Anda di halaman 1dari 8

Nama Lengkap : Muammar Hijaz, S.Th.

I
NIP : 19891108 202321 1 017
Jabatan : Ahli Pertama – Penyuluh Agama Islam
Instansi : KUA Kec. Watang Pulu Kantor Kementerian Agama Kab. Sidrap

Rangkuman

1. AGENDA 1

(Wawasan Kebangsaan & Bela Negara)


Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka  mengelola kehidupan berbangsa
dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa  (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang  bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,  guna
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi  mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera. Pemantapan wawasan kebangsaan dan penumbuhkembangan kesadaran bela negara adalah
komponen kunci dalam menjalankan peran ASN untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan
dalam UUD 1945. Implementasi Sistem Administrasi NKRI menjadi landasan konkret dalam mencapai hal ini. ASN
harus tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa, serta senantiasa mengutamakan
kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
Sejarah perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan bagaimana perjuangan ini telah menyumbang
pada nilai "Bela Negara" yang kini diwariskan kepada pegawai negeri sipil, yang diharapkan mengintegrasikannya
dalam pelayanan sehari-hari. Selain itu, peran Pancasila sebagai dasar ideologi dan filosofi Indonesia juga dibahas,
dengan menekankan pentingnya secara konstitusional dan pengikatan nilai-nilainya pada semua undang-undang dan
peraturan di Indonesia. Konstitusi (UUD 1945) dianalisis sebagai dasar hukum tertinggi bagi sistem legislatif
Indonesia, membimbing administrasi dan pemerintahan negara.
Simbol-simbol nasional Indonesia memiliki arti besar dalam membentuk dan mewakili identitas bangsa serta
kedaulatan negara. Konsep "Bela Negara" diwariskan dari perjuangan meraih kemerdekaan dan memiliki arti
penting bagi generasi sekarang dan mendatang, terutama PNS. Pancasila tetap menjadi landasan dalam membentuk
nilai-nilai nasional dan membimbing kerangka hukumnya, sementara Konstitusi menjadi dasar hukum bagi
pemerintahan Indonesia.

(Analisis Isu Kontemporer)


Dalam menganalisa isu-isu kontemporer dalam pelatihan dasar calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah
bentuk respons terhadap tujuan Reformasi Birokrasi tahun 2025. Reformasi ini bertujuan untuk mewujudkan
birokrasi kelas dunia sebagai solusi atas tantangan rendahnya kapasitas dan kemampuan PNS dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis. Penelitian ini juga mengulas penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang mendorong kesadaran PNS dalam menjalankan profesinya dengan berlandaskan
pada nilai dasar, kode etik, kompetensi, dan profesionalitas.
Reformasi Birokrasi tahun 2025 sendiri bertujuan mengatasi rendahnya kapasitas PNS dan memajukan daya
saing Indonesia di arena global. Integrasi isu-isu kontemporer dalam pelatihan dasar calon PNS menjadi sarana
penting untuk mencapai tujuan ini. Dalam pelatihan dasar calon PNS juga mengintegrasikan isu-isu kontemporer
seperti teknologi, partisipasi masyarakat, keberlanjutan lingkungan, dan etika pemerintahan. Dengan demikian PNS
akan memahami konsep perubahan lingkungan strategis dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam
menghadapi isu-isu kontemporer.
Dengan demikian konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan strategis. Isu-isu kontemporer yang diangkat
dalam pelatihan dasar calon PNS menjadi landasan penting bagi peningkatan kapasitas birokrasi. Peserta akan diberi
pemahaman tentang perubahan lingkungan strategis dan keterampilan menghadapi isu-isu kritikal, sehingga
Indonesia dapat bersaing lebih baik dalam kompetisi global.

(Kesiapsiagaan Dalam Bela Negara)


Dalam membahas pentingnya peningkatan kesiapsiagaan bela negara melalui pendidikan dan pengembangan
karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa melalui pembinaan kesadaran bela negara menjadi elemen krusial
dalam membangun jati diri bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945. Komitmen warga
negara terhadap nilai-nilai bela negara memainkan peran sentral dalam membentuk identitas nasional yang kuat,
beretika, dan berkebudayaan. Latar belakangnya muncul pada peningkatan kesiapsiagaan bela negara menjadi tujuan
nasional yang muncul dari kebutuhan untuk menjaga kedaulatan negara dan menghadapi ancaman dalam dan luar
negeri. Proses ini didukung oleh pengenalan nilai-nilai bela negara dalam masyarakat Indonesia.

Pembangunan karakter bangsa dan peningkatan kesiapsiagaan bela negara saling terkait. Pengenalan nilai-nilai
bela negara melalui pendidikan karakter menjadi jalan untuk menciptakan warga negara yang memiliki sikap mental
dan perilaku yang kuat, disiplin, dan cinta tanah air. Secara makna, Kesiapsiagaan bela negara tidak hanya merujuk
pada aspek fisik, tetapi juga pada kondisi psikologis dan intelektual. Warga negara yang sehat fisik, cerdas
intelektual, dan memiliki mental yang tangguh menjadi modal utama dalam menjaga keutuhan negara dan bangsa.
Bagi seorang PNS /ASN, memiliki tanggung jawab besar dalam upaya bela negara. Kesiapsiagaan bela negara bagi
CPNS melibatkan kesiapan untuk mengabdikan diri secara penuh demi kepentingan negara dan bangsa, serta
menghadapi berbagai ancaman multidimensional yang dapat muncul. Cinta tanah air dan bela bangsa dapat terwujud
dalam tindakan nyata seperti melestarikan budaya Indonesia, mentaati hukum, dan menghindari korupsi. Ketaatan
pada hukum menciptakan stabilitas masyarakat dan keadilan.

Singkatnya, peningkatan kesiapsiagaan bela negara menjadi pondasi penting dalam membangun karakter
bangsa yang kuat dan berdaya saing. Pengenalan nilai-nilai bela negara melalui pendidikan karakter berperan dalam
membentuk generasi muda yang memiliki semangat cinta tanah air, integritas, dan kesadaran berbangsa dan
bernegara. Kesiapsiagaan bela negara PNS/ASN juga menjadi langkah awal dalam mengabdikan diri kepada negara
dan bangsa Indonesia.

2. AGENDA 2
Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran krusial dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas
dan efisien bagi masyarakat. Agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik, ASN perlu mengadopsi nilai-nilai
dasar yang mencerminkan integritas, tanggung jawab, dan profesionalisme. Dalam jurnal singkat ini, kita akan
mengulas nilai-nilai dasar ASN berAKHLAK yang terdiri dari pelayanan publik yang berorientasi pelayanan,
akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.

1. Berorientasi Pelayanan Publik


Definisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks
ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi
juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Sebagai ASN yang berAKHLAK, orientasi pelayanan menjadi prioritas utama. Mereka memahami bahwa
tugas mereka adalah melayani masyarakat dengan tulus dan memberikan solusi terbaik bagi setiap kebutuhan yang
muncul. Sikap ramah, sabar, dan tanggap menjadi ciri khas dalam interaksi dengan masyarakat.

2. Akuntabel
Konsep akuntabel diantaranya kemampuan memahami, akuntabilitas dari sisi konseptual teoretis sebagai
landasan untuk mempraktikkan perilaku akuntabel. Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh
yang besar pada berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu
ini adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan
publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat
berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga termasuk dana,
peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan non-keuangan (Penggunaan posisi atau
wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain). Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi
pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan,
Penyusunan Kerangka Kebijakan, Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan, Penyusunan Strategi Penangan Konflik
Kepentingan, dan Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
ASN yang berAKHLAK memiliki prinsip akuntabilitas yang kuat. Mereka menyadari pentingnya
mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam tugas pelayanan mereka.
Transparansi, pencatatan yang akurat, dan kemampuan untuk mengakui kesalahan adalah bagian integral dari nilai
akuntabel ini.

3. Kompeten
Kompeten dalam lingkup kerja pemerintahan, memiliki beberapa kriteria yaitu Berkinerja yang BerAkhlak
yaitu setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Terikat dengan etika
profesi sebagai pelayan publik, perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
a. Meningkatkan kompetensi diri yaitumeningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah adalah keniscayaan. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric” yang merupakan pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama
dari Internet. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network,
sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para pakar/konsultan, yang
mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain. Pengetahuan juga dihasilkan
oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam
organisasi dan atau luar organisasi.
b. Membantu Orang Lain Belajar, perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam
“pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums). Mengambil dan
mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel,
dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan
diambil (Knowledge Repositories). Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and
Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons
learned).
c. Melakukan kerja terbaik, pengetahuan menjadi karya sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik
instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan
lingkungan dan karya manusia. Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan
dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

Kualitas pelayanan publik hanya dapat diwujudkan oleh ASN yang berkompeten. BerAKHLAK berarti mereka
senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan tuntutan tugas. Melalui pelatihan dan
pengembangan diri, ASN memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang diperlukan untuk memberikan
solusi yang tepat dan efektif.

4. Harmonis
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi sebuah tantangan bahkan
ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam
integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku
bangsa di nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang
dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran persatuan
berbangsa tersebut.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok
profesional tertentu. Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat
publik harus berubah, a) berubah dari penguasa menjadi pelayan; b). berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’,
dan c). menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah.
Dengan membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi.
Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi
potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam
kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat. Keberhasilan pelayanan publik juga bergantung pada
hubungan yang harmonis di antara ASN sendiri dan dengan berbagai pihak terkait. ASN berAKHLAK menghargai
keragaman, bekerja sama dengan sesama ASN, serta menjalin kolaborasi yang produktif dengan pihak eksternal
dalam rangka mencapai tujuan bersama.

5. Loyal
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji yang
diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin
PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat
menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik. Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi
tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian
dari Organisasi Pemerintah.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai nilai Pancasila menunjukkan kemampuan ASN
tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari
organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat. Loyalitas terhadap negara dan tugas adalah
pilar penting dari ASN yang berAKHLAK. Mereka setia pada prinsip-prinsip moral, etika, dan aturan yang
mengatur tugas dan tanggung jawab mereka. Loyalitas ini membantu membangun kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan publik yang diberikan.

6. Adaptif
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu maupun
organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan individua dan organisasi
adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity
dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor
yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan
budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dalam era perubahan yang cepat, kemampuan untuk beradaptasi menjadi nilai yang tak ternilai bagi
ASN berAKHLAK. Mereka mampu berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, tuntutan
masyarakat, serta perubahan kebijakan untuk tetap memberikan pelayanan yang relevan dan efisien.

7. Kolaboratif
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya
kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara
entitas publik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor
yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah. Penelitian tersebut merupakan studi kasus
kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
Beberapa aspek normatif kolaborasi pemerintahan berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang
undangan”. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur juga
mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran
pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan.
Kolaborasi efektif merupakan fondasi bagi pelayanan publik yang berhasil. ASN yang berAKHLAK mampu
bekerja dalam tim, mendengarkan pandangan orang lain, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertukaran
ide dan pengetahuan. Kolaborasi ini memperkaya solusi yang dihasilkan dan memperkuat hubungan dengan mitra
kerja.

3. AGENDA 3
( Smart ASN )
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia
pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi
penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII,
2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap
harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama
pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan
baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital
menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga
negara. Kehadiran Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran sentral dalam menjaga stabilitas dan perkembangan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seiring dengan perkembangan teknologi dan paradigma manajemen
yang semakin maju, konsep Smart ASN dan manajemen ASN yang efektif menjadi penting untuk memastikan
bahwa ASN mampu berperan optimal dalam mewujudkan tujuan negara.
PNS memiliki kedudukan strategis sebagai penggerak pembangunan dan penyelenggara pemerintahan di
seluruh lapisan masyarakat. Tugas PNS mencakup berbagai bidang, termasuk pelayanan publik, pengawasan,
pengembangan, dan implementasi kebijakan. Peran PNS dalam NKRI meliputi:
a. Pelayanan Publik: PNS memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat. Mereka berperan dalam memastikan aksesibilitas dan kualitas layanan yang adil dan merata
bagi seluruh warga negara.
b. Pengawasan dan Implementasi Kebijakan: PNS bertugas dalam menjalankan tugas-tugas pengawasan dan
mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini memastikan bahwa
kebijakan yang diambil dapat dijalankan dengan efektif dan tepat sasaran.
c. Pengembangan dan Inovasi: PNS juga berperan dalam merumuskan inovasi dan pengembangan di berbagai
sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lainnya. Mereka berkontribusi dalam memajukan
pembangunan nasional melalui ide-ide kreatif dan solusi inovatif.
d. Stabilitas dan Keamanan: PNS juga memiliki peran dalam menjaga stabilitas dan keamanan negara. Di
berbagai instansi, mereka berkontribusi dalam mengawal tatanan sosial dan politik yang aman dan tertib.

Konsep Smart ASN merujuk pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam menjalankan tugas-
tugas ASN. Ini melibatkan penggunaan data dan analisis cerdas untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
kualitas pelayanan publik. Beberapa komponen kunci dari konsep Smart ASN meliputi:

a. Pemanfaatan Teknologi: Penerapan teknologi seperti kecerdasan buatan, analisis data, dan otomatisasi
proses administrasi dapat membantu ASN dalam mengambil keputusan yang lebih baik dan mengurangi
beban administratif.
b. Transparansi dan Akuntabilitas: Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan akses yang lebih baik kepada masyarakat terkait informasi
dan kebijakan.
c. Peningkatan Pelayanan: Dengan teknologi, ASN dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, responsif,
dan tepat sasaran kepada masyarakat.

(Manajemen ASN)
a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian
kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara,
lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima)
tahun.
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan proses
pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat
Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi
antar Instansi Pemerintah
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administrative

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani
yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan
pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh
kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan
yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Berbagai tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam
mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri yang menuntut
aparatur sipil negara untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan aksesibilitas semakin mudah untuk
berhubungan dari suatu negara ke negara lain, globalisasi ekonomi menjadi semakin nyata yang ditandai dengan
persaingan yang tinggi di tingkat internasional. Ketentuan-ketentuan yang berlaku secara internasional harus dapat
diikuti oleh birokrasi kita dengan baik jika kita ingin dapat memenangkan persaingan tersebut. Namun dalam
kenyataannya birokrasi kita masih menjadi hambatan dalam pembangunan, yang ditandai dengan masih rendahnya
kinerja pelayanan birokrasi dan masih tingginya angka korupsi di Indonesia.
Hal ini tergambar dari beberapa laporan kinerja pemerintahan seperti The Global Competitiveness Report
2014-2015 (World Economic Forum, 2014) dimana Indonesia menempati peringkat 37 dari 140 negara, dan laporan
Bank Dunia melalui Worlwide Governance Indicators yang menunjukkan bahwa efektivitas pemerintahan
Government Effectiveness) Indonesia masih sangat rendah, dengan nilai indeks di tahun 2014 adalah – 0, 01. Selain
itu Indeks Persepsi Korupsi (The Corruption Perceptions Index) Indonesia berdasarkan data dari Transparency
International juga masih rendah pada nilai indeks 34 ( dari nilai indeks bersih korupsi 100 ) dan berada pada ranking
107 dari 175 negara pada tahun 2014. Hal ini tentunya menjadi kendala karena pembangunan nasional dalam era
persaingan global menuntut adanya birokrasi yang efisien, berkualitas, transparan, dan akuntabel, terutama terhadap
prospek bidang investasi di Indonesia. Selain menghadapi permasalahan internasional, birokrasi kita juga masih
dihadapkan kepada permasalahan- permasalahan dalam negeri seperti pelayanan kepada masyarakat yang kurang
baik, politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era desentralisasi dan otonomi daerah, yang kadang dapat
mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan kata lain birokrasi kita belum professional untuk
dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah
melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil
negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara
yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas
dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas bagi masyarakat.
UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam manajemen SDM. Pertama, perubahan dari
pendekatan personel administration yang hanya berupa pencatatan administratif kepegawaian kepada human
resource management yang menganggap adalah sumber daya manusia dan sebagai aset negara yang harus dikelola,
dihargai, dan dikembangkan dengan baik. Kedua, perubahan dari pendekatan closed career system yang sangat
berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan, kepada open career system yang mengedepankan kompetisi dan
kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan. UU ASN juga menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah
profesi yang harus memiliki standar pelayanan profesi, nilai dasar, kode etik dan kode perilaku profesi, pendidikan
dan pengembangan profesi, serta memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai-nilai dasar profesi. Modul ini
akan membahas tentang konsep dan kebijakan manajemen aparatur sipil negara, dan bagaimana kebijakan tersebut
diimplementasikan di instansi pemerintah, dan termasuk di dalamnya adalah hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar manajemen aparatur sipil Negara dapat mencapai tujuannya yaitu untuk menciptakan profesionalisme aparatur
sipil negara.
PNS atau ASN memiliki peran sentral dalam pembangunan dan pelayanan publik di NKRI. Dengan
mengadopsi konsep Smart ASN dan menerapkan manajemen ASN yang efektif, ASN dapat memberikan kontribusi
yang lebih besar dalam mewujudkan tujuan negara dan memberikan pelayanan publik yang berkualitas tinggi
kepada masyarakat. Kedudukan PNS dalam NKRI adalah sebagai agen perubahan yang membantu mewujudkan visi
dan misi negara dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. KETERKAITAN ANTARA AGENDA 1, 2 DAN 3


Hubungan antara sikap perilaku bela negara, wawasan kebangsaan, penanggulangan isu kontemporer dengan
nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN), terkait dengan program Smart ASN dan manajemen ASN, memiliki
implikasi signifikan terhadap efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugas-tugas ASN. Sikap bela negara, wawasan
kebangsaan, penanggulangan isu kontemporer, serta nilai-nilai dasar PNS merupakan elemen-elemen penting yang
berdampak pada pembangunan negara dan pelayanan publik. Dalam konteks program Smart ASN dan manajemen
ASN, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sikap bela negara mencakup semangat dedikasi, loyalitas, serta komitmen untuk melindungi,
mempertahankan, dan memajukan negara. Wawasan kebangsaan mengacu pada pemahaman yang
mendalam tentang identitas nasional, sejarah, budaya, dan cita-cita bangsa. Kedua konsep ini erat terkait
dengan nilai-nilai dasar PNS seperti loyalitas, integritas, dan pelayanan yang berkualitas. Program Smart
ASN dan manajemen ASN dapat memperkuat sikap bela negara dan wawasan kebangsaan dengan
mempromosikan pelatihan yang berfokus pada pemahaman sejarah, budaya, dan nilai-nilai nasional. Ini
akan membangun ASN yang memiliki kesetiaan terhadap negara dan mampu menjalankan tugas dengan
berlandaskan identitas nasional. Termasuk dalam hal penanggulangan isu kontemporer, seperti perubahan
iklim, terorisme, dan pandemi, membutuhkan respons yang cepat, adaptif, dan kolaboratif dari ASN.

2. Nilai-nilai dasar PNS seperti kolaborasi, adaptabilitas, dan tanggung jawab sangat relevan dalam
menghadapi tantangan ini. Program Smart ASN dapat mempermudah pertukaran informasi dan koordinasi
antarinstansi dalam menangani isu-isu tersebut. Manajemen ASN yang efektif akan memastikan ASN
memiliki kompetensi yang diperlukan untuk memberikan solusi yang tepat dan menghadapi tantangan
kontemporer dengan cara yang proaktif.
3. Program Smart ASN, melalui penerapan teknologi informasi, dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi
alam penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan menerapkan teknologi, ASN dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik, akurat, dan cepat kepada masyarakat. Manajemen ASN yang efektif akan mengarah pada
peningkatan kinerja ASN melalui pelatihan, pengembangan, dan penilaian kinerja yang obyektif. Program
Smart ASN dan manajemen ASN yang baik juga akan mendukung peran ASN dalam bela negara, meningkatkan
wawasan kebangsaan, dan menghadapi isu-isu kontemporer dengan lebih baik.

Dalam kesimpulannya, keterkaitan antara sikap perilaku bela negara, wawasan kebangsaan, dengan nilai-nilai
dasar PNS memiliki dampak yang besar pada pelaksanaan tugas-tugas ASN. Program Smart ASN dan manajemen
ASN memiliki peran penting dalam memperkuat elemen-elemen ini, memastikan bahwa ASN dapat menjadi agen
perubahan yang berdaya saing, adaptif, dan berkomitmen dalam melayani masyarakat dan memajukan negara.

Anda mungkin juga menyukai