Anda di halaman 1dari 38

BAB II

RANCANGAN AKTUALISASI

2.1. Nilai – Nilai Dasar Profesi PNS

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 yang


dimaksud Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Fungsi ASN yaitu melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan mempererat persatuan dan
kesatuan Bangsa.
Untuk menjadi seorang pelayan publik yang profesional diperlukan
pembekalan kepada PNS dengan nilai - nilai dasar profesi ASN yang dikenal dengan
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi). Nilai-nilai dasar profesi dan budaya kerja Aparatur Sipil Negara
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UU No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara
meliputi:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

2.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab. Akuntabilitas adalah
suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk
pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung
jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama
( Bovens, 2007), yaitu:
1. Menyediakan kontrol demokratis ( peran demokratis );
2. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional );
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal
(pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses,
akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas tidak akan
terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas berupa : Perencanaan Strategis, Kontrak
Kinerja, dan Laporan Kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator
dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kepemimpinan, lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi, keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas, konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab, kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban
e. Keadilan, kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang
f. Kepercayaan, rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas
g. Keseimbangan, untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas
h. Kejelasan, pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan
i. Konsistensi, sebuah usaha untuk terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir

2.1.2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak
hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai
yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki
oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi
sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme
dan wawasan kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilainilai Pancasila. Ada lima
indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadikan Indonesia bukan sebagai
negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru
mendorong nilai -nilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan
berpolitik. Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka
(inklusif), membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memiliki konsekuensi ke
dalam dan ke luar. Kedalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan
nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan
fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, semangat kebangsaan adalah mengakui
manusia dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan
bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang
tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat,
yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama
dalam suatu wilayah geopolitik nyata. Selain kehendak hidup bersama,
keberasaan bangsa Indonesia juga didukung oleh semangat gotong royong.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua
fungsi. Fungsi pertama, badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang
memperjuangkan asprasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi
kedua, semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan
negara untuk satu golongan atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan
kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan
yang membawa kebaikan bagi semua pihak.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia Dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan bahwa Negara
merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan.
2.1.3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan
hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nila-nilai yang dianut (Catalano, 1991).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN adalah:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan dan
jabtannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang - undang
ASN, memiliki indikator sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan UndangUndang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

2.1.4. Komitmen Mutu


Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang
tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun
yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara
optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. Komitmen mutu
merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang
berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilainilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Efektif, berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan
efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak
hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2. Efisien, berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan
realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar
alur.
3. Inovasi, Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas
rutin.
4. Mutu, kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya.
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian
hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.

2.1.5. Anti Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan
luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang. Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar
anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa
menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur
dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain,
sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2. Peduli, kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak
mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
3. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif.
4. Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi
untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
5. Tanggung Jawab Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan
kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya.
6. Kerja Keras, individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya.
7. Sederhana, pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa
berlebih-lebihan.
8. Berani, seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan.
9. Adil, pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan.
2.2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
Terdapat 3 (tiga) nilai dasar yang harus ASN terapkan dalam agenda
kedudukan dan peran pegawai negeri sipil (PNS) dalam NKRI, meliputi Manajemen
ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik. Penjelasan dari masing-
masing nilai dasar tersebut adalah sebagai berikut:

2.2.1. Management ASN


Pada dasarnya, manajemen ASN merupakan kebijakan dan praktik dalam
mengelola aspek manusia atau sumberdaya manusia (SDM) dalam
organisasitermasuk dalam hal pengadaan, penempatan, mutasi, promosi,
pengembangan, penilaian, dan penghargaan (Fatimah dan Irawati, 2016).
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memilikinilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dengan memahami kedudukan, peran,
hak dan kewajiban (Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014). Manajemen ASN akan
diselenggarakan dengan sistem merit. Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen
ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama,
asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan
(Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014). Manajemen ASN meliputi manajemen
PNS dan manajemen PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Mekanisme Pengelolaan ASN, meliputi: Penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK,
meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin,
pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.

2.2.2. Pelayanan Publik


Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa, baik dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Ada 3 (tiga) unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu:
1. Setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan Undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan
badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
2. Orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan atau memerlukan
layanan (penerima layanan).
3. Kepuasan pelanggan menerima pelayanan, unsur kepuasan pelangganmenjadi
perhatian penyelenggara pelayanan (Pemerintah), untuk menetapkan arah
kebijakan pelayanan publik yang berorientasi untuk memuaskan pelanggan, dan
dilakukan melalui upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja. Nilai dasar
pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima, meliputi
partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif
dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. Budaya, pelayanan dibentuk
oleh sikap pekerja serta manajemen organisasi sebagai pelayanan.

2.2.3. Whole of Governent (WoG)


WOG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Ada 3 (tiga) alasan yang
menyebabkan WOG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang
mendapatkan perhatian dari pemerintah, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor eksternal Seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi
kebijakan, program pembangunan, dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih baik.
2. Faktor internal Dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
3. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuklatar
belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.
Terdapat beberapa cara pendekatan WOG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal, yaitu sebagai berikut:
1. Penguatan koordinasi antar lembaga
2. Membentuk lembaga koordinasi khusus
3. Membentuk gugus tugas
4. Koalisi sosial

2.3. Penggalian Core Isue


Rancangan aktualisasi ini dimulai dengan mengidentifikasi isu yang muncul
pada instansi kerja penulis yaitu Puskesmas Lhoong. Identifikasi isu diperoleh dari
hasil koordinasi dan diskusi masalah dengan mentor (dalam hal ini adalah atasan
langsung), yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Beberapa isu yang muncul
kemudian dipilih dengan mengkategorikannya kedalam tiga prinsip ASN yaitu :
1) Manajemen ASN
2) Pelayanan Publik, dan
3) Whole of Government (WoG).

Agar dapat melaksanakan tugas secara professional sebagai pelayan


masyarakat maka CPNS diwajibkan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
profesi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya pada satuan kerja masing-
masing. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut terkadang ditemukan
isu-isu yang memerlukan pemecahan masalah. Begitu pula di instansi penempatan
yang dimaksud yaitu Puskesmas Lhoong. Berdasarkan hasil praktik kerja yang
dilakukan penulis ditemukan beberapa isu yang dalam pelaksanaannya masih dapat
dilakukan perbaikan.
Telah dipetakan beberapa isu atau problematika, antara lain:
1. Tingginya Angka Kasus Karies dan Persistensi Gigi pada Pasien Anak Karena
Rasa Cemas Berkunjung ke Poli Gigi Puskesmas Lhoong
2. Belum Optimalnya Penggunaan APD pada Petugas Poli Gigi di Puskesmas
Lhoong
3. Kurangnya Media Edukasi Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi
Puskesmas Lhoong
4. Kurangnya Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Manifestasi Rongga Mulut Selama
Masa Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoong
5. Rendahnya Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Gigi Bayi dan Anak
Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat di identifikasi
isu-isu sebagai berikut:
No. Identifikasi Isu Prinsip ASN Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan
1. Tingginya Angka Kasus Karies dan Pelayanan Publik Masih banyak anak- anak yang Berkurangnya angka sakit baik
Persistensi Gigi pada Pasien Anak datang ke Poli Gigi dan tidak mau pada anak maupun masyarakat
Karena Rasa Cemas Berkunjung ke di periksa gigi nya karena sehingga mendukung program
Poli Gigi Puskesmas Lhoong kekhawatiran berlebih sehingga pemerintah untuk meningkatkan
pulang tanpa dilakukan tindakan derajat kesehatan masyarakat dan
perawatan/pengobatan. visi misi dari Puskesmas sendiri
Hal ini sangat disayangkan karena
kesehatan gigi susu sangat
menentukan kesehatan gigi
permanen di masa mendatang

2. Belum Optimalnya Penggunaan Manajemen ASN APD sudah tersedia di Puskesmas Penggunaan APD bisa harus
APD pada Petugas Poli Gigi di Lhoong untuk semua Poli dioptimalkan lagi sehingga dapat
Puskesmas Lhoong Pelayanan yang membutuhkan mencegah terjadinya infeksi
penggunaan APD, termasuk Poli silang terlebih dimasa pandemi
Gigi, namun kesadaran dari ini
petugas di Poli Gigi untuk
menggunakan APD belum
optimal sehingga masih mungkin
terjadinya infeksi silang antara
petugas dan pasien

3. Kurangnya Media Edukasi Tentang Manajemen ASN Sudah tersedia media edukasi Ada penambahan media edukasi
Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli namun belum maksimal seperti di agar pesan kesehatan
Gigi Puskesmas Lhoong dalam ruang dan ruang tunggu tersampaikan dengan maksimal
poli gigi sehingga promosi kepada masyarakat sehingga
kesehatan gigi dan mulut belum dapat meningkatkan kualitas
maksimal pelayanan yang baik bagi
masyarakat dan menambah
pengetahuan masayarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut
4. Kurangnya Pengetahuan Ibu Hamil Pelayanan Publik Masih kurangnya kunjungan ibu Meningkatnya pengetahuan ibu
Tentang Manifestasi Rongga Mulut hamil ke poli gigi untuk hamil tentang pentingnya
Selama Masa Kehamilan di Wilayah berkonsultasi tentang kesehatan menjaga kesehatan gigi dan
Kerja Puskesmas Lhoong gigi dan mulut selama masa mulut selama masa kehamilan
kehamilan dan lebih memilih untuk mencegah kerusakan gigi
menahan sakitnya karena yang lebih parah selama
pengetahuan ibu hamil yang kehamilan
masih kurang tentang penanganan
rasa sakitnya

5. Rendahnya Pengetahuan Ibu tentang Pelayanan Publik Angka kasus / angka sakit yang Meningkatnya pengetahuan
Kesehatan gigi Bayi dan Anak masih tinggi akibat kurangnya orang tua agar dapat mengajarkan
pengetahuan orang tua tentang anaknya tentang cara menjaga
cara menjaga kesehatan gigi yang kesehatan gigi dan mulut dan
benar dapat mecegah kerusakan gigi
sejak dini sehingga mengurangi
angka sakit
Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan isu tersebut dengan Coach
untuk kemudian dapat di analisis secara mendalam sehingga terpilihlah sebuah core
issue. Alat analisis kriteria dengan menggunakan alat analisis AKPK (Aktual,
Kekhalayakan, Problermatik, Kelayakan), sedangkan menentukan kualitas isu
dengan menggunakan analisis USG (Urgency, Seriousnes, Growth).
Keterangan:
 Aktual : benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di masyarakat.
 Kekhalayakan : isu menyangkut hajat hidup orang banyak.
 Problematik: isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu
dicarikan solusinya sesegera mungkin.
 Kelayakan: masuk akal, realistis, relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Adapun pembobotan dan analisis AKPK ini memiliki skala 1-5 dengan
keterangan: 5 (sangat kuat pengaruhnya), 4 (kuat pengaruhnya), 3 (sedang
pengaruhnya), 2 (kurang pengaruhnya), dan 1 (sangat kurang pengaruhnya). Berikut
adalah hasil analissis isu-isu yang sudah di analisis menggunakan intrumen AKPK.

Tabel 1. Bobot Penetapan Kriteria Kualitas ISU AKPK dan USG


Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya

Kriteria AKPK Total


No Isu Rangking
A K P K Skor
1 Tingginya Angka Kasus Karies dan
Persistensi Gigi pada Pasien Anak
Karena Rasa Cemas Berkunjung ke Poli 4 5 5 5 19 1
Gigi Puskesmas Lhoong (PP)

2 Belum Optimalnya Penggunaan APD 4 4 4 4 16 2


pada Petugas Poli Gigi di Puskesmas
Lhoong (MA)

3 Kurangnya Media Edukasi Tentang


Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi
3 4 4 3 14 3
Puskesmas Lhoong (MA)

4 Kurangnya Pengetahuan Ibu Hamil


Tentang Manifestasi Rongga Mulut
Selama Masa Kehamilan di Wilayah 3 3 2 3 11 4
Kerja Puskesmas Lhoong (PP)

5. Rendahnya Pengetahuan Ibu tentang


Kesehatan gigi Bayi dan Anak (PP) 3 3 2 2 10 5

Tabel 1.1. Hasil Penetapan kualitas Isu dengan AKPK

Keterangan Tabel:

A : Aktual PP : Pelayanan Publik


K : Kekhalayakan WoG : Whole of Government
P : Problematik MA : Managemen ASN
K2 : Kelayakan

Skala Nilai 1-5

Kriteria kedua dalam penetapan core issue adalah dengan menggunakan


matriks USG (Urgency, Seriousness, dan Growth). Urgency artinya seberapa
mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Seriousness
merujuk pada seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan. Growth menekankan pada seberapa besar kemungkinan memburuknya
isu tersebut jika tidak ditangani segera. Rentang penilaian yang digunakan pada
matriks USG adalah dengan memberikan skor 1-5, semakin tinggi skor menunjukkan
bahwa isu tersebut sangat urgen dan sangat serius untuk segera ditangani

No. Isu Skor USG Total Ranking


U S G Skor
Tingginya Kasus Karies dan Persistensi Gigi
pada Pasien Anak Karena Rasa Cemas
1 5 5 4 14 1
Berkunjung ke Poli Gigi Puskesmas Lhoong
(PP)

Belum Optimalnya Penggunaan APD pada

2 Petugas Poli Gigi di Puskesmas Lhoong 3 5 4 12 2

(MA)

Kurangnya Media Edukasi Tentang

3 Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi 3 4 3 10 3


Puskesmas Lhoong (MA)

Tabel 1.2. Hasil penilaian dengan alat bantu USG

Keterangan (berdasarkan skala):

Urgency (U) Serioussness (S) Growth (G)


5 = Sangat Mendesak 5 = Sangat serius 5 = Sangat berdampak
4 = Mendesak 4 = Serius 4 = Berdampak
3 = Cukup Mendesak 3 = Cukup serius 3 = Cukup Berdampak
2 = Kurang Mendesak 2 = Tidak serius 2 = Tidak berdampak
1 = Tidak Mendesak 1 = Sangat tidak serius 1 = Sangat tidak berdampak

Berdasarkan hasil validasi isu metode AKPL dan dilanjutkan dengan teknik
USG diatas, maka isu prioritas yang ditetapkan adalah “Tingginya Kasus Karies
dan Persistensi Gigi pada Pasien Anak Karena Rasa Cemas Berkunjung ke Poli
Gigi Puskesmas Lhoong (PP)”. Penetapan isu tersebut dilakukan dengan analisis
dampak jika hal tersebut tidak ditangani dengan segera maka akan berdampak pada:

1. Angka karies pada anak semakin tinggi karena kebiasaan anak mengkonsumsi
makanan manis diperparah juga orang tua tidak membiasakan anak untuk rutin
menyikat gigi.
2. Karies pada gigi berhubungan dengan berkurangnya pertumbuhan dan
penambahan berat badan anak yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang
kurang memenuhi kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan pada anak.
3. Kehilangan gigi sebelum waktunya (prematur) akibat karies dapat menyebabkan
gangguan perkembangan bicara (speech development), kesulitan berkonsentrasi di
sekolah dan mengurangi rasa percaya diri anak.
4. Terganggunya pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen sekaligus
mengakibatkan rahang anak mengecil sehingga gigi permanen yang berada di
bawah gigi susu tidak mendapatkan tempat optimal untuk tumbuh. Gigi permanen
akan tumbuh berantakan akan menyebabkan malposisi gigi tetap.
5. Kebiasaan tidak menyikat gigi terbawa hingga dewasa menyebabkan karies gigi
sehingga angka kehilangan gigi pada usia dewasa muda menjadi meningkat

2.4. Deskripsi Gagasan/Kegiatan


Berdasarkan identifikasi isu dan penetapan isu di atas, maka penulis
memiliki usulan gagasan pemecahan isu yaitu dengan “Menurunkan Angka Kasus
Karies Dan Persistensi Gigi Pada Pasien Anak Di Puskesmas Lhoong Melalui
Edukasi Dan Manajemen Perilaku Dengan Metode Tell-Show-Do”. Untuk
melaksanakan gagasan tersebut, penulis menyusun tahapan kegiatan dan dalam
pelaksanaan aktualisasi juga diterapkan nilai-nilai dasar profesi PNS sehingga
peserta latsar dapat menghabituasikan nilai – nilai tersebut dan menjadi ASN yang
profesional dalam bekerja.

MATRIK RANCANGAN AKTUALISASI


YANG MELIPUTI KEGIATAN DAN JADWAL AKTUALISASI
Nama Peserta : drg. Erni Verita
Unit kerja : Puskesmas Lhoong
Identifikasi Isu Aktual :
1. Tingginya Kasus Karies Dan Persistensi Gigi Pada
Pasien Anak Karena Rasa Cemas Berkunjung Ke
Poli Gigi Puskesmas Lhoong (PP)
2. Belum Optimalnya Penggunaan APD pada Petugas
Poli Gigi di Puskesmas Lhoong (MA)
3. Kurangnya Media Edukasi Tentang Kesehatan Gigi
dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Lhoong (MA)
4. Kurangnya Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Manifestasi Rongga Mulut Selama Masa
Kehamilan (PP)
5. Rendahnya Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan
gigi Bayi Dan Anak (PP)

Isu Aktual yang di angkat : Tingginya Angka Kasus Karies Dan Persistensi Gigi
Pada Pasien Anak Karena Rasa Cemas Berkunjung
Ke Poli Gigi Puskesmas Lhoong

Gagasan Pemecahan Isu : Menurunkan Angka Kasus Karies Dan Persistensi


Gigi Pada Pasien Anak Di Puskesmas Lhoong
Melalui Edukasi Dan Manajemen Perilaku
Dengan Metode Tell-Show-Do
No. Kontribusi Penguatan
Keterkaitan Substansi
Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi Nilai
Mata Pelatihan
Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan a. Menghubungi Kepala a. Dokumentasi: Foto Nasionalisme Dengan melakukan Koordinasi
konsultasi Puskesmas untuk layar percakapan Menghubungi Kepala koordinasi kepada dengan
dengan Mentor menanyakan dengan Puskesmas dengan pimpinan terkait pimpinan akan
(Atasan) kesediaannya menjadi mentor/atasan menggunakan Bahasa kegiatan aktualisasi menguatkan
Mentor indonesia yang baik dan akan mendukung nilai organisasi
b. Dokumentasi: Foto benar visi dan misi yaitu tepat dan
b. Membuat janji layar percakapan organisasi berupa Aktif dalam
pertemuan dengan dengan menjaga dan upaya
Anti Korupsi
Mentor mentor/atasan meningkatkan peningkatan
Datang tepat waktu
menemui mentor/atasan pelayanan mutu layanan
c. Melakukan pertemuan c. Dokumentasi: Foto
sesuai janji yang telah kesehatan yang yang
langsung dengan Mentor dan video
ditetapkan sebelumnya bermutu berkelanjutan
untuk pertemuan degan
(Disiplin)
mengkonsultasikan mentor/atasan dan
rencana kegiatan kepada notulensi
Etika Publik
mentor
d. Lembar Menyapa mentor/atasan
d. Meminta persetujuan persetujuan dengan sopan sebelum
atasan mengenai memulai konsultasi
rancangan kegiatan yang e. Surat izin
akan dilakukan Akuntabilitas
Menjelaksan semua
e. Meminta izin kepada tahapan kegiatan dan
atasan untuk apa yang dibutuhkan
melaksanakan kegiatan secara transparan
aktualisasi
Komitmen Mutu
Meminta masukan dan
izin dari mentor/atasan
agar kegiatan bisa
berjalan secara efektif
dan efisien

(WoG - Koordinasi)
Koordinasi dengan
mentor dilakukan agar
kegiatan dapat berjalan
dengan baik

2. Koordinasi a. Meminta izin kepada a. Dokumentasi: Foto Nasionalisme Dengan melakukan Koordinasi
dengan teman kepala ruangan untuk layar percakapan Menghubungi Kepala koordinasi kepada dengan
sejawat di Poli melaksanakan kegiatan dengan Kepala Ruangan dengan pimpinan terkait pimpinan akan
Gigi aktualisasi di Poli Gigi Ruangan menggunakan Bahasa kegiatan aktualisasi menguatkan
indonesia yang baik dan akan mendukung nilai organisasi
b. Menjelaskan rencana b. Dokumentasi: Foto benar visi dan misi yaitu tepat dan
kegiatan aktualisasi dan Video diskusi organisasi berupa Aktif dalam
dengan petugas di Poli dengan teman menjaga dan upaya
Gigi sejawat Anti korupsi meningkatkan peningkatan
Menyampaikan dengan pelayanan mutu layanan
c. Meminta masukan dari jujur maksud dan tujuan kesehatan yang yang
teman sejawat di Poli dilakukan kegiatan bermutu berkelanjutan
Gigi
Etika Publik
Menjelaskan semua
tahapan kegiatan
dengan bahasa yang
sopan

Akuntabilitas
Menjelaksan semua
tahapan kegiatan
dengan transparan dan
melakukan diskusi

Komitmen Mutu
Meminta masukan dari
teman sejawat agar
kegiatan dapat berjalan
secara efektif dan
efisien dan menghargai
segala masukan yang di
berikan oleh teman
sejawat
(WoG - Koordinasi)
Koordinasi dengan
teman sejawat
dilakukan agar
terjalinnya kerjasama
yang baik

3. Menyiapkan a. Mencari referensi a. List referensi


Etika Publik Dengan melakukan Penilaian
form pertanyaan panduan pertanyaan Lembar pertanyaan penilaian tingkat
pengetahuan b. Dokumentasi:Foto dibuat dengan bahasa pengetahuan anak pengetahuan
anak dan orang b. Menyusun pertanyaan- yang sopan dan mudah mendukung visi anak akan
pertanyaan c. Lembar pertanyaan
dalam
tua dimengerti sehingga dan misi organisasi menguatkan
lembar pertanyaan yang tidak menyinggung berupa nilai organisasi
d. Dokumentasi: Foto
akan ditanyakan kepada responden meningkatkan Aktif dalam
dan video proses
anak dan orang tua peran serta upaya
penilaian
Akuntabilitas masyarakat dan peningkatan
c. Melakukan penilaian Lembar pertanyaan lintas sector mutu layanan
anak dan orang tua dibuat sesuai dengan dibidang kesehatan yang
sesuai lembar referensi shingga berkelanjutan
pertanyaan hasilnya dapat Serta
dipertanggungjawabkan menguatkan
nilai organisasi
Adil dalam
Komitmen Mutu memberikan
Lembar pertanyaan pelayanan
dapat memudahakan kepada
dalam menentukan masyarakat,
tingkat penegtahuan tidak
anak dan orang tua membeda-
sehingga pekerjaan bedakan status
menjadi lebih efektif social
dan efisien

Anti Korupsi
Penilaian dilakukan
dengan jujur dan adil

Nasionalisme
Bekerjasama dengan
orang tua dan anak agar
penilaian dapat
dilakukan dengan baik
serta tidak membeda-
bedakan dalam menilai
anak yang satu dengan
yang lainnya

(Manajemen ASN dan


WoG)
Menyiapkan lembar
pertanyaan sebaik
mungkin serta
mengajak orang tua dan
anak bekerjasama
dalam pelaksanaan
kegiatan

4. Membuat a. Mencari referensi brosur a. List referensi Akuntabilitas Dengan adanya Pembuatan
brosur mengenai kesehatan gigi brosur Membuat brosur kegiatan media edukasi
kesehatan gigi dan mulut berdasarkan referensi pembuatan media kesehatan gigi
dan mulut b. Dokumentasi: Foto
yang jelas dengan buku, edukasi akan dan mulut akan
b. Menyusun referensi yang dan video proses
jurnal, artikel kesehatan mendukung visi menguatkan
telah di dapatkan desain gigi dan mulut agar misi organisasi nilai organisasi
informasi yang yaitu menjaga dan Aktif dalam
c. Membuat desain brosur c. Dokumentasi: Foto disampaikan dapat meningkatkan
pertemuan dengan dipertanggungjawabkan upaya
pelayanan peningkatan
d. Meminta masukan dari mentor, teman kebenarannya. kesehatan yang
mentor dan teman sejawat, dan mutu layanan
bermutu yang
sejawat promkes Nasionalisme
berkelanjutan
Proses pembuatan
e. Meminta masukan d. Lembar brosur brosur
pemegang program dilakukan dengan
kesehatan (Promkes) menerapkan koordinasi
dan musyawarah
f. Mencetak brosur
dengan
pihak yang terkait
(Mentor/atasan, teman
sejawat, petugas
promkes).

Etika Publik
Dalam membuat desain
brosur dilakukan
dengan
memperhatikan standar
etika yaitu
menggunakan
bahasa dan gambar
yang santun

Komitmen Mutu
Brosur ini dibuat
dengan desain yang
menarik, mudah dibaca
dan di mengerti oleh
pasien sehingga efektif
digunakan oleh pasien
saat menunggu sebelum
mendapat giliran untuk
dilakukan perawatan
Anti Korupsi
Brosur didesain secara
mandiri dengan desain
yang sederhana.
Pengeluaran yang
dipakai untuk
pencetakan brosur
dilaporkan dengan jujur

(Manajemen ASN dan


WoG)
Membuat media
edukasi agar informasi
yang disampaikan lebih
efektif dan melakukan
koordinasi dengan
pihak terkait untuk
menghasilkan media
edukasi yang bagus

5. Memberikan a. Meyiapkan media a. Dokumentasi: Etika Publik Dengan melakukan Pemberian


edukasi kepada edukasi seperti phantom, Foto media Meyiapkan media pemberian edukasi edukasi kepada
anak dan orang sikat gigi, dan browsur edukasi edukasi dengan cermat mengenai cara pasien
tua serta meminta izin mejaga Kesehatan menguatkan
b. Memberikan edukasi b. Dokumentasi: kepada pendamping gigi dan mulut nilai organisasi
kepada pasien anak Foto dan video anak dengan bahasa pada anak akan Tepat, cepat
tentang cara menjaga pemberian edukasi
yang sopan untuk mendukung visi dan teliti dalam
kesehatan gigi dan mulut memberikan edukasi dan misi organisasi memberikan
yang benar c. Dokumentasi: berupa mendorong pelayanan
Foto dan video Akuntabilitas kemandirian kepada
c. Mendemonstrasikan anak Menyampaikan tujuan masyarakat untuk masyarakat
kepada anak tentang cara mempraktekkan dan tahapan dilakukan berperilaku sehat
menjaga kesehatan gigi ulang cara
edukasi kepada
dan mulut yang benar menyikat gigi pendamping pasien agar
terdapat kejelasan
d. Meminta anak untuk d. Terbentuknya prosedur pelaksanaan
memperhatikan dengan pemahaman baru kegiatan
baik setiap tahapan pada anak tentang
menyikat gigi pentingnya
Nasionalisme
menjaga
e. Meminta anak Menyampaikan materi
kebersihan rongga
mengulang apa yang edukasi dengan Bahasa
mulut
disampaikan dan Indonesia yang baik
menyebutkan tahapan dan benar sehingga
menyikat gigi yang mudah dimengerti oleh
sudah didemonstrasikan anak dan pendamping
agar lebih mudah diingat
Komitmen Mutu
Mengatur waktu
pelaksanaan kegiatan
seefektif dan seefisien
mungkin agar tidak
mengganggu jam
pelayanan bagi pasien
lain yang menunggu

Anti Korupsi
Bekerja keras untuk
meningkatkan
pengetahuan anak dan
orang tua agar tercapai
derajat kesehatan yang
baik sesuai dengan
Konsep Kesehatan
Masyarakat

(Pelayanan Publik)
Memberikan edukasi
untuk meningkatkan
pengetahuan anak dan
orang tua tentang
pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan
mulut

6. Melakukan a. Melakukan pemeriksaan a. Dokumentasi: Foto Etika Publik Dengan melakukan Melakukan
tindakan gigi dan mulut anak dan video Melakukan tindakan perawatan tindakan
perawatan pada pemeriksaan pemeriksaan dengan pada anak akan perawatan pada
anak b. Menegakkan diagnosis cermat agar tidak mendukung visi kepada pasien
b. Dokumentasi: Foto terjadi kesalahan dalam dan misi menjaga anak
c. Menentukan rencana pengisian Rekam penegakan diagnosis dan meningkatkan menguatkan
perawatan Medis nilai organisasi
serta menjaga rahasia pelayanan
Mudah dalam
c. Dokumentasi: Foto terkait hasil kesehatan yang memberikan
d. Menjelaskan tahapan
pengisian Rekam pemeriksaan pasien bermutu pelayanan
perawatan kepada anak Medis kepada
(Tell) masyarakat
d. Dokumentasi: Foto Nasionalisme sesuai dengan
e. Menunjukkan langkah- dan video prosedur yang
Menjelaskan tentang
langkah perawatan berlaku
e. Dokumentasi: Foto tindakan yang akan
kepada anak (Show) Serta
dan video dilakukan dengan
menguatkan
f. Melakukan tindakan Bahasa Indonesia yang nilai Tepat,
f. Dokumentasi: Foto baik benar sehingga cepat dan teliti
perawatan (Do) dan video mudah dimengerti oleh dalam
g. Memberikan reward g. Dokumentasi: Foto anak memberikan
kepada anak yang pelayanan
dan video
Akuntabilitas kepada
berhasil menjalani
Menunjukkan seluruh masyarakat
perawatan
alat dan bahan yang
akan digunakan secara
transparan dan jelas
kepada anak sehingga
bisa mengurangi rasa
cemas anak selama
perawatan
Komitmen Mutu
Melakukan tindakan
perawatan sebaik
mungkin sesuai dengan
penjelasan yang
diberikan dan sesuai
SOP pelayanan agar
dicapai keberhasilan
dalam tindakan
perawatan
(Berorientasi Mutu)

Anti Korupsi
Bertanggungjawab
secara penuh terhadap
semua tindakan
perawatan sesuai
dengan apa yang telah
dijelaskan dan
ditunjukkan
sebelumnya kepada
anak

Memberikan hadiah
sederhana dan
bermanfaat sebagai
bentuk kepedulian
sehingga anak lebih
termotivasi untuk
menjaga kesehatan gigi
dan mulut nya

(Pelayanan Publik)
Memberikan pelayanan
terbaik kepada
masyarakat

7. Melakukan a. Mencatat jumlah kasus a. Jumlah rekapitulasi Etika Publik Dengan melakukan Evaluasi
evaluasi dan kunjungan pasien kasus karies dan Mencatat jumlah kasus evaluasi kegiatan kegiatan
kegiatan anak sebelum di lakukan kunjungan pasien dan kunjungan sebelum mendukung visi dilakukan
kegiatan dan sesudah kegiatan dan misi organisasi untuk
b. Perbandingan secara jujur berupa Menjaga menguatkan
b. Mencatat jumlah kasus jumlah kasus dan meningkatkan nilai organisasi
dan kunjungan pasien sebelum dan Akuntabilitas pelayanan Aktif dalam
anak setelah di lakukan sesudah kegiatan Melakukan evaluasi kesehatan yang upaya
kegiatan kegiatan dengan bermutu peningkatan
c. Catatan menunjukkan hasil mutu layanan
c. Melakukan evaluasi kekurangan dari yang transparan yang
kekurangan dari kegiatan kegiatan berkelanjutan
Anti Korupsi
d. Meminta masukan dari d. Catatan tindak Berani
atasan/mentor lanjut evaluasi bertanggungjawab
kegiatan terhadap kebenaran
hasil evaluasi yang di
e. Notulensi masukan peroleh
dari atasan/mentor
Nasionalisme
Melakukan diskusi
mengenai kekurangan
dan rencana perbaikan
secara musyawarah
dengan atasan/mentor

Komitmen Mutu
Melakukan perbaikan
dari kekurangan untuk
meningkatkan mutu
pelayanan (Berorientasi
Mutu)

(Manajemen ASN dan


WoG)
Melakukan evaluasi dan
mengkomunikasikan
dengan atasan terkait
hasil evaluasi
(Koordinasi)

ll. JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI

Oktober November
NO Kegiatan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1
Melakukan konsultasi
dengan Mentor
(Atasan)

2 Koordinasi dengan
teman sejawat di Poli
Gigi

3 Membuat brosur
kesehatan gigi dan
mulut

4 Memberikan edukasi
kepada pasien anak
dan orang tua

5 Melakukan tindakan
perawatan pada anak

6. Melakukan evaluasi

Keterangan:

Hari minggu/ libur Kegiatan pertama Kegiatan kedua


Kegiatan ketiga Kegiatan keempat Kegiatan kelima

Kegiatan Keenam

2.5. Rencana Antisipasi Kendala yang Dihadapi


No. Kegiatan Kendala Antisipasi

1. Melakukan konsultasi dengan Mentor Keterlambatan waktu diakibatkan kesibukan Melakukan konsultasi melalui
(Atasan) dalam pekerjaan whatsapp
2. Koordinasi dengan teman sejawat di Poli Gigi Keterlambatan waktu diakibatkan kesibukan Melakukan konsultasi melalui
dalam pekerjaan whatsapp
3. Menyiapkan form pertanyaan pengetahuan Banyak pertanyaan yang dibuat dan ingin Menanyakan pertanyaan yang
anak dan orang tua ditanyakan prioritas
4. Backup file desain ke email
Membuat brosur kesehatan gigi dan mulut Desain yang telah dibuat hilang
pribadi
5. Memberikan edukasi kepada anak dan orang Penyampaian yang kurang maksimal karena Memberikan brosur sebagai
tua waktu yang terbatas bahan bacaan lanjutan
6. Menunda tindakan di hari
Melakukan tindakan perawatan pada anak Anak tidak kooperatif saat pemeriksaan
berikutnya
7. Melakukan evaluasi kegiatan

Anda mungkin juga menyukai