Anda di halaman 1dari 20

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pemerintahan layaknya suatu organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari
aktivitas yang dikoordinasi atau diatur oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan bersama. Jika dilihat dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa sangat
diperlukan koordinasi dalam setiap organisasi, agar dalam setiap organisasi
tersebut menjalankan masing-masing tugasnya dengan baik tanpa ada timpang
tindih tugas atau kewajibannya, sehingga tercapailah tujuan bersama dalam
organisasi tersebut.
Maka yang harus diperhatikan dalam suatu organisasi itu adalah sebuah
koordinasi, dimana dengan adanya suatu organisasi dari pimpinan akan
membuat jalan organisasi itu terarah serta tepat pada sasaran dari organisasi itu
sendiri. karena memang pada hakikatnya suatu organisasi itu akan tetap terakui
keberadaannya ketika masih terdapat koordinasi dari atasan terhadap bawahan
karena hal tersebut membuktikan bahwa organisasi itu masih hidup.
Organisasi dalam bentuk apapun esensinya terdiri dari sumber daya, proses
manajemen dan tujuan organisasi. Seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi
tersebut dimanfaatkan dalam proses manajemen secara terintegrasi dalam
pencapaian tujuan organisasi. Proses integrasi sumber daya maupun proses
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi tersebut disebut dengan proses
koordinasi. Dengan demikian, koordinasi memiliki peran yang vital dalam
memadukan seluruh sumber daya organisasi untuk pencapaian tujuan.
Semakin kompleks organisasi dan manajemen maka semakin kompleks juga
proses koordinasi yang harus dilakukan. Bahkan, dalam konteks organisasi
swasta (private institutions), koordinasi tidak hanya dilakukan dalam ruang
lingkup satu negara tetapi juga lintas negara sebagaimana telah banyak
dipraktekan oleh perusahaan-perusahaan multi-nasional. Dapat dibayangkan,
betapa sulitnya proses manajemen sumber daya yang tersebar di berbagai negara
tanpa adanya koordinasi. Tanpa koordinasi maka sumber daya yang tersebar
tersebut tidak dapat dikelola secara efektif dan efisien.
Prinsip koordinasi juga harus terefleksikan dalam organisasi
public/pemerintahan maupun organisasi kesewadayaan masyarakat. Dalam
organisasi publik, sumber daya yang digunakan tidak sedikit. Untuk menunjang
proses manajemen pembangunan di berbagai bidang termasuk bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya maka sumber daya baik keuangan negara maupun
sumber daya manusia tidak sedikit. Bahkan, sebagian sumber daya finansial
tersebut sebagian mungkin dipenuhi melalui hutang luar negeri. Dalam kondisi
tersebut, apabila sumber daya tidak dimanfaatkan secara efektif dan efisien maka
akan terjadi pemborosan sumber daya.
Secara umum, koordinasi merupakan tali pengikat dalam organisasi dan
manajemen yang menghubungkan peran para actor dalam organisasi dan
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi dan manajemen. Dengan kata lain,
adanya koordinasi dapat menjamin pergerakan aktor organisasi ke arah tujuan
bersama. Tanpa adanya koordinasi, semua pihak dalam organisasi dan
manajemen akan bergerak sesuai dengan kepentingannya namun terlepas dari
peran aktor lainnya dalam organisasi dan peran masing-masing aktor tersebut
belum tentu untuk mencapai tujuan bersama.
BAKORWIL III Malang adalah suatu badan pemerintah yang berfungsi
melaksanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan di dalam 12
wilayah kerjanya yaitu: Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten
Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
Situbondo dan Kabupaten Bondowoso.
Kami memilih BAKORWIL III Malang sebagai tempat Magang dikarenakan
instansi ini memiliki fungsi sebagai koordinator di lingkup pemerintahan
wilayah Jawa Timur. Di samping itu kami juga ingin mengetahui proses kerja di
dalam instansi tersebut, terutama proses kerja dalam bidang koordinasi,
pembinaan, kerja sama, kemitraan dan pengawasan. Dengan melaksanakan
Magang di BAKORWIL III Malang, kami bisa memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang lebih banyak secara praktek maupun teori.
Untuk menghadapi tantangan persoalan diatas, maka banyak lembaga
pendidikan atau universitas, menuntut mahasiswa/i untuk bisa menguasai ilmu di
dunia pendidikan sehingga dapat mengaplikasikannya di dunia bisnis atau kerja.
Program Magang merupakan salah satu mata kuliah yang menjadi bagian
integral dari kurikulum yang ada di Fakultas Ilmu Administrasi khususnya pada
jurusan Administrasi Publik, yaitu bertujuan untuk menjembatani antar dunia
kampus dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
Magang merupakan salah satu kegiatan wajib yang harus ditempuh oleh setiap
mahasiswa Strata 1 dalam masa studinya. Sejalan dengan perkembangan zaman
dan ilmu pengetahuan yang semakin maju pesat, khususnya di bidang
administrasi publik, maka mahasiswa dituntut untuk bekerja mandiri dan
mempunyai suatu keahlian atau keterampilan agar mampu bersaing dalam dunia
kerja. Diadakannya program magang diharapkan dapat melatih mahasiswa untuk
bekerja mandiri dan belajar dari realita yang ada dalam masyarakat serta dapat
menambah wawasan mahasiswa. Kegiatan Magang pada dasarnya adalah untuk
membandingkan antara teori yang diterima di perkuliahan dan kenyataan yang
terjadi di lapangan.
Melalui kegiatan Magang ini diharapkan mahasiswa dapat mengakomodasikan
antara konsep-konsep atau teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan
kenyataan operasional di lapangan kerja yang sesungguhnya sehingga
pengetahuan belajar akan menjadi lebih tinggi. Semua itu akan bermuara kepada
peningkatan proses belajar dan sekaligus memberi bekal kepada mahasiswa/i
untuk terjun ke lapangan kerja nantinya.
Melalui kegiatan Magang di BAKORWIL III Malang, diharapkan untuk
kedepannya, supaya kegiatan kerja Magang ini juga dapat membantu kami untuk
lebih memahami dunia kerja.

B. Tujuan

1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teori atau
konsep administrasi publik yang telah di dapat di bangku kuliah untuk
diaplikasikan pada instansi yang bersangkutan.
2. Memantapkan dan memperluas keterampilan dan ilmu pengetahuan yang
membentuk kemampuan mahasiswa serta bekal untuk mengaplikasikan di
lapangan kerja sesuai dengan program studi Administrasi Publik.
3. Menimbulkan sikap profesionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk
memasuki dunia kerja.
4. Meningkatkan keterampilan dan wawasan, baik secara teknik maupun
hubungan kemanusiaan berkenaan dengan aktivitas nyata pada dunia kerja
sehingga akan memberikan gambaran sesungguhnya tentang praktek kerja
sebenarnya.
5. Dengan melaksanakan kegiatan Magang di BAKORWIL III Malang, kami
bisa mengetahui proses kerja di dalam instansi tersebut, terutama proses
kerja dalam bidang koordinasi, pembinaan, kerja sama, kemitraan dan
pengawasan.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan magang pada BAKORWIL III Malang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa.
a. Mahasiswa dapat memperoleh ketrampilan bekerja, didukung dengan
kemampuan mahasiswa untuk lebih berkreasi dan berinovasi pada bidang
ilmu yang didapat dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
secara formal.
b. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja pada instansi yang
bersangkutan.
c. Untuk dapat menjadikan acuan bagi mahasiswa yang lain, agar tidak hanya
menjadi tenaga terdidik tapi juga terampil.
d. Dapat melatih mahasiswa untuk menganalisa permasalahan riil yang
terjadi.
2. Bagi Instansi.
a. Dapat melaksanakan salah satu bentuk tanggungjawab sosial kepada
masyarakat.
b. Memperoleh sumbangan pemikiran dan tenaga dalam rangka
meningkatkan kinerja instansi.
3. Bagi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
a. Memperluas jaringan kerjasama dengan dinas dan lembaga lain yang
terkait.
b. Meningkatkan relevansi kurikulum berbagai program pendidikan di
Fakultas Ilmu Administrasi dengan dunia kerja.
c. Diperolehnya bahan masukan bagi peningkatan atau perluasan kerjasama
antara mahasiswa, dosen, perguruan tinggi dan instansi yang terkait.
















