NIP : 199611012023211001
Unit Kerja : UPTD Rumah Sakit Khusus Paru Kabupaten Karawang
Jabatan/Formasi : Radiografer
Agenda II
I. Berorientasi Pelayanan
Penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-
undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata
untuk kegiatan pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
II. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi
yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik. Akuntabilitas publik memiliki tiga
fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1.Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2.untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3.untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara. Kedua prinsip tersebut harus
dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanan kepada
masyarakat. Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara
harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Jika
ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun demikian.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang
berbeda-beda pula. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja
yang akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9)
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan
hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
III. KOMPETEN
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan
keahlian baru. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai
kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam
meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan
teknologi itu sendiri. Pembinaan dan penempatan pegawai pada jabatan pimpinan tinggi,
jabatan administrasi maupun jabatan fungsional didasarkan dengan prinsip merit, yaitu
kesesuaian kualfikasi, kompetensi, kinerja, dengan perlakuan tidak diskriminatif dari aspek-
aspek subyektif, seperti kesamaan latar belakang agama, daerah, dan aspek subjektivitas
lainnya.
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality,
networking, dan entrepreneurship.
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Instansi
Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang dituangkan
dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi. Perencanaan pengembangan kompetensi
untuk mewujudkan profesionalitas ASN dengan mempertimbangkan kebutuhan individu
pegawai dan kebutuhan umum organisasi dengan sistem perencanaan yang rasional, holistik
(terintegrasi), terarah, efektif dan efisien.
IV. Harmonis
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-
faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur, Suasana harmoni dalam
lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja
dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan
ketentuan tertulis.. Etika ASN sebagai individu, dalam organisasi dan masyarakat antara lain;
perubahan mindset dan sikap sebagai ASN yang ditunjukan dalam bentuk toleransi, empati,
dan keterbukaan terhadap perbedaan.
V. Loyal
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap
loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Bagi seorang Pegawai
Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
1. Taat pada Peraturan.
2. Bekerja dengan Integritas
3. Tanggung Jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk Bekerja Sama.
5. Rasa Memiliki yang Tinggi
6. Hubungan Antar Pribadi
7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari-harinya, yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara
VI. Adaptif
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai
tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi social yang berubah-
ubah agar tetap bertahan. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya, dan budaya adaptif
sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN
sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi
dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
VII. Kolaboratif
Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan
publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian
aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung
jawab dan sumber daya. Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat
yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan
tata kelola stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan
ide.
Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya
kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien
dan efektif antara entitas publik.
AGENDA III
I. Smart ASN
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif, Kompetensi literasi
digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital digital skills saja,
namun juga budaya menggunakan digital digital culture etis menggunakan media digital
digital ethics dan aman menggunakan media digital digital safety.
Indikator penyusunan peta jalan literasi digital antara lain:
International Telecommunication Union (ICT Development Index)
Institute of International Management Development (IMD Digital
Competitiveness Ranking)
Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34 Provinsi (Katadata Insight Center)
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi
digital. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari 4 bagian, antara lain:
Digital Skill
Digital Culture
Digital Ethics
Digital Safety
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari hari masyarakat Indonesia
Bukan hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat
drastis
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak
terbatas dan big data telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari
belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi Situasi pandemi COVID 19
yang menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga
memunculkan berbagai isu dan gesekan Semua ini tak lepas dari situasi ketika semua
orang berkumpul di media guna melaksanakan segala aktivitasnya, tanpa batas
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat
kompetensi Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri self controlling dalam
menghadapi jarak perbedaan perbedaan tersebut dalam menggunakan media digital, yang
disebut dengan Etika Digital Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self control
setiap individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang
digital, sehingga media digital benar benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal hal
positif
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal dan
mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif Secara individual, terdapat tiga area
kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital
1. Kognitif
2. Afektif
3. Konatif
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal dan
mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif Secara individual, terdapat tiga area
kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital.
Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring,
perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling
berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain Kita tidak bisa mengakses dunia digital
tanpa fungsi dari keduanya. Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah
komputer pribadi Komputer merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer
yang didesain untuk penggunaan individu.
Aplikasi percakapan dan media sosial adalah salah satu bagian dari perkembangan
teknologi yang disebut sebagai tolok ukur yang sangat menarik yang memiliki kaitan dengan
berbagai aspek. Menurut data Hootsuite We Are Social pada bulan Oktober 2020 aplikasi
pesan terbesar masih dikuasai oleh WhatsApp.
II. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk meghasilkan ASN yang profesional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
KKN.Fungsi dan tugas ASN antara lain:
Pelaksana Kebijakan Publik
Pelayan Publik
Perekat dan Pemersatu Bangsa
Kewajiban ASN adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual, sesuatu
yang sepatutnya dilaksanakan oleh ASN. Kewajiban ASN antara lain:
Kode etik dan perilaku ASN memiliki tujuan untuk menjaga martabat dan dan
kohormatan ASN. Kode etik dan perilaku ASN antara lain:
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi ,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik , ras , warna kulit agama, asal usul , jenis kelamin , status pernikahan , umur , atau
kondisi kecatatan