Anda di halaman 1dari 11

Program Pelatihan Angkatan

: Pelatihan Dasar CPNS Kab. Sarolangun Tahun 2021


Agenda : III (Tiga)
Nama Peserta Nomor Daftar
: II (Tanggal
Hadir 23 April 2021)
: MERITA, S.Gz
: 07

Lembaga Penyelenggara: BKPSDM Kabupaten Sarolangun Pelatihan


Tutor: Suwarto, S.Sos, MM

LEARNING JOURNAL
“RANGKUMAN NILAI-NILAI ANEKA”

A. PENDAHULUAN

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara merupakan babak baru bagi sistem kepegawaian di Indonesia,
secara prinsipil banyak muatan baru yang diatur dalam UU tersebut, dalam
konsiderannya disebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa
dan mewujudkan tujuan Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki integritas, profesional, netral dan
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Sudrajat & Karsona, 2016).
Menjadi seorang pelayan publik yang profesional diperlukan nilai-nilai
dasar profesi ASN yang dikenal dengan ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi). Masyarakat memiliki
ekspektasi dan harapan yang tinggi kepada ASN, sehingga Ketika ada
ASN yang melakukan perbuatan tidak terpuji akan menjadi bulan-bulanan,
sindiran, bahkan caci makian. Lebih jauh lagi masyarakat akan kehilangan

1
kepercayaan terhadap aparat pemerintah. Oleh karena itu sebagai ASN harus
memiliki nilai-nilai dasar sebagai ASN atau dikenal dengan ANEKA.

B. PEMBAHASAN
1. AKUNTABILITAS
1) Definisi Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanahseorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai – nilai publik.
Aspek - aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut.
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan. Akuntabilitas berorientasi pada
hasil. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan. Akuntabilitas
memerlukan konsekuensi. Akuntabilitas memperbaiki kinerja.
2) Fungsi Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007),
yaitu: pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi). Kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional). Ketiga, untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas (peran belajar).
3) Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas
organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
4) Nilai-Nilai Dasar Akuntabilitas
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu:
a. Kepemimpinan: Memberi contoh kepada orang lain, memiliki komitmen
yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
b. Transparansi, tujuannya mendorong komunikasi dan kerjasama,
meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan dan
meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan.
c. Integritas, kesesuaian antara perkataan dan tindakan.

2
d. Tanggungjawab, kewajiban dari individu atau lembaga terhadap setiap
tindakan yang telah dilakukan.
e. Keadilan, merupakan landasan utama dari akuntabilitas.
f. Kepercayaan, lingkungan akuntabel ada dari hal-hal yang dapat
dipercaya.
g. Keseimbangan, kinerja yang baik harus disertai keseimbangan
kapasitas sumber daya dan keahlian yang dimiliki.
h. Kejelasan, mengetahui kewenangan, peran dan tanggung jawab, misi
organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi.
i. Konsistensi, menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang
akuntabel.
2. NASIONALISME
1) Definisi
Nasionalisme merupakan suatu sikap politik atau pemahaman dari
masyarakat suatu bangsa yang memiliki keselarasan kebudayaan dan
wilayah. Juga memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga timbul
rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun
eksternal. Sikap nasionalisme pada ASN sangat penting, karena akan
menjadikan ASN yang mampu mengaktualisasikan pancasila sebagai
nilai-nilai dasar nasionalisme dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
2) ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
Sebagai pelaksana kebijakan publik tentu setiap pegawai ASN harus
memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi pada kepentingan publik dan
senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas
kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional ketimbang
kepentingan sektoral dan golongan. Untuk itu ASN harus memiliki karakter
kepublikan yang kuat dan mampu mengaktualisasikannya dalam setiap
langkah-langkah pelaksanaan kebijakan publik.
3) ASN sebagai pelayan publik
Sebagai pelayan publik, setiap ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka

3
harus bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan
pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau instansinya
belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud
memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik. Untuk itu, integritas menjadi penting bagi setiap ASN.
ASN senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak
korupsi, transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
4) ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi juga sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara.
Dalam fungsi ini, setiap ASN harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat,
memiliki kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi
pemersatu bangsa, mengupayakan situasi damai di seluruh wilayah
Indonesia, dan menjaga keutuhan NKRI.
5) Nilai-nilai dasar nasionalisme
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air
Indonesia (nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional,
senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan
kesatuan bangsa, dan berpegang pada prinsip adil dan netral. Adil dalam
artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur,
transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada
salah satu kelompok atau golongan yang ada.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan
persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap
rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai
bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah
diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara
sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling
mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.

4
Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Nilai ini mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa
terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai ini
menyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa religious,
bukan bangsa atheis.
Sila 2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab)
Nilai ini mengandung arti adanya kesadaran sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan segala sesuatu sebagaimana mestinya.
Sila 3 (Persatuan Indonesia)
Sila ini mengandung nilai bahwa makna usaha kearah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui
dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki
bangsa Indonesia.
Sila 4 (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan)
Sila ini mengandung makna bahwa suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga perwakilan.
Sila 5 (Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)
Sila ini mengandung makna sebagai dasar tujuan yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur lahiriah dan batiniah.
3. ETIKA PUBLIK
1) Definisi Etika dan Kode Etika
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar. Kode
etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus. Sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.

5
2) Kode etik aparatur sipil negara (ASN)
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin ASN.
3) Nilai-nilai dasar etika publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila

6
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
KesatuanRepublik Indonesia 1945
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
m.Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4) Dimensi etika publik
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik, yaitu:
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip
moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik.
2. Dimensi Modalitas
Unsur-unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas,
transparansi dan netralitas.
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau
kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai
dengan nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral
yang tercermin dalam kesederhanaan hidup.

7
4. KOMITMEN MUTU
1) Konsep dasar dan pengertian mutu
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau
pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh
lembaga lain sebagai pesaing (competitors).
Proses implementasi manajemen mutu diawali dengan menganalisis
masalah yang telah diidentifikasi, kemudian menyusun rencana mutu,
melaksanakan pekerjaan berbasis rencana mutu, mengawal
pelaksanaan, dan mengawasi ketercapaiannya, dan merancang upaya
peningkatannya agar dapat membangun kredibilitas lembaga pemerintah.
2) Perbaikan mutu
Berikut ada beberapa metode sederhana yang paling banyak digunakan
bagi setiap organisasi penyedia layanan baik organisasi pemerintah
maupun swasta untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus
(continous improvement):
a. Metode Plan Do Check Act (PDCA)
b. Diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram)
3) Nilai-nilai dasar orientasi mutu
Nilai-nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan primasekurang-
kurangnya akan mencakup hal-hal berikut:
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/ clients
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan
memelihara agar customers/clients tetap setia
c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat,
tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients maupun
perkembangan teknologi
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan

8
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai
cara, antara lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif,
kolaborasi, dan benchmark.
5) ANTI KORUPSI
1) Tindak pidana korupsi
Setiap negara mempunyai undang-undang yang berbeda terkait dengan
Tindak Pidana Korupsi. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001,
terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) Kerugian
keuangan negara, (2) Suap-menyuap, (3) Pemerasan, (4) Perbuatan
Curang, (5) Penggelapan dalam Jabatan, (6) Benturan Kepentingan
dalam Pengadaan, (7) Gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan delik-
delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub c UU no.3/71).
2) Jenis-jenis korupsi
Ada tujuh jenis korupsi menurut Syed Husein Alatas:
1. Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang menunjukkan adanya
kesepakatan timbal balik antara pemberi dan penerima demi
keuntungan bersama.
2. Korupsi Ekstroaktif, adalah korupsi yang menyertakan bentuk-
bentuk koersi (tekanan) tertentu di mana pihak pemberi dipaksa
untuk menyuap guna mencegah kerugian yang mengancam diri,
kepentingan, orang-orangnya, atau hal-hal yang dihargai.
3. Korupsi Investif, yaitu korupsi yang melibatkan suatu penawaran
barang atau jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan akan diperoleh
di masa yang akan datang.
4. Korupsi Nepotistik, adalah korupsi berupa pemberian perlakuan
khusus kepada teman atau yang mempunyai kedekatan hubungan
dalam rangka menduduki jabatan publik, di mana perilaku
pengutamaan dalam segala bentuk yang bertentangan dengan
norma atau peraturan yang berlaku.
5. Korupsi Autogenik, yaitu korupsi yang dilakukan individu karena

9
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari
pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya
diketahui sendiri.
6. Korupsi Suportif, adalah korupsi yang mengacu pada penciptaan
suasana yang kondusif untuk melindungi atau mempertahankan
keberadaan tindak korupsi yang lain.
7. Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang terpaksa dilakukan dalam
rangkamempertahankan diri dari pemerasan.
3) Nilai-nilai dasar anti korupsi
KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar
anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi sebagai berikut:
1) Kejujuran: ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
2) Kepedulian: mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa
kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
3) Kemandirian: berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak
bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
4) Kedisiplinan: ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
5) Tanggung Jawab: keadaan wajib menanggung segala sesuatu.
6) Kerja keras: adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan,
ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.
7) Kesederhanaan: gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan untuk
tidak hidup boros.
8) Keberanian: Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran.
9) Keadilan:sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam
mengelola prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan-keputusan strategis mulai dari
memformulasi kebijakan sampai pada penetapannya dalam berbagai sektor
pembangunan ditetapkan oleh PNS. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan

10
sosok PNS yang profesional, yaitu PNS yang mampu memenuhi standar kompetensi
jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan
efisien.
Mengingat determinannya peranan ASN dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara, penegakan etika ASN menjadi sangat penting. Dengan mengetahui faktor-
faktor penyebab pelanggaran etika oleh ASN dan unsur-unsur yang memengaruhi
perwujudan etika dalam organisasi, maka yang harus dilakukan adalah pertama,
penguatan dan pemantapan jiwa korsa ASN melalui pembinaan yang konsisten dan
berkelanjutan; kedua, kontrol oleh masyarakat dan media massa terhadap perilaku
ASN melalui saluran-saluran yang tersedia; dan ketiga, menegakkan disiplin dan
mengenakan sanksi yang tegas jelas atas pelangaran kode etik oleh ASN.
Dengan memahami dan melakukan Nilai-Nilai Dasar ASN yang dikenal dengan
Akronim ANEKA dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang dan Tanggung Jawab,
maka mimpi-mimpi untuk menciptakan ASN yang professional dan bertaraf
internosional bukanlah suatu hal yang mustahil.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, E., & Irawati, E. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS “Manajemen
ASN.” In Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara RI. Haryatmoko. 2011. Etika Publik untuk Integritas
Pejabat Publik dan Politisi. e-book, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LAN. 2021. Modul Pelatihan Dasar CPNS. E-book. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara
Nurdin, Ismail. 2017. Etika Pemerintahan. e-book, Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara
Books
Sutmasa, Y.G., 2019. Etika ASN Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Negara. Jurnal Ilmiah Cakrawarti, 2(1), pp.19-29.

11

Anda mungkin juga menyukai