BAB II
Rencana Kegiatan
A. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan Magang pada Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan
Pembangunan Malang. Jl. Simpang Ijen No. 02 Malang. Magang yang
dilaksanakan pada Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan
Malang yaitu pada tanggal 1 Juli sampai dengan 15 Agustus selama 1,5 bulan.

B. Metode Pelaksanaan
Dalam kegiatan magang ini, peserta magang turut membantu pekerjaan-
pekerjaan secara langsung, sehingga dapat mengamati dan merasakan pekerjaan
yang diberikan. Peserta magang di tempatkan pada 5 bidang, yaitu Bidang
Pemerintahan, Bidang Pembangunan Ekonomi, Bidang Kemasyarakatan, Bidang
Sarana dan Prasarana, dan Sekretariat. Dari sejak awal rencana prektek kerja
(magang) dilaksanakan, penulis menyadari berbagai keterbatasan dan kendala.
Oleh karena itu, walaupun dirasa tidak mungkin dapat melakukan pengamatan
secara intensif terhadap pokok masalah yang sedang dikaji, maka tetap
diupayakan agar penulisan laporan hasil praktek kerja (magang) ini memperoleh
data dan informasi yang memenuhi persyaratan, dengan menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:
1) Studi kepustakaan yaitu mempelajari teori-teori yang relevan dan
mendukung laporan magang terkait judul yang diangkat.
2) Pendekatan lapangan yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan
atau kegiatan di masing-masing bidang. Untuk itu digunakan teknik
pengumpulan data:
Dokumenter yaitu mempelajari berbagai ketentuan peraturan
perundangan-undangan, laporan serta dokumen-dokumen yang ada
pada Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan
Malang.
Data yang digunakan untuk penyusunan Laporan Magang ini bersumber dari :
1. Data primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, dalam hal ini data
bersumber dari :
a) Bpk. Hendro Sutanto, SH, M.Si selaku sekertaris di Bakorwil PP Malang
b) Bpk. Fendi Agung N.,Aks, M.AP selaku Kepala Bagian Tata Usaha
c) Ibu Ir. Lilik Siti Nurchasanah selaku Kepala Sub Bidang Fisik Sarana
dan Prasarana
d) Bpk. Drs. Ec. Aris Gatot S. Selaku Kepala Bidang Pembangunan
Ekonomi
e) Ibu Herminawati, SH selaku Kepala Bidang Kemasyarakatan
f) Bpk. Drs. Adi Nugroho Rahardjo selaku Kepala Sub Bidang Trantib dan
Linmas di Bidang Pemerintahan
g) dan beberapa staff lainnya

2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung, dalam bentuk dokumen yaitu
catatan, arsip, dan lain-lain.

C. Jadwal Kegiatan
Pada Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Malang
terdapat pembagian jam kerja yang berlaku bagi seluruh pegawai.
Pembagian jam kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Jam Kerja Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan
Pembangunan Malang

No. Hari Kerja Jam Kerja Istirahat
1. Senin-Kamis 07.30-15.00 WIB 12.00-13.00 WIB
2. Jumat 07.00-15.00 WIB 11.30-13.00 WIB
3. Sabtu-Minggu Libur -

Tabel 2. Jam Kerja Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan
Pembangunan Malang pada Bulan Ramadhan

No. Hari Kerja Jam Kerja Istirahat
1. Senin-Kamis 08.00 - 14.30 WIB 12.30 - 13.00 WIB
2. Jumat 07.30 - 15.30 WIB 11.30 - 12.30 WIB
3. Sabtu-Minggu Libur -

Jam kerja kegiatan KKN/Magang yang dilakukan pada Badan Koordinasi
Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Malang sama seperti jam kerja
pegawai yaitu pukul 07.30 - 15.00 pada hari Senin Kamis sedangkan pada hari
Jumat dimulai pukul 07.00 15.00. Pada pagi dan sore hari peserta magang juga
diwajibkan mengikuti apel pagi dan sore setiap harinya, kecuali hari Jumat. Apel
pagi pada hari Jumat diganti dengan olahraga.
Untuk bulan Ramadhan ada perubahan jam kerja pada Badan Koordinasi
Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Malang yang pada hari Senin-Kamis
semula pukul 07.30 - 15.00 menjadi pukul 08.00 - 14.30 sedangkan pada hari
Jumat yang semula pukul 07.00 15.00 menjadi pukul 07.30 15.30.

D. Pembagian Kerja
Pembagian kerja peserta magang di Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan
dan Pembangunan Malang diatur oleh Sub Bidang Kepegawaian. Peserta
magang tiap minggunya akan ditempatkan di setiap Bidang yang berbeda yang
kemudian tiap peserta akan ditempatkan kembali di tiap Sub Bidang yang ada di
dalam Bidang tersebut. Berikut ini adalah bidang-bidang yang akan dimasuki
para peserta magang selama kegiatan magang berlangsung:
1. (Minggu ke-1) di Sekretariat
2. (Minggu ke-2) di Bidang Pemerintahan
3. (Minggu ke-3) di Bidang Pembangunan Ekonomi
4. (Minggu ke-4) di Bidang Sarana dan Prasarana
5. (Minggu ke-5) di Bidang Kemasyarakatan




BAB III
Hasil Kegiatan
A. Gambaran Umum Lokasi Magang
Gambaran umum mengenai obyek pelaksanaan kegiatan KKN/ Magang
akan disajikan sebagai berikut:
1. Kondisi Umum Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan
Pembangunan Malang
BAKORWIL PP Malang merupakan salah satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
beralamatkan di Jl. Simpang Ijen No. 2 Malang. Luas keseluruhan wilayah
kerja BAKORWIL PP Malang mencapai 20.559.813 Km2 dengan batas
wilayah sebagai berikut :
Batas Utara : Selat Madura
Batas Timur : Selat Bali
Batas Selatan : Samudera Indonesia
Batas Barat : Wilayah Kerja BAKORWIL Madiun (Kabupaten/Kota Blitar)
dan Wilayah Kerja BAKORWIL Bojonegoro (Kabupaten/Kota Kediri dan
Kabupaten Mojokerto).
Diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
memandang perlu menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi
Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur serta Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 117 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas
Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Sub Bidang Badan Koordinasi Wilayah
Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur, agar tetap menjaga dan
melestarikan lembaga BAKORWIL yang dibentuk sejak tahun 2001 dalam
rangka pelaksanaan Otonomi Daerah. Badan Koordinasi Wilayah
Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur meliputi; BAKORWIL
Madiun, BAKORWIL Bojonegoro, BAKORWIL PP Malang dan
BAKORWIL Pamekasan. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan
Pembangunan Malang memiliki wilayah kerja sebanyak 12 (duabelas)
Kabupaten/Kota, meliputi;
a) Kota Malang,
b) Kota Batu,
c) Kota Pasuruan,
d) Kota Probolinggo,
e) Kabupaten Malang,
f) Kabupaten Pasuruan,
g) Kabupaten Probolinggo,
h) Kabupaten Lumajang,
i) Kabupaten Jember,
j) Kabupaten Bondowoso,
k) Kabupaten Situbondo,
l) Kabupaten Banyuwangi.
Sebagaimana yang tercantum didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur, maka
tugas BAKORWIL adalah melaksanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan
pembangunan di Jawa Timur.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, maka BAKORWIL
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.
4. Pelaksanaan tugas tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.
Sedangkan visi dan misi dari Badan Koordinasi Wilayah
Pemerintahan dan Pembangunan Malang diantaranya :
Visi Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan
Malang
Terwujudnya keterpaduan, efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan melalui
tugas tugas koordinasi, pembinaan, kerja sama, kemitraan dan
pengawasan secara berkesinambungan dalam kerangka terwujudnya Jawa
Timur yang adil dan berakhlak.
Misi Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan pembangunan
Malang :
1. Peningkatan hasil koordinasi, pembinaan, pengawasan dan fasilitasi
terhadap terselenggaranya agenda pembangunan di Jawa Timur;
2. Peningkatan hubungan kerjasama di segala sektor antar Propinsi
dan Kabupaten / Kota dan antar Kabupaten / Kota dalam Propinsi;
3. Peningkatan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan fasilitasi
terhadap tugas dekonsentrasi, tugas pembantuan Propinsi dan
Kabupaten / Kota;
4. Peningkatan hasil koordinasi, pembinaan, pengawasan dan fasilitasi
sebagai bahan laporan guna pertimbangan Gubernur dalam
mengambil kebijakan.

2. Sejarah Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan
Malang
Lembaga Koordinasi Wilayah di Indonesia memiliki sejarah
perkembangan yang cukup panjang, semenjak Indonesia masih menjadi
daerah jajahan Belanda dengan nama Hindia Belanda, sistem pemerintahan
bersifat sentralistis, urusan-urasan Pemerintahan Daerah sampai sekecil-
kecilnya diselenggarakan oleh Pemerintahan Pusat, yaitu terpusat di tangan
Governeur General.
Berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan Hindia Belanda, yang
lebih dikenal dengan Regerings Reglement (RR) yang di muat dalam
Stactsblad tahun 1854 yang diberlakukan tanggal 1 Mei 1855, maka Hindia
Belanda di bagi atas daerah administratif:
1. Gewest, yang dipimpin oleh seorang Resident
2. Afdeling, yang dipimpin oleh Asistent Resident
3. Oderafderling, yang dipimpin oleh Controleur
Pada masa tersebut tugas koordinasi wilayah dipegang oleh Resident
sebagai Pejabat Pusat yang juga merupakan Kepala Wilayah Pemerintahan
Karesidenan. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai
pengawas, memperoleh delegasi wewenang dari Pemerintahan Pusat.
Kewenangan Resident yaitu bertanggung jawab atas segala kegiatan di
bidang Pemerintahan yang berada di wilayahnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1922 Pemerintah
Belanda mengeluarkan perubahan susunan pemerintahan, yang dikenal
dengan sebutan Bestuursher Vorming Wety (1922), dengan jenjang
Pemerintahan:
1. Governeur General (Gubernur Jenderal)
2. Governeur (Gubernur)
3. Resident (Pembantu Gubernur)
4. Asistent Resident (Bupati)
5. Controleur (Wedana)
6. Aspiran Controleur (Camat)
Sejalan dengan perubahan susunan Pemerintahan Hindia Belanda
kedudukan Resident berubah menjadi Kepala Pemerintahan pada wilayah
mewakili Governeur. Resident harus melaksanakan perintah Governeur dan
berkewajiban mengawasi aparat Kabupaten serta mengawasi jalannya
pemerintahan di dalam wilayahnya. Pada masa tersebut jabatan Governeur
General, Governeur, dan Resident hanya dipegang oleh bangsa Belanda dan
jabatan lainnya yaitu Asistent Resident sampai Aspirant Controleur di jabat
oleh bangsa Indonesia (Pribumi).
Pada masa pemerintahan pendudukn Jepang (1942 1945) fungsi,
peranan, wewenang Resident dikembalikan penuh seperti keadaan pada
tahun 1854, yaitu sebagai Kepala Wilayah Karesidenan. Kepresidenan
(Syuu) yang dijabat oleh Syuu Cokan juga dari bangsa Jepang, di mana
administrasi pemerintahan untuk wilayah Jawa dan Madura terbagi atas 17
Syuu yang mempunyai tugas menjalankan Undang-Udang, mengurus dan
mengawasi pemerintahan di bawah Karesidenan.
Pada awal masa Pemerintahan Republik Indonesia, Resident
merupakan organ Pemerintahan Pusat yang mempunyai hal dan kewajiban
cukup banyak yang dasarnya adalah Undang-Undang (Ordonantie).
Resident adalah Pamong Praja yang ditugaskan sebagai wakil pemerintah
pusat di suatu daerah pemerintahan.
Selanjutnya dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
tugas coordinator wilayah tingkat Propinsi dibebankan kepada Pembantu
Gubernur melalui:
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1978 tentang
Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pembantu
Gubernur
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 1988 tentang
Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1978
Pada tingkat Propinsi Jawa Timur dikeluarkan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 640 Tahun 1988
tentang Petunjuk Pelaksanaan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 1988
dan Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1978.
Sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 1978,
Pembantu Gubernur merupakan Pejabat Pemerintahan Pusat dalam rangka
dekonsentrasi dan bertugas membantu Gubernur dalam mengkoordinasikan,
mengawasi dan membina penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Bupati/Walikotamadya KDH Tingkat
II dalam wilayah kerjanya. Khususnya dalam penyelenggaraan koordinasi
Pembantu Gubernur diberikan kewenangan yang cukup besar oleh Gubernur
untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang menyangkut lintas
Kabupaten/Kota melalui Keputusan Gubernur Nomor 640 Tahun 1988.
Bergulirnya reformasi membawa konsekuensi terhadap perubahan tata
pemerintahan di Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor
22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah yang menghapus lembaga Pembantu
Gubernur dalam tata pemerintahan di Indonesia.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 22 Tahun 1999
dinyatakan bahwa Otonomi Propinsi adalah otonomi terbatas, sedangan
otonomi yang luas dan utuh berada pada daerah Kabupaten/Kota. Pada
dasarnya tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi meliputi
tugas asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan medebewin (tugas
pembantuan), Yaitu:
1. Kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota
2. Kewenangan dalam bidang Pemerintahan tertentu dan dalam rangka
koordinasi, pengawasan, pembinaan dan pengendalian
3. Kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh daerah
Kabupaten/Kota
4. Kewenangan di sebagian wilayah laut
5. Kewenangan pembinaan sumber daya nasional/sumber daya manusia,
sumber daya alam dan sumber daya buatan
Selain tugas-tugas di atas, Pemerintah Propinsi juga diberi amanat
untuk menjadi fasilitator terjadinya otonomi luas dan utuh di
Kabupaten/Kota agar cepat mandiri, serta sebagai perekat dan penyerasi
hubungan Pemerintahan dengan daerah Kabupaten/Kota dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengingat beratnya beban tugas Gubernur, maka di Jawa Timur
dibentuk Lembaga Badan Koordinasi Wilayah (BAKORWIL) dengan
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2001 tentang Badan
Koordinasi Wilayah Propinsi Jawa Timur. Pembentukan lembaga ini sesuai
dengan pasal 65 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, di mana
ditegaskan bahwa di daerah dapat dibentuk lembaga teknis sesuai kebutuhan
daerah, sedangkan Nomenklatur, jenis dan jumlah unit organisasi ditetapkan
Pemerintah Daerah berdasarkan kemampuan, kebutuhan dan beban kerja
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000.
Pertimbangan lain yang melatarbelakangi dibentuknya Badan
Koordinasi Wilayah, yaitu:
1. Perlunya rentang kendali (Span of Control) mengingat Propinsi Jawa
Timur terdiri dari 38 (tiga puluh delapan) KabupatenKota dengan kondisi
geografis, demografis dan sosialisasi budaya yang berbeda
2. Terbatasnya sumber daya alam pada semua Kabupaten/Kota dan adanya
kewenangan yang belum/tidak dapat dilaksanakan memungkinkan daerah
melakukan kerja sama pada akhirnya dapat pula terjadi perselisihan antar
daerah. Oleh karena itu Gubernur sebagai Wakil Pemerintahan harus
memfasilitasinya.
3. Pelayanan masyarakat yang kurang optimal, karena belum memenuhi
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dimungkinkan timbulnya
keluhan dari masyarakat, sehingga harus didorong
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2001, Badan Koordinasi Wilayah mempunyai tugas membantu Gubernur
dalam pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Otonomi Propinsi dan Otonomi Kabupaten/Kota di wilayah dalam rangka
mengoptimalkan tugas Badan Koordinasi Wilayah III Malang, Gubernur
memberikan penugasan yang terdir atas 25 bidang yaitu:
1. Bidang Kesatuan Bangsa
2. Bidang Pengelolan Data Elektronik
3. Bdang Pemberdayaan Masyarakat
4. Bidang Perpustakaan
5. Bidang Kearsipan
6. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
7. Bidang Pendapatan Daerah
8. Bidang Pertanian
9. Bidang Perkebunan
10. Bidang Peternakan
11. Bidang Perikanan dan Kelautan
12. Bidang Kehutanan
13. Bidang Pengairan
14. Bidang Bina Marga
15. Bidang Pemukiman
16. Bidang Energi dan Sumber Mineral
17. Bidang Koperasi dan UKM
18. Bidang Sosial
19. Bidang Pariwisata
20. Bidang Informasi dan Komunikasi
21. Bidang Perindustrian dan Perdagangan
22. Bidang Kependudukan
23. Bidang Perhubungan
24. Bidang Kesehatan
25. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 12 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Wilayah
Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur dan selanjutnya uraian tugas
tercantum dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 117 Tahun 2008
adalah subagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai