sikap netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan; memiliki sikap suka menolong
baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan;
menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari
sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya
paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat loyal atau setia kepada
bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan
sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari
pemerintahan itu sendiri.
Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sementara Loyalitas
merupakan suatu hal yang bersifat emosional. beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain taat pada peraturan, bekerja dengan
integritas, tanggung jawab pada organisasi, kemauan untuk bekerja sama, rasa memiliki yang tinggi,
hubungan antar pribadi, kesukaan pada pekerjaan, keberanian mengutarakan ketidak setujuan, dan
menjadi teladan bagi pegawai lain.
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku: Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan
instansi dan negara; serta Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Adaptif
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Dalam konteks budaya
organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi
perubahan.
Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain, Dapat mengantisipasi
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, Mendorong jiwa kewirausahaan, Memanfaatkan peluang-
peluang yang berubah-ubah, Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi
mitra, masyarakat dan sebagainya, Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif adalah budaya organisasi di mana karyawan menerima perubahan, termasuk
organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal yang
berkelanjutan. Panduan membangun organisasi adaptif yaitu Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri,
Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan, Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat
Berlatih Berpikir Adaptif.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif
dalam lembaga pemerintahan antara lain; Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan;Mendorong jiwa kewirausahaan; dan Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Kolaboratif
Kolaborasi adalah kerjasama secara kompleks dengan pihak-pihak beberapa ahli dalam
menyelesaikan masalah melalui eksplorasi perbedaan secara konstruktif untuk menemukan solusi dan
menjadi tanggung jawab semua pihak
Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya- upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. WoG
merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat
sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada
pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik (Custumato, 2021). Kolaborasi menjadi
hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI. S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel
jaman.
Manajemen ASN PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan
perjanjian kerja; dan perlindungan.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan
satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan
otonomi daerah, sering terjadi adanya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga
perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi
kesatuan bangsa.
Pegawai ASN berkedudukan Sebagai Aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan
oleh Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi
ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif.
Adapun Kode Etik dan Kode Prilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan Kehormatan ASN
Perencana, Pelaksana dan Pengawas Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Fungsi Kode Etik ASN
Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangan agar tindakannya dinilai baik.
Sebagai standar penilaian sifat, perilaku dan tindakan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya.