NIPPPK: 198008232021211002
AGENDA I
RESUME MODUL I.
1
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD
NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ASN memiliki kewajiban
untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara
2
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui 33 usaha Bela Negara.
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia. saat ini kita harus bergegas menentukan
bentuk masa depan, jika tidak maka bangsa lain yang akan menentukan masa
depan bangsa kita. Maka dari itu seorang ASN di tuntut untuk memahami
konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis
kontemporer sebagai wawasan strategis PNS dengan menyadari pentingnya modal
insani, dengan menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis.
3
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Narkotika mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis 40 maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif
lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika
meliputi: - Minuman beralkohol, - Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat
pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang sering
disalahgunakan seperti lem, thinner, cat kuku - Tembakau, dan lain-lain.
4
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 Tentang Narkotika atau UN Single
Convention on Narcotic Drugs 1961 dan diamandemen dengan protocol 1972.
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat
ini. Kata “teroris” dan terorisme berasal dari kata latin “terrere” yang kurang lebih
berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism
Strategy yang berisi empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu: 1)
pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme; 2) langkah pencegahan dan
memerangi terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk
mencegah dan memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan 4)
penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai
dasar pemberantasan terorisme. Didalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Tindak Pidana Terorisme Bab III Pasal 6. Pasal 7 Undang-undang No. 15
Tahun 2003 mengatur tentang tindak pidana terorisme, pasal 7
5
dengan radikalisme. Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua aspek
kehidupan masyarakat: ekonomi, keagamaan, sosial dan politik. Deradikalisasi
merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau ideologi
radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama,
sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan
radikal.
Nilai ancaman dan titik rawan atas aksi teror yang cukup tinggi di
Indonesia perlu disikapi dengan langkah-langkah tanggap strategi supaya
ancaman teror tidak terjadi, dengan cara pencegahan, penindakan dan pemulihan.
6
Kesadaran Bela Negara melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila selaku ideologi
yang menjadi fundamental bangsa Indonesia.
7
kemampuan awal bela negara. 6. Semangat untuk mewujudkan negara yang
berdaulat adil dan makmur.
Secara Etimologi Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno dalam
bentuk tunggal yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan.
RESUME MODUL I
BERORIENTASI PELAYANAN
8
Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Definisi dari pelayanan publik sebagaimana
tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
public. UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
9
RESUME MODUL 2 : AKUNTABEL
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan
Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan
waktu, dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Tugas sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi,
secara aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017).
10
RESUME MODUL 3 : KOMPETEN
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”,
yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty).
12
RESUME MODUL 4 : HARMONIS
13
kebingungan bagi masyarakat. 4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas
norma yang tidak tegas atau lemah. 5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak
lagi sesuai dengan norma yang berlaku. 6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses
yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan kontroversial, dan
pertentangan (disharmonis) 7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu
berupa perasaan kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling
benar, dan paling hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan norma
kelompoknya sendiri. 8. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang
dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu
kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya.
sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi
pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi
suku, budaya, agama dan lain-lain.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni: a. Pelayanan publik
yang berkualitas dan relevan. b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi
sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi. c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara,
perilaku pejabat publik harus berubah, a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi
14
pelayan; b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; c. Ketiga,
menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh
ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik
ublic ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan
negara.
15
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Komitmen, b. Dedikasi, c.Kontribusi, d. Nasionalisme, e. Pengabdian.
16
RESUME MODUL 6. : ADAPTIF
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran
Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”
17
1. Volatility
Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak
terduga. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa 2020 akan menjadi tahun
paling buruk bagi hampir semua sektor usaha di dunia.
2. Uncertainty
Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalaman masa lalu
tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.
3. Complexity
Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih
berlapis, berjalin berkelindan, dan saling memengaruhi. Situasi eksternal yang
dihadapi para pemimpin bisnis semakin rumit.
4. Ambiguity
B. Organisasi Adaptif
18
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap
(landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Setidaknya
terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK
yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya,
yaitu:
A. Definisi Kolaborasi
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.
21
Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan
dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.
Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital juga menjadi hal yang perlu
dipahami. Kesenjangan digital merupakan konsep yang telah lama ada. Pada awal
mulanya, konsep kesenjangan digital ini berfokus pada kemampuan memiliki dan
mengoperasikan perangkat digital dan akses . Namun, konsep ini telah
berkembang menjadi beberapa aspek yang lebih komprehensif. Manfaat dan akses
dari dunia informasi digital menjadi indikasi semua warga negara mendapatkan
manfaatnya seperti halnya pada negara-negara maju .
22
Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
23
terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi
persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital.
Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu:
kecakapan digital,
budaya digital,
etika digital
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi
digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan
24
pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan
25
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki
kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat,
melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang
dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi
dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
26
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan
tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan
nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
27
Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital
serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.
28
f. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel,
maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
g. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
29
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya padakementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
denganmemperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan
Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
30
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi
Pemerintah.
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
modul kompeten
Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini beberapa materi
pokok dalam bab ini sebagai berikut:
• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.
31
• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN
bekerja atau tempat lain.
• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). •
Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen
kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya
ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil
(Knowledge Repositories).
• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned).
32
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara
pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima
oleh penerima layanan. Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi
ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat
menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU
ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; 30 b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar)
ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core
Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN
serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan
pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat.
Pelayanan publik
33
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara
pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima
oleh penerima layanan. Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi
ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat
menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU
ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; 30 b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar)
ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core
Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN
serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan
pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat
34