Anda di halaman 1dari 9

Resume Agenda 1

Modul 1 : Wawasan Kebangsaan dan Nilai -Nilai Bela Negara

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia.

Terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 menjadi titik awal dimulainya pergerakan nasional
menuju Indonesia Merdeka dan mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945. Konsisten berpegang teguh kepada 4
(empat) konsensus dasar, yaitu Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system)
yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Undang-undang dasar 1945
memiliki fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.

Nilai -Nilai Bela Negara.

Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif
dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia .

Aktualisasi kesadaran bela negara bagi ASN.

Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela
Negara bagi ASN dapat diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan
nasional.

Modul 2 : Analisis Isu Kontemporer

pengertian kontemporer sesuatu hal yang modern, yang eksis dan terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau
segala hal yang berkaitan dengan saat ini. ASN diharapkan dapat memahami konsepsi perubahan, dan perubahan
lingkungan strategis melalui isu-isu strategis kontemporer sebagai wawasan strategis ASN. Dengan menyadari pentingnya
modal insani, menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis dalam
menjalankan tugas jabatan sebagai ASN profesional pelayan masyarakat.

Modal insani ( manusia) dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis adalah:

1. Modal intelektual: Perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui
pengembangan SDMnya.

2. Modal emosional : kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, serta memahami emosi
orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari
permasalahan yang dihadapi mereka

4. Modal ketabahan adalah ketabahan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah
organisasi birokrasi.

5. Modal etika/moral, yaitu kemampuan membedakan benar dan salah. Ada empat komponen ini yaitu Integritas,
bertanggung jawab, penyanyang dan pemaaf.

6. Modal kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani, yaitu badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua
modal insani .Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal yang diperlukan tidak berfungsi dengan maksimal.
Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency:
seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut
jika tidak ditangani segera.

Modul 3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Pengertian Bela negara adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara.

Rumusan nilai bela negara : Rasa cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia kepada pancasila sebagai ideologi
negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, mempunyai kemampuan awal bela negara.
Aksi nasional bela negara adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat,
adil, dan makmur.
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif
dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.
Rencana Aksi Nasional Bela Negara

Nasional: Mengamanatkan setiap K/L dan Pemda untuk melaksanakan program-program Aksi Nasional Bela Negara
yang aplikatif sesuai dengan spesifikasi, tugas dan fungsinya masing-masing dan melibatkan seluruh komponen bangsa
dan mencakup seluruh segmentasi masyaraka.

Rencana Aksi Latsar CPNS : Wujud aktualisasi dari nilai-nilai Bela Negara yang dijabarkan dalam bentuk rencana
kegiatan Bela Negara yang akan dilakukan oleh peserta baik selama on campus di lembaga diklat maupun selama off
campus di instansi tempat bekerja peserta masing-masing.

(UU No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahan Negara)

SELESAI RESUME AGENDA 1

Resume Agenda 2

Modul 1. Orientasi pelayanan

Pengertian Pelayanan Publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik

Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan publik yang baik adalah:

a. Partisipatif : pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

b. Transparan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik harus
menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya.

c. Responsif Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
d. Tidak diskriminatif. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga
negara dengan warga negara yang lain .

e. Mudah dan Murah Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus memenuhi berbagai persyaratan dan
membayar biaya untuk memperoleh layanan yang mereka butuhkan

f. Efektif dan Efisien Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya (untuk melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka panjang)

g. Aksesibel Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang
membutuhkan

h. Akuntabel Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang
dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar.

i. Berkeadilan Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah memiliki berbagai tujuan. Salah satu
tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.

Nilai Dasar ASN (salah satunya Berorientasi Pelayanan) bertujuan agar menjadi pedoman perilaku bagi para ASN dan
menciptakan budaya kerja yang mendukung tercapainya kinerja terbaik. Keberhasilan implementasi Nilai Dasar ASN
apabila telah terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku pegawai ASN, khususnya dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat

Modul 2. Akuntabel

kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari
moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak
dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017)

Aspek-Aspek Akuntabilitas

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)


b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
d. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)..Tujuan utama dari akuntabilitas
adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

Perilaku ASN Yang Diharapkan

1. ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan
oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi
2. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial untuk diri mereka
sendiri atau yang lain.
3. ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan yang sah lainnya mengenai
komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan masyarakat pada umumnya.
Dengan integritas yang tinggi, dimensi aturan akan dapat dilihat dengan lurus dan jelas. Tanpa integritas, aturan hanya
akan dipandang sebatas dokumen dan berpotensi dipersepsikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.

