Anda di halaman 1dari 6

Muammar Hijaz

Pasca Sarjana Kelas B

Judul
Jurnal
Penulis

: Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik


: Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik
JKAP Vol 19 No 1 - Mei 2015
ISSN 0852-9213
: Kristian Widya Wicaksono

A. Tujuan, Metode, dan Data Penelitian


Jurnal penelitian ini mengutarakan bahwa tujuan utama dilakukannya
penelitian adalah untuk mengkaji secara mendalam dan menyeluruh
mengenai akuntabilitas organisasi di sektor pelayanan publik. Penelitian ini
dilakukan dengan metode kualitatif, dimana data utama yang digunakan
untuk analisa berupa data sekunder, yang diperoleh dari dokumen resmi
pemerintah, pemberitaan media massa, baik itu cetak maupun online.
Data yang diperoleh, kemudian dianalisa dengan teori akuntabilitas
melalui survei literatur akademis. Selain itu, untuk lebih menyempurnakan
penelitiannya, penulis juga tetap berusaha melakukan observasi peristiwa
atau kejadian sosial untuk mendapatkan data primer terkait akuntabilitas
kebijakan publik.

B. Definisi Variabel Penelitian


Penulis melihat akuntabilitas sebagai faktor utama yang membedakan
Kajian Administrasi Publik Klasik (Old Public Administration) dengan New
Public Management sehingga akuntabilitas merupakan kewajiban bagi
semua organisasi di sektor publik sebagai usaha peningkatan keberpihakan
pada kepentingan masyarakat publik.

Muammar Hijaz
Pasca Sarjana Kelas B

Adapun definisi dari akuntabilitas, sebagai variabel utama dalam


penelitian, yang dipaparkan oleh penulis adalah

bahwa akuntabilitas

merupakan

publik

pengendalian

organisasional

yang

terhadap

dimaksudkan

organisasi
untuk

menjadi

pada

landasan

level
dalam

memberikan penjelasan kepada berbagai pihak baik dari internal maupun


eksternal yang berkepentingan melakukan penilaian dan evaluasi terhadap
tindakan-tindakan

yang

dilakukan

oleh

organisasi

publik

tersebut

(Wicaksono, 2015).

C. Hasil dan Analisa


Setelah mendefinisikan akuntabilitas, penulis menganalisa beberapa
kasus yang relevan berdasarkan 5 (lima) dimensi yang dipaparkan oleh
Koppel (2013, dalam Aman, Al-Shbail, dan Mohammed), yaitu transparansi,
pertanggungjawaban, pengendalian, tanggung jawab, dan resposivitas.
Berikut penjelasan terkait kelima dimensi tersebut :
a. Transparansi
Dari sudut pandang transparansi, akuntabilitas dilihat dari
seberapa terbukanya suatu organisasi dalam mengungkapkan
fakta-fakta

yang

masyarakat publik.

terjadi

terkait

kinerjanya

kepada

pihak

Dengan kata lain, transparansi juga dapat

juga digambarkan sejauh mana publik dapat mengetahui apa


saja yang dilakukan oleh suatu organisasi berdasarkan tanggung
jawab masing-masing. Dalam jurnal yang ditulis oleh Wicaksono
(2015), kasus relevan yang dimaksud tidak dipaparkan secara
detail sehingga pembaca tidak serta merta dapat memotret
penerapan dari dimensi transparansi ini.
Salah satu contoh kasus yang dapat dikaitkan dengan hal
ini dan juga sering terjadi adalah penahanan pihak aparat polisi

Muammar Hijaz
Pasca Sarjana Kelas B

terhadap kendaraan yang pajaknya belum terbayar. Banyak


masyarakat yang menganggap hal tersebut bukan wewenang
pihak kepolisian, melainkan hanya salah satu proses administrasi
di Dinas Pendapatan Daerah. Akan tetapi hal ini sejalan dengan
aturan

yang

ada,

(http://news.metrotvnews.com/read/2016/03/07/494928/polisibisa-tilang-kendaraan-pajak-mati-ini-aturannya

dan

telah

ditegaskan bahwa hal ini memang termasuk dalam wewenang


aparat kepolisian untuk ditilang karena STNK kendaraan tersebut
dianggap tidak sah jika pembayaran pajaknya belum dibayarkan
hingga waktu yang tertulis di STNK. Kondisi ini mengakibatkan
banyak masyarakat yang kecewa sebab tidak disosialiasikannya
aturan

razia

kendaraan

bermotor

dengan

baik,

terutama

mengenai apa saja hak dan kewenangan pihak kepolisian dan


pihak dinas-dinas terkait.
b. Pertanggungjawaban
Dimensi pertanggungjawaban dari akuntabilitas merujuk
pada ada atau tidaknya konsekuensi yang diberikan kepada
organisasi terhadap baik buruknya kinerja organisasi tersebut.
Kasus yang dipaparkan oleh penulis terkait dimensi ini hanya
fokus pada konsekuensi negatif. Adapun konsekuensi positif
berupa penghargaan, tidak diberikan contoh kasus melainkan
menjadi saran dari penulis.
Dalam hal ini, organisasi sektor publik berkewajiban
memberikan ganti rugi atas kelalaiannya dalam memberikan
pelayanan. Contoh kasus yang terkait hal ini misalnya PDAM
yang seringkali gagal memenuhi pasokan air bersih di suatu
daerah, sebaiknya memberikan ganti rugi kepada masyarakat
dalam bentuk pemotongan tagihan pembayaran air.

Muammar Hijaz
Pasca Sarjana Kelas B

Sebenarnya prosedur mekanisme konsekuensi negatif dan


positif ini telah dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Setiap tahunnya, BPK mengadakan audit di seluruh lembaga
administrasi daerah. Bagi yang hasil auditnya Wajar Tanpa
Pengecualian, akan mendapatkan award atau penghargaan.
Dan bagi yang hasil auditnya Tidak Wajar akan mendapatkan
sanksi.
c. Pengendalian
Adapun dimensi pengendalian dalam akuntabilitas merujuk
pada seberapa jauh sebuah organisasi melakukan apa yang
diharapkan atau sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Penulis mengaitkan hal ini dengan kondisi
tanggung jawab yang tumpang tindih pada Inspektorat BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan) dengan BPKP (Badan Pemeriksa
Keuangan

dan

Pembangunan),

lalu

mengusulkan

untuk

menggabungkan kedua organisasi tersebut demi efisiensi fungsi


organisasi. Hanya saja, hal ini tidak relevan dengan adanya
mekanisme pengendalian. Kedua organisasi tersebut memiliki
wilayah kerja yang berbeda satu sama lainnya, dasar hukum
masing-masing juga berbeda. Meskipun keduanya menjalankan
fungsi pengendalian di area kerja tertentu.
d. Tanggung jawab
Dimensi ini

menggambarkan

sejauh

mana

sebuah

organisasi mengikuti aturan yang berlaku. Dalam hal ini penulis


kembali mengungkapkan mengenai tumpang tindihnya aturan
antara satuan kerja nasional dan satuan kerja daerah, yaitu
terkait Undang-undang kehutanan dan aturan kerja Perhutani.
Penulis disini lebih menekankan tentang penyusunan aturan atau
ada tidaknya sebuah aturan untuk organisasi, bukan fokus

Muammar Hijaz
Pasca Sarjana Kelas B

kepada sejauh mana kedisiplinan sebuah organisasi mematuhi


aturan yang telah dibuat untuk organisasi tersebut.
e. Responsivitas
Dimensi

ini

menggambarkan

sejauh

mana

sebuah

organisasi dapat memenuhi harapan substantif baik dalam


bentuk permintaan atau kebutuhan. Maksud dari dimensi ini
adalah organisasi menaruh minat dan berupaya untuk memenuhi
harapan substantif para pemangku kepentingan yang bentuknya
berupa artikulasi permintaan dan kebutuhan. Contoh kasus yang
diutarakan penulis terlihat cukup relevan. Yaitu, pada event
Bandung Culinary Night, pemerintah melakukan tindakan
preventif terhadap kemungkinan akan terjadinya penimbunan
sampah di sekitar acara dengan menugaskan sebanyak mungkin
petugas kebersihan pada saat itu. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pemerintah setempat mengetahui kebutuhan masyarakat
akan kebersihan yang seharusnya dipenuhi, sebelum masyarakat
meminta terlebih dahulu.

D. Kesimpulan
Berdasarkan analisa kelima faktor tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa organisasi sektor publik saat ini belum dapat dikatakan memiliki
akuntabilitas. Meskipun beberapa kasus yang dianalisa terlihat tidak
relevan atau fokusnya tidak sesuai dengan definisi tiap dimensi, akan
tetapi di lapangan memang terjadi beberapa kondisi dimana sektor
pelayanan publik belum sempurna melayani masyarakat. Akan tetapi,
masyarakat juga tidak seharusnya pesimis terhadap sektor publik, sebab

Muammar Hijaz
Pasca Sarjana Kelas B

saat ini dans sejak beberapa waktu yang lalu, beberapa organisasi
pelayana

masyarakat

terus

melakukan

pencapaian akuntabilitas di mata masyarakat.

perbaikan-perbaikan

demi

Anda mungkin juga menyukai