NIP : 199104092023211022 SEKOLAH : SMPN 107 JAKARTA INSTANSI : DKI JAKARTA
AGENDA 1 MODUL I WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI
BELA NEGARA Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasat Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan pelayanan publik dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai masalah kebangsaan saat ini mengingatkan kita akan pentingnya pemantapan wawasan kebangsaan dan penumbuh kembangan kesadaran bela Negara, sehingga amanat UUD 1945 untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional dapat diwujudkan. Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa(founding fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan- kesepakatan tentang kebangsaan berkembang hingga menghasilkan 4(empat) konsensus yaitu: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional dan kesadaran terhadap sistem nasional(nasional system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera. Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas NKRI. Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaula, adil dan makmur. Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan segenap komponen Bangsa yang dilandasi semangat untuk membela Negara dari Penjajahan. Nilai dasar bela Negara kemudian diwariskan kepada generasi penerus guna menjaga eksistensi RI. Dimana nilai dasar Bela Negara meliputi :a. cinta tanah air, b. sadar berbangsa dan bernegara, c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara, d. rela berkorban untuk bangsa dan negara, e.kemampuan awal Bela Negara. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari-hari. Usaha bela negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
AGENDA 1 MODUL II ANALISIS ISU KONTEMPORER
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis, sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan dan bagaimana konsep perubahan dimaksud. Dengan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa mulai saat ini kita harus bergegas menentukan masa depan, jika tidak maka orang(bangsa) lain yang akan menentukan masa depan (bangsa) kita. Hanya manusia dengan martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan bermanfaat dan dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan perbuatan tercela. Sosok PNS yang bertaggung jawab dan berorientasi pada kualitas merupakan gambaran implementasi sikap mental positif PNS yang kompeten. PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal diantaranya terkait dengan isu kritikal seperti : bahaya paham radikalisme/terorisme, bahaya narkoba, money laundry, korupsi, proxy war. Pancasila selaku ideologi yang menjadi fundamental bangsa Indonesia yang terbentuk berdasarkan kondisi bangsa yang multikultural dan dari segala perbedaan inilah Pancasila menjadi pemersatu dari semua kemajemukan bangsa Indonesia guna tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa Indoensia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memperoleh dari rakyat Indonesia karena sila serta nilai-nilai merupakan intisari dari nilai-nilai budaya masyarakat yang majemuk. Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar analisa yang matang.
AGENDA II MODUL I BERORIENTASI PELAYANAN
Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara RI antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem yang mendukung penyelenggaraan pelayanan publik yang prima sesuai UU Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pelayanan publik yang baik didasarkan pada prinsip diantaranya partisipatif, Transparan, Responsif, Tidak diskriminatif, Mudah dan murah, Efektif dan efisien, Aksesibel, Akuntabel, Berkeadilan. Berdasarakn definisi pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dari penjelasan diatas, terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN yaitu 1. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2. Penerima layanan yaitu masyarakat, stakenholders, atau sektor privat, dan 3. Kepuasaan yang diberikan dan/ atau diterima oleh penerima layanan. Adapun penyelenggara layanan publik menurut UU pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan UU untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam penyelengaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik. Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
AGENDA II MODUL II AKUNTABEL
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki oleh seorang pelayan publik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah : 1. Kepemimpinan, 2. Transparansi, 3. Integritas, 4.tanggung jawab(responsibilitas), 5.keadilan, 6.kepercayaan, 7.keseimbangan, 8.kejelasan, 9. Konsistensi. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu : 1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), 2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), 3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu : akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.
AGENDA II MODUL III KOMPETEN
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif. Terdapat delapan karakteristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Sesuai prinsip UU ASN No 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai peraturan Menteri PANRB no 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi meliputi : 1.Kompetensi teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi, dan 3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan terkait pengalaman berinteraksi. AGENDA II MODUL IV HARMONIS Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan, Indonesia juga dikenal karena kekayaan SDA, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Dengan banyaknya perbedaan dan keanekaragaman maka diperlukan adanya keharmonisan. Dalam mewujudkan suasana harmonis maka ASN memiliki pengetahuan tentang historisitas ke Indonesian sejak awal Indonesia berdiri, sejarah perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa. Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali dan akan menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Kondisi atau tanda-tanda tersebut merupakan gejala yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya disharmonis atau kejadian disharmonis di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai keaneka ragaman bangsa dan budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senanntiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan dituntut dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI. Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
AGENDA II MODUL V LOYAL
Berdasarkan Surat Edaran(SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang implementasi Core Values dan Employer Branding ASN, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas, pemerintah telah meluncurkan Core Values ASN BerAKHLAK dan Employer Branding. Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal uraian modul ini adalah kenapa nilai”loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values ASN BerAKHLAK yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat terlebih dahulu kepada faktor internal dan faktor eksternal. Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang loyal kita pahami terlebih dahulu pengertian loyal. Secara etimologis istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatau kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Bagi seorang PNS, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada NKRI. Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang masif saat ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN harus mampu menggunakan cara-cara cerdas atau smart power dengan berfikir logis, kritis, inovatif, dan terus mengembangkan diri berdasarkan nasionalisme dalam menghadapi tantangan global. Selain itu perkembangan teknologi informasi dapat digunakan oleh ASN untuk mendukung Implementasi Keterbukaan Publik (KIP) yang tengah digalakan oleh pemerintah. KIP menjadi salah satu alat ukur untuk melegtimasi pemerintah di mata mata rakyat dan menjadi fondasi penting demokrasi. Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana telah diuraikan, ASN dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus (dan hanya dapat dihadapi) dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain : a. taat pada peraturan, b.bekerja dengan integritas, c.tanggung jawab pada organisasi, d. kemauan untuk bekerja sama, e. rasa memiliki yang tinggi, f. hubungan antar pribadi, g. kesukaaan terhadap pekerjaan, h.keberanian mengutarakan pekerjaan, i.menjadi teladan bagi pegawai lain. Berdasarkan pasal 10 UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN, seorang ASN memiliki 3(tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementasi nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah. Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai- Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari yaitu : 1. Cinta tanah air, 2. Sadar berbangsa dan bernegara, 3. Setia pada pancasila sebagai ideologi negara, 4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, 5. Kemampuan awal bela negara.
