Anda di halaman 1dari 6

NAMA LENGKAP : FADLI MUNANDAR

NIP : 198402232023211001

JABATAN : TERAMPIL - ASISTEN APOTEKER

INSTANSI : KEMENTERIAN KESEHATAN

Agenda 1 :

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi
maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan
tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila
beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya. Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun
2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus
dilakukan untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang
ditempatkan di bagian depan UUD 1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar
yang melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber
hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi
Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada
Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea. Dari sudut hukum, batang tubuh
UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara
(ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara
Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara
yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang selalu
menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang
menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut,
baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Dengan memahami penjelasan
tersebut, maka yang perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala
kemampuan, kemudian mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan
modal insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual, emosional, sosial,
ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani) yang tercermin dalam
bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan complicated saat ini menjadi
tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan global untuk meningatkan daya saing sekaligus
mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik dari
sisi positif apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari
konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa. Terdapat beberapa isu-isu strategis
kontemporer yang telah menyita ruang publik harus dipahami dan diwaspadai serta menunjukan
sikap perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud yaitu:
korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian uang (money laundring), dan proxy
war dan isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax. Strategi
bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan
serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang
lebih baik dengan dasar analisa yang matang.

Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan kesadaran bela
negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka penguatan jati diri bangsa yang
berdasarkan kepribadian dan berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945.
Komitmen dan kepatuhan seluruh warga negara dalam membangun kekuatan bangsa dengan
segenap pranata, prinsip dan kondisi yang diyakini kebenarannya serta digunakan sebagai instrumen
pengatur kehidupan moral, identitas, karakter serta jatidiri bangsa yang berdasarkan Pancasila dan
UUD Negara RI 1945 merupakan modali dasar yang mampu mendinamisasikan pembangunan
nasional di segala bidang. Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilainilai bela negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Proses
nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman
bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.
Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik memiliki kondisi
kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki
kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya memiliki
sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Agenda 2 :

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut
mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu
sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa
publik, dan pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan Publik). Pelayanan publik
yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara dari Reformasi Birokrasi,
sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah
pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas. Setelah
mempelajari Materi Pokok 1 ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan pelayanan publik
secara konseptual/teoretis. Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami terlebih dahulu
apa yang dimaksud dengan pelayanan publik. Dalam Oxford Learner’s Dictionary, kata pelayanan
(service) diartikan sebagai “a system that provides something that the public needs, organized by the
government or a private company (sistem yang menyediakan sesuatu yang dibutuhkan publik, yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau perusahaan swasta)”. Selain itu, Hardiyansyah (2011:11)
mendefinisikan pelayanan adalah aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan, dan
mengurus. Baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak yang lain. Istilah lain yang
sejenis dengan pelayanan itu adalah pengabdian dan pengayoman.

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami. Ketika
seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi
tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering
disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Amanah seorang ASN menurut SE
Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi landasan
dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut
harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada
masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang
baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Integritas
adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam,
adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas
tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa
dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung
Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun
lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

Disadari isu penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk aspek pengembangan SDM
memanglah penting. Hal ini tercermin dari prioritas pembangunan nasional jangka menengah ke 4,
tahun 2020-2024, berfokus pada penguatan kualitas SDM, untuk sektor keAparaturan,
pembangunan diarahkan untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Wujud birokrasi berkelas
dunia tersebut dicirikan dengan apa yang disebut dengan SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki
kemampuan dan karakter meliputi: integritas, profesinal, hospitality, networking, enterprenership,
berwawasan global, dan penguasaan IT dan Bahasa asing. Penguatan kualitas ASN tersebut sejalan
dengan dinamika lingkungan strategis diantaranya VUCA dan disrupsi teknologi, fenomena
demografik (demographic shifting), dan keterbatasan sumberdaya. Keadaan ini merubah secara
dinamis lingkungan pekerjaan termasuk perubahan karakter dan tuntutan keahlian (skills).
Kenyataan ini menutut setiap elemen atau ASN di setiap instansi selayaknya meninggalkan
pendekatan dan mindset yang bersifat rigit peraturan atau rule based dan mekanistik, cenderung
terpola dalam kerutinan dan tidak adapatif dengan zamannya. ASN diharapkan memiliki sifat dan
kompetensi dasar, utamanya: inovasi, daya saing, berfikir kedepan, dan adaptif. Sifat dan
kompetensi dasar ini krusial untuk mewujudkan instansi pemerintah yang responsif dan efektif.
Republik Indonesia (RI) adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di
antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif
yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020,
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena
kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam
berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli
pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang
terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku
bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 42% dari seluruh penduduk
Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap
satu"), bermakna Modul Harmonis keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu
kesatuan/negara. Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia
memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia 30
juta jiwa.

Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021
tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan
Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa
dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi
transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas
dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan
Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer
Branding (Bangga Melayani Bangsa).
Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal
uraian modul ini adalah kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan
dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki
dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan dengan
melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi
penyebabnya.
a. Faktor Internal

Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju


pemerintahan berkelas dunia (World Class Government)
Setelah mempelajari Materi Pokok 1 ini, peserta mampu menjelaskan loyal secara
konseptual-teoritis yang berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.

