Anda di halaman 1dari 6

Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI.

S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel


Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI. S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel

JURNAL MOOC PPPK


Massive Open Online Course
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)
Kegiatan
1. Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Dr. Adi Suryanto, M.Si
2. Video Sambutan Deputi Bidang Kebijakan BANGKOM ASN LAN RI DR. Muhammad Taufiq, DEA
3. Vidio Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi
ASN LAN RI, Erna Irawati, S.Sos,M.Pol., Adm.
Agenda I Sikap Perilaku Bela Negara :
Wawasan Kebangsaan dan Nilai - Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri banga (nation character) dan kesadaran terhadap
sistem nasional (nation system) yang bersumber dari Pancasila.
Urgensi ASN harus berwawasan kebangsaan sehingga menjadi bagian kompetensi ASN adalah
bahwa setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
ASN, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang atau
golongan. Kepentingan bangsa dan Negara harus ditempatkan di atas kepentingan lainnya. Agar
kepentingan bangsa dan Negara dapat selalu ditempatkan di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah konkrit dengan memantapkan wawasan kebangsaan.
Awal pergerakan kebangsaan Indonesia dimulai dari terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di
Jakarta tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA). Kemudian
pada tanggal 28 Oktober 1928 dari hasil Kongres Pemuda II dihasilkan kesepakatan berupa 3 kausal
yang menjadi dasar Sumpah Pemuda. Pergerakan-pergerakan sebagai upaya bangsa Indonesia
mendapatan pengakuan kemerdekaan Negara Indonesia terus berlanjut hingga pada puncaknya tanggal
17 Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan Moh.Hatta
Relevansi 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan
profesionalitas ASN adalah dalam menjalankan tugas sebagai ASN dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila,
UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Agenda I Sikap Perilaku Bela Negara :
Analisis Isu Kontemporer
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi yang terdiri dari 6 modal
(Ancok, 2002) yaitu modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan kesehatan
fisik/jasmani. Untuk melaksanakan tugas profesionalisme sebagai ASN sangat penting untum
membangun kesadaran anti korupsi, kesadaran anti narkoba, kesadaran anti terorismen dan radikalisme,
kesadaran anti money laundring, kesadaran anti proxy war, kesadaran anti Kejahatan Mass
Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax).Teknik yang dapat digunakan untuk analisis isu
kontemporer diantaranya dalah teknik tapisan tisu, teknik analisis isu menggunakan mind mapping,
Fishbone Diagram, Analisis SWOT, Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis.
Agenda I Sikap Perilaku Bela Negara :
Kesiapsiagaan Bela Negara
Ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar Bela Negara mencakup: Cinta Tanah Air; Kesadaran Berbangsa dan
bernegara; Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara; Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
Memiliki kemampuan awal bela negara. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan
Makmur. Sementara Kemampuan awal bela negara meliputi Kesehatan Jasmani dan Mental;
Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental; Etika, Etiket dan Moral; serta Kearifan Lokal. Kemudian Rencana
Aksi Bela Negara dapat dibuat dengan komponen sebagai berikut; nilai bela negara, indikator sikap dan
prilaku, aksi, tempat dan waktu, penanggung jawab. Dan Kegiatan kesiapsiagaan bela negara meliputi
peraturan baris-berbaris, keprotokolan, kewaspadaan dini, membangun tim, caraka malam dan api
Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI. S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel

semangat bela negara.


Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Berorientasi Pelayanan
Hardiyansyah (2011:11) mendefinisikan pelayanan adalah aktivitas yang diberikan untuk membantu,
menyiapkan, dan mengurus. Baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak yang lain.
Istilah lain yang sejenis dengan pelayanan itu adalah pengabdian dan pengayoman,
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan
Publik, yaitu: kepentingan umum; kepastian hukum; kesamaan hak; keseimbangan hak dan kewajiban;
keprofesionalan; partisipatif; persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; keterbukaan; akuntabilitas; fasilitas
dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan. Sementara prinsip pelayanan publik yang baik adalah partisipatif, transparan, responsif,
tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, berkeadilan.
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna
layanan. Sebagai ASN, pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan publik yang
prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik,
karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani.
Orientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. Melakukan perbaikan tiada henti.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Akuntabel
Ciri ASN Akuntabel diantaranya adalah Menggunakan fasilitas negara secara efisien dan
bertanggungjawab, sesederhana menggunakan listrik dan barang negara dengan bijak; Tidak menerima
gratifikasi sekecil apapun. Sementara Panduan prilaku (Kode etik) niai dasar akuntabel yaitu
Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi;
Menggunakan barang dan kekayaan milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien; Tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Kompeten
Sebagai ASN, nilai kompeten sangat penting untuk dimiliki diantaranya berkinerja dan berakhlak,
Learn, Unlearn, dan Relearn, Meningkatkan Kompetensi Diri Meningkatkan kompetensi diri untuk
mengjawab tantangan yang selalu berubah; Membantu orang lain belajar; Melaksanakan tugas dengan
kualitas terbaik.
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan
pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme,
profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, danentrepreneurship.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Harmonis
Warga Negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, agama, sosial, budaya dan
keanekaragaan lainnya sehingga diperlukan sikap saling menghargai setiap orang apappun latar
belakangnya. ASN sebagai pelayan publik senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi dalam
memberikan pelayanan kepada Masyarakat, bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan
pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus
diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi
permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sehingga sangat diperlukan peran dan upaya dalam mewujudkan situasi
dan kondisi yang harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat.
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut: selalu bersikap netral dan adil; mengayomi
kepentingan kelompok-kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang
mendiskriminasi keberadaan kelompok tersebut; memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang
Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI. S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel

sikap netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan; memiliki sikap suka menolong
baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan;
menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari
sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya
paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat loyal atau setia kepada
bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan
sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau komponen dari
pemerintahan itu sendiri.
Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita
organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sementara Loyalitas
merupakan suatu hal yang bersifat emosional. beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain taat pada peraturan, bekerja dengan
integritas, tanggung jawab pada organisasi, kemauan untuk bekerja sama, rasa memiliki yang tinggi,
hubungan antar pribadi, kesukaan pada pekerjaan, keberanian mengutarakan ketidak setujuan, dan
menjadi teladan bagi pegawai lain.
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku: Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah; Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan
instansi dan negara; serta Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Adaptif
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Dalam konteks budaya
organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi
perubahan.
Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain, Dapat mengantisipasi
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, Mendorong jiwa kewirausahaan, Memanfaatkan peluang-
peluang yang berubah-ubah, Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi
mitra, masyarakat dan sebagainya, Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif adalah budaya organisasi di mana karyawan menerima perubahan, termasuk
organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal yang
berkelanjutan. Panduan membangun organisasi adaptif yaitu Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri,
Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan, Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat
Berlatih Berpikir Adaptif.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif
dalam lembaga pemerintahan antara lain; Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan;Mendorong jiwa kewirausahaan; dan Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
Agenda II Nilai - Nilai Dasar ASN :
Kolaboratif
Kolaborasi adalah kerjasama secara kompleks dengan pihak-pihak beberapa ahli dalam
menyelesaikan masalah melalui eksplorasi perbedaan secara konstruktif untuk menemukan solusi dan
menjadi tanggung jawab semua pihak
Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya- upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. WoG
merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat
sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada
pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik (Custumato, 2021). Kolaborasi menjadi
hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI. S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel

Agenda III Kedudukan dan Peran ASN PPPK dalam NKRI


Smart ASN
Literasi Digital
Dalam visi misi Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua
berfokus pada pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. Berdasarkan petunjuk khusus dari
Presiden pada rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa
pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas,
berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke
daring.
Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh ASN dan diharapkan para ASN
mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung sangat
cepat.
Pilar Literasi Digital
a. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para ASN yang terdiri dari etika,
keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
b. Ruang lingkup etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi
kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan. Baik itu dalam hal tata
kelola, berinteraksi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi elektronik.
c. Rencana pengembangan modul Etis Bermedia Digital adalah: Mengembangkan modul dengan
secara khusus membidik kelompok kelompok minoritas atau yang termarjinalkan seperti
difabel, anak, perempuan, lansia, dan masyarakat 3T; Revisi dan upgrading modul; Perluasan
Kurikulum Etika Media di luar empat etika dasar.
Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
a. Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel,situs daring, perangkat
seluler, dan lain sebagainya.
b. Delapan Etika dalam bermedia social:
1) Hati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi (Privasi) ke public
2) Gunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapapun dimedia sosial.
3) Hati-hati terhadap akun yang tidak dikenal
4) Pastikan unggahan diakun media sosial tidak mengandung unsurSARA
5) Manfaatkan media sosial untuk membangun jaringan atau relasi
6) Pastikan mencantumkan sumber konten yang diunggah
7) Jangan mengunggah apapun yang belum jelas sumbernya
8) Manfaatkan media sosial untuk menunjang proses pengembangan diri
c. Terdapat dua macam jenis netiket jika dilihat dari konteks ruang digital dimana kita berinteraksi dan
berkomunikasi, yaitu
1) one to one communications dan one to many communication One to one
communications adalah komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan individu
lainnya. Contohnya adalah Ketika mengirim email.
2) One to many communication adalah komunikasi yang terjadi antar individu dengan
beberapa orang atau kelompok atau sebaliknya, contohnya adalah media sosial, blog,
komunitas, situs web, dan lain- lain
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan aplikasi yang
tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita
sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi,
yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia
mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang
harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.
Agenda III Kedudukan dan Peran PPPK dalam NKRI
Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
Jurnal MOOC PPPK_SUMIATI. S_198806302023212031_Kabupaten Jeneponto_Sul Sel

jaman.
Manajemen ASN PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan
perjanjian kerja; dan perlindungan.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai ASN merupakan
satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan
otonomi daerah, sering terjadi adanya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga
perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi
kesatuan bangsa.
Pegawai ASN berkedudukan Sebagai Aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan
oleh Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik;
2) Pelayan publik; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi
ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif.
Adapun Kode Etik dan Kode Prilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan Kehormatan ASN
Perencana, Pelaksana dan Pengawas Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Fungsi Kode Etik ASN
 Sebagai pedoman, panduan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewenangan agar tindakannya dinilai baik.
 Sebagai standar penilaian sifat, perilaku dan tindakan birokrasi publik/aparatur sipil negara dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai