Anda di halaman 1dari 34

NAMA :SARONI

NIPPPK: 198008232021211002

AGENDA I

RESUME MODUL I.

WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI BELA NEGARA

Pada Dasarnya Manfaat Pembelajaran kesadaran berbangsa dan bernegara


digunakan untuk membantu memahami wawasan kebangsaan, kesadaran bela
Negara dan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator keberhasilan.

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para


pendiri bangsa (founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan kelompok atau golongan. Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan
pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses
panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman
dan bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi
terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira
pukul 09.00. Dari uraian rangkaian sejarah kebangsaan di atas, terlihat bahwa
kekuatan para Tokoh Pendiri Bangsa ini (founding fathers), yaitu saat menjelang
kemerdekaan untuk menyusun suatu dasar negara. Di samping itu, komitmen dari
berbagai elemen bangsa ini dan para pemimpinnya dari masa ke masa, Orde
Lama, Orde Baru, dan Reformasi yang konsisten berpegang teguh kepada 4
(empat) konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Wawasan Kebangsaan adalah cara
pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran

1
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD
NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia


merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi
simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera Negara
Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan
kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi
cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan


Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar
Bela Negara meliputi : a. cinta tanah air; b. sadar berbangsa dan bernegara; c. setia
pada Pancasila sebagai ideologi negara; d. rela berkorban untuk bangsa dan
negara; dan e. kemampuan awal Bela Negara.

ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ASN memiliki kewajiban
untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara

2
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui 33 usaha Bela Negara.

Perubahan penting dalam perkembangan tata pemerintahan selama jaman


pendudukan Jepang, ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang No.27 yang
berlaku secara efektif mulai tanggal 8 Agustus 1942.

Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara (UU ASN), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

RESUME MODUL II.

ANALISIS ISU KONTEMPORER

Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian
dari perjalanan peradaban manusia. saat ini kita harus bergegas menentukan
bentuk masa depan, jika tidak maka bangsa lain yang akan menentukan masa
depan bangsa kita. Maka dari itu seorang ASN di tuntut untuk memahami
konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis
kontemporer sebagai wawasan strategis PNS dengan menyadari pentingnya modal
insani, dengan menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis.

Fungsi dan Tugas adalah 1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat


oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta 3.
memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada


empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam

3
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).

sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari


eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
konsensus dasar berbangsa dan bernegara.

Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan,


ketidakjujuran, dapat disuap.korupsi di Indonesia dibagi dalam dua fase, yaitu:
fase pra kemerdekaan dan fase kemerdekaan, Korupsi sangat berpengaruh buruk
terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Korupsi berdampak
menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara,
mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.

Narkotika mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis 40 maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif
lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika
meliputi: - Minuman beralkohol, - Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat
pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin, yang sering
disalahgunakan seperti lem, thinner, cat kuku - Tembakau, dan lain-lain.

Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 1971 Tentang Bakolak Inpres, Embrio


lembaga Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkotika (P4GN) di Indonesia.

4
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 Tentang Narkotika atau UN Single
Convention on Narcotic Drugs 1961 dan diamandemen dengan protocol 1972.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang


Psikotropika dan Undang-Undang Republik 52 Indonesia Nomor 22 tahun 1997
Tentang Narkotika.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002 Tentang


Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN-RI), maka susunan dan
kedudukan Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) berubah menjadi
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN-RI). Tugas Pokok dan
Fungsi BNN-RI tersebut adalah: 1) Mengkoordinasikan instansi pemerintah
terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan
narkotika; dan 2) Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional
penanggulangan narkotika.

Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat
ini. Kata “teroris” dan terorisme berasal dari kata latin “terrere” yang kurang lebih
berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism
Strategy yang berisi empat pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu: 1)
pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme; 2) langkah pencegahan dan
memerangi terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk
mencegah dan memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan 4)
penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai
dasar pemberantasan terorisme. Didalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Tindak Pidana Terorisme Bab III Pasal 6. Pasal 7 Undang-undang No. 15
Tahun 2003 mengatur tentang tindak pidana terorisme, pasal 7

Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a


concerted attempt to change the status quo (David Jarry, 1991). yaitu kehendak
untuk mengubah kekuasaan. Hubungan Radikalisme dan Terorisme sebagai
kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat terhubung

5
dengan radikalisme. Dampak radikal terorisme dapat terlihat pada semua aspek
kehidupan masyarakat: ekonomi, keagamaan, sosial dan politik. Deradikalisasi
merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau ideologi
radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama,
sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan
radikal.

Nilai ancaman dan titik rawan atas aksi teror yang cukup tinggi di
Indonesia perlu disikapi dengan langkah-langkah tanggap strategi supaya
ancaman teror tidak terjadi, dengan cara pencegahan, penindakan dan pemulihan.

Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah


aktivitas pencucian uang. UU No. 8 Tahun 2010 disahkan pada tanggal 22
Oktober 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai upaya
menjawab beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan pencucian uang yang dilakukan sejak 2003. dampak negatif
pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam delapan poin sebagai
berikut, yakni: (1) merongrong sektor swasta yang sah; (2) merongrong integritas
pasar-pasar keuangan; (3) hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan
ekonomi; (4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; (5) hilangnya
pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak; (6) risiko pemerintah dalam
melaksanakan program privatisasi; (7) merusak reputasi negara; dan (8)
menimbulkan biaya sosial yang tinggi. Tahapan pencucian uang adalah 1.
Penempatan (placement) 2. Pemisahan/pelapisan (layering) 3. Penggabungan
(integration)

Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono


Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik
di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung
dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan.Proxy war
memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam
mencapai tujuannya. Membangun Kesadaran Anti-Proxy dengan mengedepankan

6
Kesadaran Bela Negara melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila selaku ideologi
yang menjadi fundamental bangsa Indonesia.

Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax).


komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (Bittner, 1977). Media massa adalah segala bentuk media
atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada
publik atau masyarakat. Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk
kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer dan internet. Hate speech atau ujaran kebencian
dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh individu
ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan salah satu
bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Hoax adalah berita atau pesan yang
isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau palsu, baik dari segi
sumber maupun isi.

MODUL III. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan


kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka
penguatan jati diri bangsa yang berdasarkan kepribadian dan berkebudayaan
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945. Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) sebagai calon aparatur pemerintahan sudah seharusnya mengambil bagian
di lini terdepan dalam setiap upaya bela negara, sesuai bidang tugas dan
tanggungjawab masing-masing.Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam. ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup: 1. Cinta Tanah
Air; 2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara; 3. Yakin akan Pancasila sebagai
ideologi negara; 4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan 5. Memiliki

7
kemampuan awal bela negara. 6. Semangat untuk mewujudkan negara yang
berdaulat adil dan makmur.

Kemampuan awal bela negara meliputi kesehatan jasmani dan mental,


Etika, Etiket dan Moral serta kearifan lokal.

Kesehatan jasmani menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-


Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009. Artinya Anda dikatakan sehat salah
satunya adalah dengan melihat bahwa jasmani atau fisik Anda sehat. Kesehatan
jasmani mempunyai fungsi yang penting dalam menjalani aktifitas sehari-hari.

Secara Etimologi Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno dalam
bentuk tunggal yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan.

Dari sekian banyaknya istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan


kata etiket ini, maka dapat kita pahami bahwa etiket ini sebagai bentuk aturan
tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun, dan tata
cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yang baik, patut,
dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan
baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.

kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh


manusia di tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh
kebaikan. Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan
dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di
berbagai bidang kehidupan manusia.

AGENDA II NILAI- NILAI DASAR PNS

RESUME MODUL I

BERORIENTASI PELAYANAN

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik

8
Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Definisi dari pelayanan publik sebagaimana
tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
public. UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam


Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu: a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c.
kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan; f.
partisipatif; g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; h. keterbukaan; i.
akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan
waktu; dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

prinsip pelayanan publik yang baik adalah: a. Partisipatif; b. Transparan; c.


Responsif; d. Tidak diskriminatif.; e. Mudah dan Murah; f. Efektif dan Efisien; g.
Aksesibel; h. Akuntabel; i. Berkeadilan.

Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan UUD 1945, pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas
pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. pegawai
ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan; c.
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core


Values dan Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi
Kementerian PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN
BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

9
RESUME MODUL 2 : AKUNTABEL

Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan
Asas Pelayanan Publik yang meliputi: a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum,
c. kesamaan hak, d. keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i.
akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan
waktu, dan l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Tugas sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi,
secara aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017).

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu: •


Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); • untuk mencegah
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); • untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas


personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi,
dan akuntabilitas stakeholder.

PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,

UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik


(selanjutnya disingkat: KIP).

10
RESUME MODUL 3 : KOMPETEN

Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”,
yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian
(uncertainty).

Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter


ASN penting diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai
birokrasi pemerintah. Dalam kaitan visi, sesuai Peraturan Presiden No. 18 Tahun
2020 tentang RPJM Nasional 2020-2024, telah ditetapkan bahwa visi
pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024 di bawah kepemimpinan Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin adalah: Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong.

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (ystemn) Misi


Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu: 1. Peningkatan
kualitas manusia Indonesia; 2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan
berdaya saing; 3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan; 4. Mencapai
lingkungan hidup yang berkelanjutan; 5. Kemajuan budaya yang mencerminkan
kepribadian bangsa; 6. Penegakan ystem hukum yang bebas korupsi, bermartabat,
dan terpercaya; 7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada setiap warga; 8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan
terpercaya; dan 9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur dan


Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah
ditetapkan ASN branding, yakni: Bangga Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai
dasar operasional BerAkhlak meliputi: 1. Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen
memberikan pelaynan prima demi kepuasaan masyarakat; 2. Akuntabel, yaitu
bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan; 3. Kompeten, yaitu terus
11
belajar dan mengembangkan kapabilitas; 4. Harmonis, yaitu saling peduli dan
mengharagai perbedaan; 5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan Bangsa dan Negara; 6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias
dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan; dan 7. Kolaboratif, yaitu
membangun kerja sama yang sinergis.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek


pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan
agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.

Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar


kompetensi dari International Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek
penting berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar


Kompetensi ASN,Meliputi Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial dan
Kompetensi Sosial kultural.

Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5


Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh
empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan


pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.

Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn,


menjadi penting, 1. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah
halhal yang benar-benar baru, dan lakukan secara terusmenerus. 2. Unlearn, nah,
tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa pengetahuan dan
atau kehalian. 3. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita
benar-benar menerima fakta baru.

12
RESUME MODUL 4 : HARMONIS

Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti


terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama
antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa.

Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan


tantangan yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa
keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa: 1. Dapat mempererat tali
persaudaraan 2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional 4. Sebagai identitas negara indonesia di
mata seluruh negara di dunia 5. Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga
para wisatawan dapat tertaarik dan berkunjung di Indonesia 6. Dengan banyaknya
wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan 7. Sebagai pengetahuan
bagi seluruh warga di dunia 8. Sebagai media hiburan yang mendidik 9.
Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
10.Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita
miliki

Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa


hal sebagai berikut: 1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti
perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya. 2. Norma-norma
sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan. 3. Adanya
pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan

13
kebingungan bagi masyarakat. 4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas
norma yang tidak tegas atau lemah. 5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak
lagi sesuai dengan norma yang berlaku. 6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses
yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan kontroversial, dan
pertentangan (disharmonis) 7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu
berupa perasaan kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling
benar, dan paling hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan norma
kelompoknya sendiri. 8. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang
dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu
kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya.

sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi
pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi
suku, budaya, agama dan lain-lain.

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni: a. Pelayanan publik
yang berkualitas dan relevan. b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi
sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi. c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.

Sumber kode etik ASN antara lain meliputi: a. Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) b. Peraturan Pemerintah Nomor
11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Perang c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. e. Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai
Negeri Sipil. f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
PNS. g. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS.

Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara,
perilaku pejabat publik harus berubah, a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi

14
pelayan; b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; c. Ketiga,
menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah

RESUME MODUL 5 : LOYAL

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara


dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang
Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara,
disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-
Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani
Bangsa).

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari ublic Prancis yaitu


“Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau
suatu kesetiaan. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: a. Taat pada
Peraturan b. Bekerja dengan Integritas c. Tanggung Jawab pada Organisasi d.
Kemauan untuk Bekerja Sama. E. Rasa Memiliki yang Tinggi f. Hubungan Antar
Pribadi. G. Kesukaan Terhadap Pekerjaan. H. Keberanian Mengutarakan
Ketidaksetujuan. i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh
ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik
ublic ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan
negara.

15
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut : a.
Komitmen, b. Dedikasi, c.Kontribusi, d. Nasionalisme, e. Pengabdian.

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam


rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri
bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap ublic nasional (national system)
yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan
negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, ublic, dan sejahtera.

Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan


Kebangsaan yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan
mampu mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai
pelaksana kebijakan ublic, pelayan ublic, serta perekat dan pemersatu bangsa
berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi


berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode
Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk
melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut maka
dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai
Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya. Sifat dan sikap loyal
warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu: 1. Cinta Tanah Air 2. Sadar Berbangsa dan Bernegara 3.
Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara 4. Rela Berkorban untuk Bangsa
dan Negara 5. Kemampuan Awal Bela Negara.

16
RESUME MODUL 6. : ADAPTIF

Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah mudah menyesuaikan (diri)


dengan keadaan. Sedangkan dalam kamus 21 Modul Adaptif Bahasa Inggris,
seperti Cambridge menyebutkan bahwa adaptif adalah “having an ability to
change to suit changing conditions”, atau kemampuan untuk berubah dalam
sitauasi yang berubah. Sedangkan dalam Collins dictionary disebutkan bahwa
“adaptive means having the ability or tendency to adapt to different situations” 1,
atau adaptif adalah kemampuan atau kecenderungan untuk menyesuaikan diri
pada situasi yang berbeda . Ini artinya bahwa sebagian besar kamus bahasa
memberi penekanan dalam pengertian adaptif pada hal kemampuan (ability) untuk
menyesuaikan diri.

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh


individu maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam
pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan
lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan,
perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.

Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran
Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”

Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan


rumusan karakteristik VUCA, yaitu :

17
1. Volatility

Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak
terduga. Tidak ada yang dapat memprediksi bahwa 2020 akan menjadi tahun
paling buruk bagi hampir semua sektor usaha di dunia.

2. Uncertainty

Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalaman masa lalu
tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.

3. Complexity

Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih
berlapis, berjalin berkelindan, dan saling memengaruhi. Situasi eksternal yang
dihadapi para pemimpin bisnis semakin rumit.

4. Ambiguity

Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami.


Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi.

A. Kreatifitas dan Inovasi

dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:

1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak


ide atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.

2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak


kombinasi dari ide-ide yang berbeda

3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan


kedalaman dan komprehensif.

4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari


ide atau gagasan yang dimunculkan.

B. Organisasi Adaptif

18
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap
(landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Setidaknya
terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK
yang perlu menjadi fondasi ketika sebuah organisasi akan mempraktekkannya,
yaitu:

1. Purpose. 2. Cultural values 3. Vision 4. Corporate values 5. Coporate strategy


6. Structure 7. Problem solving 8. Partnership working 9. Rules

C. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN

Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif,


bukan teknis. Dia membuat perubahan yang menantang dan mengacaukan status
quo dan dia harus meyakinkan orang-orang yang marah bahwa perubahan itu
untuk kebaikan mereka sendiri dan kebaikan organisasi” Eddie Teo, mantan
Sekretaris Tetap Singapura (Neo dan Chen, 2007).

B. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk


merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel (Siswanto, and Sucipto, Agus 2008 dalam Yuliani dkk, 2020).

Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana


pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai
berikut: (a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan
organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait membangun
organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman
bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai
sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut
Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental
untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi
(think again) dan berpikir lintas (think across). Selanjutnya, Liisa Välikangas
(2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif
yakni dengan sebutan pemerintah yang tangguh (resilient organization).
19
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain,
adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

RESUME MODUL 7 : KOLABORATIF

A. Definisi Kolaborasi

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms
aiming to become more competitive by developing shared routines”.

Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though


which parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can
constructively explore differences and find novel solutions to problems that would
have been more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).

Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:


Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional
knowledge sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and
Sieckert, 2005).

B. Kolaborasi Pemerintahan (Collaborative Governance)

Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance


“sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
menguntungkan antar aktor governance . Ansen dan gash (2012) mengungkapkan
bahwa collaborative governance adalah: A governing arrangement where one or
more public agencies directly engage non-state stakeholders in a collective
decision-making process that is formal, consensus-oriented, and deliberative and
20
that aims to make or implement public policy or manage public programs or
assets.

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk


kolaborasi yaitu: 1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga; 2)
peserta dalam forum termasuk aktor nonstate; 3) peserta terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik; 4)
forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif; 5) forum ini bertujuan
untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan 6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau
manajemen.

C. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan

1) Mengenal Whole-of-Government (WoG)

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang


menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.

PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH

Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar


organisasi yaitu: (1) Kerjasama Informal; (2) Perjanjian Bantuan Bersama; (3)
Memberikan Pelatihan; (4) Menerima Pelatihan; (5) Perencanaan Bersama; (6)
Menyediakan Peralatan; (7) Menerima Peralatan; (8) Memberikan Bantuan
Teknis; (9) Menerima Bantuan Teknis; (10) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
(11) Menerima Pengelolaan Hibah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008


tentang Kementerian Negara, diatur bahwa “Hubungan fungsional antara
Kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian dilaksanakan secara
sinergis sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan” Berdasarkan ketentuan

21
Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan
dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.

AGENDA III KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

RESUME MODUL I: SMART ASN

Pelatihan Dasar CPNS

Dalam hal lingkup literasi digital, kesenjangan digital juga menjadi hal yang perlu
dipahami. Kesenjangan digital merupakan konsep yang telah lama ada. Pada awal
mulanya, konsep kesenjangan digital ini berfokus pada kemampuan memiliki dan
mengoperasikan perangkat digital dan akses . Namun, konsep ini telah
berkembang menjadi beberapa aspek yang lebih komprehensif. Manfaat dan akses
dari dunia informasi digital menjadi indikasi semua warga negara mendapatkan
manfaatnya seperti halnya pada negara-negara maju .

Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan


kebutuhan SDM talenta digital, literasi digital berperan penting untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi
digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital
ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.

Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus


dijalankan, yaitu:

Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.

Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di


pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.

22
Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.

Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.

Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan


transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana


menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online.
Literasi digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber
informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia;
dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini

23
terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas.

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,


mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi,
dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk
pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi
yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3.
Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus
diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.

Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi
persoalan terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital.
Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area
kompetensi yaitu:

kecakapan digital,

budaya digital,

etika digital

dan keamanan digital.

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi
digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan

24
pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan

25
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia &
Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki
kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat,
melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang
dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam
mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK
serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:

Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)

Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi
dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar

26
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings

Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e- commerce


untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital

Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:

Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)

Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan
tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.

Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang


sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku

Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital


yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:

Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia

Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan
nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.

Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam


berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika

Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung,


mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.

27
Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:

Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)


Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)

Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.

Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan


menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed

Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital
serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.

MODUL 2. MANAJEMEN ASN


a. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara
yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
c. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
d. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
daripengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik
e. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik.
b) Pelayan publik. dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa.

28
f. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel,
maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga
berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
g. ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan
bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian


tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi,
akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat
dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang
berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah
mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai
harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan
sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad
performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.

a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK


b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan

29
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya padakementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
denganmemperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan
Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi

30
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi
Pemerintah.
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.

modul kompeten

Sesuai hasil uraian dalam bab V, maka berikut di bawah ini beberapa materi
pokok dalam bab ini sebagai berikut:

Berkinerja yang BerAkhlak:

• Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan


kinerja.

• Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.

• Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.

Meningkatkan kompetensi diri:

• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah


adalah keniscayaan.

• Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut


juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.

• Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network.

31
• Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN
bekerja atau tempat lain.

• Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur


diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar
organisasi.

Membantu Orang Lain Belajar:

• Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk


morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.

• Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). •
Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen
kerja seperti laporan, 54 presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya
ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil
(Knowledge Repositories).

• Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned).

4. Melakukan kerja terbaik:

• Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi,


baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang
melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.

• Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan


dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

32
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara
pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima
oleh penerima layanan. Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi
ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat
menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU
ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; 30 b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar)
ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core
Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN
serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan
pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat.

Pelayanan publik

33
Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara
pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima
oleh penerima layanan. Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi
ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat
menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Dalam Pasal 10 UU
ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; 30 b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas; dan c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar)
ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core
Values ASN BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN
serta dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan
pegawai ASN, sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan
nilai Berorientasi Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan
masyarakat

34

Anda mungkin juga menyukai