Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI AGENDA 1

MASSIVE OPEN ONLINE COURSE (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)

Oleh :
Nama PPPK : FERDYAN LELLY HENDRAWAN, S.Si.
NI PPPK : 19830804 202221 1 005
Tempat, tanggal lahir : Sragen, 4 Agustus 1983
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama - Guru PJOK
Instansi : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA (LAN)


TAHUN 2022
2

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


Wawasan Kebangsaan
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila,
dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan
negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan
kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan
Indonesia bukan hanya sekedar pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara,
melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga
negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia
menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun semua ragam suku, adat, budaya dan
kepercayaan yang beragam sebagai bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Nilai-nilai Bela Negara


Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen bangsa yang dilandasi oleh
semangat untuk membela Negara dari penjajahan. Perjuangan tersebut tidak selalu
dengan mengangkat senjata, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para
generasi penerus guna menjaga eksistensi RI.
Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam
pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara
serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela
Negara. Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional
Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha
Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya
pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


3

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai
dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No.
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber
dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara,
termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
Dari sudut hukum, UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar
hukum sistem penyelenggaraan negara pada umumnya, khususnya sistem
penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan
aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945
hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum
dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk
disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatarbelakangi,
kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan
oleh karena itu tidak akan berubah atau diubah, merupakan dasar dan sumber hukum
bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan
cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara
tersebut dapat ditelusuri pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4)
alinea.
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi
kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya,
atau khususnya sistem administrasi negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

ANALISIS ISU KONTEMPORER


Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Bronfenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


4

pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),


Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global).
Modal atau capital dalam konsep modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada
intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin
dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas
kerja. Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Modal Intelektual
2. Modal emosional
3. Modal sosial
4. Modal ketabahan (adversity)
5. Modal etika/moral
6. Modal Kesehatan (kekuatan)

Isu-isu Strategis Kontemporer


1. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
beserta revisinya melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001. Mengatur berbagai
modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas
pengertian pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefinisikan kepada
orang perorang tetapi juga pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat
dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana
Penjara, dan Pidana Tambahan.
Indikator penyebab Korupsi :
● Diri sendiri : sifat tamak, moral lemah, dan gaya hidup konsumtif.
● Lingkungan : pandangan masyarakat itu sendiri, faktor aspek ekonomi, aspek
politis, dan aspek organisasi.

2. Narkoba
Obat-obatan atau untuk menyebutkan suatu hal yang bersifat adiktif, yaitu dapat
mengakibatkan ketergantungan (addiction) apabila disalahgunakan atau
penggunaannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Pengertian narkotika adalah zat atau obat yang dapat berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi 42 sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


5

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika meliputi:
● Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat;
● Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik yang sering disalahgunakan seperti lem, thinner, cat kuku dll;
● Tembakau, dan lain-lain.

3. Terorisme dan Radikalisme


Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran
agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan
senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
Radikalisme memiliki latar belakang tertentu yang sekaligus menjadi faktor pendorong
munculnya suatu gerakan radikalisme. Faktor-faktor pendorong tersebut, diantaranya
adalah:
● Faktor-faktor sosial politik.
● Faktor emosi keagamaan.
● Faktor kultural.
● Faktor ideologis anti westernisme.
● Faktor kebijakan pemerintah.

4. Money Laundering
Suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau 118
menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan
sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah.
Tahap pencucian uang :
1) Penempatan (placement)
2) Pemisahan/pelapisan (layering)
3) Penggabungan (integration)

5. Proxy War
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana
negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan. Perang
modern tidak lagi melalui senjata, melainkan menggunakan pemikiran. Tidak
berbahaya perang alutsista, tapi yang berbahaya cuci otak yang membelokkan
pemahaman terhadap ideologi negara.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


6

Teknik Analisis Isu


1. Teknik Tapisan Isu
Dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat
aktual, sebaiknya menggunakan kemampuan berpikir kritis yang ditandai dengan
penggunaan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu.
2. Teknik Analisis Isu
Analisis mendalam dengan menggunakan alat bantu dan teknik berpikir kritis, misalnya
menggunakan system berpikir mind mapping, fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis
kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya menerapkan kemampuan berpikir
hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar dari isu atau permasalahan, aktor
dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang akan diusulkan.
3. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang
diharapkan yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini
dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya.

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945, yakni: Pasal 27
ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam
yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai
kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk
menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Kesiapsiagaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman
konsep yang disertai latihan dan aktivitas baik fisik maupun mental untuk mendukung
pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam mengisi dan melanjutkan cita cita

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


7

kemerdekaan. Bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk


memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang didalamnya meliputi pengaturan tata tempat, tata
upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksanaan tata upacara sipil dan
kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara, bahwa
ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup:
1. Cinta Tanah Air;
2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara;
5. Memiliki kemampuan awal bela negara; DAN
6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan Makmur.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari:
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan taqwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk
menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


8

Kemampuan Awal Bela Negara


1. Kesehatan Jasmani dan Mental

Kesehatan jasmani menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-Undang


Kesehatan No. 36 tahun 2009. Artinya dikatakan sehat salah satunya adalah dengan
melihat bahwa jasmani atau fisik sehat. Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang,
semakin meningkat daya tahan tubuh sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja
yang diberikan. Kesehatan jasmani salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan
pola hidup yang diterapkan.

Mental (Mind, Mentis, jiwa) dalam pengertiannya yang luas berkaitan dengan interaksi
antara pikiran dan emosi manusia. Dalam konteks modul ini, kesehatan mental akan
dikaitkan dengan dinamika pikiran dan emosi manusia. Kedua komponen inilah yang
menjadi titik penting dari kehidupan manusia. Cara yang paling mudah memahami
kesehatan dalam berpikir adalah dengan memahami kesalahan dalam berpikir.
Sejumlah kesalahan berpikir (distorted thinking) berkontribusi dalam pelbagai masalah
mental manusia. Kesalahan-kesalahan berpikir ini juga bisa mempengaruhi
kemampuan manusia dalam mengendalikan diri (self control) dan pengelolaan stres
(stress management) karena menjadi sebab hilangnya rasionalitas manusia dan
munculnya interpretasi tidak realistik terhadap pelbagai kejadian di sekitar.

2. Kesiapsiagaan Jasmani

Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk


melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen
penting dalam kesiapsiagaan jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus
dimiliki untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara
fisik dengan baik dengan menghindari efek cedera dan atau mengalami kelelahan yang
berlebihan.

Kesiapsiagaan jasmani seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari
dalam maupun dari luar tubuh. Pusat Pengembangan Kesegaran Jasmani membaginya
kedalam dua faktor, yaitu:
1) Faktor dalam (endogen) yang ada pada manusia adalah: Genetik, Usia, dan Jenis
kelamin.
2) Faktor luar (eksogen) antara lain: aktivitas fisik, kebiasaan merokok,
keadaan/status kesehatan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Manfaat kesiapsiagaan jasmani yang selalu dijaga dan dipelihara adalah:


1) Memiliki postur yang baik, memberikan penampilan yang berwibawa lahiriah
karena mampu melakukan gerak yang efisien.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


9

2) Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat dengan tidak mengalami


kelelahan yang berarti ataupun cedera, sehingga banyak hasil yang dicapai dalam
pekerjaannya.
3) Memiliki ketangkasan yang tinggi, sehingga banyak rintangan pekerjaan yang
dapat diatasi, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan cepat dan tepat
untuk mencapai tujuan.

Sifat organ tubuh sebagai sumber kesiapsiagaan dapat dinyatakan, bahwa:


1) Kesiapsiagaan dapat dilatih untuk ditingkatkan.
2) Tingkat kesiapsiagaan dapat meningkat dan/atau menurun dalam periode waktu
tertentu, namun tidak datang dengan tiba-tiba (mendadak).
3) Kualitas kesiapsiagaan sifatnya tidak menetap sepanjang masa dan selalu
mengikuti perkembangan usia.
4) Cara terbaik untuk mengembangkan kesiapsiagaan dilakukan dengan cara
melakukannya.

Berbagai bentuk latihan kesiapsiagaan Jasmani yang dilakukan dapat diketahui


hasilnya dengan mengukur kekuatan stamina dan ketahanan fisik seseorang secara
periodik minimal setiap 6 bulan sekali. Berikut ini beberapa bentuk kesiapsiagaan fisik
yang sering digunakan dalam melatih kesiapsiagaan jasmani, yaitu; Lari 12 menit, Pull
up, Sit up, Push up, Shuttle run, lari 2,4 km atau cooper test, dan Berenang.

Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga kesiapsiagaan


jasmani antara lain:
1) Makanlah makanan yang bergizi secara teratur dalam porsi yang cukup.
2) Sediakan waktu yang cukup untuk cukup beristirahat.
3) Biasakan berolahraga.
4) Perbanyaklah mengkonsumsi air putih.
5) Buang air segera dan jangan ditunda.

3. Kesiapsiagaan Mental

Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi


mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan
dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan
lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.

Agar setiap orang dapat mencapai tingkat kesiapsiagaan mental yang baik, maka
hendaknya:
1) Menerima dan mengakui dirinya sebagaimana adanya (Ikhlas dan bersyukur).
2) Berpikir positif dan bersikap sportif.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


10

3) Percaya diri dan memiliki semangat hidup.


4) Siap menghadapi tantangan dan berusaha terus untuk mengatasinya.
5) Terbuka, tenang, tidak emosi bila menghadapi masalah.
6) Banyak bergaul dan bermasyarakat secara positif.
7) Banyak latihan mengendalikan emosi negatif, dan membiasakan membangkitkan
emosi positif.
8) Memiliki integritas diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam mengatasi
problema hidup termasuk stress.
9) Mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses mencapai
kematangan.
10) Mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain.
11) Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan.
12) Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi
hidupnya.
13) Pengawasan diri atau memiliki kontrol diri terhadap segala keinginan yang
muncul.
14) Memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatannya.

Pengaruh kesiapsiagaan mental terhadap diri seseorang, maka seseorang yang


memiliki kesiapsiagaan mental dapat:
1) berperilaku menurut norma-norma sosial yang diakui, sikap perilaku tersebut
digunakan untuk menuntun tingkah lakunya;
2) mengelola emosi dengan baik;
3) mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal;
4) mengenali resiko dari setiap perbuatan;
5) menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang; dan
6) menjadikan pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru terbaik.

4. Etika, Etiket dan Moral

Etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan
norma kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang
berlaku dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal
maupun informal.

Etiket ini sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia
dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN


11

Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

5. Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat
ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan
Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang
dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan
manusia.

Kearifan lokal memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut:


a. Bentuk kearifan lokal dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat,
rumah tinggal, tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau
konkrit;
b. Segala bentuk kearifan lokal yang dihasilkan oleh manusia mengandung nilai
kebaikan dan manfaat
c. Kearifan lokal yang sudah terbentuk akan berkembang dengan adanya pengaruh
kegiatan penggunaan, pelestarian, dan pemasyarakatan secara baik dan benar
sesuai aturan yang berlaku di lingkungan manusia itu berada;
d. Kearifan lokal dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat
yang pernah menggunakannya;
e. Kearifan lokal memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh
manusia setempat dengan pemaknaan bahasa setempat, kegunaan dasar di
daerah setempat, dan penggunaan yang massal di daerah setempat; dan
f. Kearifan lokal dapat berupa pengembangan kearifan yang berasal dari luar
namun telah diadopsi dan diadaptasi sehingga memiliki ciri baru yang
membedakannya dengan kearifan aslinya serta menunjukkan ciri-ciri lokal.

Orientasi PPPK - Pengenalan Tugas dan Fungsi ASN

Anda mungkin juga menyukai