AGENDA II MODUL VI ADAFTIF
Perilaku adaftif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi – dalam situasi apapun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individu dan organisasi adaftif adalah situasi VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiquity) Adaftif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan msunah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaftif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan hidup. Fondasi organisasi adaftif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap(landscape), pembelajaran(learning), dan kepemimpinan(leadership). Organisasi adaftif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan dalam cara pandang, cara berfikir, mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang lebih mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman, mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
AGENDA II MODUL VII KOLABORATIF
Kolaboratif menjadi hal sangat penting ditengah tantang global yang dihadapi saat ini dan merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan harapan tersebut. Dibalik berbagai tantangan yang dihadapi, birokrasi Indonesia masih dihadapkan pada fragmentasi dan silo mentality. Namun kolaborasi kemudian muncul menjadi solusi dari berbagai fragmentasi dan silo mentality. Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola struktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama. Semua ASN kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia . AGENDA III MODUL I SMART ASN Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa revolusioner dengan berpindahnya sebagian kehidupan manusia menuju dunia tanpa batas, yakni dunia digital. Kita dipaksa untuk masuk dan mengikuti segala perkembangan yang ada di dunia digital atau sering disebut istilah Mendadak Digital. Kondisi “Mendadak Digital” ini telah mengguncang Ekonomi, Sosial, dan Budaya masyarakat Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang digital silih berganti menghampiri seluruh profesi tak terkecuali ASN. Era Teknologi Informasi ssat ini memberikan kemudahan dalam melakukan banyak segala hal. Banyak manfaat yang diperoleh dari kemajuan teknologi informasi, salah satunya perkembangan pesat bidang komunikasi.Komunikasi yang bersifat digital menjadikan literasi digital sebagai salah satu kebutuhan wajib di era serba teknologi seperti sekarang. Sesuai dengan 5 arahan presiden dalam upaya percepatan transformasi digital, pengembangan SDM merupakan salah satu fokus Presiden. Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan media digital secara bertanggungjawab.Transformasi digital memberikan lebih banyak informasi, komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk kolaborasi baru. Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga kemampuan menggunakan gawai saja tidaklah cukup, maka diperlukan kemampuan lainnya yakni literasi digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital. Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet. Masyarakat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan, karena fasilitas dan fitur dari TIK memiliki keunggulan dan kemudahan untuk dipergunakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Bangsa yang sukses dan berkualitas adalah bangsa yang berbudaya dan bermartabat. Seyogyanya, saat dunia bertransformasi menjadi buadaya digital, maka budaya baru yang terbentuk harus dapat menciptakan manusia yang berkarakter dan warga digital memiliki nilai-nilai kebangsaan untuk memperkuat bangsa dan negaranya dan memiliki sikap dan perilaku yang menjunjung nilai nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. AGENDA III MODUL II MANAJEMEN ASN Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan UUD Tahun 1945. Sesuai tujuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia. Berbagai tantangan yang dihadapi aparatur sipil negara dalam mencapai tujuan tersebut semakin berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut aparatur sipil negara meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih dari KKN. Untuk menwujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi tantangan- tantangan tersebut, pemerintah melalui UU nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN telah bertekad untuk mengelola ASN menjadi semakin profesional. UU ini merupakan dasar dalam manajemen ASN yang meiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, dan mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas : PNS dan PPPK. Manajemen Asn terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut : 1. Pelaksana kebijakan public ,2.Pelayanan publlic, 3.Perekat dan pemersatu bangsa. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak dan kewajiban sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Pengelolaan SDM/ASN dilakukan untuk memotivasi dan juga meningkatkan produktivitas pegawai dalam melaksanakan tugasnya sehingga mampu berkontribusi pada pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efien tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu memberikan jaminan “keamanan” dan “kenyamanan” bagi individu yang bekerja didalamnya. Sistem merit yang berdasarkan pada obyektivitas dalam pengelolaan ASN menjadi pilihan bagi berbagai organisasi untuk mengelola SDM. Kualifikasi, kemampuan pengetahuan dan juga keterampilan pegawai yang menjadi acuan dalam pengelolaan ASN berdasar sistem merit menjadi fondasi untuk memiliki pegawai yang kompeten dan bahagia. UU ASN secara jelas mengakomodasi prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASN. “ Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna, kulit, agama, asal usul, jenis kelamin dan lain lain. Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan motor penggerak pemerintahan, pilar utama dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan publik yang secara langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan masyarakat. Oleh karena itu kinerja ASN menjadi indikator utama yang menentukan kualitas ASN itu sendiri.