Modul Loyal

10

sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-paya yang


harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan nasional
sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita mulia
tersebut tentunya akan dapat dengan mudah terwujud jika
instansi-instansi pemerintah diisi oleh ASN-ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan publik serta
mampu menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan
fungsinya sebagai ASN sebagaimana tertuang dalam Pasal 10 UU Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Aparatur Sipil Negara. Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana
tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal
terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada
pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu
sendiri.

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi
yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di
dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya
yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kinerja.

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi yang
mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan
nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG
yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di
Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan
satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Agenda 3 :

Era Teknologi Informasi saat ini memberikan kemudahan dalam melakukan segala hal. Banyak
manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat
bidang komunikasi. Saat ini, perilaku manusia dalam berkomunikasi menjadi semakin kompleks.
Dahulu, manusia berkomunikasi dengan cara bertemu, namun kini dengan adanya teknologi,
tersedia media baru dalam berkomunikasi, yaitu melalui jejaring sosial. Jejaring sosial ini membuat
manusia terhubung satu sama lain tanpa harus bertatap muka. Dengan media baru ini, informasi
juga dapat disebarluaskan dengan cepat. Komunikasi yang bersifat serba digital menjadikan literasi
digital sebagai salah satu kebutuhan wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Pertumbuhan
ekonomi digital Indonesia diprediksi akan naik mencapai US$ 133 miliar pada 2030 (eConomy SEA
2019). Namun, Indonesia, berdasarkan World Digital Competitiveness Ranking, berada pada urutan
56 dari 62 negara di dunia. Dengan kondisi ini, Indonesia Smart ASN terancam hanya menjadi pasar
dan dapat kehilangan kesempatan memetik dampak baik dari trend perkembangan teknologi yang
ada. Daya saing digital yang rendah, yang disebabkan diantaranya rendahnya literasi digital, juga
membuat Indonesia menghadapi sejumlah ancaman; mulai dari penyebaran konten negatif, konten
berbau hoaks, ujaran kebencian atau hate speech, perundungan, ragam praktik penipuan, hingga
radikalisme. Berbagai tantangan di ruang digital harus diimbangi dengan literasi digital yang
mumpuni. Modul ini bukan hanya sebagai buku panduan semata, namun diharapkan para peserta
CPNS mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara cepat. Sehingga
terwujudlah kinerja yang bukan hanya cakap di dunia nyata namun juga cakap di dunia digital. Dalam
modul ini, peserta akan diajak untuk berpikir secara kritis terkait pemahaman konsep efektivitas,
efisiensi, inovasi, dan mutu di bidang komunikasi. Oleh karena itu, pahamilah setiap dasar
kompetensi yang harus peserta kuasai, beserta indikator keberhasilan dan sejumlah capaian belajar
untuk mengukur pemahaman peserta tentang modul. Melalui modul ini, peserta akan dinilai
kemampuannya dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar literasi digital.

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat
madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi
dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun
1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut
semakin banyak dan berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil
negara untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN Perkembangan teknologi
komunikasi dan transportasi menjadikan aksesibilitas semakin mudah untuk berhubungan dari suatu
negara ke negara lain, globalisasi ekonomi menjadi semakin nyata yang ditandai dengan persaingan
yang tinggi di tingkat internasional. Ketentuan-ketentuan yang berlaku secara internasional harus
dapat diikuti oleh birokrasi kita dengan baik jika kita ingin dapat memenangkan persaingan tersebut.
Namun dalam kenyataannya birokrasi kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang
ditandai dengan masih rendahnya kinerja pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di
Indonesia. Hal ini tergambar dari beberapa laporan kinerja pemerintahan seperti The Global
Competitiveness Report 2014-2015 (World Economic Forum, 2014) dimana Indonesia menempati
peringkat 37 dari 140 negara, dan laporan Bank Dunia melalui Worlwide Governance Indicators yang
menunjukkan bahwa efektivitas pemerintahan (Government Effectiveness) Indonesia masih sangat
rendah, dengan nilai indeks di tahun 2014 adalah – 0, 01. Selain itu Indeks Persepsi Korupsi (The
Corruption Perceptions Index) Indonesia berdasarkan data dari Transparency International juga
masih rendah pada nilai indeks 34 ( dari nilai indeks bersih korupsi 100 ) dan berada pada ranking
107 dari 175 negara pada tahun Manajemen ASN 2014. Hal ini tentunya menjadi kendala karena
pembangunan nasional dalam era persaingan global menuntut adanya birokrasi yang efisien,
berkualitas, transparan, dan akuntabel, terutama terhadap prospek bidang investasi di Indonesia.
Selain menghadapi permasalahan internasional, birokrasi kita juga masih dihadapkan kepada
permasalahan-permasalahan dalam negeri seperti pelayanan kepada masyarakat yang kurang baik,
politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era desentralisasi dan otonomi daerah, yang kadang
dapat mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan kata lain birokrasi kita belum
professional untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Untuk mewujudkan
birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah melalui
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur
sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen
aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas,
profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. Manajemen ASNU ASN
mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam manajemen SDM. Pertama, perubahan dari
pendekatan personel administration yang hanya berupa pencatatan administratif kepegawaian
kepada human resource management yang menganggap adalah sumber daya manusia dan sebagai
aset negara yang harus dikelola, dihargai, dan dikembangkan dengan baik. Kedua, perubahan dari
pendekatan closed career system yang sangat berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan,
kepada open career system yang mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi
dan pengisian jabatan.

Anda mungkin juga menyukai