Anda di halaman 1dari 8

JURNAL

Masive Open Online Course (MOOC)


PEGAWAI PEMERINTAH PERJANJIAN KERJA(PPPK)

DISUSUN OLEH:
NAMA : FITRIANI, S.Pd.
NIPPPK : 199204182024212008
GOLONGAN : IX
TTL : MAGELANG, 18 APRIL 1992
JABATAN : AHLI PERTAMA/ GURU KELAS
INSTANSI : SD NEGERI SUKOSARI

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SLEMAN


SD NEGERI SUKOSARI
TAHUN 2024
AGENDA 1

WAWASAN KEBANGSAAN

1. Kedudukan UUD 1945


Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta
norma- norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945,
menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum SANKRI pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya
manusianya. Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada
tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum
tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.

2. Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)


Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan
UUD 1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang
melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau
dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945
maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang
akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita
luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan
bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang
terdiri dari empat (4) alinea :
Alinea Pertama : “Bahwa sesungguhya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” Alinea ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan alasan utama bagi rakyat di
wilayah Hindia Belanda bersatu sebagai bangsa Indonesia untuk menyatakan
hak kemerdekaannya dari cengkeraman penjajahan Kerajaan Belanda. “Di
mana ada bangsa yang dijajah, maka yang demikian itu bertentangan dengan
kodrat hakekat manusia, sehingga ada kewajiban kodrati dan kewajiban moril,
bagi pihak penjajah pada khususnya untuk menjadikan merdeka atau
membiarkan
menjadi bangsa yang bersangkutan”. Norma dasar berbangsa dan
bernegaradari alinea pertama ini adalah asas persatuan, artinya negara
Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
modal utama dan pertamanya adalah bersatunya seluruh rakyat di wilayah eks
Hindia
Belanda, dari Sabang hingga ke Merauke, sebagai bangsa Indonesia untuk
memerdekakan diri dari penjajahan Belanda. Dengan demikian alinea pertama
Pembukaan UUD 1945 tersebut tidaklah bermakna sebagai pembenaran bagi
upaya kapanpun sebagian bangsa Indonesia yang telah bersatu tersebut
untuk memisahkan diri dengan cara berpikir bahwa negara Republik Indonesia
sebagai pihak penjajah.
Alinea Kedua : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur” Alinea kedua
ini memuat pernyataan tentang keinginan atau cita-cita luhur bangsa
Indonesia, tentang wujud negara Indonesia yang harus didirikan. Cita-cita
luhur bangsa Indonesia tersebut sebagai norma dasar berbangsa dan
bernegara pada dasarnya merupakan apa yang dalam literatur kontemporer
disebut visi, merupakan cita-cita sepanjang masa yang harus selalu
diupayakan atau digapai pencapaiannya.
Alinea Ketiga : “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Alinea ini merupakan formulasi formil pernyataan kemerdekaan oleh bangsa
Indonesia dengan kekuatan sendiri, yang diyakini (norma dasar berikutnya)
kemerdekaan Republik Indonesia adalah sebagai rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, dan didukung oleh seluruh rakyat serta untuk kepentingan dan
kebahagiaan seluruh rakyat.
Alinea Keempat : berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

3. Kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan


kesatuan Bangsa Indonesia
Kedudukan PNS dalam NKRI sebagai unsur aparatur negara yang berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan
pemersatu bangsa. PNS melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah.
PNS harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik. Tugas PNS dan PPPK sebagai pegawai ASN yatu melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas, serta mempererat persatuan dan
kesatuan NKRI
Berdasarkan Pasal 12 UU Nomor 5 Tahun 2014, pegawai ASN (PNS dan
PPPK) berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas
dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
ANALISIS ISU KONTEMPORER
Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan
complicated saat ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam
percaturan global untuk meningatkan daya saing sekaligus mensejahterakan
kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik
dari sisi positif apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar
bangsa.
Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita
ruang publik harus dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap
perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang
dimaksud yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian
uang (money laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam
bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax. Strategi bersikap yang harus
ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif.
Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan
objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif
pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Aksi nasional bela negara adalah adalah sinergi setiap warga negara guna
mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara
yang berdaulat, adil, dan makmur.

AGENDA II

BERORIENTASI PELAYANAN

Kode etik dari nilai berorientasi pelayanan membangun lingkungan kerja


yang kondusif. Panduan perilaku berikut yang merupakan kode etik dari nilai
berorientasi pelayanan adalah memegang teguh ideologi Pancasila,
Undang-UndangDasar 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah
perilaku berikut yang merupakan kode etik dari nilai berorientasi pelayanan
adalah cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan. Dalam memahami
dan memenuhi kebutuhan masyarakat, kedudukan masyarakat dalam konteks
tersebut adalah sebagai masyarakat sebagai pengawas kinerja pemerintah.
Pengertian masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 25/2009 tentang
Pelayanan Publik seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk
sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang
berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa perilaku pelayanan prima yang
perlu dibudayakan dalam organisasi antara lain sebagai berikut menyapa dan
memberi salam, ramah, berpenampilan rapih. Tujuan utama dari Nilai Dasar
ASN adalah menjadi dasar pembentukan peraturan internal tentang kewajiban
masuk kerja.
AKUNTABEL

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values
ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
• Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung
jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara
secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
• Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan
berintegritas tinggi
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak
menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza
dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua
unsur pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich
(2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas
yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan
Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno,
Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama dalam
kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada
umumnya. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan
memberikan dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur.
Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan,
Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun
lingkungan kerja ASN yang akuntabel.

LINGKUNGAN HARMONIS
1. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan
tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi
ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau
persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara
disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan
bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika
merupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
3. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana
nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil
Negara, perilaku pejabat publik harus berubah,
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
4. Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi.
5. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan
susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di
lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

LOYAL

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan
dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku loyal yang
semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang
sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi,
kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.

ADAPTIF

Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana


pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator
sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif; (b)
Penguatan organisasi adaptif dan © Pembaharuan institusional adaptif.
Terkait membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah
berbagi pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi
perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan
istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu
berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas
(think across). Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah
yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan
pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi
yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan
imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya
(atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

KOLABORATIF

Pendekatan WoG di beberapa negara ini dipandang sebagaibagian dari


respon terhadap ilusi paradigma New Public Management (NPM) yang banyak
menekankan aspek efisiensi dan cenderung mendorong ego sektoral
dibandingkan perspektif integrasi sektor. Pada dasarnya pendekatan WoG
mencoba menjawab pertanyaan klasik mengenai koordinasi yang sulit terjadi
di antara sektor atau kelembagaan sebagai akibat dari adanya fragmentasi
sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga WoG sering kali
dipandang sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami
koordinasi antar sector.
Pengertian WoG
Definisi WoG yang dinyatakan dalam laporan APSC sebagai:
“[it] denotes public service agencies working across portfolio boundaries to
achieve a shared goal and an integrated government response to particular
issues. Approaches can be formal and informal. They can focus on policy
development, program management and service delivery” (Shergold & others,
2004). Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor
guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah
terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus Australia berfokus pada tiga hal yaitu
pengembangan kebijakan, manajemen program dan pemberian layanan. Dari
definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang menekankan
aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini
terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal.

AGENDA III

SMART ASN
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet
dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan
penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi
digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan
pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam
melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif
(Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika,
budaya, keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia
digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan
tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya
bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan,
membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Keamanan
bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan
bermedia digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami,
dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi
digital dalam kehidupan sehari-hari.

MANAJEMEN ASN
a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan
Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan
Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan
Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN
melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan
laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas
inisiatif sendiri.
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya
dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi
Pemerintah.
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative.

Anda mungkin juga menyukai