Anda di halaman 1dari 10

AGENDA I

-SIKAP PERILAKU BELA NEGARA-

MODUL 1 – WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


PEMAHAMAN TENTANG BANGSA DAN NEGARA
A. Wawasan Kebangsaan dan Wawasan Nusantara
1. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, menyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan
persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Beberapa Titik Penting Dalam Sejarah Bangsa Indonesia
a. 20 Mei 1908, berdirinya organisasi Boedi Oetomo.
b. 25 Oktober 1908, diprakarsainya organisasi Perhimpunan Indonesia (PI), yang nantinya
menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional.
c. 30 April 1926, diselenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta.
d. 27-28 Oktober 1928, diselenggarakn Kongres Pemuda II.
e. 1 Maret 1945, pembentukan Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI).
f. 7 Agustus 1945, pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
B. Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
C. Lambang-lambang Negara
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam
tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas
Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati
dan dibanggakan warga negara Indonesia.
KONSEP BELA NEGARA
A. Pengertian Bela Negara
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.
B. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional
untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
1. Cinta tanah air
2. Sadar berbabgsa dan bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Kemampuan awal bela negara.
C. Wujud Sikap Bela Negara
1. Mentaati peraturan undang-undang yang berlaku
2. Membina kerukunan di tengah keragaman
3. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara

Page | 1
MODUL 2 – ANALISIS ISU KONTEMPORER
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari menjadi bagian dari peradaban manusia.
Perubahan itu mutlak dan kita akan jauh tertinggal jika tidak segera menyadari dan berperan serta dalam
perubahan tersebut. Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, lebih
dari pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk
memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
Untuk dapat mewujudkan perubahan yang baik, setiap ASN perlu memahami dengan baik fungsi
dan tugasnya, yaitu: Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; Memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
B. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,2017) ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas
masing-masing, yakni:
− Individu
− keluarga (family)
− Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture),
− Nasional (Society)
− Dunia (Global)
C. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia.
Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan kinerja
yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal manusia yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Modal Intelektual, diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola perubahan organisasi
melalui pengembangan SDMnya.
2. Modal Emosional, menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri
sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam
berinteraksi dengan orang lain.
3. Modal sosial, ditujukan untuk menumbuhkan kembali jejaringan kerjasama dan hubungan
interpersonal yang mendukung kesuksesan.
4. Modal ketabahan
5. Modal Etika/moral, sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip universal
kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita. Empat komponen
modal moral, yakni: integritas, bertanggung jawab, penyayang, dan pemaaf.
6. Modal kesehatan, Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik
adalah; tenaga, daya tahan, kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelincahan, koordinasi, dan
keseimbangan.
ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER
A. Korupsi
Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap.
Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan
yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang
Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi beserta revisinya melalui UU
No.20 tahun 2001. Secara substansi UU No. 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi
tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri sehingga
pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada perorangan tetapi juga pada korporasi, dan jenis
penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana
Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.
B. Narkoba
Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh Kemenkes) yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Kedua istilah tersebut dapat
menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah narkotika yang
mengandung arti obatobatan jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan
menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
C. Terorisme/ Radikalisme

Page | 2
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis,
Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan.
D. Money Laundry
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian uang.
Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata) karena akan menimbulkan
perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor
seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu
sejarah munculnya money laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.
E. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut
tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan.
Perang Proksi merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang
konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau
luasan daerah pertempuran. Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk
menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya.
F. Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan beroperasi di
dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet. Pelakunya pada
umumnya harus menguasai teknik komputer, algoritma, pemrograman dan sebagainya, sehingga
mereka mampu menganalisa sebuah sistem dan mencari celah agar bisa masuk, merusak atau mencuri
data atau aktivitas kejahatan lainnya.
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan
oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan salah satu bentuk
kejahatan dalam komunikasi massa. Dengan berkembangnya teknologi informasi, serta kemampuan dan
akses pengguna media yang begitu luas, maka ujaran-ujaran kebencian yang tidak terkontrol sangat
mungkin terjadi. Apalagi dengan karakter anonimitas yang menyebabkan para pengguna merasa bebas
untuk menyampaikan ekspresi tanpa memikirkan efek samping atau dampak langsung terhadap objek
atau sasaran ujaran kebencian.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau
palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba kelompok-kelompok
yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar. Pelaku hoax dapat dikategorikan dua
jenis, yaitu pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif melakukan atau menyebarkan berita palsu secara aktif
membuat berita palsu dan sengaja menyebarkan informasi yang salah mengenai suatu hal kepada
publik. Sedangkan pelaku pasif adalah individu atau kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan
berita palsu tanpa memahami isi atau terlibat dalam pembuatannya.
TEKNIK ANALISIS ISU
A. Isu Kritikal
Ada 3 jenis isu kritikal, yaitu:
1. Current Issue, merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan publik secara luas
dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil keputusan.
2. Emerging Issue, merupakan isu yang perlahanlahan masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik
mulai menyadari adanya isu tersebut.
3. Isu Potensial, Kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat terindikasi dari
beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya
kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan.
Pendekatan lain dalam memahami apakah isu yang dianalisis tergolong isu kritikal atau tidak
adalah dengan melakukan “issue scan”, yaitu teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning untuk
mengetahui sumber informasi terkait isu tersebut sebagai berikut:
1. Media scanning, yaitu penelusuran sumber-sumber informasi isu dari media seperti surat kabar,
majalah, publikasi, jurnal profesional dan media lainnya yang dapat diakses publik secara luas.
2. Existing data, yaitu dengan menelusuri survei, polling atau dokumen resmi dari lembaga resmi
terkait dengan isu yang sedang dianalisis.
3. Knowledgeable others, seperti profesional, pejabat pemerintah, trendsetter, pemimpin opini dan
sebagainya.
4. Public and private organizations, seperti komisi independen, masjid atau gereja, institusi bisnis dan
sebagainya yang terkait dengan isu-isu tertentu

Page | 3
5. Public at large, yaitu masyarakat luas yang menyadari akan satu isu dan secara langsung atau tidak
langsung terdampak dengan keberadaan isu tersebut.
B. Alat Bantu Analisis Isu Kontemporer
1. Mind mapping
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra
visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Mind mapping merupakan cara
mencatat yang mengakomodir cara kerja otak secara natural, mengajak pikiran untuk
membayangkan suatu subjek sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan, sehingga dapat
meningkatkan daya ingat terhadap suatu informasi.
2. Fishbone diagram
Pendekatan fishbone diagram juga berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu
berdasarkan cabang-cabang terkait. Namun demikian fishbone diagram atau diagram tulang ikan
ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat. Fishbone diagram akan mengidentifikasi
berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui
sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup
manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

MODUL 3 – KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


KERANGKA KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
A. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
B. Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar
Kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam
berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas baik fisik maupun mental untuk
mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan.
Bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan
kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya
meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan
tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia
sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
C. Manfaat kesiapsiagaan Bela negara
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team
Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara
fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan secara non fisik yaitu dengan menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal
yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
1. Peraturan Bari Berbaris dan Tata Upacara

Page | 4
2. Keprotokolan
3. Kewaspadaan diri
4. Membangun Tim
5. Caraka malam dan Api semangat bela negara
Pelatihan Kesiapsiagaan Bela Negara bertujuan untuk meningkatkan kemampuan awal bela negara sehingga
selalu berada dalam kondisi siap siaga untuk berperan dalam upaya bela negara sesuai kemampuan dan
kesanggupan masing-masing.

AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN (BerAKHLAK)

MODUL : BERORIENTASI PELAYANAN


A. Pengertian Pelayanan Publik
Sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Unsur penting yang harus ada dalam penyelenggaraan pelayan publik: ASN sebagai
penyelenggara; publik / masyarakat sebagai penerima layanan; kepuasan masyarakat/pelanggan.
B. Membangun Budaya Pelayanan Prima
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna
layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang berorientasi
pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal
dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan
yang dimiliki oleh penyelenggara.
C. ASN sebagai Pelayan Publik
Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas
pembangunan tertentu.
D. Paduan Perilaku Berorientasi Pelayanan
1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan.
3. Melakukan perbaikan tiada henti.

MODUL: AKUNTABEL
A. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan
dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki
arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari
moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
B. Panduan Perilaku Akuntabel
Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values
ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.

MODUL: KOMPETEN
A. Konsepsi Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN,
kompetensi meliputi:
Page | 5
1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan.
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh
hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
B. Panduan Perilaku Kompeten
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
2. Membantu Orang Lain Belajar:
3. Melakukan kerja terbaik:

MODUL: HARMONIS
A. Keanekaragaman Bangsa Dan Budaya Di Indonesia
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah
tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan
pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa
menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa
dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu
Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
B. Mewujudkan Suasana harmonis dalam lingkungan bekerja dan memberikan layanan kepada
masyarakat
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan
diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah.
1. berubah dari penguasa menjadi pelayan
2. berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
3. menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
C. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu
organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis
harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
D. Panduan Perilaku Harmonis
Saling peduli dan menghargai perbedaan, ditunjukkan dalam perilaku:
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
2. Suka menolong orang lain
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif

MODUL: LOYAL
A. Konsep Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu
dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling
tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan. 6. Hubungan Antar Pribadi
2. Bekerja dengan Integritas 7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
3. Tanggung Jawab pada Organisasi 8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
4. Kemauan untuk Bekerja Sama. 9. Menjadi teladan bagi pegawai lain
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
B. Panduan Perilaku Loyal
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:

Page | 6
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara

MODUL: ADAPTIF
A. Memahami Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuh kembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.
Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan
beberapa hal, seperti di antaranya tujuanorganisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab,
unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk
membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk
mencapai tujuannya.
B. Panduan Perilaku Adaptif
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan baik individu
maupun organisasi dalam situasi apa pun. Adaptif merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core
Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan
serta menghadapi perubahan, dengan panduan perilaku:
1. Cepat menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan jaman.
2. Terus berinovasi mengembangkan kreatifitas.
3. Bertindak positif.

MODUL: KOLABORATIF
Nilai terakhir yang terkandung dalam core values ASN berAKHLAK adalah kolaboratif. Dalam nilai ini
seorang ASN harus mampu membangun kerja sama yang bersinergi antara satu sama lain.
A. Panduan Perilaku Kolaboratif
Beberapa contoh perilaku yang diharapkan dalam seorang ASN adalah:
1. memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
2. terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
3. menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama
B. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kolaborasi antar Lembaga Pemerintah :
1. Kepercayaan
2. Pembagian kekuasaan
3. Gaya kepemimpinan
4. Strategi manajemen
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yangefisien efektif antara entitas publik
C. Faktor yang menghambat kolaborasi antar Organisasi Pemerintah :
1. Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi.
2. Dasar hukum kolaborasi tidak jelas.

AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

MODUL 1 – SMART ASN


Smart ASN adalah aparatur yang memiliki nasionalisme, integritas, wawasan global, hospitality,
networking, penguasaan teknologi informasi, bahasa asing, dan enterpreneurship yang berperan sebagai digital
talentdan digital leader yang mendukung transformasi birokrasi di Indonesia.
A. LITERASI DIGITAL
Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi dan mengintergrasi ke berbagai
format dalam bentuk digital. Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif
sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka
kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif
dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
➢ Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.

Page | 7
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di pemerintahan,
layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri,
sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya
➢ Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun
2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital,
dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yangterbagi atas
empat area kompetensi yaitu:
1. kecakapan digital,
2. budaya digital,
3. etika digital
4. keamanan digital.
B. PILAR LITERASI DIGITAL
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu:
1. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan
diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Kecakapan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari- hari.
C. IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang
tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita
sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi,
yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia
mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara
daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.

MODUL 2 – MANAJEMEN ASN


A. KEDUDUKAN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
1. PNS
2. PPPK
B. FUNGSI DAN TUGAS ASN
1. Pelaksana kebijakan publik: melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pelayanan publik: memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3. Perekat dan pemersatu bangsa: mempererat persatuan dan kesatuan NKRI
C. KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi.
2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Page | 8
5. melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara
7. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan
10. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk
mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN
12. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
D. SISTEM MERIT
Pengertian sistem merit merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa deskriminasi.
➢ Manfaat sistem merit bagi pegawai
1. Menjamin keadilan dan ruang keterbukaan dalam perjalanan karir seorang pegawai
2. Memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri.
➢ Manfaat sistem merit bagi organisasi
1. Mendukung keberadaan penerapan prinsip akuntabilitas
2. Dapat mengarahkan SDM untuk dapat mempertanggungjawabkan tugas dan fungsinya
3. Intansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
E. MEKANISME PENGELOLAAN ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS meliputi
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan
kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi;
pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan
PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam
jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses
pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat
Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS Pegawai ASN
berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN
Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN
diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding
administratif.

Page | 9

Anda mungkin juga menyukai