Modul 3. Kompoten

Kompetensi ASN adalah


1. Kompetensi Teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman
bekerja secara teknis;
2. Kompetensi Manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan
3. Kompetensi Sosial Kultural diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama,
suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan

Konsep Kompetensi : Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terindikasikan
dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.

Perilaku Kompeten
Berkinerja Yang berakhlak
1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja •
2. ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik (pasal 4 dan 5 UU ASN)
3. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak (SE MenpanRB 22 Tahun
2021Meningkatkan

Kompetensi Diri

1. Merubah mindset: aktif meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan, merespons tantangan lingkungan yang
selalu berubah, dengan paradigma:
2. Mengembangkan mandiri secara heutagogik atau “net-centric”, berbasis sumber pembelajaran utama dari Internet
(jembatan belajar yang lebih personal).
3. Memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja/instansi tempat bekerja atau
tempat lain. Melakukan jejaring formal/informal (network), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan

Modul 4 . Harmonis

Pengertian Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian
rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Peran ASN dalam Mewujudkan suasana Harmoni
• Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada
salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku
diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.
• PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,
peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
• PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
• Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik kepada pengguna layanan,
juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan
• PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

Modul 5 : Loyal

Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika
diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan
ASN untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN
harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagaimana panduan perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di
instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
NKRI serta pemerintahan yang sah;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas
diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”. Peserta Pelatihan Dasar diharapkan dapat mempelajari setiap materi pokok dalam modul ini dengan
seksama dan mengerjakan setiap latihan dan evaluasi yang diberikan. Jika terdapat hal-hal yang belum dipahami dapat
ditanyakan dan didiskusikan dengan Pengampu Mata Pelatihan ini pada saat fase pembelajaran jarak jauh maupun
klasikal.
Modul 6 : Adaptif

Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk
menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003)
Batasan Pengertian Adaptif adalah :
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkung
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumbersumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah
Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN adalah Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery); Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang yang
sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision). Pegawainya memiliki mental model
yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin wujudkan (mental model). Pegawainya perlu selalu sinergis dalam
melaksanakan kegiatankegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning). Pegawainya harus selalu berpikir sistemik,
tidak kaca mata kuda, atau bermental silo (systems thinking).

Ciri-ciri Individu Adaptif

• Eksperimen orang yang beradaptasi

• Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan

• Memiliki sumberdaya

• Selalu berpikir ke depan

• Tidak mudah mengeluh

• Tidak menyalahkan

• Tidak mencari popularitas

• Memiliki rasa ingin tahu

• Memperhatikan system

• Membuka pikiran

• Memahami apa yang sedang diperjuangkan

Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di dalamnya memiliki kebutuhan
beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga
memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di
dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada
level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun organisasi –
dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut
adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi
uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi
adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi
sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat.dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Penerapan Budaya Adaptif dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan . Memanfaatkan peluang
yang berubah-ubah. Mendorong jiwa kewirausahaan Terkait dengan kinerja instansi. Memperhatikan kepentingan-
kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat dan umum.

Modul 7 : Kolaboratif

Model Collaborative Governance Ansan dan Gash (2012)

Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari
membangun kepercayaan, face to face dialogue,commitment to process, pemahaman bersama, serta pengambangan
outcome antara Desain kelembagaan yang salah satunya prosestransparansi serta faktor kepemimpinan juga
mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan.

Panduan Perilaku Kolaboratif

1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi

2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus
menghormati pekerjaan mereka;

3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam
menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan)

4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) setiap kontribusi dan pendapat sangat
dihargai;

5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong dan secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap
kualitas layanan yang diberikan.

Whole of Government

• WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan bersama
dalam bidang pembangunan kebijakan, manajemenprogram dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

Mengapa WOG karena Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan public dalam mewujudkan integrasi kebijakan,
program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Faktor-faktor internal
dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk
latar belakang lainnya mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa.

Keuntungan WoG

• Outcomes-focused Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L sektoral secara masing-masing.

• Boundary-spanning Implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu instansi, tetapi lintas instansi

• Enabling WoG membuat pemerintah lebih mampu menangani tantangan kebijakan yang kompleks
• Strengthening prevention WoG mendorong pencegahan terhadap masalah yang mungkin berkembang lebih jauh

Tantangan Praktek WoG

• Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan

kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi
kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.

• Nilai dan budaya organisasi Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi pun menjadi
kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan

• Kepemimpinan Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu
SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.

WoG Berdasarkan Jenis

• Pelayanan yang bersifat adminisitratif Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi

yang dibutuhkan warga masyarakat

• Pelayanan jasa . Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya

• Pelayanan barang. Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti misalnya
jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya

• Pelayanan regulative. Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang- undangan, maupun kebijakan
publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Berdasarkan Pola

• Pelayanan Teknis Fungsional .Suatu pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan
bidang tugas, fungsi dan kewenangannya

• Pelayanan Satu Atap. Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang bersangkutan
sesuai kewenangan masing-masing

• Pelayanan Satu Pintu. Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh suatu unit

kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan

• Pelayanan Terpusat. Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku
koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang
bersangkutan

• Pelayanan Elektronik. Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

SELESAI RESUME AGENDA 2

Resume Agenda 3

Modul 1: Smart ASN

Literasi Digital

 Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media
digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia
digital dengan penuh tanggung jawab.
● Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital (digital skills) saja, namun
juga budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman
menggunakan media digital (digital safety)

Implementasi Literasi Digital

Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety.
Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif
masyarakat dalam menguasai teknologi digital

Kerangka Kurikulum Literasi Digital

1. Digital Skil : Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

2. Digital Cultur: Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan
kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan
TIK

3. Digital Ethics Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari

4. Digital Safety Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan
kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

Etika Bermedia Digital Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :

1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bukan hanya jumlah dan
aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis

2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital. Karakter media digital yang
serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak terbatas dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat
dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja, bertransaksi, hingga berkolaborasi.

3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-19 yang menyebabkan intensitas
orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak lepas
dari situasi ketika semua orang berkumpul di media guna melaksanakan segala aktivitasnya, tanpa batas.

Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan
panduan etis dan kontrol diri (self-controlling) dalam menghadapi jarak perbedaan-perbedaan tersebut dalam
menggunakan media digital, yang disebut dengan Etika Digital. Empat prinsip etika tersebut menjadi ujung tombak self-
control setiap individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media
digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif.

Aman Bermedia Digital

● Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan
dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh
pengguna media digital

Budaya Bermedia Digital Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang bersifat formal dan mau
tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital
yang wajib dimiliki oleh pengguna media digital

Lanskap Digital – Internet dan Dunia Maya

● Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring, perangkat seluler, dan lain
sebagainya.
● Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain. Kita tidak bisa
mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.

● Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi. Komputer merupakan istilah yang
digunakan untuk menyebut komputer yang didesain untuk penggunaan individu (Wempen, 2015)

Tiga Tahapan Kerja Mesin Pencari Informasi

- Penelusuran (crawling), yaitu langkah ketika mesin pencarian informasi yang kita akses menelusuri triliunan sumber
informasi di internet. Penelusuran tersebut mengacu pada kata kunci yang diketikkan.

- Pengindeksan (indexing), yakni pemilahan data atau informasi yang relevan dengan kata kunci yang kita ketikkan.

- Pemeringkatan (ranking), yaitu proses pemeringkatan data atau informasi yang dianggap paling sesuai dengan yang kita
cari

Etika Berinternet (Nettiquette)

● Etika merupakan sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam
mengatur tingkah lakunya K.Bertens (2014: 470).

● Etiket yang didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat (Pratama,
2014: 471).

● Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Sementara etika berlaku meskipun
individu sendirian. Hal lain yang membedakan etika dan etiket ialah bentuknya, etika pasti tertulis, misal kode etik
Jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi)

Modul 2:

Anda mungkin juga menyukai