Anda di halaman 1dari 14

Tugas Meringkas

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA


NEGARA, ANALISIS ISU KONTEMPORER SERTA
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

HENDRO KRISTIAN

SIGALINGGING ANGKATAN 86

KELOMPOK IV

NO. ABSEN 32

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA PANCUR

BATU SUMATERA UTARA

2022
Wawasan Kebangsaan Dan Nilai-Nilai Bela Negara

A. Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Ada 4 Konsesus dasar berbangsa dan bernegara, Yaitu

1. Pancasila
2. Undang-undang dasar 1945
3. Bhineka Tunggal ika
4. Negara kesatuan Republik Indonesia

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa,
dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi
kebudayaan yan berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam
keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
B. Nilai-nilai Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman. Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan
perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun
kolektif, secara epistemologis fakta-fakta sejarah membuktikan bahwa bela
Negara terbukti mampu menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sementara secara
aksiologis bela Negara diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Nilai dasar Bela Negara meliputi :
a) cinta tanah air
Indikator cinta tanah air.
1. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang
wilayahIndonesia.
2. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
3. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
4. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
5. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
6. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
b) sadar berbangsa dan bernegara
Indikator sadar berbangsa dan bernegara
1. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupun politik.
2. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ikut serta dalam pemilihan umum.
4. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
5. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
c) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa.
1. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
2. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
4. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
5. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
d) rela berkorban untuk bangsa dan negara
Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
1. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara.
2. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
3. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa
dan negara.
4. Gemar membantu sesama warga negara yang
mengalami kesulitan.
5. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia.
e) kemampuan awal Bela Negara. Indikator
kemampuan awal Bela Negara.
1. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta
intelijensia.
2. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
3. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Gemar berolahraga.
5. Senantiasa menjaga kesehatannya.
Analisis Isu Kontemporer

Pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus
kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena
tersebut menjadikan pentingnya mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-
isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham
radikalisme/terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi
masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu
yang akan diuraikan berikut ini.

1. Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”
(Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Kata “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin
yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan,
keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang
buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Pada
dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:
a. Faktor Individu
 Sifat tamak,
 Moral yang lemah menghadapi godaan
 Gaya hidup yang konsumtif
b. Faktor Lingkungan
 Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
 Aspek ekonomi
 Aspek politis
 Aspek organisasi

2. Narkoba
Pengertian narkotika adalah zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
membedakan narkotika ke dalam tiga golongan yaitu (RI, 2009):
 Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan
untuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu. 2.
Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain,
pasta kokain, daun koka
 Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
dan berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh
morfin dan petidin
 Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh kodein.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan ke dalam empat golongan,
yaitu (RI, 2009):
 Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak untuk terapi serta sangat berpotensi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh ekstasi, LSD
 Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan
kesehatan serta berpotensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh amfetamin, shabu, metilfenidat atau
ritalin
 Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan
serta berpotensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh
pentobarbital, flunitrazepam
 Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
untuk pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh diazepam,
bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan
nitrazepam.

Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika
dan psikotropika meliputi

 Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang


berpengaruh menekan susunan saraf pusat
 Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas
mesin, yang sering disalahginakan seperti lem,thinner, cat kuku
dll
 Tembakau, dan lain-lain

3. Terorisme dan Radikaslisme


Kata “teroris” dan terorisme berasal dari kata latin “terrere” yang
kurang lebih berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Kata teror juga
bisa menimbulkan kengerian akan tetapi sampai dengan saat ini belum
ada definisi terorisme yang bisa diterima
secara universal. Pada dasarnya istilah terorisme merupakan sebuah
konsep yang memiliki konotasi yang sensitif karena terorisme
mengakibatkan timbulnya korban warga sipil yangtidak berdosa.
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a
concerted attempt to change the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian
ini mengidentikan term radikal dengan nuansa yang politis, yaitu kehendak
untuk mengubah kekuasaan. Istilah ini mengandung varian pengertian,
bergantung pada perspektif keilmuan yang menggunakannya. Dalam studi
filsafat, istilah radikal berarti “berpikir secara mendalam hingga ke akar
persoalan”. Istilah radikal juga acap kali disinonimkan dengan istilah
fundamental, ekstrem, dan militan. Istilah ini berkonotasi ketidaksesuaian
dengan kelaziman yang berlaku. Istilah radikal ini juga seringkali
diidentikkan dengan kelompok-kelompok keagamaan yang
memperjuangkan prinsip-prinsip keagamaan secara mendasar dengan cara
yang ketat, keras, tegas tanpa kompromi.

4. Money Loundry
Definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan
upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau
harta kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan
tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah. dampak negatif
pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam delapan poin
sebagai berikut, yakni:
 merongrong sektor swasta yang sah
 merongrong integritas pasar-pasar keuangan
 hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi
 timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi
 hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak
 risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi
 merusak reputasi negara
 menimbulkan biaya sosial yang tinggi.

5. Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan
saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor
negara maupun aktor non negara. Kepentingan nasional negara negara
besar dalam rangka struggle for power dan power of influence
mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan
menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai
tujuannya. Disparitas atau kesenjangan yang signifikan dalam kekuatan
militer konvensional negara-negara yang berperang mungkin memotivasi
pihak yang lemah, untuk memulai atau meneruskan konflik melalui
negara-negara sekutu atau aktor-aktor non-negara. Situasi semacam itu
muncul selama konflik Arab-Israel, yang berlanjut dalam bentuk
serangkaian perang proksi.

6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech,Dan Hoax)


Cyber Crime adalah berbagai macam akses ilegal terhadap suatu
transmisi data, dengan kata lain, kejahatan siber merupakan aktivitas yang
tidak sah pada suatu sistem komputer atau masuk dalam kategori tindak
kejahatan di dunia maya.
Hate speech adalah ucapan penghinaan/kebencian yang merupakan
tindakan komunikasi yang dilakukan oelh suatu individu atau kelompok
dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau
kelompok lain dalam hal berbagai aspek seperti ras,warna kulit, etnis,
gender,cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama dan lain-lain.
Hoax adalah berita bohong yang merupakan informasi sesungguhnya
yang tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar adanya.
Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara
ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi
oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Rumusan 5 Nilai Bela Negara

 Rasa Cinta Tanah Air


 Sadar Berbangsa dan Bernegara
 Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara
 Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
 Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara

1. Kesahatan jasmani dan mental


Kesehatan jasmani mempunyai fungsi yang penting dalam menjalani aktifitas
sehari-hari. Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang, semakin meningkat
daya tahan tubuh sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja yang
diberikan. Kesehatan jasmani dapat dibantu dengan pola hidup yang sehat
 Makan sehat
 Aktifitas sehat
 Berpikir sehat
 Lingkungan sehat
 Istirahat sehat
Kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu sebabnya,
salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan memelihara
kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak (normal
brain). Dengan mempertimbangkan sifat neuroplastisitas otak, dimana otak
dan lingkungan bisa saling pengaruh memengaruhi maka kesehatan otak
dapat dibangun melalui kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual.

2. Kesiapsiagaan jasmani dan mental


Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
Komponen penting dalam kesiapsiagaa jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar
yang harus dimiliki untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu baik
ringan atau berat secara fisik dengan baik dengan menghindari efek cedera
dan atau mengalami kelelahan yang berlebihan. Istilah “mensana in
corporesano” artinya: didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.
Berdasarkan istilah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki
kesiapsiagaan jasmani yang baik sebagai upaya menjaga kebugaran PNS,
maka disaat yang sama Anda akan memperoleh kebugaran mental atau
kesiapsiagaan mental, atau dapat dikatakan sehat Jasmani dan Rohani.
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan)
nya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti
menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan
masyarakat. Anda dapat dikatakan telah memiliki kesiapsiagaan mental, jika
Anda mampu menerima dan berbagi rasa aman, kasih sayang, kebahagiaan,
dan rasa terima oleh orang lain dalam melakukan berbagai aktivitas.
3. Etika, Etiket dan Moral
 Etika
Secara Etimologi Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno dalam
bentuk tunggal yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat
kebiasaan (custom). Ethos mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan bentuk jamaknya yaitu “Ta
etha”, berarti adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-
belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika
mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan (Bertens dalam Erawanto, 2013).

 Etiket
Etiket sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan
tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan
sesama manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat
diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan baik, dan saling
memahami antara satu dengan yang lain.

 Moral
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan
atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Saran dan Masukan untuk penyempurnaan Modul

Modul menjelaskan dengan detail dan lengkap serta pengunaan bahasa indonesia
yang baik dan benar.

Saran dan masukan saya:

 agar modul disertai gambar ataupun warna agar lebih menarik.


 Agar menimalisir jumlah halaman modul.

Anda mungkin juga menyukai