Anda di halaman 1dari 18

Nama Lengkap : Kade Ngurah Dwi Putra Negara, S.Ft.

, Ftr
NIPPPK : 199211062023211001
Jabatan : Ahli Pertama - Fisioterapis
Instansi : RSUD Bali Mandara

Agenda I : Sikap Perilaku Bela Negara


Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi
akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. 4 Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara :
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan :

1. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera


Negara adalah Sang Merah Putih.
2. Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara.
3. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditulis di atas
pita yang dicengkeram oleh Garuda.
4. Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perorangan maupun kolektif dalam me jaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara
dari berbagai ancaman. Hari Bela Negara ditetapkan setiap tanggal 19 Desember berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006, dengan nilai-nila dasar Bela
Negara, meliputi : Cinta tanah air, Sadar berbangsa dan bernegara, Setia pada Pancasila
sebagai ideologi negara, Rela berkorban untuk bangsa dan negara, Kemampuan awal Bela
negara.
Analisis Isu Kontemporer
Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas
dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri
Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi Indonesia
dalam percaturan global belum memuaskan. Fungsi dan tugas PNS berdasarkan Undang-
Undang :

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian


sesuai dengan peraturan perundang- undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

1
Beberapa persyaratan menjadi PNS yang profesional : mengambil tanggung jawab,
menunjukkan sikap mental positif, mengutamakan keprimaan, menunjukkan kompetensi,
memegang teguh kode etik. Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017)
ada empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional
(Society), dan Dunia (Global). Modal insani dalam menghadapi perubahan lingkungan
strategis : (1) modal intelektuaal, (2) modal emosional, (3) modal sosial, (4) modal ketabahan
(adversity), (5) modal etika/moral, (6) modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani.
Korupsi
Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat
disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan
sebagai perbuatan yang buruk seperti : penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai
penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi
atau orang lain.
Di Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani dan Romawi Kuno korupsi adalah masalah
serius. Pada zaman kekaisaran Romawi Hammurabi dari Babilonia yang naik tahta sekitar
tahun 1200 SM telah memerintahkan seorang Gubernur provinsi untuk menyelidiki perkara
penyuapan. Shamash, seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 sebelum Masehi) bahkan
tercatat pernah menjatuhkan pidana kepada seorang hakim yang menerima uang suap.
Sejarah juga mencatat korupsi di Cina kuno, Han Su karya Pan Ku menceritakan bahwa pada
awal berdirinya dinasti Han (206 SM) masyarakat menghadapi kesulitan pangan, sehingga
menyebabkan setengah dari jumlah penduduk meninggal dunia. Penjelasan korupsi di
Indonesia dibagi dalam dua fase, yaitu: fase pra kemerdekaan (zaman kerajaan dan
penjajahan) dan fase kemerdekaan (zaman orde lama, orde baru, dan orde reformasi hingga
saat ini). Buku History of Java karya Rafles (1816) menyebutkan karakter orang jawa sangat
"nrimo" atau pasrah pada keadaan, namun memiliki keinginan untuk dihargai orang lain,
tidak terus terang, menyembunyikan persoalan dan oportunis. Bangsawan Jawa gemar
menumpuk harta dan memelihara abdi dalem hanya untuk kepuasan, selalu bersikap manis
untuk menarik simpati raja atau sultan, perilaku tersebut menjadi embrio lahirnya generasi
opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa yang korup.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
beserta revisinya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi tindak pidana
korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri sehingga pelaku
korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi, dan
jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi
adalah Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.
Narkoba
Narkotika dan obat berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh
Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia
internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika yang mengandung arti obat-
obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan
istilah narkotika berarti telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkotika dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu :

2
1. Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk pengobatan dan
sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh :

a. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu.


b. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis.
c. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

2. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi


tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh : morfin dan petidin
3. Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein.

Psikotropika dibedakan ke dalam empat golongan, yaitu :

1. Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak untuk
terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : ekstasi, LSD
2. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : amfetamin, shabu, metilfenidat atau
ritalin
3. Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi sedang
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : pentobarbital, flunitrazepam;
4. Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : diazepam,
bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.

Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika
meliputi:

1. Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan


susunan saraf pusat.

3
2. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor
dan sebagai pelumas mesin, yang sering disalahginakan seperti lem, thinner, cat kuku,
dll.
3. Tembakau, dan lain-lain

Sejarah mencatat, bagaimana terjadi perang candu I pada tahun 1839 – 1842 dan
perang candu II pada tahun 1856 – 1860, dimana Inggris dan Perancis (Eropa) melancarkan
perang candu ke China, dengan membanjiri candu (opium). Perang nirmiliter ini ditandai
dengan penyelundupan Candu ke China. Membanjirnya Candu ke China berdampak
melemahnya rakyat China yang juga berdampak pada Kekuatan Militer China. Selain itu
Pada tahun 1856 narkoba jenis morphin sudah dipakai untuk keperluan perang saudara di
Amerika Serikat, dimana morphin digunakan militer untuk obat penghilang rasa sakit apabila
terdapat serdadu / tentara yang terluka akibat terkena peluru senjata api. Dalam konteks di
Indonesia atau nusantara, orang-orang di pulau Jawa ditengarai sudah menggunakan opium.
Pada abad ke-17 terjadi perang antara pedagang Inggris dan VOC untuk memperebutkan
pasar Opium di Pulau Jawa. Pada tahun 1677 VOC memenangkan persaingan ini dan berhasil
memaksa Raja Mataram, Amangkurat II untuk menandatangani perjanjian yang sangat
menentukan, yaitu: “Raja Mataram memberikan hak monopoli kepada Kompeni untuk
memperdagangkan opium di wilayah kerajaannya.
Terorisme dan Radikalisme
Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat
terhubung dengan radikalisme. Untuk memahami Hubungan konseptual antara radikalisme
dan terorisme dengan menyusun kembali definsi istilah-istilah yang terkait. Radikalisme
merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner
dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence) dan
aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap dan paham radikal adalah: tidak toleran (tidak mau
menghargai pendapat &keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar sendiri;
menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya); dan
revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan). Radikal
Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran agama/ golongan,
dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik untuk
menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy
yang berisi empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu :

1. pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;


2. langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3. peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan memberantas
terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4. penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai
dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah menyusun High-Level

4
Panel on Threats, Challenges, and Change yang menempatkan terorisme sebagai salah
satu dari enam kejahatan yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru.

Menurut Audrey Kurth Cronin, saat ini terdapat empat tipe kelompok teroris yang beroperasi
di dunia, yakni:

1. Teroris sayap kiri atau left wing terrorist, merupakan kelompok yang menjalin
hubungan dengan gerakan komunis,
2. Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa mereka
terinspirasi dari fasisme,
3. Etnonasionalis atau teroris separatis, atau ethnonationalist/separatist terrorist,
merupakan gerakan separatis yang mengiringi gelombang dekoloniasiasi setelah
perang dunia kedua,
4. Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau religious or “scared” terrorist, merupakan
kelompok teroris yang mengatasnamakan agama atau agama menjadi landasan atau
agenda mereka.

Money Laundring
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata)
karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti
uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh
karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering dalam
perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.
Sejak tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindak kejahatan telah
menjadi pusat perhatian dunia barat, seperti negara-negara maju yang tergabung dalam G-8,
terutama dalam konteks kejahatan peredaran obat-obat terlarang (narkotika dan psikotropika).
Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini
yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun aktor non
negara. Kepentingan nasional negara negara besar dalam rangka struggle for power dan
power of influence mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan
menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai tujuannya. Menurut
pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo menyebutkan Proxy War
adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak
serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan.
Lebih lanjut Yono mengatakan, Perang Proksi merupakan bagian dari modus perang
asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat
irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran.

5
Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang
kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya.
Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)
Media massa berbicara atas nama lembaga tempat dimana mereka berkomunikasi
sehingga pada tingkat tertentu, kelembagaan tersebut dapat berfungsi sebagai fasilitas sosial
yang dapat ikut mendorong komunikator dalam menyampaikan pesan-pesannya. Sedangkan
media sosial, baik pemberi informasi maupun penerimanya seperti bisa memiliki media
sendiri. Media sosial merupakan situs di mana setiap orang bisa membuat web page pribadi,
kemudian terhubung dengan kolega atau publik untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
Masing-masing memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap publik, seperti
diraikan berikut ini: (1) Cyber crime, (2) Hate speech, (3) Hoax.
Teknik Analisis Isu
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu : (1) Isu saat ini (current issue), (2) Isu berkembang (emerging issue), (3)
Isu potensial. Dalam memahami apakah isu yang dianalisis tergolong isu kritikal atau tidak
adalah dengan melakukan “issue scan”, yaitu sebagai berikut: (1) Media scanning, (2)
Existing data, (3) Knowledgeable others, (4) Public and private organizations, (5) Public at
large. Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut: (1) Mind Mapping, (2)
Fishbone Diagram, (3) Analisis SWOT.
Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang
dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang
dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup : (1) cinta tanah air, (2)
kesadaran berbangsa dan bernegara, (3) yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, (4) rela
berkorban untuk bangsa dan negara, (5) memiliki kemampuan awal bela negara, (4) semangat
untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur. Kemampuan awal bela negara :
(1) kesehatan jasmani, (3) kesehatan mental, (4) kesiapsiagaan jasmani, (5) kesiapsiagaan
mental, (6) memiliki etika, etiket, dan moral, (7) menjunjung kearifan local.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga negara
guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil,
dan makmur.
Agenda II : Nilai-nilai dasar PNS
Berorientasi Pelayanan
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu :

6
1. penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
2. penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan
3. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk :

1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian


sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Oleh
karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN, sangatlah
penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi Pelayanan dalam
pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku :

1. melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih;
2. melayani dengan cepat dan tepat waktu;
3. melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang
tersedia;
4. serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan
pelayanan yang prima.

7
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Dalam rangka mencapai visi reformasi
birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi
dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual) agar tercipta breakthrough
atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik.
Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Konteks atau permasalahan
publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan layanannya menjadi akar dari
lahirnya suatu inovasi pelayanan publik. Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen
dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara
pemerintah, partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
Akuntabel
Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara aturan
dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus diakui, masih
butuh usaha keras dan komitmen yang ekstra kuat. Employer Branding yang termaktub dalam
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan
layanan publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila
dilakukan oleh semua unsur ASN, akan memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku
koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini, sebaliknya,
mental dan pola pikir positif pun harus bisa memberikan dampak serupa.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup
beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi
pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan
konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga
fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu :

1. untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)


2. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu :

1. akuntabilitas vertical (vertical accountability), dan

8
2. akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu :

1. akuntabilitas personal,
2. akuntabilitas individu,
3. akuntabilitas kelompok,
4. akuntabilitas stakeholder.

Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara
sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun,
integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir
secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik
terhadap amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara. Setiap
organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara
berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda
pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem
akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software
untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi). Hal-hal
yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah :

1. Kepemimpinan,
2. Transparansi,
3. Integritas
4. Tanggung Jawab (responsibilitas),
5. Keadilan,
6. Kepercayaan,
7. Keseimbangan,
8. Kejelasan, dan
9. Konsistensi.

Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu :

9
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
2. Akuntabilitas proses,
3. Akuntabilitas kebijakan,
4. Akuntabilitas program.

Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi dapat membantu pembangunan


budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilitas dan integritas dapat
menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya antikorupsi.
Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar pada berbagai
sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini
adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan
diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disingkat: KIP). Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang
baik untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang
berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu
panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk
menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat
berkaitan dengan etika. Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu :

1. keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber
daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan
2. non-keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan
/atau orang lain).

Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi


langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan :

1. Penyusunan Kerangka Kebijakan,


2. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
3. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan,
4. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

Kompeten

10
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan
tuntutan keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandingkan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri. Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut :

1. Berorientasi Pelayanan:

a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;


b. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c. Melakukan perbaikan tiada henti.

2. Akuntabel:

a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan


berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien.

3. Kompeten:

a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu


berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

4. Harmonis:

11
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

5. Loyal:

a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

6. Adaptif:

a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;


b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.

7. Kolaboratif:

a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;


b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan bersama nilai tambah;
c. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada
perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial

12
lainnya yang bersifat subyektif. Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang
berkelas dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien.
Terdapat 8 (delapan) karakteristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakteristik tersebut meliputi :

1. Integritas,
2. Nasionalisme,
3. Profesionalisme,
4. Wawasan global,
5. IT dan Bahasa asing,
6. Hospitality,
7. Networking,
8. Entrepreneurship.

Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:

1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat


diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis
jabatan;
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit
organisasi; dan
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi dan Jabatan.

Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk
kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan
berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan
pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua

13
puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box
pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan
pegawai dalam nine box tersebut.
Berkinerja yang BerAkhlak :

1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
2. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
3. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.

Meningkatkan kompetensi diri :

1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan.
2. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
3. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
4. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
5. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.

Membantu Orang Lain Belajar :

1. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk


morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
2. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
3. Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja
seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam

14
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
4. Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam
bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).

Melakukan kerja terbaik :

1. Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik


instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui
berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
2. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa
yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

Harmonis
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi
sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan
perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan ke daerah yang amat
sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau
persatuan dan kesatuan bangsa. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa
di nusantara dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam.
Lambang negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan wujud perwujudan kesadaran
persatuan berbangsa tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan dipraktekkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Kode etik profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu. Oleh karena itu perilaku pejabat publik harus berubah, pertama: berubah
dari penguasa menjadi pelayan, kedua: berubah dari wewenang menjadi peranan, ketiga:
menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah. Membangun budaya harmonis di tempat
kerja sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif
juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan
analisis strategi dalam mewujudkan suasana harmonis harus dapat diterapkan dalam
kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan masyarakat. Keharmonisan dapat tercipta secara
individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja dengan sesama kolega dan pihak eksternal serta
dalam lingkup masyarakat.
Loyal

15
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam core Values ASN BerAhlak
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara. Perilaku loyal yang seharusnya dipahami dan diimplementasikan oleh setiap.
ASN di instansi tempatnya bertugas yaitu terdiri dari 1) memegang teguh ideologi Pancasila,
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta setia kepada NKRI dan pemerintahan
yang sah, 2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara, 3) Menjaga
rahasia jabatan dan negara. Adapun kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Terdapat 9 budaya
adaptif menurut Management Advisory Service UK yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah
organisasi akan mempraktekkannya, yaitu : purpose, cultural values, vision, corporate
values, corporate strategy, structure, problem solving, partnership working, dan rules.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi dimana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan
dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Dalam
konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi
dalam mengadaptasi perubahan. Kemampuan beradaptasi memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Didalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis dan kreatif.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan,perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Kolaboratif
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
publik Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi
tanggung jawab dan sumber daya. Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantangan
global yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut.
Prasojo(2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di
semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenial, Gen Y dan Z,
serta mobilitas dan fleksibilitas. Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada
pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-
tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor,
pemerintah dan sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya
merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan
pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat
diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip
kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari
seluruh sektor dalam pemerintahan. Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering
disamakan atau minimal disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence,
cross-cutting policy-making, joined-up government, concerned decision making, policy
coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-
konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik
secara formal maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi
antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan

16
yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole)
elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada
pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga
penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang
relevan. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi
pemerintah yang membutuhkan.
Agenda III : Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
SMART ASN
Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka
kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics dan
digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran
tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif. Seorang pengguna
yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan
alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Digital skill
merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat
keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital
culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa dan membagnun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. Digital
Ethics merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam
kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan kemampuan user dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat dua
poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros pertama, yaitu domain kapasitas
‘single-kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital sebagai kemampuan
individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu
untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif. Poros berikutnya adalah domain
ruang ruang ‘informal-formal’ ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan
instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok
komunitas/masyarakat. Ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur
dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai ‘warga negara
digital’. Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari
permasalahan kita sehari-hari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membantu perilaku kita berinternet. Literasi digital menjadi kemampuan
wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga
negara.
Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktek KKN. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan
perkembangan zaman. Berdasarkan jenisnya ASN terdiri atas PNS dan PPPK. ASN berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. ASN
memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kode etik dan kode

17
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi transparansi,
akuntabilitas,objektivitas dan keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerapkan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan
jangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun jaminan objektivitasnya dalam
pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan
berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Jaminan sistem merit pada semua aspek
pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan
kinerja. Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK, Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua dan
perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, pengembagnan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan. Pegawai ASN dapat
menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi pejabat negara
diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai
ASN berhimpun dalam wadah korps profesi pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan menjaga kode etik profesi dan standar
pelayanan profesi ASN dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Dalam
manajemen ASN diperlukan sistem informasi ASN untuk menjamin efisiensi, efektivitas dan
akurasi pengambilan keputusan. Sistem informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antar instansi Pemerintah. Sengketa ASN diselesaikan melalui upaya
administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Keterkaitan Agenda I, Agenda II, dan Agenda III
Sebagai dasar pengembangan kompetensi PPPK dengan metode MOOC (Massive
Open Online Course) dari agenda satu yaitu sikap bela negara kemudian mengaktualisasikan
nilai – nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas jabatannya, mengaktualisasikan kedudukan
dan peran ASN dalam hal ini PPPK dalam kerangka NKRI dan menunjukan penguasaan
kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas. Kompetensi yang dibangun
ini untuk menjadi ASN profesional yang berkarakter sebagai pelayan Masyarakat. Sehingga
materi yang diberi pada agenda satu dua dan tiga adalah untuk pembentukan karakter ASN
sebagai calon pemimpin. Agenda satu sikap perilaku bela negara agar kita bisa menunjukkan
sikap perilaku bela negara dalam suatu kesiapsiagaan dalam menjalankan tugas dan jabatan
PPPK profesional pelayan Masyarakat. Agenda dua nilai nilai dasar pns Berakhlak yaitu
berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal adaptif dan kolaboratif sangat
penting untuk diaktualisasikan dan diterapkan dalam pelayanan ke Masyarakat. Dan agenda
ke tiga kedudukan dan peran PNS dalam NKRI membekali peserta pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PPPK untuk menjalankan fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayanan public dan pemersatu bangsa, sehingga mampu mengelola tantangan dan
masalah di era sekarang dengan manajemen dan smart ASN dengan memahami konsep dan
mengimplementasikan media digital dan peralatan pendukung digital serta dengan
manajemen asn untuk mendukung tugas dan penyelenggaraan pelayanan public ke arah
kemajuan yang serta lebih baik lagi yang disesuaikan dengan penerapan dasar sikap bela
negara dan penerapan nilai nilai dasar pns di dalamnya. Dan juga ASN juga dilatih secara
kritis untuk menemukan dan memecahkan isu yang ada di era digital saat ini untuk menjadi
bangsa yang lebih baik lagi.

18

Anda mungkin juga menyukai