Anda di halaman 1dari 8

AGENDA I

SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia untuk
mengelola kehidupan yang dilandasi jati diri bangsa dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Keempat hal tersebut disebut sebagai empat konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Istilah Bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara.
Nilai-nilai Bela Negara, yakni: 1) cinta tanah air; 2) sadar berbangsa dan
bernegara; 3) setia pada Pancasila sebagai ideologi negara; 4) rela berkorban untuk
bangsa dan negara; dan 5) kemampuan awal Bela Negara. Keempatnya dapat
diwujudkan melalui berbagai tindakan. Kesadaran Bela Negara diselenggarakan di
lingkup pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan. Kesadaran ini berwujud usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan,
pendidikan, atau pelatihan kepada masyarakat untuk menumbuhkan sikap, perilaku,
dan menanamkan nilai-nilai dasar Bela Negara.

B. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Modal insani merupakan anggapan bahwa manusia merupakan suatu bentuk
modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja. Manusia jika mengerahkan segala
kemampuannya akan menghasilkan suatu luaran yang luar biasa, modal yang
dimiliki manusia adalah sebagai berikut.
a. Modal intelektual, sifat dasar manusia curiosity, proaktif, dan inovatif dapat
dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan.
b. Modal emosional, kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi
diri, selain itu memahami emosi orang lain.
c. Modal sosial, merupakan jaringan kerja sama antara masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi.
d. Modal ketabahan, merupakan modal kesuksesan dalam kehidupan pribadi
maupun birokrasi.
e. Modal etika atau moral, merupakan modal yang menentukan prinsip universal
kemanusiaan yang harus diterapkan dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan.
f. Modal kesehatan fisik dan jasmani, hal ini merupakan modal utama, yakni bebas
dari penyakit dan tolok ukur untuk kekuatan fisik adalah tenaga, daya tahan,
kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan.
ASN akan dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal dan internal.
Fenomena atau isu-isu yang merupakan pengaruh dari eksternal maupun internal,
yakni korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisme, money laundry, proxy war, dan
kejahatan komunikasi (siber, ujaran kebencian, dan hoax). Oleh karena itu, modal
insani perlu ditanamkan dalam diri. Berbagai isu dapat dianalisis dengan teknik
tapisan, kemudian dilakukan analisis mendalam dengan bantuan mind mapping,
fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, dan menerapkan pola
berpikir hubungan sebab-akibat.

C. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kesiapsiagaan bela negara merupakan keadaan siap siaga yang dimiliki
seseorang secara fisik, mental, dan sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam. Kesiapsiagaan bela negara memiliki manfaat sebagai berikut: 1)
membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan lain; 2) membentuk jiwa
kebersamaan dan solidaritas; 3) membentuk mental dan fisik tangguh; 4)
menanamkan rasa cinta bangsa dan patriotisme; 5) melatih jiwa pemimpin; 6)
membentuk iman dan takwa; 7) berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama; 8)
melatih kecepatan, ketangkasan, dan ketepatan dalam berkegiatan; 9)
menghilangkan sikap negatif (malas, apatis, boros, egois, atau tidak disiplin); dan
10) membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan peduli antarsesama.
Rencana aksi merupakan bentuk penjabaran dari kegiatan Bela Negara yang
dilakukan di lembaga diklat maupun instansi tempat bekerja. Contoh penjabaran dari
nilai-nilai Bela Negara, sebagai berikut.
1. Cinta Tanah Air: mencintai dan melestarikan lingkungan hidup, menghargai dan
menggunakan karya anak bangsa, menggunakan produk dalam negeri, dll.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara: disiplin dan bertanggung jawab terhadap
tugas yang dibebankan, menghargai dan menghormati keanekaragaman suku,
agama, ras, dan antargolongan, dll.
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara: menjalankan kewajiban agama
dan kepercayaan secara baik dan benar, memahami dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dll.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara: rela menolong sesama,
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara, menyumbangkan
tenaga/pikiran/kemampuan untuk kepentingan bersama, dll.
5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara: memiliki kemampuan, integritas,
dan kepercayaan diri yang tinggi dalam membela bangsa dan negara,
mempunyai kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk ancaman di
lingkungan masing-masing, dll.
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR ASN

A. BERORIENTASI PELAYANAN
Berorientasi pelayanan dapat dijabarkan melalui beberapa kriteria, sebagai
berikut.
1. memiliki kode etik sebagai pedoman perilaku sesuai tujuan dalam setiap nilai-
nilai;
2. kode etik didukung oleh kode perilaku yang berisi contoh perilaku spesifik yang
wajib dan tidak boleh dilakukan oleh ASN; dan
3. menerapkan budaya pelayanan dan menjadikan prinsip melayani sebagai suatu
kebanggan.
Pelayanan yang diberikan aparatur harus sesuai dengan standar yang ditetapkan
pemerintah. Standar mutu layanan pada instansi pemerintah berdasarkan pada
standar berbasis peraturan perundang-undangan dan standar berbasis kebutuhan
dan kepuasan masyarakat sebagai pelanggan.

B. AKUNTABEL
Akuntabilitas merujuk pada pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek-
aspeknya mencakup akuntabilitas sebuah hubungan, akuntabilitas yang berorientasi
pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, akuntabilitas memerlukan
konsekuensi, dan akuntabilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas memiliki fungsi,
menyediakan kontrol demokratis, mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

C. KOMPETEN
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan
pekerjaan. Kompetensi meliputi kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural.
1. Kompetensi teknis, diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis.
2. Kompetensi manajerial, diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural
atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
3. Kompetensi sosial kultural, diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan.

D. HARMONIS
Indonesia dikenal dengan keanekaragaman bangsa dan budayanya, hal ini
dapat memunculkan potensi dan tantangan salah satunya konflik. Beberapa jenis
konflik, yakni konflik antarsuku, antaragama, antarras, dan antargolongan. Hal
tersebut menimbulkan dampak di lingkungan kerja, seperti suasana bekerja dan
lingkungan tidak nyaman, pekerjaan menjadi terbengkalai, kinerja buruk, dan
layanan kepada masyarakat tidak optimal.
Oleh karena itu, sebagai ASN harus memiliki etika sebagai individu, dalam
organisasi, dan masyarakat. Pertama, perubahan pola pikir, yakni dari penguasa
menjadi pelayan, mengubah ‘wewenang’ menjadi ‘peranan’, dan menyadari bahwa
jabatan publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan
akhirat. Kedua, sikap perilaku ditunjukkan dengan toleransi, empati, dan
keterbukaan terhadap perbedaan.

E. LOYAL
Loyal merupakan kesetiaan terhadap cita-cita instansi dan NKRI. Karakteristik
seseorang memiliki sikap loyal, yakni taat pada peraturan, bekerja dengan integritas,
tanggung jawab pada instansi, kemauan untuk bekerja sama, rasa memiliki yang
tinggi, hubungan antarpribadi, kesukaan terhadap pekerjaan, keberanian
menyampaikan ketidaksetujuan, dan menjadi teladan bagi orang lain. Sebagai ASN
nilai dalam Core Values dapat dilakukan dengan panduan perilaku:
1. memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, dan setia pada NKRI serta
pemerintahan;
2. menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi, dan negara;
3. menjaga rahasia jabatan dan negara.
F. ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah makhluk hidup untuk
keberlangsungan hidupnya. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Tantangan yang dihadapi individu dan organisasi
dalam perilaku adaptif, yakni situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity). Volatility dapat dihadapi dengan vision, uncertainty dapat dihadapi
dengan understanding, complexity dihadapi dengan clarity, dan ambiguity dihadapi
dengan agility.

G. KOLABORATIF
Pemerintahan yang kolaboratif mencakup kemitraan institusi pemerintah
untuk pelayanan publik. Kolaborasi meliputi segala aspek pengambilan keputusan,
implementasi, sampai dengan evaluasi. Perilaku kolaboratif memiliki beberapa
indikator yakni sebagai berikut, pertama, organisasi menganggap perubahan
sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi. Kedua, organisasi menganggap
individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan
untuk terus menghormati pekerjaan mereka. Ketiga, organisasi memberikan
perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar
dalam menyelesaikan tugas mereka. Keempat, pendapat yang berbeda didorong
dan didukung dalam organisasi, sehingga setiap kontribusi dan pendapat sangat
dihargai. Kelima, masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari
konflik. Keenam, kolaborasi dan kerja tim antardivisi harus didukung. Ketujuh,
setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat keberhasilan
dalam kolaborasi antarlembaga pemerintah. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam kolaborasi, yakni: 1) kepercayaan; 2) pembagian kekuasaan; 3)
gaya kepemimpinan; 4) strategi manajemen; dan 5) formalisasi pada pencapaian
kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik. Faktor yang dapat
menghambat kolaborasi antarorganisasi pemerintah, yakni: 1) ketidakjelasan
batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi; dan
2) dasar hukum kolaborasi yang tidak jelas.
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

A. SMART ASN-LITERASI DIGITAL


Literasi digital menekankan pada kemampuan pengguna media digital secara
produktif. Pengguna tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan mampu
bertanggung jawab atas penggunaannya. Bertanggung jawab adalah etis dan aman
dalam menggunakan media digital. Etika dalam menggunakan media digital menjadi
self control setiap individu dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan
berkolaborasi di ruang digital. Tujuannya adalah media digital dapat dimanfaatkan
secara kolektif untuk hal-hal positif.
Keamanan dalam bermedia digital merupakan kecakapan individu yang
bersifat mau tidak mau harus bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara
individu, terdapat tiga kecakapan keamanan bermedia digital, yakni: 1) kognitif,
memahami berbagai konsep dan mekanisme terhadap perangkat digital maupun
identitas digital/data diri; 2) afektif, empati pengguna media digital agar mempunyai
kesadaran bahwa bermedia digital juga menjaga keamanan pengguna lain; dan 3)
konatif atau behavioral, langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas
digital/data diri.

B. MANAJEMEN ASN
1. Fungsi dan tugas ASN yakni sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
dan perekat atau pemersatu bangsa.
2. Hak yang diperoleh PPPK sesuai Pasal 22 UU No. 5 Tahun 2014 berupa gaji,
tunjangan, perlindungan (jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kesehatan, dan bantuan hukum), pengembangan kompetensi, dan cuti.
3. Kewajiban ASN antara lain: 1) setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, dan
NKRI; 2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 3) melaksanakan kebijakan
yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; 4) mentaati ketentuan
peraturan perundang-undangan; 5) melaksanakan tugas kedinasan dengan
penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab; 6) menunjukkan
integritas dan keteladanan sikap, perilaku, capan, dan tindakan; 7) menyimpan
rahasia jabatan; dan 8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
4. Manajemen PPPK yakni penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin,
pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.

Ahsan Khalid Bahari


198602202022211010
Ahli Pertama – Guru PPKn
Pemerintah Kota Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai