Anda di halaman 1dari 7

JURNAL

Agenda 1 (Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara)

1. Wawasan Kebangsaan

Dalam wawasan kebangsaan ini dibahas mengenai sejarah pergerakan kebangsaan


Indonesia, wawasan kebangsaan, empat konsesus dasar dan bendera, Bahasa, dan
lambing negara, serta lagu kebangsaan Indonesia. Fakta-fakta Sejarah dapat dijadikan
pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari serangkaian proses Panjang
yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap keberagaman. Indonesia
yang beragam, bukan berate harus seragam, karena Indonesia terbentuk oleh berbagai
suku bangsa, budaya, dan daerah yang tersebar dalam pulau-pulau. Awalnya,
keberagaman Indonesia memberikan keuntungan bagi penjajah karena perlawanan yang
masih daerah-sentris sehingga terbagi menjadi jumlah-jumlah yang kecil. Namun,
akhirnya para pemuda daerah menyadari bahwa jika kelompok daerah yang kecil-kecil
ini bersatu, dapat membentuk kelompok yang besar. Dengan menggeloranya semangat
persatua, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia dapat mencapai kemerdekaan.

Fakta-fakta sejarah membuktikan perjuangan bangsa Indonesia merupakan proses


yang panjang. Dalam prosesnya, bangsa Indonesia telah mengorbankan seluruh waktu,
tenaga, air mata, bahkan hingga tetesan darah. Untuk memperingati kejadian tersebut,
maka tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Berdasarkan
Pembaharuan keputusan Presiden Republik Indonesia no. 316 tahun 1959 tanggal 16
Desember 1959 diterbitkan tentang hari-hari Nasional yang bukan hari libur, antara lain
Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal
20 Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 November, dan Hari Ibu pada
tanggal 22 Desember.

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,

1
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai
masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.

2. Analisis Isu Kontemporer


Setiap warga negara yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (baik PNS
ataupun PPPK) diatur dalam undang-undang nomor 5 tahun 2014. Undang-undang ini
telah mendorong kesadaran ASN dalam menjalankan profesinya dengan berlandaskan
nilai dasar, kode etik dan kode perilaku, komitmen, integritas moral, tanggung jawab
pada pelayanan publik, kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, dan
profesionalisme jabatan. Menjadi ASN yang professional memerlukan pemenuhan
terhadap syarat-syarat:
- Mengambil tanggung jawab
- Menunjukkan sikap mental positif
- Mengutamakan performa yang maksimal
- Menunjang kompetensi
- Memegang teguh kode etik

Perubahan merupakan suatu keniscayaan. Perubahan tidak bisa dihindari dan


selalu menyertai peradaban manusia. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan
lingkungan individu, keluarga, Masyarakat (pada level lokal, regional, nasional, dunia).
Dengan memahami perubahan dan memahami nilai positif dari perubahan tersebut, maka
seorang ASN perlu fokus terhadap membenahi diri dan mengembangkan berbagai
potensi positif secara bertanggung jawab.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesamaptaan atau bela negara dapat diartikan sebagai kebulatan sikap, tekad, dan
perilaku warga negara yang dilakukan secara sadar, tulus Ikhlas, dan kerelaan berkorban
sepenuhnya yang didasari oleh rasa cinta terhadap Negara Indonesia atau NKRI. Sikap
bela negara ini berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dalam modul ini dibahas
mengenai kesehatan jasmani dan kesiapan mental; kesiapsiagaan jasmani dan mental;
etika, etiket, dan moral; serta kearifan lokal.

Agenda 2 (Nilai-nilai Dasar ASN/ Ber-AKHLAK)

1. Berorientasi Pelayanan

2
Berdasarkan UUD 1945, Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi kebutuhan
dari setiap warga negaranya. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, Pemerintah tidak
boleh mengabaikan tuntutan serta kebutuhan dari warga negaranya yang terkait dengan
bentuk pelayanan, jenis, mekanisme, waktu, prosedur, dan biaya. ASN sebagai pelayan
masyarakat wajib memberikan pelayanan prima disertai memberikan senyum, salam,
sapaan, berpenampilan rapih, sopan, melayani dengan cepat, dan tepat.
Pelayanan yang prima tidak boleh terhenti meski kebutuhan masyarakat telah
terpenuhi, melainkan pelayanan ini harus terus ditingkatkan (doing something better and
better) sehingga melahirkan inovasi pelayanan publik. Banyak faktor yang memengaruhi
inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen pimpinan, adanya budaya inovasi, dan
dukungan regulasi.
2. Akuntabel
Melalui penerbitan UU nomor 14 tahun 2008 telah mewujudkan transparasi tata
kelola Keterbukaan Informasi Publik (KIP), sebagai berikut:
- Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
baik. Hal ini berkaitan dengan etika birokrasi yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
- Menghindari konflik kepentingan, yaitu keuangan (dana, peralatan, atau SDM untuk
keuntungan pribadi) dan non-keuangan (penggunaan jabatan/wewenang untuk
membantu diri sendiri atau orang lain).
- Membangun budaya anti korupsi pada Lembaga pemerintahan
3. Kompeten
Sebagai seorang ASN diharapkan dapat memenuhi kinerja yang baik dan
dibuktikan dengan dapat berkinerja (professional sesuai dengan kualifikasi, beretika
sebagai pelayan publik), meningkatkan kompetensi diri (dapat selalu menjawab
tantangan kerja yang selalu berubah, pendekatan pengembangan mandiri, melakukan
konektivitas, memanfaatkan sumber belajar/para pakar, berinteraksi dengan pegawai lain
di dalam atau di luar organisasi guna menambah jaringan), membantu orang lain untuk
belajar (bersosialisasi, mau membagi pengetahuan, mau mengambil dan
mengembangkan pengetahuan, aktif mencari dan menyebar pengetahuan), memberikan
hasil kerja terbaik (pengetahuan menjadi karya dan menghasilkan karya terbaik dalam
pekerjaan).
4. Harmonis

3
Bangsa Indonesia merupakan negara yang beragam. Keberagaman ini
memberikan banyak manfaat, tetapi juha memberikan tantangan hingga ancaman.
Keberagaman ini dapat menimbulkan perbedaan pendapat, mudah lepas kendali, serta
memicu tumbuhnya perasaan kedaerahan yang sempit. Semua hal ini dan dapat menjadi
ledakan yang mengancam persatuan bangsa.
NKRI terdiri dari gabungan suku bangsa yang berbeda latar belakang budaya
sesuai dengan daerahnya masing-masing. Meski demikian, masyarakat Indonesia sudah
semakin memahami makna persatuan dalam keberagaman seperti yang tercantum pada
Pancasila, yakni “Bhineka Tunggal Ika”.
Sebagai ASN yang dituntut memiliki etika dalam berprofesi berupa nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, dan kesetaraan dipraktikkan dalam wujud keprihatinan
serta kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Kode etik tersebut dimaksudkan
untuk mengatur tingkah laku suatu kelompok khusus dalam masyarakat. Kode etik
tertuang dalam ketentuan tertulis yang dapat dipegang teguh oleh sekelompok
professional tertentu. Dengan penerapan kode etik ASN, perilaku pejabat publik harus
berubah dari penguasa menjadi pelayan, berubah dari wewenang menjadi peranan,
menyadari bahwa jabatan publik adalah titipan yang harus dijaga, membangun budaya
kerja yang harmonis, positif, dan kondusif, serta mengidentifikasi potensi penyebab
ketidakharmonisan dan menyusun strategi pencegahannya.
5. Loyal
Loyal merupakan kesetiaan pada NKRI. Loyal merupakan salah satu nilai yang
terdapat dalam core values ASN. Loyal dapat dimaknai bahwa setiap ASN harus
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Terdapat banyak faktor
yang memengaruhi sikap loyal seseorang. Kata kunci untuk mengaktualisasikan perilaku
loyal ialah komitmen, dedikasi, nasionalisme, dan pengabdian. Beberapa karakteristik
yang dapat digunakan untuk mengukur loyalitas pegawai, antara lain:
a. Taat pada peraturan
b. Bekerja dengan integritas
c. Tanggung jawab pada organisasi
d. Kemauan untuk bekerja sama
e. Rasa memiliki yang tinggi
f. Hubungan antar pribadi
g. Kesukaan terhadap pekerjaan
h. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan

4
i. Menjadi teladan bagi pegawai lain
6. Adaptif
Adaptif bermakna mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Sikap
adaptif ini merupakan memapuan alami makhluk hidup. Seorang ASN dapat selalu
adaptif terhadap perubahan lingkungan kerja serta sistem yang berlaku demi terciptanya
lingkungan kerja yang positif. Perilaku adaprif harus dipenuhi dalam mencapai tujuan
organisasi dalam situasi apapun. Ciri-ciri penerapan budaya adaptif pada lembaga
negara, antara lain:
- Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
- Peningkatan semangat kewirausahaan
- Memanfaatkan perubahan peluang
Pada tataran organisasi, kemampuan beradaptasi diperlukan untuk menjamin
kelangsungan organisasi dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya. Organisasi adaptif
yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan
mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan
faktor penting dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat meningkat dan
menghasilkan SDM yang berkualitas.
7. Kolaboratif
Kolaboratif bermakna para ASN dapat bekerja sama untuk tujuan kemajuan
bangsa dan Negara Indonesia. Sekat-sekat birokrasi yang membelenggu birokrasi
pemerintahan dapat dihilangkan. ASN diharapkan menjadi agen perubahan yang dapat
mewujudkan stabilitas nasional. Sikap bekerja sama diperlukan untuk menghadapi
tantangan kerja yang semakin kompleks. Menurut Prasojo (2020) menyatakan beberapa
tantangan saat ini yaitu disrupsi pada segala bidang kehidupan, kemajuan tekhnologi
informasi, tenaga kerja milenial generasi Y dan Z, mobilitas, dan fleksibilitas.
Whole of Government (WoG) atau Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan
adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan. Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021)
menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar
lembaga pemerintahan adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan,
strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif
antara entitas publik.

Agenda 3 (Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI)

5
1. Smart ASN
Dewasa ini, tekhnologi berkembang dengan cepat dan pesat. Bebagai kemudahan
ditawarkan dan dapat diakses dalam perangkat gawai/gadget. Gawai menjadi kebutuhan
utama dalam menjalankan aktivitas kehidupan pada era modern ini. Berbagai aplikasi
untuk memudahkan kehidupan tersedia dan dengan mudah digunakan, sehingga setiap
orang dari anak-anak hingga orangtua tidak bisa lepas dari penggunaan gawai. Pada
jurnal APJII tahun 2020 tercatat bahwa durasi penggunaan internet harian masyarakat
Indonesia sangat tinggi, yaitu hampir 8 jam/hari. Angka ini di atas rata-rata penggunaan
internet harian masyarakat dunia, yakni hampir 7 jam. Angka ini meningkat menjadi
lebih dari 8 jam/hari selama pandemi covid-19.
Pandemi covid-19 menyebabkan perubahan pola kerja dan kehidupan masyarakat
dunia, termasuk dunia. Semua hal, baik pekerjaan hingga Pendidikan dilakukan secara
daring (dalam jaringan) karena masyarakat dibatasi untuk bepergian ke luar rumah. Pola
baru ini membentuk perilaku masyarakat dalam menggunakan internet. Literasi digital
menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang untuk saling melindungi hak
digital setiap warga negara.
2. Manajemen ASN
Manajemen ASN terbagi menjadi manajemen PNS dan manajemen PPPK, seperti
berikut.
a. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
perangkat dan jabatan, pengembangan karir, pola karir, promosi, mutase, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensiun dan hari tua, serta perlindungan.
b. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.
c. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, Lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat

6
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan
tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
e. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.
f. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
g. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
h. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa.
i. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
j. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui Upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administrative.

Anda mungkin juga menyukai