Anda di halaman 1dari 14

BAB III

NILAI-NILAI DASAR ASN

A. Sikap Perilaku Bela Negara

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam penyelenggaraan


pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada hakikatnya terkait dengan
pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah
laku PNS harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengaitkan dirinya
dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia.
Kesadaran bela negara merupakan upaya untuk mempertahankan negara dari
ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Selain itu menumbuhkan rasa patriotisme dan
nasionalisme di dalam diri ASN. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

2. Analisa Perubahan Lingkungan Strategis

Lingkungan strategis adalah situasi internal dan eksternal baik yang statis
(trigatra) maupun dinamis (pancagatra) yang memberikan pengaruh pada
pencapaian tujuan nasional. Analisa perubahan lingkungan strategis ini bertujuan
membekali peserta dengan kemampuan memahami konsepsi perubahan lingkungan
strategis sebagai wawasan strategis ASN. Sehingga ASN dapat memahami modal
insani dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis, dapat mengidentifikasi
isu-isu kritikal, dan dapat melakukan analisis isu-isu kritikal dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis. Dengan begitu ASN dapat mengambil keputusan yang
terbaik dalam tindakan profesionalnya.

1
3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan kepada semua


komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan
syarat-syarat tentang pembelan negara. Dalam hal ini setiap ASN sebagai bagian
dari warga masyarakat tertentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945
tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi
warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara yang secara
fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara
kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik,
senantiasa memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh sebab
tiu dalam pelaksanaan latihan dasar bagi ASN dibekali dengan latihan-latihan
seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;

2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;

3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;

4. Keprotokolan;

5. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;

6. Kegiatan ketangkasan dan permainan (LAN, 2015)

2
B. Nilai Dasar

Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar sebagai
seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi dan tugasnya

sebagai ASN. Adapun nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas,


Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).
Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang harus di tanamkan kepada setiap ASN
maka perlu di ketahui indikator-indikator dari kelima kata tersebut, yaitu:

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar, namun
seringkali kita susah untuk membedakannya dengan responsibilitas. Namun dua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Lebih lanjut akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Adapun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:

a. Kepemimpinan

Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan


memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal tersebut.
b. Transparansi

Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan dan


kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok / institusi.
c. Integritas

Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan


dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggungjawab

Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau


perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab juga
dapat berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
3
e. Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan

Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini akan


melahirkan akuntabilitas.

g. Keseimbangan

Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya


keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai
dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.

h. Kejelasan

Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan


tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
i. Konsistensi

Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapainya tujuan akhir .(Kusumasari,Bevaola, dkk: 2015)

2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sikap politik masyarakat yang mempunyai cita-cita


dan tujuan yang sama sehingga suatu bangsa merasakan kecintaan dan kesetiaan pada
bangsa tersebut. Nasionalisme Indonesia yaitu nasionalisme yang berlandaskan pada
Pancasila, yang memuliakan kemanusiaan universal dengan menjunjung tinggi
persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar umat manusia. Nilai-nilai nasionalisme
Indonesia sesuai dengan nilai-nilai sila-sila dalam Pancasila, antara lain sebagai
berikut.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai yang terkandung dalam sila pertama antara
lain jujur dan mempunyai integritas, menghormati hak orang lain, menghormati
aturan dan hukum masyarakat, beretika, tidak korupsi, sabar, berjiwa besar,

4
berprasangka baik, menghormati kepercayaan dan agama orang lain, serta tidak
memaksakan agama dan kepercayaan terhadap orang lain.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Nilai yang terkandung dalam sila
kedua meliputi sikap toleran, berlaku adil, menghormati hak asasi orang lain,
tidak dzalim, berlaku sopan santun, serta saling tolong-menolong.

