang mendasar pada nilai nilai kemanusian , nilai
Ketuhanan dan niali keberadaban . Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasa mendasar
pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab .
Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab .
Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang tidak beradab , dan
tidak manusiawi , sehingga dalam proses pambangunan haruslah selalu mengangkat nilai- nilai
yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai niali dasra yaitu nilai Pancasil
Dalam pembangunan sosial budaya perlu ditumbuhkembangkan kembali
budaya malu, dan budaya keteladanan
Di bidang ekonomi , Pancasila juga menjadi landasan nilai dalam
pelaksanaan perkembangan ekonomi . Pembangunan Ekonomi yang berdasarkan atas nilai-nilai
Pancasila selalu mendasar pada nilai kemanusiaan artinya pembangunan ekonomi untuk
kesejahteraan umat manusia , pembangunan ekonomi semata melainkan demi kemanusiaan dan
kesejahteraan seluruh bangsa.
C. Sikap Positif Terhadap Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, Dan
Bernegara

Sikap positif dapat diartikan sikap yang baik dalam menanggapi sesuatu. Sikap positif terhadap
nilai-nilai Pancasila berarti sikap yang baik dalam menanggapi dan mengamalkan nilai-nilai
yang ada dalam Pancasila, dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari.
Walaupun kenyataannya melaksanakan nilai-nilai Pancasila tidaklah mudah, bangsa Indonesia
harus tetap berusaha melakukannya. Berikut ini diuraikan secara singkat contoh pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan silanya masing-
masing.
1. Pelaksanaan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai ketuhanan dan keagamaan. Maka,
segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, harus dijiwai dengan
nilai-nilai sila tersebut. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain:
a. Mewujudkan kehidupan religious yang sejati
b. Mengusahakan terwujudnya ketakwaan warga negara dan masyarakat kepada Tuhan Yang
Maha Esa;
c. Menjalankan pemerintahan negara dengan prinsip-prinsip etika, kebenaran, dan keadilan
2. Pelaksanaan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradabmengandung nilai utama kemanusiaan. Pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara, dengan begitu, harus dapat perlakukan warga negara sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan. Karena itu, penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara, harus dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai brerikut

a. Menghormati hak-hak asasi manusia

b. Memecahkan
berbagai masalah
hidup warga negara
dengan cara yang adil
c. Membina sikap saling
tolong antarwarga

3. Pelaksanaan Sila Persatuan Indonesia


Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan dan nasionalisme religius. Yang
dimaksud nasionalisme religius adalah semangat kebangsaan yang dilandasi dengan moral
keagamaan dan ketuhanan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam kehidupan berbangsan dan
bernegara antara lain:
a. Mengakui keragaman suku sebagai kekayaan bangsa
b. Menciptakan kerukunan hidup antarsuku yang ada di Indonesia
c. Menjaga persatuan bangsa

4. Pelaksanaan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikamt Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
SIla keempat ini, mengandung nilai kerakyatan dan demokrasi. Rakyat dan demokrasi saling
terkait dan harus diperjuangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegera. Karena itu, terkait
dengan pelaksanaan sila keempat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal-hal yang harus
di lakukan sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan rakyat untuk mengajukan kritik dan saran dalam pelaksanaan
pembangunan
b. Mewujudkan adanya lembaga perwakilan rakyat yang aspiratif

5. Pelaksanaan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Dalam sila kelima ini, terkandung nilai keadilan dan pemerataan sosial. Artinya, keadilan
merupakan hal yang akan dan harus di wujudkan dalam kehidupan masyarakat secara merata dan
menyeluruh. Terkait dengan pelaksanaan sila kelima ini, hal-hal yang harus dilakukan antara
lain:
a. Melaksanakan pembangunan yang merata di semua lapisan masyarakat dan wilayah negara
b. Memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada warga negara dalam berbagai bidang dan
sektor ke hidupan

Dibuat oleh: Rahmanisa Putri Ekasari

Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat

Setiap warga Negara hendaknya senantiasa mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam
Pancasila. Sebab, dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
diharapkan terwujud suatu kehidupan masyarakat Indonesia yang religius, humanis, bersatu,
demokratis, sejahtera, adil, dan makmur.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan cermin sikap positif
warga Negara terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.

Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Politik

Mengemukakan Pendapat Secara Bebas dan Bertanggung Jawab

Sebagai Negara yang menganut paham demokrasi Pancasila, kita dapat mengemukakan pendapat
kita dengan bebas. Namun kebebasan tersebut harus kita lakukan dengan penuh tanggung jawab
dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Menyelenggarakan pemilu dengan baik dan penuh tanggung jawab


Penyelenggaraan pemilu merupakan salah satu wujud dari kehidupan dan kegiatan politik kita.
Pemilu bertujuan untuk memilih wakil-wakil kita yang akan duduk di parlemen. Salah satu
peranan wakil-wakil rakyat tersebut adalah aspirasi dan kepentingan kita sebagai anggota
masyarakat.

Menjalankan Kegiatan Pemerintahan dengan Jujur dan Konsekuen

Menjalankan kegiatan pemerintahan harus dilakukan dengan jujur, konsekuen, dan penuh rasa
tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Bila hal ini dilakukan dengan baik dan benar
maka akan tercipta pemerintahan yang jujur, bertanggung jawab, dan lebih memihak kepada
kepentingan masyarakat banyak, bukan kepentingan pribadi ataupun golongan. Sebaliknya, jika
roda pemerintahan tidak dijalankan dengan jujur, konsekuen, dan bertentangan dengan nilai-nilai
pancasila, maka akan tercipta pemerintahan yang korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta tidak
berpihak pada kepentingan masyarakat.

2. Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Ekonomi

Memanfaatkan sumber daya alam dengan baik.


Pemanfaatan sumber daya alam itu dapat dapat dilakukan melalui peningkatan sektor agribisnis,
agroindustri, serta upaya-upaya lainnya yang bertujuan pemerataan pendapatan dan peningkatan
kesejahteraan.

Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perekonomian dengan menghilangkan berbagai


bentuk distorsi ekonomi.

Pembuatan undang-undang untuk memperkuat fundamental atau dasar ekonomi yang


berkeadilan seperti UU antimonopoli, UU Perlindungan Konsumen.

Menjalankan kegiatan perekonomian dengan jujur, tidak merugikan orang lain, dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dalam Pancasila.

Sikap Positif terhadap Pancasila dalam Kehidupan Sosial

a. Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain:


Melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik
Tekun beribadah
Saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama
Tidak memaksakan agama kepada orang lain.

b. Pengamalan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain:


Senantiasa menghormati dan menghargai sesama manusia, agama, suku, ras, dan lain-
lain.
Suka membantu dan menolong sesama manusia dalam kebenaran dengan ketulusan dan
kejujuran
Tidak menyakiti orang lain dalam bentuk apapun.

c. Pengamalan sila Persatuan Indonesia, antara lain:


Selalu mengutamakan kebersamaan, kerukunan, persatuan.
Selalu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik.
Tidak mempermasalahkan segala perbedaan sesama manusia.

d. Pengamalan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyarawatan/Perwakilan, antara lain:
Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan bersama
Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan antarsesama manusia
Menghargai dan menjunjung tinggi demokrasi
e. Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, antara lain:
Bersikap adil
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Tidak mengambil hak orang lain
Memiliki kemauan keras untuk maju dan bersama-sama membangun bangsa dan negara.

sumber

Pengertian Ideologi - Ideologi adalah gagasan atau kumpulan ide. Kata ideologi ini diciptakan
oleh Destutt de Tracy diakhir abad ke-18 guna untuk mendefinisikan "Sains tentang ideas".

Yang dianggap sebagai visi luas ini adalah pengertian Ideologi, sebagai cara memandang segala
sesuatu.

Jadi, secara umum pengertian ideologi ini diartikan sebagai suatu ide-ide dasar, kumpulan dasar
gagasan, keyakinan serta kepercayaan yang sifatnya sistematis yang dapat memberikan arah dan
juga tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan nasional suatu Negara.

Pengertian Ideologi

Machiavelli, ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
M. Sastraprateja, ideologi adalah sebagai perangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi
pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.
Murdiono, ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjad
landasan bagi seseorang (masyarakat) untuk memahami jagad raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengelolanya.
Ali Syariati, mendefinisikan ideologi sebagai keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan yang
ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau suatu ras tertentu.
Harold H. Titus, mendefinisikan ideologi adalah sebagai suatu istilah yang dipergunakan untuk
sekelompok cita-cita. mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosia
serta filsafat sosial yang dilaksanakan bagi suatu rencana sistematis tentang cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Alfian, menyatakan ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam ten tang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
C.C. Rodee menegaskan ideologi adalah sekumpulan gagasan yang secara logis berkaitan dan
mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
Destutt de Tracy mengartikan ideologi sebagai "science of ideas" di mana di dalamnya ideologi
dijabarkan sebagai sejumlah program yang diharapkan membawa perubahan institusional
(lembaga) dalam suatu masyarakat.
Descartes, ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia.
Francis Bacon, ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup.

stilah dari ideologi itu berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas dua kata, yaitu idea serta logi.
Idea itu berarti melihat(idean), sedangkan logi itu berasal dari kata logos yang berarti
pengetahuan/teori. Jadi, ideologi itu bisa diartikan ialah sebagai hasil penemuan dalam pikiran
yang berupa pengetahuan atau juga teori. Ideologi tersebut bisa juga diartikan ialah sebagai suatu
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan sebagai asas, pendapat (kejadian) yang memberikan
arah dan tujuan untuk sebagai kelangsungan hidup.

Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli

1.Karl Marx

Karl Marx memahami paham ideologi ini berlawanan dengan pengertian ideologi yang
dikemukakan oleh Destutt de Tracy. Menurut Karl Marx, ideologi ialah kesadaran palsu.
Mengapa kesadaran palsu? Dikarenakan ideologi tersebut adalah suatu hasil pemikiran yang
diciptakan oleh pemikirnya, padahal dari kesadaran para pemikir itu pada dasarnya ditentukan
oleh adanya suatu kepentingannya.Jadi ideologi tersebut menurut Karl Marx adalah
pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa suatu agama moralitas, atau juga keyakinan
politik .Meskipun spekulatif ideologi itu dianggap ialah sebagai kenyataan untuk dapat
menyembunyikan atau juga melindungi kepentingan kelas sosial pemikir itu..

Namun, ideologi negara tersebut dapat diartikan ialah sebagai alat untuk dapat mensejahterakan
masyarakat. Dikarenakan ideologi negara itu didasarkan dengan kepentingan masyarakat jadi
pemikiran tersebut bertujuan untuk kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
2.Louis Althuser

Louis Althuser ialah murid dari Karl Marx. Meskipun begitu, ia tidak sejalan dengan gagasan
Karl Marx tentang Ideologi tersebut.Menurutnya, Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif
namun tetapi ideologi tersebut bukan gagasan palsu dikarenakan gagasan spekulatif itu bukan
dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas melainkan untuk dapat memberikan
gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat menjalani hidupnya.
Sesungguhnya pad tiap-tiap orang membutuhkan ideologi, dikarenakan tiap-tiap orang perlu
mempunyai keyakinan mengenai bagaimana semestinya ia dapat menjalankan kehidupannya.

3. Dr. Alfian

Ideologi adalah pandangan atau juga sistem nilai yang menyeluruh serta juga mendalam
mengenai bagaimana cara yang tepat, yakni secara moral dianggap benar serta juga adil,
mengatur adanya tingkah laku bersama didalam berbagai segi kehidupan.

4.Soerjanto Poespowardoyo

Ideologi ialah sebagai kompleks pengetahuan serta juga macam-macam nilai, yang secara
universal menjadi landasan bagi seseorang atau juga masyarakat untuk dapat memahami jagat
raya serta juga bumi seisinya dan juga menentukan sikap dasar untuk dapat mengolahnya.
Dengan berdasarkan pemahaman yang diyakini itu, seseorang menangkap apa yang dilihat baik
serta juga tidak baik.

5.Machiavelli
ideologi adalah suatu sistem perlindungan kekuasaan yang dipunyai oleh penguasa.

6. M.Sastra Prateja

Ideologi ialah sebagai seperangkat gagasan atau juga pemikiran yang berorientasi pada suatu
tindakan yang diorganisir dan menjadi suatu sistem yang teratur. Dalam hal tersebut , ideologi ini
mengandung beberapa unsur, yakni :

Adanya suatu penafsiran atau juga suatu pemahaman terhadap kenyataan.


Tiap Ideologi memuat seperangkat nilai atau juga suatu persepsi moral.
Ideologi adalah suatu pedoman kegiatan atau aktivitas untuk dapat mewujudkan nilai-nilai di
dalamnya.
7.Thomas H
Ideologi adalah suatu cara untuk dapat melindungi kekuasan pemerintah agar dapat bertahan
serta juga mengatur rakyatnya.

8.Napoleon

Ideologi adalah keseluruhan pemikiran politik serta juga rival-rivalnya.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, yakni :


Ideologi tersebut dapat menjadi sesuatu yang baik pada saat ideologi tersebut menjadi pendoman
hidup menuju yang lebih baik.
Ideologi tersebut menjadi hal yang tidak baik pada saat ideologi tersebut dijadikan alat untuk
dapat menyembunyikan kepentingan penguasa.

B. DIMENSI IDEOLOGI

Dimensi Ideologi adalah Sebuah ideologi yang telah menjadi keyakinan didalam kehidupan
bermasyarakat bisa menjadi luntur atau juga pudar seiring dengan perkembangan zaman.Hal itu
tergantung pada daya tahan Ideologi. Ideologi tersebut akan dapat mampu bertahan menghadapi
perubahan zaman,Jika mempunyai tiga dimensi,yakni :

1.Dimensi Realita

Dimensi Realita ini menunjuk pada adanya kemampuan ideologi untuk dapat mencerminkan
realita yang hidup dalam bermasyarakat, yangmana ia muncul untuk pertama kalinya, paling
kurang realita tersebut pada saat-saat awal kelahirannya.

2.Dimensi Idealisme

Dimensi Idealisme adalah kadar atau juga kualitas idealisme yang terkandung didalam ideologi
atau juga nila-nilai dasarnya. Kualitas tersebut menentukan kemampuan ideologi didalam
memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau juga golongan yang terdapat dalam
masyarakat untuk memiliki serta juga membina kehidupan bersama dengan secara lebih baik
serta juga membangun suatu masa depan lebih cerah.

3.Dimensi Fleksibilitas

Dimensi Fleksibilitas yaitu suatu kemampuan ideologi didalam memengaruhi serta sekaligus
menyesuaikan diri dengan adanya pertumbuhan atau juga perkembangan masyarakat.
Memengaruhi itu berarti ikut mewarnai adanya proses pengembangan, sedangkan menyesuaikan
diri itu berarti bahwa masyarakat tersebut berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap suatu
nilai-nilai dasar dari ideologi yang sesuai dengan realita baru yang muncul serta juga yang harus
mereka hadapi.

Machiavelli
Sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa

M. Sastraprateja

Perangkat gagasan / pemikiran yang berorientasi kepada tindakan yang telah diorganisir menjadi
sistem yang sangat teratur.
Murdiono
kompleks pengetahuan dan juga nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi masyarakat
untuk memahami bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengelola dan
mengembangkannya.

HaroldH.Titus
Ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai
macam-macam masalah didalam politik dan ekonomi serta filsafat sosial serta yang dilaksanakan
bagi suatu rencana sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh lapisan masyarakat.

Alfian
Pandangan sistem nilai yang menyeluruh dan sangat mendalam tentang bagaimana cara yang
baik, yaitu secara moral dianggap adil dan benar dalam mengatur tingkah laku bersama dalam
berbagai segi didalam kehidupan.

C.C. Rodee
Ideologi menurut para ahli C.C Rodee adalah kumpulan gagasan yang logis berkaitan dan
mengidentifikasi nilai-nilai yang memberi kebebesan untuk institusi dan juga untuk pelakunya.

Destutt de Tracy
Ideologi sebagai Science Of Ideas dimana yang ada didalam ideologi dijabarkan sebagai
sekumpulan program yang sangat diharapkan dapat membawa perubahan Institusional ataua
lembaga dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto


atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan
seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap satu. Jika
diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau
berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi
pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu".
Kataika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini
digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Garuda Pancasila sebagai Lambang


Negara Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Lambang
negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah
kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang
digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu ditulis di atas pita yang
dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno dan
diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang
Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Penggunaan
lambang negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN
2009 Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara diatur dalam
Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah No. 43/1958

Pasal 36 A, yaitu Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan semboyan


Bhinneka Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan ialah Indonesia Raya.
Menurut risalah sidang MPR tahun 2000, bahwa masuknya ketentuan mengenai
lambang negara dan lagu kebangsaan kedalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 yang melengkapi pengaturan mengenai bendera
negara dan bahasa negara yang telah ada sebelumnya merupakan ikhtiar untuk
memperkukuh kedudukan dan makna atribut kenegaraan ditengah kehidupan
global dan hubungan internasional yang terus berubah.Dengan kata lain,
kendatipun atribut itu tampaknya simbolis, hal tersebut tetap penting, karena
menunjukkan identitas dan kedaulatan suatu negara dalam pergaulan
internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh bangsa
Indonesia ditengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam
keutuhan dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa tak terkecuali bangsa
dan negara Indonesia.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu
Tantular pada masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam buku
Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan
pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan
kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit

Secara harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah Berbeda-beda tetapi


Satu Itu. Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun berbeda-
beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan

Kata Bhineka Tunggal Ika dapat pula dimakna bahwa meskipun bangsa dan
negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki
kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam
kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan
suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut
bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru
keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru
memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan dasar untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan Bhineka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara hidup saling
menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa
memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna kulit dan lain-lain.
Seperti di ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat
istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka
tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita harus
membuang jauh-jauh sikap mementingkana dirinya sendiri atau daerahnya
sendiri tanpa perduli kepentngan bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya
negara kita ini akan terpecah belah.Oleh sebab itu marilah kita jaga bhineka
tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa dan negara Indonesia
tetap terjaga.
PROSES PEMBUATAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA
Posted by Komunitas Guru PKn on Saturday, January 7, 2017
Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Indonesia

1. Proses pembentukan Undang-Undang


Undang-undang adalah peraturan perundangan, yang dalam
pembentukannya Presiden harus mendapat persetujuan DPR. Ketentuan
tersebut diatur dalam UUD 1945 Pasal 5 Ayat 1 "Presiden berhak
mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR", Pasal20 Ayat 1
"DPR memegang kekuasaan membentuk UU" dan Pasal 20 Ayat 2 "Setiap
RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama" .

Dalam pembentukan suatu undang-undang, sebagaimana diatur dalam


undang-undang nomor 12 tahun 2011, maka tahap-tahapnya meliputi:

a. Tahap penyusunan Rancangan Undang-Undang meliputi:


1) Rancangan Undang-Undang dapat berasal dari DPR atau Presiden.
2) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari DPD.
3) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau
DPD harus disertai Naskah Akademik. Terdapat 3 jenis RUU yang tidak
harus disertai Naskah Akademik namun haruss disertai dengan
keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur
yakni: a) RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b) penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-
Undang; atau c) pencabutan Undang-Undang atau pencabutan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
4) Rancangan Undang-Undang, baik yang berasal dari DPR maupun
Presiden serta Rancangan Undang-Undang yang diajukan DPD
kepada DPR disusun berdasarkan Prolegnas (Program Legislasi
Nasional). Adapun Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh
DPD berkaitan dengan: a) otonomi daerah; b) hubungan pusat dan
daerah; c) pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah; d)
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya;
dan e) perimbangan keuangan pusat dan daerah.
5) Rancangan Undang-Undang dari DPR diajukan oleh anggota DPR,
komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPR yang khusus
menangani bidang legislasi atau DPD. Kemudian dilakukan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR dikoordinasikan oleh
alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi.
6) Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan
oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian
sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dalam
penyusunan Rancangan Undang-Undang, menteri atau pimpinan
lembaga pemerintah nonkementerian terkait membentuk panitia
antarkementerian dan/atau antarnonkementerian. Kemudian dilakukan
Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Undang-Undang yang berasal dari Presiden
dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum.
7) Rancangan Undang-Undang dari DPD disampaikan secara tertulis
oleh pimpinan DPD kepada pimpinan DPR dan harus disertai Naskah
Akademik. Usul Rancangan Undang-Undang dari DPD disampaikan
oleh pimpinan DPR kepada alat kelengkapan DPR yang khusus
menangani bidang legislasi untuk dilakukan pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang.
Untuk selanjutnya Alat kelengkapan DPR dalam melakukan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Undang-Undang dapat mengundang pimpinan alat kelengkapan DPD
yang mempunyai tugas di bidang perancangan Undang-Undang untuk
membahas usul Rancangan Undang-Undang yang diajukan DPD.
8) Rancangan Undang-Undang dari DPR disampaikan dengan surat
pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden menugasi menteri yang
mewakili untuk membahas Rancangan Undang-Undang bersama DPR
dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak surat
pimpinan DPR diterima. Kemudian Menteri yang mendapat tugas dari
Presiden mengoordinasikan persiapan pembahasan dengan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
9) Rancangan Undang-Undang dari Presiden diajukan dengan surat
Presiden kepada pimpinan DPR. Surat Presiden tersebut memuat
penunjukan menteri yang ditugasi mewakili Presiden dalam melakukan
pembahasan Rancangan Undang-Undang bersama DPR. DPR mulai
membahas Rancangan Undang-Undang yang diajukan presiden dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak surat
Presiden diterima. Untuk keperluan pembahasan Rancangan Undang-
Undang di DPR, menteri atau pimpinan lembagapemrakarsa
memperbanyak naskah RancanganUndang-Undang tersebut dalam
jumlah yang diperlukan.
10)Apabila dalam satu masa sidang DPR dan Presiden menyampaikan
Rancangan Undang-Undang mengenai materi yang sama, yang
dibahas adalah Rancangan Undang-Undang yang disampaikan oleh
DPR dan Rancangan Undang-Undang yang disampaikan Presiden
digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

b. Tahap penyusunan Pembahasan Rancangan Undang-Undang meliputi:


1) Pembahasan Rancangan Undang-Undang dilakukan oleh DPR
bersama Presiden atau menteri yang ditugasi.
2) Khusus Pembahasan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan
dengan: a) otonomi daerah; b) hubungan pusat dan daerah; c)
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; d) pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya; dan e)
perimbangan keuangan pusat dan daerah, pada pembicaraan tingkat I
dilakukan dengan mengikutsertakan DPD yang diwakili oleh alat
kelengkapan yang membidangi materi muatan Rancangan Undang-
Undang yang dibahas.
3) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas Rancangan
Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.
4) Pembahasan Rancangan Undang-Undang dilakukan melalui 2 (dua)
tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi,
rapat gabungan komisi, rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran,
atau rapat Panitia Khusus; dan pembicaraan tingkat II dalam rapat
paripurna.
5) Pembicaraan tingkat I dilakukan dengan kegiatansebagai berikut: a)
pengantar musyawarah; b) pembahasan daftar inventarisasi masalah; dan
c) penyampaian pendapat mini
6) Dalam pengantar musyawarah a) DPR memberikan penjelasan dan
Presiden menyampaikan pandangan jika Rancangan Undang-Undang
berasal dari DPR; b) DPR memberikan penjelasan serta Presiden dan
DPD menyampaikan pandangan jika Rancangan Undang-Undang yang
berkaitan dengan kewenangan DPD berasal dari DPD; c) Presiden
memberikan penjelasan dan fraksi memberikan pandangan jika
Rancangan Undang-Undang berasal dari Presiden; atau d) Presiden
memberikan penjelasan serta fraksi dan DPD menyampaikan
pandangan jika Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan
kewenangan DPD berasal dari Presiden.
7) Daftar inventarisasi masalah diajukan oleh: a) Presiden jika Rancangan
Undang-Undang berasal dari DPR; atau b) DPR jika Rancangan Undang-
Undang berasal dari Presiden dengan mempertimbangkan usul dari
DPD sepanjang terkait dengan kewenangan DPD
8) Penyampaian pendapat mini disampaikan pada akhir pembicaraan
tingkat I oleh: a) fraksi; b) DPD, jika Rancangan Undang-Undang
berkaitan dengan kewenangan DPD; dan c. Presiden.
9) Pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam rapat
paripurna dengan kegiatan: a) penyampaian laporan yang berisi proses,
pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil pembicaraan
tingkat I; b) pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap
fraksi dan anggota secara lisan yang diminta oleh pimpinan rapat
paripurna; dan c) penyampaian pendapat akhir Presiden yang dilakukan
oleh menteri yang ditugasi.
10) Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah
untuk mufakat, pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara
terbanyak.
11) Rancangan Undang-Undang tidak mendapat persetujuan bersama
antara DPR dan Presiden, Rancangan Undang-Undang tersebut tidak
boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
12) Rancangan Undang-Undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas
bersama oleh DPR dan Presiden. Rancangan Undang-Undang yang
sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan
bersama DPR dan Presiden.

c. Tahap Pengesahan Rancangan Undang-Undang

Tahap Pengesahan Rancangan Undang-Undang adalah sebagai berikut:


1) Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama oleh DPR
dan Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden
untuk disahkan menjadi Undang-Undang.
2) Penyampaian Rancangan Undang-Undang dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan
bersama.
3) Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72
disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Rancangan Undang-Undang tersebut disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden.
4) Dalam hal Rancangan Undang-Undang tidak ditandatangani oleh
Presiden dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Rancangan Undang-Undang tersebut disetujui bersama, Rancangan
Undang-Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib
diundangkan.
5) Dalam hal sahnya Rancangan Undang-Undang kalimat pengesahannya
berbunyi: Undang-Undang ini dinyatakan sah berdasarkan ketentuan
Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
6) Kalimat pengesahan tersebut harus dibubuhkan pada halaman terakhir
Undang-Undang sebelum pengundangan naskah Undang-Undang ke
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
2. Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPU) dibentuk oleh


presiden yang dibuat dalam keadaan "darurat" dalam arti persoalan yang
muncul harus segera ditindaklanjuti.

Adapun Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang sesuai UU nomor 11 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1) Peraturan Pemerintah pengannti Undang-Undang (PERPU) dibentuk oleh
presiden yang dibuat dalamkeadaan "darurat" dalam arti persoalan yang
muncul harus segera ditindaklanjuti.
2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke
DPR dalam persidangan yang berikut.
3) Pengajuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilakukan
dalam bentuk pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang
penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi
Undang-Undang.
4) DPR hanya memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
5) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut ditetapkan menjadi
Undang-Undang.
6) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tidak
mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut harus dicabut dan
harus dinyatakan tidak berlaku.
7) Dalam hal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus
dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku, DPR atau Presiden
mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
8) Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang mengatur segala akibat hukum dari
pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
9) Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang ditetapkan menjadi Undang-Undang tentang
Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam
rapat paripurna.
10)Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilaksanakan melalui
mekanisme yang sama dengan pembahasan Rancangan Undang-
Undang.
11)Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilaksanakan dengan
tata cara: a) Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang diajukan oleh DPR
atau Presiden; b) Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan
diajukan pada saat Rapat Paripurna DPR tidak memberikan persetujuan
atas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang yang diajukan
oleh Presiden; dan c) Pengambilan keputusan persetujuan terhadap
Rancangan Undang-Undang tentang Pencabutan dilaksanakan dalam
Rapat Paripurna DPR yang sama dengan rapat paripurna penetapan
tidak memberikan persetujuan atas Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang tersebut.

3. Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah


Berikut ini Proses Penyusunan Peraturan Pemerintah sesuai UU nomor 11
Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, pemrakarsa
membentuk panitia antarkementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian.
2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Peraturan Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.

4. Proses Penyusunan Peraturan Presiden


Berikut ini Proses Penyusunan Peraturan Presiden sesuai UU nomor 11
Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, pemrakarsa
membentuk panitia antarkementerian dan/atau antarnonkementerian,
2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Peraturan Presiden dikoordinasikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
5. Proses Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
a. Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Proses
Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
Berikut ini Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
sesuai UU nomor 11 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari DPRD
Provinsi atau Gubernur.
2) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi disertai dengan penjelasan atau
keterangan dan/atau Naskah Akademik.
3) Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai a)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; b) Pencabutan
Peraturan Daerah Provinsi; atau c) perubahan Peraturan Daerah Provinsi
yang hanya terbatas mengubah beberapa materi, tidak disertai naskah
akademik namun harus disertai keterangan yang memuat pokok pikiran
dan materi muatan yang diatur.
4) Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah Akademik.
5) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari DPRD
Provinsi dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang
khusus menangani bidang legislasi.
6) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur
dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi
vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang hukum.
7) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat diajukan oleh anggota,
komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPRD Provinsi yang
khusus menangani bidang legislasi.
8) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan oleh
DPRD Provinsi disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi
kepada Gubernur.
9) Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh Gubernur
disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada pimpinan DPRD
Provinsi.
10)Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan Gubernur
menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai materi
yang sama, yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
yang disampaikan oleh DPRD Provinsi dan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai
bahan untuk dipersandingkan.

b. Proses Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Proses


Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
1) Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh
DPRD Provinsi bersama Gubernur.
2) Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan.
3) Tingkat-tingkat pembicaraan dilakukan dalam rapat komisi/ panitia/
badan/ alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani
bidang legislasi dan rapat paripurna.
4) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali sebelum
dibahas bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.
5) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang sedang dibahas hanya
dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD Provinsi
dan Gubernur.

c. Proses Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Proses


Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
1. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama
oleh DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD
Provinsi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah
Provinsi.
2. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.
3. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi ditetapkan oleh Gubernur
dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
tersebut disetujui bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur.
4. Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tidak ditandatangani
oleh Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama,
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan
Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.
5. Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, kalimat
pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.
6. Kalimat pengesahan tersebut harus dibubuhkan pada halaman terakhir
Peraturan Daerah Provinsi sebelum pengundangan naskah Peraturan
Daerah Provinsi dalam Lembaran Daerah

6. Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Pada prinsipnya proses penyusunan rancangan, pembahasan dan


penetapan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sesuai UU nomor 11 Tahun
2012 sama seperti penyusunan, pembahasan dan peetapan rancangan
Peraturan Daerah Provinsi.
Sejarah Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan intisari dari isi putusan kerapatan pemuda-
pemudi Indonesia atau yang dikenal dengan Kongres Pemuda l dan
Kongres Pemuda II. Melalui hasil kongres itulah kita bisa mengenal istilah
satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yakni Indonesia yang
kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Kongres Pemuda I berlangsung di Jakarta, pada 30 April2 Mei 1926. Di


kongres itu, mereka membicarakan pentingnya persatuan bangsa bagi
perjuangan menuju kemerdekaan. Kemudian, pada tanggal 2728
Oktober 1928, para pemuda Indonesia kembali mengadakan Kongres
Pemuda II. Pada kongres pemuda II tempatnya pada tanggal 28 Oktober
1928 inilah diambil keputusan satu tanah air, satu bangsa dan satu
bahasa, yakni Indonesia. Itulah sebabnya walaupun dalam putusan
tersebut tidak ada kata ikrar dan sumpah pemuda tetapi karena isi dari
keputusan itu mengandung makna sumpah maka peristiwa tersebut
sampai sekarang terkenal dengan Sumpah Pemuda dan diperingati
sebagai hari Sumpah Pemuda.

1. Kongres Pemuda I
Peranan pemuda dalam pergerakan nasional dimulai sejak berdirinya Budi
Utomo tanggal 20 Mei 1908. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi
itu lebih banyak diikuti oleh golongan tua. Oleh karena itu, para pemuda
selalu ingin menggalang kekuatan yang merupakan pencerminan aktivitas
para pemuda. Pada tanggal 7 Maret 1915, di Jakarta, para pemuda seperti
dr. R. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi mendirikan
organisasi kepemudaan yang keanggotaannya terdiri dari anak sekolah
menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan itu diberi nama
Trikoro Dharmo. Trikoro Dharmoartinya tiga tujuan mulia yang meliputi:
sakti, budi, danbakti. Tujuan perkumpulan ini adalah mencapai Jawa Raya
dengan cara memperkokoh rasa persatuan antar pemuda Jawa, Madura,
Sunda, Bali, dan Lombok.

Dalam rangka untuk mewujudkan persatuan, pada kongres di Solo tanggal


12 Juli 1918, Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Tujuan yang ingin
dicapai ialah mendidik para anggota supaya kelak dapat memberikan
tenaganya untuk membangun Jawa Raya. Cara yang harus ditempuh
untuk mewujudkan tujuan itu adalah mempererat perasatuan, menambah
pengetahuan anggota serta berusaha menimbulkan rasa cinta pada
budaya sendiri. Dalam perjuangannya, Jong Java tidak melibatkan diri
dalam masalah politik.

Kehadiran Jong Java ini mendorong lahirnya beberapa perkumpulan


serupa, seperti lahirnya Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong
Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Selebes, Timorees ver Bond,
PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/Jong
Indonesia, Jong Islamienten Bond, Kepanduan, dan sebagainya. Di
samping gerakangerakan pemuda, juga terdapat organisasi wanita seperti
Puteri Indonesia, Aisijah, Wanita Sarekat Ambon, dan Organisasi Wanita
Taman Siswa.

Keberadaan organisasi yang bersifat kedaerahan itu melahirkan keinginan


untuk menciptakan wadah tunggal pemuda Indonesia. Upaya mewujudkan
hal tersebut mulai dirintis melalui Kongres Pemuda I yang dilaksanakan
tanggal 30 April 1926 sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta.

Terselenggaranya Kongres Pemuda I tidak terlepas dari adanya


Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1925 di Indonesia telah mulai
didirikan Perhimpunan Pelajar pelajar Indonesia (PPPI), tetapi
peresmiannya baru pada tahun 1926.anggota- anggotanya terdiri dari
pelajar-pelajar sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para
tokoh PPPI antara lain adalah : Sugondo Djojopuspito, sigit, Abdul Sjukur,
Gularso, Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, Rohjani, S. djoenet
Poesponegoro, Kunjtoro, Wilopo, Surjadi, Moh. Yamin, A.K. gani, Abu
Hanifah, dan lain-lain. PPPI di Indonesia sering mendapatkan kiriman
majalah Indonesia Merdeka dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda.

Disamping majalah Indonesia Merdeka terbitan PPPI di negeri Belanda,


PPPI sendiri juga menerbitkan majalah Indonesia Raya. Yang pemimpin
redaksinya Abu Hanifah. Pandangan organisasi PPPI sudah menunjukkan
persatuan dan kesatuan sebagaimana yang terdapat pada PI. Pemuda-
pemuda di Bandung menginginkan agar mulai melepaskan sifat-sifat
kedaerahan. Hal itu didasarkan atas dorongan Mr. sartono dan Mr.
Sunario, pada tanggal 20 Februari 1927 nama Jong Indonesia telah diubah
menjadi Pemuda Indonesia.
Para pemimpin organisasi pemuda Indonesia ini ialah Sugiono, Sunardi,
Moeljadi, Soepangkat, Agus Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Kotjo
Sungkono, dan Abdul Gani. Sedangkan ketuanya pertama kali ialah
Sugiono. Mengenai gerakan politik organisasi pemuda ini belum belum ikut
langsung dalam gerakan politik. Selama beberapa tahun diperdebatkan
bentuk persatuan yang diinginkan. Akhirnya para pemuda Indonesia
sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda yang berlangsung di Jakarta
pada 30 April-2 mei 1926. Nama nama yang tertulis diatas mempunyai
andil yang cukup besar dalam pelaksanaan Kongres Pemuda 1. Namun,
sampai berlangsungnya kongres pemuda II pada tanggal 28 oktober 1928
organisasi Pemuda Indonesia belum juga bergerak secara langsung di
bidang politik.

Kongres Pemuda I bertujuan untuk


1. Membentuk badan sentral organisasi pemuda Indonesia
2. Memajukan paham persatuan kebangsaan
3. Mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan

Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil wakil dari organisasi pemuda di
seluruh Indonesia, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Minahasa, dan Jong
Batak. Dalam pidato pembukaannya ketua panitia M. Tabrani meminta
perhatian peserta untuk mencari cara menyatukan semangat Nasional di
kalangan pemuda. Moh. Yamin menyampaikan pemikirannya tentang
bahasa persatuan.

Dalam pidatonya pada 2 Mei 1926, yang berjudul "Kemungkinan


kemungkinan Masa Depan Bahasa dan sastra Indonesia". Yamin yakin
bahwa dari sekian banyak bahasa yang dipakai oleh suku bangsa
Indonesia, bahasa melayu dan bahasa jawa yang di harapkan menjadi
bahasa persatuan. Namun, Yamin yakin bahasa Melayu lambat laun akan
menjadi bahasa persatuan atau bahasa pergaulan bagi rakyat Indonesia.
Kongres Pemuda 1 ini menerima dan mengakui cita cita persatuan
Indonesia, walaupun perumusannya masih samar samar dan belum
jelas. Oleh karena itu, antara PPPI, Pemuda Indonesia, Perhimpunan
Indonesia, dan PNI berencana untuk memfusikan organisasi mereka
dengan alas an untuk mewujudkan persatuan Indonesia dan persamaan
cita cita.
Peleburan (fusi) dari organisasi pemuda itu ternyata semakin lama semakin
diperlukan karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa bentuk
organisasi masih bersifat kedaerahan, seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun,
Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond, Studerence Minahasa, dan
pemuda kaum Theosofi. Haal ini jelas tampak adanya perbedaan pada
waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1. Dalam pembicaraan ternyata
kepentingan daerah masih sangat menonjol. Masalah bahasa juga
menunjukkan masalah yang tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam
kongres tersebut. Di samping itu juga masih tampak sifat mementigkan
daerah misalnya tentang adat yang ada di daerah masing masing. Untuk
membentuk cita cita bersama seperti rasa persatuan dan kesatuan
bangsa, maka hal hal tersebut sangat menghambat. Untuk itulah, maka
para peseta merasa tidak puas dan ingin melanjutkan Kongres Pemuda
yang berikutnya.

Sebenarnya dalam Kongres Pemuda I tersebut, para peserta dan


pemimpin Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai
suatu cita cita persatuan. Namun, mengingat baru pertama kali Kongres
Pemuda dilaksanakan, maka untuk mencapai cita cita yang dikehendaki
masih mengalami kesulitan. Fanatisme terhadap adat masih sangat kuat
dan berpengaruh besar terhadap semua pembicaraan. Pemimpin Kongres
Moh. Tabrani pandai menjaga jangan sampai terjadi perpecahan, karena
setiap pembicaraan yang menjurus kearah perbedaan adat dan
pandangan, segera diambil jalan tengah untuk dinetralisasi.

Oleh karena itu, dalam kongres banyak pidato yang berjudul Indonesia
Bersatu para pemuda diharapkan memperkuat rasa persatuan yang harus
tumbuh untuk mengatasi kepentingan golongan, agama, dan daerah. Juga
secara jelas diuraikan tentang Sejarah Perjuangan Indonesia dan
ditekankan masalah- masalah yang perlu mendapat perhatian pemuda
untuk meresapkan dan dihayati dalam rangka mencapai cita cita
Indonesia merdeka.

Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda I itu, antara lain ialah
sebagai berikut :
a. Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam
hal ini masih tampak samar samar)
b. Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot,
dan lain lain.
Jadi, para peserta memang menyadari bahwa pada saat itu masih sulit
untuk membentuk kebulatan tekad dalam perjuangan mencapai cita cita
Nasional. Selain itu, belum banyak para anggota Perhimpunan Indonesia
yang kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota Perhimpunan
Indonesia yang mengikuti Kongres pemuda I tersebut. Oleh karena itu,
cita-cita untuk mencapai persatuan memang belum kuat.
Sejarah Perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Penjajahan Belanda ini berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8


Maret . Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun
Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara
Jepang mulai kalah di dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik
simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak
kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada
tanggal 7 September 1944.

Karena Jepang terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945
Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa
Indonesia, yaitu juanji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam
Maklumat Ganseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer
Jepang di Jawa dan Madura) No. 23.

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan


Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk
selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat
dipertimbangkan.

BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945, bertepatan dengan


ulang tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Dr. Kanjeng Raden
Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat, dari golongan nasionalis
tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI dengan didampingi oleh dua orang
ketua muda (wakil ketua), yaitu Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase
Yosio(orang Jepang). Selain menjadi ketua muda, Raden Pandji Soeroso
juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam
sekretariat) dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo.
BPUPKI sendiri beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62 orang
anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dari
semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota istimewa adalah
perwakilan pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa
Jepang ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif,
yang artinya mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat
saja).

Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi
BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi
olehpanitia kecil di bawah BPUPKI, yaitu adalah sebagai berikut :

Suasana Sidang BPUPKI

Persidangan Resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni


1945

Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus


seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama di
gedung "Chuo Sangi In", yang pada zaman kolonial Belanda gedung
tersebut merupakan gedung Volksraad (dari bahasa Belanda, semacam
lembaga "Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda" pada masa
penjajahan Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan sebutanGedung
Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 Jakarta. Namun masa
persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama)
diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya,
yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan tanggal
1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia,
filsafat negara "IndonesiaMerdeka" serta merumuskan dasar negara
Indonesia.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan
BPUPKI yang pertama ini dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga
dua orang pembesar militer jepang, yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7,
Jenderal Izagaki, yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah
ke-16, Jenderal Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa
persidangan resminya itu sendiri, yang berlangsung selama empat hari,
hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.

Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan


mengenai bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara
Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang
dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus merumuskan dasar negara
Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi dari Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab
Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang


benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI
yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama
pergerakan nasionalIndonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang
dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai berikut :

Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara
Republik Indonesia, yaitu: 1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3.
Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat .

Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato


mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara
Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara Indonesia
Merdeka", yaitu: 1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. Mufakat dan
Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial .

Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan


gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia,
yang dia namakan "Pancasila", yaitu: 1. Kebangsaan Indonesia; 2.
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4.
Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa .

Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia


yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan
istilah "Pancasila", masih menurut dia bilamana diperlukan gagasan
mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila),
yaitu: 1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang
Berkebudayaan . Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut
bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila),
yaitu merupakan sila: Gotong-Royong , ini adalah merupakan upaya dari
Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai
rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut
adalah berada dalam kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu
dengan lainnya. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang
dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni
ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan


BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses
persidangan (periode jeda atau istirahat) selama satu bulan lebih.

Masa antara Sidang Resmi Pertama dan Sidang Resmi Kedua

Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI
sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah
menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan
kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan
mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20
Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang,
yaitu:
Ir. Soekarno
Ki Bagus Hadikusumo
K.H. Wachid Hasjim
Mr. Muh. Yamin
M. Sutardjo Kartohadikusumo
Mr. A.A. Maramis
R. Otto Iskandar Dinata
Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil
dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang
dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil
Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan
orang, yaitu:
Ir. Soekarno
Drs. Muh. Hatta
Mr. A.A. Maramis
K.H. Wachid Hasyim
Abdul Kahar Muzakkir
Abikusno Tjokrosujoso
H. Agus Salim
Mr. Ahmad Subardjo
Mr. Muh. Yamin

Panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan Mukadimah Hukum Dasar,
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta yang pada
waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement".

Adapun bunyi lengkapnya Piagam Jakarta adalah sebagai


berikut:
Mukaddimah
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Hukum Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilam, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jakarta, 22-6-2605
Ir. Soekarno
Drs. Muh. Hatta
Mr. A.A. Maramis
K.H. Wachid Hasjim
Abdul Kahar Muzakkir
H. Agus Salim
Abikusno Tjokrosujoso
Mr. Ahmad Subardjo
Mr. Muhammad Yamin

Persidangan Resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-16 Juli


1945.
Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10Juli
1945 hingga tanggal 16 Juli 1945. Hari pertama sidang BPUPKI dimulai
dengan diumumkannya dengan penambahan 6 anggota baru yaitu 1)
Abdul Fatah Hasan; 2) Asikin Natanegara; 3) Soerjo Hamidjojo; 4)
Muhammad Noor, 5) Besar dan 6 ) Abdul Kaffar. Pada sidang pertama ini
ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil
yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan
asas dan tujuan "Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam
Jakarta" itu. Salah keputusan penting dalam rapat BPUPKI tanggal 10 Juli
2016 adalah diambilnya keputusan tentang bentuk Negara. Dari 64 suara
(ada beberapa anggota yang tidak hadir) yang pro republic sebanyak 55
orang, 6 orang yang menginginkan bentuk kerajaan, 2 orang mengingkan
bentuk lain.dan 1 orang yang blangko.
Ketika akan mengambil pemungutan suara untuk menentukan bentuk
negara, para pendiri negara diliputi suasana yang penuh dengan
permufakatan, tanggung jawab, toleransi, dan religius sebagaimana
tergambar dalam dialog di bawah ini (Sekretariat Negara Republik
Indonesia, 1995:125-127)

Anggota MOEZAKIR:
Saya mohon dari Tuan-tuan anggota sekalian! Oleh karena kita
menghadapi saat yang suci, baiklah kita mengheningkan cipta, supaya
janganlah hati kita dipengaruhi oleh sesuatu hal yang tidak suci, tetapi
dengan segala keikhlasan menghadapi keputusan tentang bentuk negara
yang akan didirikan, dengan hati yang murni, yang tidak terpengaruh oleh
sesuatu maksud yang tidak suci. Oleh karena itu, saya mohon kepada
paduka Tuan-tuan sekalian, sukalah Tuan-tuan berdiri di hadapan hadirat
Allah Subhanahuwataala untuk meminta doa.

Ketua RADJIMAN:
Usul itu kita turuti dan saya minta marilah kita mengheningkan cipta,
supaya mendapat pikiran yang suci dan murni dalam pemilihan.
Rapat meminta doa dengan pimpinan Ki Bagoes Hadikoesoemo yang
membacakan Fatihah. Sesudah itu diadakan pemungutan suara.

Anggota DASAAD:
Tuan Ketua, kami sudah mengetahui, bahwa ada 64 stem. Yang memilih
republik, ada 55 stem, kerajaan 6, lain-lain 2 dan belangko 1.

Ketua:
Saya mengucapkan terima kasih atas pekerjaan komisi. Anggota sekalian
sudah mendengar, bahwa telah dipilih oleh sidang Dokuritu Zyunbi
Tyoosakai yang kedua kali ini, yang melahirkan 64 stem, ialah yang 55
republik, 6 kerajaan, 1 belangko dan 2 lain-lain. Jadi, semuanya ada 64.
Sudah ada ketetapan dalam waktu ini, nanti kita membuat pelaporan yang
sejelas-jelasnya.

Anggota SOEKARNO:
Jadi, putusan Panitia itu republik?

Ketua RADJIMAN:
Sudah terang republik yang dipilih dengan suara terbanyak. Sekarang saya
minta beristirahat. .
Semangat nasionalisme dan patriotisme terlihat sangat nyata dalam
perbincangan dalam Sidang BPUPKI tanggal 10 dan 11 Juli 1945 ketika
membahas masalah wilayah negara. Semangat tersebut, antara lain
dikemukakan oleh beberapa tokoh berikut ini (Sekretariat Negara Republik
Indonesia, 1995:132-144).

Anggota MOEZAKIR:
. Maka apabila bangsa Indonesia pada masa ini mempunyai ketinggian
kehendak dan kemauan, dan menjunjung tinggi apa yang angan-
angankan, hendaklah sanggup pula mengakui bahwa tanah Melayu itu
sebagian dari tanah air kita. tanah Papua itu pula menjadi sumber
kekayaan kita. Janganlah sumber kekayaan, yang diwariskan oleh nenek
moyang kita hilang dengan sia-sia belaka. Oleh karena itu, saya setuju,
bahwa dalam menentukan batas halaman tanah air kita hendaklah kita
berpikir dengan sebaik-baiknya; janganlah didasarkan pada soal, apakah
kita kita sanggup atau tidak sanggup, tetapi pula apakah akan timbul
kesanggupan akan merdeka atau tidak.

Anggota YAMIN:
. Soal lain pula berhubung dengan tanah Papua. Memang hal ini dalam
ilmu pengetahuan, ethnologie, bahasa, geografi ada yang menyebutkan,
bahwa pulau Papua tidak masuk tanah Indonesia.Tetapi faham ini
hanyalah dilahirkan oleh orang-orang yang mengarang buku yang
bersangkutan. Tetapi ada juga faham-faham lain yang mengatakan, bahwa
seluruh pulau Papua masuk Indonesia. Perkataan Indonesia dibuat oleh
orang yang mempunyai faham yang mengatakan, bahwa Indonesia
melingkungi daerah Malaya dan Polinesia. Jadi, dengan sendirinya pada
waktu perkataan Indonesia lahir dimaksudkan bahwa tanah Papua masuk
dalam daerah Indonesia.

Anggota ABDUL KAFFAR:


. Dalam ilmu strategi alangkah besar bagi kedua-duanya untuk menjaga
sisi masing-masing. Artinya kalau kita melihat batas kita di Timur, ke Pulau
Timor, saya setuju sekali dengan anggota yang terhormat Muh Yamin,
yaitu agar pulau itu dimasukkan dalam lingkungan kita, terletak Indonesia
baru, begitu pula Borneo Utara, di mana terletak Serawak, dan juga negara
Papua bukanlah kita bersifat meminta, tetapi hal itu beralaskan
kebangsaan.
Anggota SOEMITRO KOLOPAKING:
. Jikalau peperangan sudah berakhir dan kemenangan akhir telah
tercapai, kita dapat melengkapkan aturan-aturan itu menjadi aturan-aturan
yang sesuai dengan keadaan zaman pada waktu itu, dengan permintaan
Indonesia merdeka ialah seluas Indonesia-Belanda dahulu. Jikalau
kemenangan akhir tercapai dan ada permintaan yang nyata dari Malaya
Selatan, Borneo Utara bahwa rakyat di situ merasa juga ingin masuk dalam
lingkungan kita, dengan senang hati mereka akan kita terima sebagai
bangsa kita di dalam Indonesia merdeka.

Dalam membahas masalah wilayah negara, masih banyak tokoh pendiri


negara yang menyampaikan usulnya, seperti Moh. Hatta, Soekarno,
Soetardjo, Agoes Salim, A.A. Maramis, Sanoesi, dan Oto Iskandardinata.
Akhirnya diputuskan, bahwa wilayah Indonesia Merdeka adalah Hindia
Belanda dulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor
Portugis dan pulau-pulau sekitarnya.

Pada sidang BPUPKI tanggal 11 Juli 1945, setelah mendengarkan


pandangan dan pemikiran 20 orang anggota, maka dibentuklah tiga Panitia
Kecil, yaitu:
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, dengan ketua Ir. Soekarno.
Panitia Perancang Keuangan dan Perekonomian, dengan ketua Moh.
Hatta.
Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air, dengan ketua Abikusno
Tjokrosujoso.

Agenda sidang BPUPKI yang kedua juga membahas tentang wilayah


Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia,
rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, serta pendidikan dan pengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang
kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-
panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan
Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia
Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang


Dasar, yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi
panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari
Undang-Undang Dasar,

Membentuk Panitia Perancang Declaration of Rights, yang


beranggotakan Subardjo, Sukiman, dan Parada Harahap.
Membentuk Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, yang
beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut: Prof. Mr. Dr. Soepomo
(ketua panitia kecil) Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota) Mr. Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota) Mr. Alexander Andries
Maramis (anggota) Mr. Raden Panji Singgih (anggota) Haji Agus
Salim (anggota) Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)

Selain itu, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar menghasilkan


kesepakatan:

Bentuk Unitarisme.
Kepala Negara di tangan satu orang, yaitu Presiden.

Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang


Dasar, yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil
di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-
Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang tersebut. Panitia Kecil
Perancang Undang-Undang Dasar berhasil membahas beberapa hal dan
menyepakati antara lain ketentuan tentang Lambang Negara, Negara
Kesatuan, sebutan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan membentuk
Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas Djajadiningrat, Salim, dan
Supomo. Rancangan Undang-Undang Dasar diserahkan kepada Panitia
Penghalus Bahasa.

Pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang dengan agenda


Pembicaraan tentang pernyataan kemerdekaan. Sidang pleno BPUPKI
menerima laporan panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang
dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan
tersebut membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di
dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu : Pernyataan tentang
Indonesia Merdeka Pembukaan Undang-Undang Dasar Batang tubuh
Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-
Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi : Wilayah negara Indonesia
adalah sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah
dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan
wilayah Serawak di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei
Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang adalah wilayah negara
Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya, Bentuk negara Indonesia
adalah Negara Kesatuan, Bentuk pemerintahan Indonesia adalah
Republik, Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan


disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta",
sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari
alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus
berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan
Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau
"Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksion
yang sedikit berbeda.

Sedangkan sidang pada tanggal 15 Juli 1945 melanjutkan acara


Pembahasan Rancangan Undang- Undang Dasar. Setelah Ketua
Perancang Undang-Undang Dasar, Soekarno memberikan penjelasan
naskah yang dihasilkan dan mendapatkan tanggapan dari Moh. Hatta,
lebih lanjut Soepomo, sebagai Panitia Kecil Perancang Undang-Undang
Dasar, diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan terhadap naskah
Undang-Undang Dasar.

Penjelasan Soepomo, antara lain menjelaskan betapa pentingnya


memahami proses penyusunan Undang-Undang Dasar (Sekretariat
Negara Indonesia, 1995:264).

Paduka Tuan Ketua! Undang-Undang Dasar Negara Mana Pun Tidak


Dapat Dimengerti Sungguh-Sungguh Maksudnya Undang-Undang Dasar
Dari Suatu Negara, Kita Harus Mempelajari Juga Bagaimana Terjadinya
Teks Itu, Harus Diketahui Keterangan-Keterangannya Dan Juga Harus
Diketahui Dalam Suasana Apa Teks Itu Dibikin. Dengan Demikian Kita
Dapat Mengerti Apa Maksudnya. Undang-Undang Yang Kita Pelajari,
Aliran Pikiran Apa Yang Menjadi Dasar Undang-Undang Itu. Oleh Karena
Itu, Segala Pembicaraan Dalam Sidang Ini Yang Mengenai Rancangan-
Rancangan Undang-Undang Dasar Ini Sangat Penting Oleh Karena Segala
Pembicaraan Di Sini Menjadi Material, Menjadi Bahan Yang Historis,
Bahan Interpretasi Untuk Menerangkan Apa Maksudnya Undang-Undang
Dasar Ini.

Naskah Undang-Undang Dasar akhirnya diterima dengan suara bulat pada


Sidang BPUPKI tanggal 16 Juli 1945.

Persiapan Kemerdekaan dilanjutkan oleh PPKI


Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan
Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan digantikan
dengan dibentuknya "Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia" ("PPKI")
atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno
sebagai ketuanya.

Tugas "PPKI" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan (bahasa


Belanda: preambule) serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKI,
mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah
pendudukan militer Jepang kepada bangsa Indonesia, dan mempersiapkan
segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara
Indonesia baru.

Anggota "PPKI" sendiri terdiri dari 21 orang tokoh utama pergerakan


nasional Indonesia, sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari
berbagai etnis di wilayah Hindia Belanda, terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3
orang asal Sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1
orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asalMaluku, 1 orang
asal etnis Tionghoa. "PPKI" ini diketuai oleh Ir. Soekarno, dan sebagai
wakilnya adalah Drs. Mohammad Hatta, sedangkan sebagai penasihatnya
ditunjuk Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Kemudian, anggota
"PPKI" ditambah lagi sebanyak enam orang, yaitu: Wiranatakoesoema, Ki
Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo,Mohamad Ibnu Sayuti Melik,
Iwa Koesoemasoemantri, dan Mr. Raden Achmad Soebardjo
Djojoadisoerjo.

Secara simbolik "PPKI" dilantik oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9


Agustus 1945, dengan mendatangkan Ir. Soekarno,Drs. Mohammad Hatta
dan Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat
ke "Kota Ho Chi Minh" atau dalam bahasa Vietnam: Thnh ph H Ch
Minh (dahulu bernama: Saigon), adalah kota terbesar di negara Vietnam
dan terletak dekat delta Sungai Mekong.

Pada saat "PPKI" terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka


semakin memuncak. Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya
tekad yang bulat dari semua golongan untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Negara Indonesia. Golongan muda kala itu menghendaki
agar kemerdekaan diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak
pemerintah pendudukan militer Jepang sama sekali, termasuk proklamasi
kemerdekaan dalam sidang "PPKI". Pada saat itu ada anggapan dari
golongan muda bahwa "PPKI" ini adalah hanya merupakan sebuah badan
bentukan pihak pemerintah pendudukan militer Jepang. Di lain pihak
"PPKI" adalah sebuah badan yang ada waktu itu guna mempersiapkan hal-
hal yang perlu bagi terbentuknya suatu negara Indonesia baru.

Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh


pemerintah pendudukan militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh
mana semua hasil kerja dari "PPKI". Jendral Terauchi kemudian akhirnya
menyampaikan keputusan pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus1945.
Seluruh persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia diserahkan
sepenuhnya kepada "PPKI". Dalam suasana mendapat tekanan atau
beban berat seperti demikian itulah "PPKI" harus bekerja keras guna
meyakinkan dan mewujudnyatakan keinginan atau cita-cita luhur seluruh
rakyat Indonesia, yang sangat haus dan rindu akan sebuah kehidupan
kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.

Namun, pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat


kepada sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan.
Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para
pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. sehari setelah
proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama
mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya memilih
Presiden dan Wakil Presiden.
Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 18 Agustus 1945 Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia segera mengadakan Sidang. pada
sidang "PPKI" pada tanggal 18 Agustus 1945 ini telah terjadi kesepakatan
dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan
yangberagama non-Muslim serta pihak kaum keagamaan yang menganut
ajaran kebatinan, yang kemudian diikuti oleh pihak kaum kebangsaan
(pihak "Nasionalis") guna melunakkan hati pihak tokoh- tokoh kaum
keagamaan yang beragama Islam guna dihapuskannya "tujuh kata" dalam
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter".

Suasana Sidang PPKI

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum


mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan
bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat
setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur
yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan
agar pada alinea keempat preambul, dibelakang kata ketuhanan yang
berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih
baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul
ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus
Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta
berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, dengan dalih demi persatuan dan
kesatuan bangsa.

Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang "PPKI"
dan membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi
atas lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang kemudian disepakati
sebagai "pembukaan (bahasa Belanda: "preambule") dan batang tubuh
Undang- Undang Dasar 1945", Pertama, kata Mukaddimah yang berasal
dari bahasa Arab, muqaddimah, diganti dengan kata Pembukaan .
Kedua, anak kalimat "Negara berdasar atas Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan,
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketiga, kalimat yang
menyebutkan Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam ,
seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan mencoret kata-kata
dan beragama Islam . Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka
pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi: Negara berdasarkan atas
Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya diganti menjadi berbunyi: Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa .

Suasana permufakatan dan kekeluargaan, serta kesederhanaan juga


muncul pada saat pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden. Risalah
sidang PPKI mencatat sebagai berikut (Sekretariat Negara Republik
Indonesia, 1995 :445-446)

Anggota OTTO ISKANDARDINATA :


...."Berhubung dengan keadaan waktu saya harap supaya pemilihan
Presiden ini diselenggarakan dengan aklamasi dan saya majukan
sebagai calon, yaitu Bung Karno sendiri. (Tepuk tangan)"

Ketua SOEKARNO :
...."Tuan-tuan banyak terima kasih atas kepercayaan Tuan-tuan dan
dengan ini saya dipilih oleh Tuan-tuan sekalian dengan suara bulat
menjadi Presiden Republik Indonesia. (Tepuk tangan). (Semua
anggota berdiri dengan menyanyi lagu Indonesia Raya. Sesudahnya
diserukan Hidup Bung Karno 3x)"

Anggota OTTO ISKANDARDINATA :


..."Pun untuk memilih Wakil Kepala Negara Indonesia saya usulkan cara
yang baru ini dijalankan. Dan saya usulkan Bung Hatta menjadi Wakil
Kepala Negara Indonesia. (Tepuk tangan) (Semua anggota berdiri dengan
menyanyi lagu Indonesia Raya. Sesudahnya diserukan Hidup Bung Hatta
3x)"

Adapun keputusan penting hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia pada 18 Agustus 1945 adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan dan mengesahakan UUD 1945
2) Memilih Ir Soekarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden
3) Sebelum terbentuk MPR, pekerjaan presiden sehari-hari dibantu oleh
Komite Nasional Indonesisa Pusat.

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI merupakan


Rancangan Undang-Undang dasar hasil karya BPUPKI setelah mengalami
perubahan dan penyempurnaan. Beberapa perubahan yang terjadi pada
Rancangan UUD 1945 tersebut antara lain:
1. Hukum dasar diganti dengan Undang-undang dasar
2. Kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya .... diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Menambahan Rancangan UUD 1945. Tambahan tersebut adalah:
Bab XVI pasal 37 tentang perubahan UUD
Aturan Peralihan pasal I IV
Aturan Tambahan ayat 1 dan 2
Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Pada awal tahun 1945, Indonesia masih dijajah oleh Jepang. Jepang
menjajah Indonesia selama tiga tahun. Jepang menjajah Indonesia sejak
tahun 1942. Penjajahan itu dimulai setelah mereka berhasil mengusir
Belanda. Jepang juga berhasil menjajah beberapa negara di Asia
Tenggara. Beberapa negara tersebut antara lain Filipina, Burma
(Myanmar), dan Vietnam. Saat itu, tentara Jepang termasuk yang paling
kuat di dunia.

Selama tahun 1945, keadaan berbalik. Tentara Jepang mulai mengalami


kekalahan di berbagai medan pertempuran. Pada Perang Pasifik, pasukan
Jepang dikalahkan oleh Amerika. Jepang juga dikalahkan oleh Sekutu
pimpinan Inggris di kawasan Indocina.

Kekalahan tersebut mengancam kekuasaan Jepang di negara-negara


jajahannya. Di Indonesia, Jepang juga harus menghadapi perlawanan
rakyat. Terlebih lagi, Belanda masih ingin kembali menjajah Indonesia.
Pada waktu itu, Belanda bergabung dengan Sekutu. Perlawanan rakyat
dan usaha Belanda menjadikan kedudukan Jepang kian lemah.

Akhirnya, Jepang terpaksa menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat


Indonesia. Janji tersebut bertujuan untuk meredam gejolak dan perlawanan
rakyat Indonesia. Selain itu juga dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa
Jepang-lah yang memerdekaan Indonesia. Dengan janji tersebut, rakyat
Indonesia diharapkan bersedia membantu Jepang menghadapi Sekutu.

Pemerintah Militer Jepang di Indonesia pada tanggal 29 April 1945


membentuk suatu badan. Badan itu diberi nama Dokuritsu Junbi
Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, disingkat BPUPKI). Sepanjang sejarah, BPUPKI hanya
mengadakan sidang dua kali, yaitu:
a. Masa Sidang I tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
b. Masa Sidang II tanggal 10 Juli - 16 Juli 1945

Badan ini telah membentuk beberapa panitia kerja yang di antaranya ialah:
a. Panitia Perumus dengan anggota 9 orang. Panitia ini disebut
juga Panitia Sembilan. Diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia Sembilan itu
adalah:
1) Ir. Soekarno
2) Drs. Mohammad Hatta
3) Mr. A. A. Maramis
4) Abikusno Cokrosuyoso
5) Abdulkahar Muzakir
6) Haji Agus Salim
7) Mr. Ahmad Subarjo
8) K. H. A. Wachid Hasyim
9) Mr. Mohammad Yamin
b. Panitia perancang Undang Undang Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno.
Panitia ini kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang Undang Undang
Dasar yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo.
c. Panitia Ekonomi dan Keuangan, diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
d. Panitia Pembelaan Tanah Air, diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso.

Dalam melaksanakan tugasnya, kedua panitia telah menghasilkan hal-hal


sebagai berikut:
a. Panitia Perumus berhasil menyusun naskah Rancangan Pembukaan
Undang Undang Dasar pada tanggal 22 Juni 1945.
Rancangan Pembukaan UUD ini kemudian dikenal dengan nama "Piagam
Jakarta" Piagam Jakarta terdiri dari empat alinea. Dalam alinea empat
terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar negara.
b. Panitia perancang UUD berhasil menyusun Rancangan UUD Indonesia
pada tanggal 16 Juli 1945.

Dalam sidang pertama BPUPKI, beberapa anggota memberikan pidatonya,


yaitu:
a. Pidato Mr. Mohammad Yamin, berjudul Azas dan Dasar Negara
Kebangsaan Republik Indonesia pada tanggal 29 Mei 1945.
b. Pidato Prof. Dr. Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945.
c. Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.

Setelah menyelesaikan tugasnya, BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya


dibentuk badan baru yang dinamakan Dokuritsu Junbi Inkai (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, disingkat PPKI). PPKI dibentuk
tanggal 9 Agustus 1945. Badan ini diketuai oleh Ir. Soekarno. Sebagai
wakilnya adalah Drs. Mohammad Hatta.
Susunan Pengurus BPUPKI
Ketua : dr. Radjiman Wedyodiningrat
Wakil Ketua : Ichibangase Yosio dan RP. Suroso
Anggota Berjumlah 60 Orang yakn: Abikoesno Tjokrosoejoso, Haji A.
Sanusi, Kh Abdul Halim, Prof. Dr. Asikin Widjajakoesoemo, M.Aris, Abdul
Kadir, Dr. R. Boentaran Martoatmodjo, BPH Bintarto, Ki Hadjar Dewantara,
AM. Dasaad, Prof, Dr. PAH Djajadingrat, Drs. Moh. Hatta, Ki Bagoes
Hadikoesoemo, Mr. R. Hindromartono, Mr.Muh Yamin, RAA Soemitro
Kolopaking Probonegoro, Mr. Dr. R Koesoemah Atmadja, Mr. J
Latuharhary, R. Margono Djojohadikoesoemo, Mr. AA Maramis, KH
Masjkoer, KHM Mansoer, Moenandar, AK Moezakir, R. Otto Iskandar
Dinata, Parada Harahap, BPH Poeroebojo, R. Abdoelrahim Pratalykrama,
R. Roeslan Wongsokoesoemo, Prof. Ir. R Rooseno, H. Agoes Salim, Dr.
Sambsi, Mr. RM Sartono, Mr. R Samsoedin, Mr. R Sastromoeljono, Mr. R.
Singgih, Ir. R Soekarno. R. Soediman, R. Soekardjo Wiryopranoto, Dr.
Soekiman, Mr. A. Subardjo, Prof. Mr. Dr. soepomo, Ir. RMP Soerahman,
Sutardjo Tjokroadisoerjo Kartohadikoesoemo, R MTA Soeryo, Mr.
Soesanto, Mr. Soewandi,Drs. KRMA Sosrodiningrat, KHA Wachid Hasjim,
KRM TH Woerjaningrat, RAA Wiranatakoesoema, Mr. KRMT
Wongsonagoro, Ny. Mr Maria Ulfa Santoso, Ny. RSS Mangoenpoespito,
Oei Tjong Hauw, Oei Tiang Tjoei, Liem Koen Hian, Mr. Tan Eng Hoa, PF
Dahler, dan A. Baswedan.
Anggota Tambahan Sebanyak 6 Orang: KH. Abdul Fatah Hasan, R. Asikin
Natanegara, BKPA Soerjo Hamidjoyo, Ir. M Pangeran M. Noer, Mr. M
Besar, Abdul Kaffar.

Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei1 Juni 1945)


BPUPKI setelah terbentuk segera mengadakan persidangan. Masa
persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai
dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas
rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan
dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai
Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.

1) Mr. Mohammad Yamin


Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.
Pemikirannya diberi judul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia
merdeka yang intinya sebagai berikut:
a) Peri Kebangsaan;
b) Peri Kemanusiaan;
c) Peri Ketuhanan;
d) Peri Kerakyatan;
e) Kesejahteraan Rakyat.

2) Mr. Supomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan
sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa
penjelasan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar
negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah negara
integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
a) Persatuan;
b) Kekeluargaan;
c) Keseimbangan Lahir dan Batin;
d) Musyawarah;
e) Keadilan sosial.

3) Ir. Sukarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat kesempatan
untuk mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka. Pemikirannya
terdiri atas lima asas berikut ini:
a) Kebangsaan Indonesia;
b) Internasionalisme atau Perikemanusiaan;
c) Mufakat atau Demokrasi;
d) Kesejahteraan Sosial;
e) Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang
ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari
Lahir Istilah Pancasila.

Masa Persidangan Kedua BPUPKI (1016 Juli 1945)


Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara
untuk Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses
(istirahat) satu bulan penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia
perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang sehingga
disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menampung
berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara Indonesia merdeka.
Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Soekarno (ketua), Abdul Kahar
Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Wachid Hasyim, Moh. Yamin, H. Agus
Salim, Ahmad Soebardjo, Abikoesno Tjokrosoejoso, dan A. A. Maramis.

Tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar


negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi
nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Dalam piagam inilah termuat
lima dasar negara Indonesia.

Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan


sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan
undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-
Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno.

Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh


orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Kelompok kecil ini
diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo,
Singgih, H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian
disempurnakan kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang
terdiri atas Husein Jayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo.

Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang


pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan
tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-
undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh).

Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD
berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada
tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan
diterima sidang pleno BPUPKI.

Selesai menjalankan tugasnya, BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7


Agustus 1945. Sebagai gantinya, dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Dalam bahasa Jepang, PPKI disebut Dokuritsu
Junbi Inkai. PPKI-Iah yang mengesahkan Pembukaan UUD 1945 yang
rumusannya diambil dari Piagam Jakarta.

Susunan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Ketua : Soekarno
Wakil Ketua : Mohammad Hatta
Anggota: Soepomo, Radjiman Widyodiningrat, RP Suroso, Sutardjo,
Wachid Hasjim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Otto Iskandar Dinata, Abdul
Kadir, Soerjohamidjojo, Poeroebojo, Yap Tjawn Bing, J Latuharhary, Amir,
Abdul Abas, Mohamad Hasan, Hamidhan, GSJJ Ratulangi, Andipangeran,
I Gusti Ktut Pudja.
Anggota Tambahan: Wiranatakoesoema, Ki Hadjar Dewantara, Mr.
Kasman, Sajuti, Koesoema Soemantri, Subardjo.

Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Jepang membubarkan BPUPKI pada 7 Agustus 1945 sebelum terjadinya
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemudian, untuk melengkapi alat-alat
perlengkapan negara setelah terjadinya proklamasi kemerdekaan, maka
dibentuklah panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Inkai) sebagai penggantinya.

PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan
penasihatnya Ahmad Subarjo. PPKI beranggotakan 21 orang yang
mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12
orang wakil dari Jawa, 3 orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari
Sulawesi, dan seorang wakil dari Sunda Kecil, Maluku serta penduduk
Cina.

Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara

Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta bersama tokoh


pejuang kemerdekaan akhirnya memproklamasikan
kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta (sekarang
menjadi Gedung Perintis Kemerdekaan di Jalan
Proklamasi). Pengibaran bendera Merah Putih yang
dijahit oleh Ibu Fatmawati (istri Soekarno) dilakukan oleh
Latief Hendraningrat dan Suhud. Adapun lagu ciptaan
WR. Soepratman, Indonesia Raya dinyanyikan bersama-
sama secara serentak.
Pada 18 Agustus 1945, tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang ini, ketua PPKI
menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI
berjumlah 27 orang.

Pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, seorang opsir


Angkatan Laut Jepang (Ratulangi) minta kepada Hatta supaya Piagam
Jakarta dicoret dari pembukaan UUD 1945, karena kalau tidak,
kemungkinan golongan Kristen dan Katolik di Indonesia Timur akan berdiri
di luar republik. Maka Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan
pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ...
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
pada kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki
Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim,
dan Teuku Moh. Hassan.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk


menghilangkan kalimat ... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-
tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat .... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan
sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan
disetujuinya perubahan itu maka segera saja sidang pertama PPKI saat itu
dibuka.

Jadi alasan perubahan kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan


syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" menjadi menjadi "Ketuhanan
Yang Maha Esa"? karena kata-kata butir pertama sebelum diubah ternyata
kurang disetujui oleh sebagian komponen bangsa yang lain. Oleh karena
itu, perubahan tersebut perlu dilakukan. Hal itu dimaksudkan untuk
menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang baru saja merdeka.
Akhirnya, usulan Moh. Hatta disepakati oleh semua anggota PPKI. Jadilah
sila pertama dasar negara berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Selain pembahasan perubahan sila pertama pancasila, pada sidang PPKI


juga di bahas perubahan Bab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi
Presiden ialah orang Indonesia yang beragama Islam diubah menjadi
Presiden ialah orang Indonesia asli. Semua usulan itu diterima peserta
sidang. Hal itu menunjukkan mereka sangat memperhatikan persatuan dan
kesatuan bangsa.

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-


keputusan sebagai berikut.
a. Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang bahan-bahannya diambil dari Rancangan Pembukaan UUD 1945
yang telah disusun oleh panitia perumus pada 22 Juni 1945 dengan
berbagai perubahan.
b. Menetapkan dan mengesahkan UUD yang bahan-bahannya hampir
seluruhnya diambil dari rancangan UUD yang disusun oleh panitia
perancang UUD pada 16 Juli 1945.
c. Memilih Ketua PPKI Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Mohammad Hatta
masing-masing menjadi Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia.
d. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Dalam sidang pertamanya 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan undang-


undang dasar negara Indonesia yang kini terkenal dengan sebutan UUD
1945, terdiri atas dua bagian, yaitu "Pembukaan" yang di dalamnya
memuat Pancasila dan "Batang Tubuh UUD." Keberadaan UUD 1945
diumumkan dalam berita Republik Indonesia Tahun ke-2 No. 7 Tahun 1946
pada halaman 4548. Selanjutnya dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor
12 Tahun 1968 ditegaskan kembali tentang rumusan Pancasila sebagai
berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat
an perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
stem Pemerintahan Indonesia
Dilihat dari teori kenegaraan pemerintahan Indonesia menganut sistem
presidensial. Hal ini didasarkan pasa 17 UUD 1945 yang berbunyi:
a) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara
b) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
c) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan

Adapun beberapa kunci pokok sistem pemerintahan negara Indonesia


menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut.:
a) Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
Hal ini menunjukan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum
(rechtsstaat), bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).

b) Sistem konstitusional . .
Pemerintahan negara berdasarkan atas konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

c) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan rakyat dan dilaksanakan


menurut UUD.

d) Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara

e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

f) Presiden harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk


membentuk undangundang (UU) dan menetapkan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu, presiden harus bekerja bersama-
sama dengan dewan, tetapi presiden tidak bertanggung jawab kepada
dewan, artinya kedudukan presiden tergantung pada dewan.

g) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung


jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

h) Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri. Menteri ini tidak


bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan kedudukannya
tidak tergantung kepada dewan.

i) Kekuasaan kepala negara tak terbatas


j) Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan
perwakilan Rakyat, ia bukan "diktator", artinya kekuasaan tidak terbatas. Ini
berarti kekuasaan kepala Negara di batasi oleh undang-undang.

Teori Kedaulatan
Terdapat beberapa teori kedaulatan yang dikemukakan oleh para ahli
kenegaraan, antara lain sebagai berikut.

1) Teori Kedaulatan Tuhan.


Teori kedaulatan Tuhan mengajarkan bahwa negara dan
pemerintahmendapat kekuasaan yang tertinggi dari Tuhan. Menurut teori
ini, sesungguhnya segala sesuatu yang terdapat di alam semesta berasal
dari Tuhan.

Kedaulatan dalam suatu negara yang dilaksanakan oleh pemerintah


negara juga berasal dari Tuhan. Negara dan pemerintahan mendapat
kekuasaan dari Tuhan karena tokoh-tokoh negara itu, secara kodrati telah
ditetapkan menjadi pemimpin negara. Mereka berperan sebagai wakil
Tuhan. Raja misalnya, bertugas memimpin rakyatnya untuk mencapai
suatu cita-cita. Oleh karena itu, kepemimpinan dan kekuasaan harus
berpusat di tangan raja.

Teori kedaulatan Tuhan umumnya dianut olehraja-raja yang mengakui


sebagai keturunan dewa. Misalnya, raja-raja Mesir kuno, Kaisar Jepang,
dan Kaisar Cina. Raja-raja di Jawa pada zaman Hindu, juga menganggap
dirinya sebagai penjelmaan dewa Wisnu. Peloporpelopor teori kedaulatan
Tuhan, antara lain adalah Augustinus, Thomas Aquino, dan Friedrich Julius
Stahl.
2) Teori kedaulatan Raja
Kekuasaan negara, menurut teori ini, terletak di tangan raja sebagai
penjelmaan kehendak Tuhan. Raja merupakan bayangan dari Tuhan. Agar
negara kuat, raja harus berkuasa mutlak dan tidak terbatas. Dalam teori
kedaulatan raja, posisi raja selalu berada di atas undang-undang. Rakyat
harus rela menyerahkan hak asasinya dan kekuasaannya secara mutlak
kepada raja.

Peletak dasar teori kedaulatan raja, antara lain Nicollo Machiavelli, Jean
Bodin Thomas Hobbes, dan Hegel. Nicollo Machiavelli mengajarkan,
bahwa negara yang kuat haruslah dipimpin oleh seorang raja yang memiliki
kedaulatan tidak terbatas atau mutlak. Dengan demikian, raja dapat
melaksanakan cita-cita negara sepenuhnya. Raja hanya bertanggung
jawab kepada .dirinya sendiri atau kepada Tuhan.

Raja tidak tunduk kepada konstitusi, walaupun disahkan oleh dirinya


sendiri. Raja juga tidak bertanggung jawab kepada hukum moral yang
bersumber dari Tuhan, karena raja melaksanakan kewajibannya untuk
rakyat atas nama Tuhan.

3) Teori kedaulatan rakyat


Teori kedaulatan rakyat, yaitu teori yang mengatakan bahwa
kekuasaansuatu negara berada di tangan rakyat sebab yang benar-benar
berdaulat dalam suatu negara adalah rakyat.

Sumber ajaran kedaulatan rakyat ialah ajaran demokrasi yan,g telah dirintis
sejak jaman Yunani oleh Solon. Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani,
demos (rakyat) dan kratein (memerintah) atau kratos (pemerintah). Jadi,
demokrasi mengandung pengertian pemerintahan rakyat, yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk, rakyat.

Rakyat merupakan suatu kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu


melalui perjanjian masyarakat. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi memberikan haknya kepada untuk kepentingan bersama.
Penguasa dipilih dan ditentukan atas dasar kehendak rakyat melalui
perwakilan yang duduk di dalam pemerintahan. Pemerintah yang berkuasa
harus mengembalikan hak-hak sipil kepada warganya."

Pelopor teori kedaulatan rakyat


J.J. Rousseau, berpendapat ,bahwa negara dibentuk oleh kemauanrakyat
secara sukarela. Kemauan rakyat untuk membentuk negara itu disebut
kontrak sosial. Rousseau juga berpendapat bahwa negara yang terbentuk
melalui perjanjian masyarakat harus menjamin kebebasan dan
persamaan.

Montesquieu, beranggapan bahwa kehidupan bernegara dapat terptur


dengan baik, sebaiknya kekuasaan dibagi tiga, yaitu legislatif, eksekutif,
dan yudik'atif.

John Locke, berpendapat bahwa manusia mempunyai hak pokok, yaitu hak
hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik. Selain itu, John juga mengajarkan
asas-asas terbentuknya negara adalah sebagai berikut.
a) Pactum unionis, yakni perjanjian antar individu untuk mer.nbentuk negara;
b) Pactum subjectionis, yaitu perjanjian antara individu dengan negara yang
dibentuk itu. Artinya, individu memberikan mandat kepada negara atau
pemerintah selama pemerintah berdasarkan konstitusi atau undang-
undang negara.

Dalam negara yang menganut teori kedaulatan rakyat terdapat ciri-ciri


sebagai berikut.
a) Adanya lembaga perwakilan rakyat atau dewan perwakilan rakyat sebagai
badan atau majelis yang mewakili dan mencerminkan kehendak rakyat,
b) Untuk mengangkat dan menetapkan anggota majelis tersebut, pemilihan
dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu. Rakyat yang telah dewasa
secara bebas dan rahasia memilih wakil atau partai yang disenangi atau
dipercayai.
c) Kekuasaan atau kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badan perwakilan
rakyat, yang bertugas mengawasi pemerintah.
d) Susunan kekuasaan badan atau majelis itu ditetapkan dalam undang-
undang negara.

4) Teori Kedaulatan negara


Menurut teori kedaulatan negara, kekuasaan tertinggi terletak pada negara.
Sumber atau asal kekuasaan yang dinamakan kedaulatan itu ialah negara.
Negara sebagai lembaga tertinggi kehidupan suatu bangsa, dengan
sendirinya memiliki kekuasaan. Jadi, kekuasaan negara ialah kedaulatan
negara yang timbul bersamaan dengan berdirinya negara.
Teori kedaulatan negara yang bersifat absolut dan mutlak ini berdasarkan
pandangan bahwa negara adalah penjelmaan Tuhan. Hegel mengajarkan
bahwa negara dianggap suci karena sesungguhnya negara adalah
penjelmaan kehendak Tuhan. Negara mewarisi kekuasaan yang
bersumber dari Tuhan. Berdasarkan teori kedaulatan negara, pemerintah
adalah pelaksana tunggal kekuasaan negara. Teari ini dianggap sebagai
sebuah ajaran yang paling absolut sejak zaman Plato hingga Hitler-Stalin.
Negaralah yang menciptakan hukum dan negara tidak wajib tunduk pada
hukum. Namun karena negara abstrak, kekuasaan diserahkan kepada raja
atas nama negara. Peletak dasar teori kedaulatan negara, antara lain Paul
Laban, George Jellinek, dan Hegel.

5) Teori kedaulatan hukum


Teori kedaulatan hukum, yaitu paham yang tidak disetujui oleh paham
kedaulatan negara. Menurut teori kedaulatan hukum, kekuasaan tertinggi
dalam negara terletak pada hukum. Hal ini berarti, bahwa yang berdaulat
adalah lembaga atau orang yang berwenang mengeluarkan perintah atau
lara[lgan yang mengikat semua warga negara. Lembaga yang dimaksud
adalahpemerintah dalam arti luas. Di Indonesia, lembaga itu adalah
presiden bersama para menteri sebagai pembantunya dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Di Inggris, lembaga itu adalah raja bersama
parlemen.

Berdasarkan pemikiran teori ini, hukum membimbing kekuasaan


pemerintahan. Yang dimaksud dengan hukum menurut teori ini ialah
hukum yang tertulis (undang-undang dasar negara dan peraturan
perundangan lainnya) dan hukum yang tidak tertulis (convensi). Pelopor
teori kedaulatan hukum, antara lain Immanuel Kant, H. Krable, dan Leon
Dubuit.
Tokoh Kebangkitan Nasional dalam Perjuangan Kemerdekaan
Republik Indonesia

1. Wahidin Sudirohusodo
Wahidin Sudirohusodo adalah seorang tokoh pencetus ide lahirnya Budi
Utomo 1908. Beliau lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Mlati, Sleman,
Yogyakarta dan wafat pada tanggal 26 Mei 1917 dan dimakamkan di Mlati,
Sleman, Yogyakarta. Semasa hidupnya, tahun 1895 bersama rekan-
rekannya mendirikan Surat Kabar dua bahasa (Jawa dan Melayu) Retno
Dumilah di Yogyakarta. Pada tahun 1906 sampai sdengna 1907 giat
melaksanakan perjalanan mengumpulkan Studiefonds (Dana Pendidikan)
bagi penduduk pribumi. Setelah bertemu dengan Sutomo berpadulah
gagasan mereka yang teraktualisasi dengan berdirinya organisasi Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini akhirnya menjadi pioner
terhadap bangkitnya kesadaran nasional sehingga setiap tanggal 20 Mei
diperingati sebagai hari kebangkitan nasional hingga sekarang.Wahidin
Sudirohusodo beristri seorang wanita Betawi yang bernama Anna. Dari
perkawinannya lahirlah dua orang anak. Salah satunya bernama Abdullah
Subroto yang kemudian menurunkan Sujono Abdullah dan Basuki Abdullah
(keduanya pelukis).

Sebagai akibat politik etis yang didalamnya terkandung usaha memajukan


pengajaran maka pada dekade pertama abad XX bagi anak-anak Indonesia
masih mengalami hambatan kekurangan dana belajar. Keadaan yang
demikian menimbulkan keprihatinan dr. Wahidin Sudirohusodo untuk dapat
menghimpun dana itu maka pada tahun 1906-1907 melakukan
propraganda keliling Jawa. Perjalanan keliling Jawa ini dilakukan dalam
rangka menganjurkan perlunya perluasan pengajaran sebagai salah satu
langkah untuk memajukan kehidupan rakyat. Anjurannya itu dapat
terealisasi tidak hanya bergantung kepada pemerintah Hindia Belanda,
tetapi juga dapat terealisasinjika bangsa Indonesia juga mau berusaha
sendiri dengan cara membentuk studiefonds atau dana pelajar yang
hasilnya akan digunakan untuk membantu para pelajar yang pandai tetapi
kurang mampu untuk dalam hal biaya. Dalam tperjalanan kelilingnya itu
akhirnya pada tahun 1907 sampai di Jakarta dan bertemu dengan para
pelajar Stovia (Sekolah Dokter Pribumi). Disitulah Wahidin bertemu dengan
pemuda Sutomo dan berbincang-bincang tentang nasib rakyat yang masih
kurang mendapat perhatian di bidang pendidikan. Sejak itu rupanya
tumbuh pemikiran dalam diri Sutomo untuk melanjutkan cita-cita Wahidin
Sudirohusodo. Dari sinilah muncul gagasan untuk mendirikan suatu
organisasi.

Dr Wahidin Sudirohusodo adalah salah satu pelopor pergerakan nasional,


pendiri organisasi Boedi Utomo dan tokoh yang memberi inspirasi terhadap
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Gagasan penting yang mewarnai
perjuangan pergerakan nasional adalah memprakarsai organisasi yang
bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa.
Diantara itu, dia juga mengemukakan gagasan tentang strategi perjuangan
kemerdekaan yaitu dengan mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui
pendidikan, mengabdikan pengetahuannya sebagai dokter yang
memberikan layanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat dan
memperluas pendidikan dan pengajaran dan memupuk kesadaran
kebangsaan.

2. Dr. Sutomo
Dokter Sutomo yang semula bernama Subroto kemudian berganti nama
menjadi Sutomo lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, pada tangggal 30 Juli
1888. Pada waktu belajar di Stovia (Sekolah Dokter) ia sering bertukar
pikiran dengan pelajar-pelajar laintentang penderitaan rakyat akibat
penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin untuk memajukan
pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa dari
penjajahan, pada tanggal 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan
Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Sutomo
diangkat menjadi ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan
pengajaran dan kebudayaan.

Setelah lulus dari Stovia tahun 1911, Sutomo bertugas sebagai dokter,
mula-mula di Semarang, sesudah itu ia dipindahkan ke Tuban. Dari Tuban
dipindahkan ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang.
Waktu bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah
Magetan. Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. Ia
semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung
dapat membantu mereka. Sebagai dokter, Sutomo tidak menetapkan tarif.
Adakalanya si pasien dibebaskan dari pembayaran.

Kesempatan memperdalam pengetahuan di negeri Belanda diperoleh dr.


Sutomo pada tahun 1919. Setibanya kembali di tanah air, ia melihat
kelemahan yang ada pada Budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri
partai politik. Karena itu, diusahakannya agar Budi Utomo bergerak
dibidang politik dan keanggotaannya terbuka buat seluruh rakyat.

Pada tahun 1924 Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang
merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan
sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931
ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah
pimpinan Sutomo PBI cepat berkembang. Sementara itu, tekanan-tekanan
dari pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras.
Karena itu, pada bulan Desember 1935 Budi Utomo dan PBI digabungkan
menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Sutomo
diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia
merdeka.

Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo giat pula di
bidang kewartawanan dan memimpin beberapa buah surat kabar. Ia
meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938 dan dimakamkan
disana. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657
Tahun 1961, tanggal 27 Desember 1961, ia diangkat menjadi Pahlawan
Kemerdekaan Nasional.

3. Dr. Cipto Mangunkusumo


Cipto Mangunkusumo dilahirkan di Desa Pecagakan, Jepara. Ia adalah
putera tertua dan Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam
struktur masyarakat Jawa yang bekerja sebagai guru. Meskipun demikian,
Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang
tinggi. Ketika menempuh pendidikan di STOVIA, Cipto dinilai sebagai
pribadi yang jujur, berpikiran tajam, dan rajin. Para guru menjuluki Cipto
sebagai een begaald leerling atau murid yang berbakat. Cipto juga
dengan tegas memperlihatkan sikapnya. Ia membuat tulisan-tulisan pedas
mengkritik Belanda di harian De locomotive dan Bataviaasch Nieuwsblad
sejak tahun 1907. Setelah lulus dari STOVIA, beliau bekerja sebagai dokter
pemerintah kolonial Belanda yang ditugaskan di Demak. Sikapnya yang
tetap kritis melalui berbagai tulisan membuatnya kehilangan pekerjaan.

Cipto Mangunkusumo menyambut baik kehadiran Budi Utomo sebagai


bentuk kesadaran pribumi akan dirinya. Ia menginginkan Budi Utomo
sebagai organisasi politik yang harus bergerak secara demokratis dan
terbuka bagi semua rakyat Indonesia. Hal ini menimbulkan perbedaan
antara dirinya dan pengurus Budi Utomo lainnya. Cipto Mangunkusumo lalu
mengundurkan diri dan membuka praktek dokter di Solo, ia pun
mendirikan R.A. Kartini Klub yang bertujuan memperbaiki nasib rakyat.

Ia kemudian bertemu Douwes Dekker dan bersama Suwardi Suryaningrat


mereka mendirikan Indische Partij pada tahun 1912. Cipto selanjutnya
pindah ke Bandung dan aktif menulis di harian De Express. Menjelang
perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dan Perancis, Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi mendirikan Komite Bumiputera sebagai reaksi
atas rencana Belanda merayakannya di Indonesia.

Aksi Komite Bumi Putera mencapai puncaknya pada 19 Juli 1913, ketika
harian De Express menerbitkan artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul
Ais ik Nederlands Was (Andaikan Saya Seorang Belanda). Cipto kemudian
menulis artikel yang mendukung Suwardi keesokan harinya. Akibatnya, 30
Juli 1913 Cipto Mangunkusumo dan Suwardi dipenjara. Melihat kedua
rekannya dipenjara, Douwes Dekker menulis artikel di De Express yang
menyatakan bahwa keduanya adalah pahlawan. Pada 18 Agustus
1913, Cipto Mangunkusumo bersama Suwardi Suryaningrat dan Douwes
Dekker dibuang ke Belanda.

Selama di Belanda, kehadiran mereka membawa perubahan besar


terhadap Indische Vereeniging, sebuah organisasi mahasiswa Indonesia di
Belanda yang semula bersifat social menjadi lebih politis. Konsep Hindia
bebas dari Belanda dan pembentukan sebuah negara Hindia yang
diperintah rakyatnya sendiri mulai dicanangkan oleh Indische Vereeniging.
Oleh karena alasan kesehatan, pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo
diperbolehkan pulang kembali ke Jawa dan sejak saat itu dia bergabung
dengan Insulinde. Pada 9 Juni 1919 Insulinde mengubah nama menjadi
Nationaal-Indische Partij (NIP).
Pada tahun 1918, Pemerintah Hindia Belanda membentuk Volksraad
(Dewan Rakyat). Cipto Mangunkusumo terpilih sebagai salah satu anggota
oleh gubernur jenderal Hindia Belanda mewakili tokoh yang kritis. Sebagai
anggota Volksraad, sikap Cipto Mangunkusumo tidak berubah. Melihat
kenyataan itu, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 mengusir Cipto
Mangunkusumo ke luar Jawa. Cipto kemudian dibuang lagi ke Bandung
dan dikenakan tahanan kota. Selama tinggal di Bandung, Cipto
Mangunkusumo kembali membuka praktek dokter dengan bersepeda ke
kampung-kampung. Di Bandung pula Cipto Mangunkusumo bertemu
dengan kaum nasionalis yang lebih muda, seperti Sukarno yang pada
tahun 1923 membentuk Algemeene Studie Club. Pada tahun 1927
Algemeene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Meskipun Cipto tidak menjadi anggota resmi dalam Algemeene Studie Club
dan PNI, Cipto tetap diakui sebagai penyumbang pemikiran bagi generasi
muda, termasuk oleh Sukarno.

Pada tahun 1927, Belanda Menganggap Cipto Mangunkusumo terlibat


dalam upaya sabotase sehingga membuangnya ke Banda Neira. Dalam
pembuangan, penyakit asmanya kambuh. Ketika Cipto Mangunkusumo
diminta untuk menandatangani suatu perjanjian bahwa dia dapat pulang
ke Jawa untuk berobat dengan melepaskan hak politiknya, Cipto secara
tegas mengatakan bahwa lebih baik mati di Banda. Cipto kemudian
dipindahkan ke Makasar, lalu ke Sukabumi pada tahun 1940. Udara
Sukabumi yang dingin Ternyata tidak baik bagi kesehatan beliau sehingga
dipindahkan lagi ke Jakarta hingga Dokter Cipto Mangunkusumo wafat
pada 8 Maret 1943.

Anda mungkin juga menyukai