Anda di halaman 1dari 10

Nama : Maswin Saragi

NIP : 200001042022031004

UPT : Penjaga Tahanan Lapas Kelas IIA Labuhan Ruku

Gelombang :3

Angkatan : 86

Kelompok : II

Absen : 18

RINGKASAN MATERI MODUL AGENDA 1

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku bela negara dalam suatu kesiapsiagaan yang mencerminkan
sehat jasmani dan mental menghadapi dalam menjalankan tugas jabatan PNS
profesional pelayan masyarakat.
1. Modul I (Wawasan Kebangsaan Bela Negara)
Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para
pendiri bangsa (founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan nasional,
kesepakatan-kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hinggga
menghasilkan 4 (empat) consensus dasar serta n Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat pemersatu, identitas,
kehormatan dan kebanggaan bersama.
 Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
 Kepentingan nasional adalah bagaimana mencapai tujuan nasional. Setiap
ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,
dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan.
Agar kepentingan bangsa dan Negara dapat selalu ditempatkan di atas
kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, melalui;

(1) Memantapkan wawasan kebangsaan.


(2) Menumbuhkembangkan kesadaran bela Negara.
(3) Mengimplementaskani Sistem Administrasi NKRI.
 Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri
bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national
system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.
 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara ;
(1) Pancasila
(2) Undang-Undang Dasar 1945
(3) Bhinneka Tunggal Ika
(4) Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai Ancaman.
 Nilai Dasar Bela Negara;
(1) cinta tanah air;
(2) sadar berbangsa dan bernegara;
(3) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
(4) rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
(5) kemampuan awal Bela Negara.
 Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan,
pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna
menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar
Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara diselenggarakan di lingkup:
pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.
 Pada awal masa kemerdekaan, perubahan sistem administrasi negara di
Indonesia masih dalam keadaan darurat, karena adanya transisi
pemerintahan. Sehingga Bangsa Indonesia berusaha sebisa mungkin untuk
membentuk piranti–piranti yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraaan
negara sebagai suatu negara yang berdaulat.
 pada masa UUDS 1950, administrasi negara tidak dapat tumbuh dalam suatu
wadah yang penyelenggaraan negaranya tidak mengindahkan norma-norma
hukum dan asas-asas hukum yang hidup berdasarkan falsafah hukum atau
ideologi, yang berakar kepada faham demokrasi dan berorientasi kepada
penyelenggaraan kepentingan masyarakat.
 Indonesia adalah melting pot atau tempat meleburnya berbagai keragaman
yang kemudian bertransformasi menjadi identitas baru yang lebih besar
bernama Indonesia.
 Indonesia adalah konstruksi masyarakat modern yang tersusun dari kekayaan
sejarah, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan ideologi yang tersebar di bumi
nusantara.
 Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling
menonjol ialah sebagai berikut:
(1) Perasaan senasib.
(2) Kebangkitan Nasional
(3) Sumpah Pemuda
(4) Proklamasi Kemerdekaan
 Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa.
(1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika
(2) Prinsip Nasionalisme Indonesia
(3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
(4) Prinsip Wawasan Nusantara
(5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita
Reformasi.
 Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya,
nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman
pada masa Hitler.
 Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara
sendiri dan menggap semua bangsa sama derajatnya.
 Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme
Indonesia:
(1) Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni
nusantara
(2) Mengembangka sikap toleransi
(3) Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa
Indonesia
 Empat hal yang harus kita hidari dalam memupuk sermangat nasionalisme
adalah:
(1) Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
(2) Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
(3) Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara
kalua perlu dengan kekerasan dan senjata.
(4) Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah
sendiri.
 Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar negara
sebagaimana diuraikan terdahulu, dengan demikian Pancasila menjadi
idiologi negara. Artinya, Pancasila merupakan etika sosial, yaitu seperangkat
nilai yang secara terpadu harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
 Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
(1) Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
(2) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
(3) Mempeerat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Modul 2 (Analisis Isu Kontenporer)
Konsepsi perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis
kontemporer sebagai wawasan strategis PNS dengan menyadari pentingnya
modal insani, dengan menunjukkan kemampuan berpikir kritis dalam
menghadapi perubahan lingkungan strategis dalam menjalankan tugas jabatan
sebagai PNS professional pelayan masyarakat. Menjadi PNS professional juga
harus mengambil tanggung jawab, menunjukkan sikap mental positif,
mengutamakan keprimaan, menunjukkan kompetensi dan memegang teguh kode
etik. Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari
perjalanan peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan
lingkungan strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu
perubahan, dan bagaimana konsep perubahan dimaksud. Untuk itu, mari
renungkan pernyataan berikut ini …“perubahan itu mutlak dan kita akan jauh
tertinggal jika tidak segera menyadari dan berperan serta dalam perubahan
tersebut”.
Perubahan Lingkungan Strategis Ditinjau dari pandangan Urie
Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level lingkungan strategis yang
dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai
bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat
pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).
a) Modal dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis
 Modal intelektual (pengembangan SDM)
 Modal Emosional (Kecerdasan emosional)
 Modal Sosial (Jaringan kerjasama)
 Modal Ketabahan
 Modal etika dan moral
 Modal kesehatan
b) Isu-isu strategis kontemporer
 Korupsi
Pemahaman tentang tindak pidana korupsi tertuang dalam UU No 31
Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
 Narkoba, psikotropika dan zat adiktif
 Terorisme
Pencegahan tindak pidana terorisme antara lain kesiapsiagaan nasional,
kontra radikalisme dan deradikalisme.Kesiapsiaagaan menghadapinya yaitu
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur,
perlindungan dan peningkatan sarana dan prasarana, pengembangan kajian
terorisme dan pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme
 Money laundering
Atau dalam bahasa Indonesianya adalah proses pencucian uang. Proses
pencuian uang ini dilakukan dengan menggunakan jasa keuangan sebagai
tindak pidana ada sejak tahun 1980 dan sudah menjadi masalah negara-
negara maju.
 Proxy War
Memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power
dalam mencapai kepentingan nasional oleh negara-negara besar. Biasanya
tujuannya adalah untuk mematikan kesadaran suatu bangsa dengan cara
menghilangkan identitas suatu bangsa atau ideology atau keyakinan dari
sebuah bangsa.
 Kejahatan mass communication (Cyber crime, hate speech, dan hoax)
c) Teknik analisis isu
 Isu Kritikal (Current isuue, Emerging Issue, dan Isu Potensial)
 Issue Scan (Media scaning, existing data, knowledgeable others, public and
private organization, dan public at large)
 Analisis SWOT ( Strengths, weaknesess, opportunities, dan threats.)

3. Modul III (Bela Negara)


a) Konsep Kesiagaan Bela Negara
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata
kesiapsiagaan yang berasal dari kata:Samapta, yang artinya: siap siaga atau
makna lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat
diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama dengan makna
kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang artinya
siap siaga. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan
merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam.
Selanjutnya konsep bela negara menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal
dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong
serta melepaskan dari bahaya.
Sedangkan beberapa ahli memberikan konsep Negara sebagai berikut:
 Professor R. Djokosoetono Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
 Logemann, Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan
kelompok manusia yg kemudian disebut bangsa.
 Robert M. Mac. Iver, Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara
ketertiban dalam masyarakat berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa.
 Max Weber, Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli
dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
 Hegel, Negara individu merupakan organisasi kesusilaan yang timbul
sebagai sintesis antara kemerdekaan dengan kemerdekaan universal.
 Rousseau, kewajiban negara adalah memelihara kemerdekaan individu dan
menjaga ketertiban kehidupan manusia.
 George Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu
 Menurut George H. Sultou, Negara adalah alat atau wewenang yang
mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Menurut Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul
karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa bela negara adalah
adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan secara
ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi
oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945,
yakni: Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat
(1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Dari uraian diatas dapat ditarik
keseimpulan bahwa Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga
yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam
menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan
sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa
raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat,
dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
b) Kesiapsiagan Bela Negara Dalam Latsar Cpns
Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang
disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental untuk mendukung
pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita cita
kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah
kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa,
olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di
dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan
baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat,
dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
Aplikasi kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS selanjutnya juga
termasuk pembinaan pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan pembinaan
dan latihan ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan
berhubungan dengan kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan, tugas, dan
tanggungjawab, serta hak dan kewajiban PNS di berbagai lini dan sektor
pekerjaan yang bertugas diseluruh wilayah Indonesia dan dunia. Selain hal
tersebut diatas, pelaksanan kesiapsiagaan bela negara PNS dalam modul ini juga
akan memberikan pembinaan, pemahaman, dan sekaligus praktek latihan aplikasi
dan impelementasi wawasan kebangsaan dan analisis stratejik yang meliputi
analisis inteilijen dasar dan pengumpulan keterangan yang akan sangat berguna
dalam berbagai permasalahan yang sering terjadi di lingkungan birokrasi, baik
permasalahan yang sifatnya internal maupun eksternal.
Akhirnya, aplikasi dari latihan kesiapsiagaan Bela Negara ini juga akan
menjadi modal penguatan jasmani, mental dan spiritual dalam pelaksaaan tugas
CPNS yang memiliki fungsi utama sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, dan sebagai perekat dan pemersatu Negara bangsa dari segala Ancaman,
Ganguan, Hambatan, dan Tantangan (AGHT) baik dari dalam maupun luar
negeri. Sehingga, setiap Calon Pegawai Negeri Sipil dapat selalu siap dan
memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh karena itu setiap CPNS diharapkan
selalu membawa motto “melayani untuk membahagiakan” dimanapun dan dengan
siapapun mereka bekerja, dalam segala kondisi apapun serta kepada siapapun
mereka akan senantiasa memberikan pelayanan terbaik dan profesional yang
merupakan implementasi kesiapsiagaan Bela Negara. Perilaku kesiapsiagaan akan
muncul bila tumbuh keinginan CPNS untuk memiliki kemampuan dalam
menyikapi setiap perubahan dengan baik. Berdasarkan teori Psikologi medan yang
dikemukakan oleh Kurt Lewin (1943) kemampuan menyikapi perubahan adalah
hasil interaksi faktor-faktor biologis-psikologis individu CPNS, dengan faktor
perubahan lingkungan (perubahan masyarakat, birokrasi, tatanan dunia dalam
berbagai dimensi).
CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan
memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka CPNS akan mampu mengatasi segala
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun
dari luar. Sebaliknya jika CPNS tidak memiliki kesiapsiagaan, maka akan sulit
mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan ganguan (ATHG) tersebut. Oleh
karena itu melalui Pelatihan Dasar CPNS ini, peserta diberikan pembekalan
berupa pengetahuan/kesadaran dan praktek internalisasi nilai- nilai berbagai
kegiatan kesiapsiagaan. Untuk pelatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS
ada beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau
tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang dihadapi bangsa negara
Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya dengan barita gossip
yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-
obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi
ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Untuk melakukan bela negara, diperlukan suatu kesadaran bela negara.
Dikatakan bahwa kesadaran bela Negara itu pada hakikatnya adalah kesediaan
berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai
dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal
ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup didalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sebagaimana tercantum dalam
Modul I Pelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai- Nilai
Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
 Cinta Tanah Air;
 Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
 Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
 Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
 Memiliki kemampuan awal bela negara.
 Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman
sekarang di berbagai lingkungan:
 Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
 Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
 Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
 Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
 Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
 Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
 Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
 Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu kegiatan
bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau kegiatan
semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa
kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati),
menjaga asset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu ada
beberapa kegiatan yang bersifat fisik dalam rangka menunjang
kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran sifik saja. Oleh sebab itu maka
dalam pelaksanaan pelatihan dasar bagi CPNS, peserta akan dibekali
dengan kegiatan-kegiatan danlatihan- latihan seperti:
 Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
 Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
 Kegiatan Baris-berbaris dan Tata Upacara;
 Keprotokolan;
 Pemahaman Dasar Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul
Keterangan;
 Kegiatan Ketangkasan dan Permainan dalam Membangun Tim;
 Kegiatan Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara (ASBN);
 Membuat dan melaksanakan Rencana Aksi.
c) Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka
dapat diambil manfaatnya antara lain:
 Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
 Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesame rekan
seperjuangan.
 Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
 Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotism sesuai dengan
kemampuan diri.
 Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok
dalam materi Team Building.
 Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
 Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
 Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
 Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak
disiplin.
 Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

d) Keterkaitan Modul 1, Modul 2 Dan Modul 3


Ketiga Modul Bela Negara, pada dasarnya menjadi satu kesatuan yang
utuh, karena Modul1, Modul 2 dan Modul 3 saling terkait satu dengan yang
lainnya. Di dalam Modul 1 yang membahas tentang Wawasan Kebangsaan dan
Nilai-Nilai Dasar Bela Negara, modul ini akan membuka pandangan para peserta
Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan Bela Negara untuk memahami bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai pulau besar dan kecil yang berjajar dari
Sabang sampai Merauke, dan nilai-nilai untuk memahami arti Bela Negara.
Modul 2 dikenalkan dengan berbagai isu kontemporer dan cara untuk melakukan
analisis isu strategis kontemporer yang terjadi di zaman sekarang dan paling hit
dan hot yang terjadi secara riil di lingkungan masyarakat Indonesia saat ini
(Zaman Now). Dengan telah memahami wawasan kebangsaan dan nilai- nilai bela
negara diharapkan dalam menghadapi perubahan lingkungan pada zaman
sekarang sudah dapat memilah dan memilih perubahan lingkungan yang seperi
apa yang cocok dan sesuai dengan nilai-nilai dasar Pegawai Negeri Sipil,
sebagaimana di amanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN).
Selanjutnya untuk mempelajari dan mempraktekkan kedua modul 1 dan 2,
maka disusunlah Modul 3 tentang Kesiapsiagaan Bela Negara. Didalam modul 3
ini dikenalkan bagaimana cara mendisiplinkan diri sendiri dengan baris berbaris,
tata upacara dan protokol, kegiatan-kegiatan ini sebagai sarana untuk
mendisiplinkan diri termasuk dalam menghadapi perubahan lingkungan. Selain itu
dalam modul 3 ini juga dikenalkan kesiapsiagaan dan kesehatan jasmani dan
mental, ini dikenalkan untuk menghadapi hal-hal yang terjadi maka diperlukan
jasmani dan mental yang kuat dalam menangkal hal-hal yang buruk yang sangat
cepat mengalir ke Indonesia. Beberapa latihan ketangkasan lainnya juga
diperkenalkan baik dalam berlatih kepemimpinan, kerjasama, dan berlatih
mengasah ide pemikiran dan prakarsa dengan menggunakan berbagai metode
pembelajaran di alam terbuka dan lebih ditekankan pada aspek fisik. Sedangkan
untuk dapat melaporkan kegiatan yang dilakukan oleh para peserta Latsar CPNS
dalam berlatih dikenalkan pula dengan latihan intilijen awal untuk menyaring
informasi yang benar dan layak diteruskan atau dilaporkan kepada pimpinan dan
rekan kerja dan dapat memilih mana informasi yang cukup disimpan saja, dan
dibekali pula dengan ilmu dan latihan membuat telaahan staf atau badan
pengumpul keterangan atau yang disebut Bapulket melalui alat 5W + 1 H,sebagai
implementasi dari kewaspadaan dini, maka lengkaplah Bela Negara untuk peserta
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Saran Dan Masukan Dalam Penyempurnaan Modul :


a) Modul ditambahkan dengan masalah terbaru yang terjadi di zaman
sekarang ini
b) Modul ditambahkan dengan video animasi atau video kejadian
sebenarnya
c) Dalam modul disertakan konsep atau bagan materi untuk mudah di
kuasai si pembaca
d) Adanya tambahan gambar ataupun sejenisnya
e) Adanya evaluasi per tiap modul
f) Bahasa dalam modul supaya lebih sederhana dan mudah di pahami si
pembaca

Anda mungkin juga menyukai