c. Sila Persatuan Indonesia Nilain yang terkandung dalam sila ketiga meliputi sikap
siap sedia membela negara, kehormatan bangsa, kesatuan dan persatuan
Indonesia, menjaga kerukunan dan kedamaian, memajukan persatuan Indonesia
atas dasar bhineka tunggal ika, serta memjukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa.
d. Sila Kerakyakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Nilai yang terkandung dalam sila keempat meliputi
tidak mau menang sendiri, tidak ngotot, tidak menghalalkan segala cara, tidak
berbuat merugikan orang/kelompok lain, mau mendengar pendapat orang lain,
sportif, siap menang tapi juga siap kalah, serta selalu mematuhi aturan yang
berlaku.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Nilai yang terkandung dalam
sila kelima antara lain tidak mementingkan diri sendiri, kelompok, atau golongan,
memperhatikan nasib orang lain, gotong royong, tidak serakah, tepat waktu, mau
bekerja keras, saling membantu, serta senang menabung dan berinvestasi.
Seorang PNS harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dalam menjalankan
tugasnya. Seorang PNS harus selalu berorientasi pada kepentingan publik dengan
selalu memberikan pelayanan prima serta berintegritas tinggi dalam menjalankan
setiap tugasnya sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan publik serta sebagai
pemberi pelayanan publik.

3. Etika Publik

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
5
jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila (keteguhan)

b. Setia dalam mempertahankan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945


(setia)
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak (professional)

d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian (keahlian)

e. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif (adil, non diskriminatif)

f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;

g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;

h. Memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;

i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;

l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan

n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat


sistem karir (Kumorotomo, Wahyudi, dkk: 2015)

4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah kebulatan tekad, tanggung jawab yang terdiri dari
kegiatan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang dalam organisasi
melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk meningkatkan kinerja pada setiap
level oranisasi. Kinerja aparatur dalam memberikan layanan publik yang bermutu
harus berlandaskan prinsip efektivitas, efisiensi, dan inovasi (LAN RI, 2016). Nilai-
nilai dasar (Pasal 4) dan kode etik (Pasal 5) layanan publik sebagaimana dituangkan
dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tenang ASN, secara keseluruhan mencerminkan

6
perlunya komitmen mutu dari setiap aparatur dalam memberikan layanannya dan
kepada siapapun. Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan msyarakat yang menerima layanan (customer satisfaction).
Uraian di atas menunjukkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam komitmen mutu
yaitu:
a. Efektivitas

Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (dalam LAN RI, 2016) mendefinisikan
efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang dikerjakan. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performan untuk mencapai target mutu, kuantitas,
ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi

Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan


bagaimana pekerjaan dilakukan, sehingga tidak terjadi pemborosan,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar
alur. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Karakteristik yang ideal dari tindakan efektif dan
efisien yaitu: penghematan, ketercapaian target, pekerjaan dapat diselesaikan
dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak. Sedangkan,
konsekuensi jika suatu pelaksanaan pekerjaan tidak efektif dan efisien adalah
ketidakcapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak, menurunkan kredibilitas
instansi, bahkan kerugian finansial.
c. Inovasi

Pengertian inovasi menurut Richard L. Daft (dalam LAN RI, 2016) menyatakan
bahwa inovasi barang dan jasa adalah cara suatu organisasi beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan. Inovasi dalam layanan
publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga
akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan mindset baru
sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan, diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin. Inovasi muncul karena dorongan

7
kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan. Dorongan
untuk melakukan perubahan dapat berasal dari dalam, ataupun dari pihak luar.
Inovasi dalam pelayanan publik merupakan sebuah keniscayaan. Khususnya
dalam rangka meningkatkan kepuasan publik atas layanan aparatur. Upaya
peningkatan produktivitas PNS sebagai aparatur penyelenggara pemerintah dapat
dilakukan melalui banyak cara, misalnya peningkatan kompetensi, motivasi,
penegakan disiplin, dan pengawasan profesional untuk mengawal kinerja PNS
agar tetap berada di jalur yang tepat dan tidak melakukan penyimpangan.
d. Mutu

Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis (dalam LAN RI, 2016),
mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan pengguna.
Keberhasilan institusi pemerintah memberikan layanan kepada masyarakat akan
sangat bergantung pada mutu sumberdaya manusia serta bagaimana potensi
mereka diberdayakan oleh pimpinannya (LAN RI, 2016). Pelayanan publik yang
berorientasi mutu adalah pelayanan yang diarahkan untuk meningkatkan
kepuasan masyarakat sebagai pelanggan, baik menyangkut layanan producer
view maupun costumer view. Zeithmalh, dkk (dalam LAN RI, 2016) menyatakan
bahwa terdapat sepuluh ukuran dalam menilai mutu pelayanan yaitu: 1) tangible
(nyata/berwujud); 2) reliability (kehandalan); 3) responsiveness (cepat tanggap);
4) competence (kompetensi); 5) access (kemudahan); 6) courtesy (keramahan); 7)
communication (komunikasi); 8) credibility (kepercayaan); 9) security
(keamanan); dan 10) understanding the customer ( pemahaman pelanggan).
5. Anti Korupsi

Nilai seorang ASN yang anti korupsi berarti bahwa tindakan atau gerakan yang
dilakukan untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–
norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi terdiri
dari kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang,
penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi.
Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:
a. Jujur

8
Kejujuran merupakan landasan utama bagi penegakan integritas diri. Sikap jujur
terhadap diri sendiri maupun orang lain dapat membentengi diri dari perbuatan
curang.
b. Peduli

Sikap peduli terhadap orang lain menjadikan seseorang memiliki rasa kasih sayang
antar sesama. Pribadi berjiwa sosial tinggi tidak akan tergoda untuk memperkaya
diri dengan cara yang salah.
c. Mandiri

Kemandirian membentuk karakter seseorang agar tidak mudah bergantung kepada


pihak lain, sehingga dapat terhindar dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
demi mencapai keuntungan.

d. Disiplin

Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang
mudah.
e. Tanggung Jawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras

Pekerja keras akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi
terwujudnya kemanfaatan publik yang maksimal.
g. Sederhana

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya


dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani

Karakter yang kuat akan membentuk pribadi yang berani untuk menyatakan
kebenaran dan menolak kebathilan.
i. Adil

9
Adil yaitu kemampuan untuk memperlakukan orang lain sesuai hak dan
kewajibannya, sehingga akan menyadari bahwa apa yang diterima sesuai dengan
jerih payahnya.
Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:

a. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang sehingga
menjadi tidak bergantung terlalu bnyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak
akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi
mencapai keuntungan sesaat;
b. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target dari suatu
pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non
materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
c. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak yang berwenang jika
mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan;

d. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-undung yang


mengatur;
e. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang lain;

f. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);

g. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang kita kerjakan
dalam bentuk apapun;
h. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas terhadap apa yang
telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;
i. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan maupun perbuatan
saat memutuskan peristiwa yang terjadi (Tim Penulis Pemberantasan Korupsi: 2015).
C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-


tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin
professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara
yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional
dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat. (Fatimah, Elly dan
Erna Irawati: 2017)
10
1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:

a. Kepastian hukum;

b. Profesionalitas;

c. Proporsionalitas;

d. Keterpaduan;

e. Delegasi;

f. Netralitas;

g. Akuntabilitas;

h. Efektif dan efisien;

i. Keterbukaan;

j. Non diskriminatif;

k. Persatuan;

l. Kesetaraan;

m. Keadilan;

n. Kesejahteraan. (Fatimah, Elly dan Erna Irawati: 2017)

2. Pelayanan Publik

Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara adalah segala bentuk


pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat dan daerah dan
dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat.

11
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah:
a. Partisipatif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat


pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara


pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui
segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan


memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

d. Tidak Diskriminatif

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan


antara satu warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan
identitas warga negara.

e. Mudah dan Murah

Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus memenuhi


berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh layanan yang mereka
butuhkan harus diterapkan prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan
karena pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan
untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien

Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan


yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan
prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.

12
g. Aksesibel

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau


oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan dapat dijangkau dalam
arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel

Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat


dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban di
sini tidak hanya secara formal kepada atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat luas melalui media
publik.
i. Berkeadilan

Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat


melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat ( Purwanto, Erwan
Agus, dkk: 2017)
3. Whole Of Government

Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan


pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari

keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan kategori
hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan mempertimbangkan dampak;
2) dialog atau pertukaran informasi;
3) joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama sementara.

b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:

1) joint working, atau kolaborasi sementara;

2) joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada pekerjaan besar yang
menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;
13
3) satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk sebagai mekanisme
integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:

1) aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama pada isu besar
yang menjadi urusan utama salah satu peserta kerjasama;

2) union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing masih nampak;


merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru (Suwarno, Yogi dan Tri
Atmojo Sejati: 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai